Anda di halaman 1dari 18

Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Sistem Reproduksi Pria

Kelompok F6

Susi (102009108)

Ahmad Badawi (102013184)

Adelia Yuantika (102013330)

Rio Yosua Saputra (102014088)

Diah Ayu Lestari (102014106)

Maria Rosario Angelina Mella (102014154)

Nur Ayuni Syahira Bt Rosli (102014238)

Dede Andrianus Njoto Suhardjo (102014249)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jalan Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510

Telp : 021-56942061 , Fax : 021-5631731


Abstract

Puberty is a natural process and certainly experienced by all humans in whom the physical
changes of the body of the child grows into an adult and have the ability to reproduce, at a
particular time. This change is caused by the presence of certain hormones that work on male
and female reproductive systems. Genital organs in men (masculine genitalia), composed into
two parts: internal and external genitalia, each with its own function. Sex hormone produced in
the male at puberty, are driven by the hypothalamus, this hormone which helps in the process of
spermatogenesis as well as the growth and development of secondary sex organs, such as
testosterone, FSH and LH. In case of lesions or abnormalities in the production of these
hormones, it can lead to a disorder such as precocious puberty.

Keywords : Puberty, Masculine Genitalia, Testosterone, Precocious Puberty.

Abstrak

Pubertas merupakan suatu proses alamiah dan pasti dialami oleh semua manusia dimana terjadi
perubahan fisik dari tubuh anak-anak bertumbuh menjadi layaknya orang dewasa dan telah
memiliki kemampuan untuk bereproduksi pada waktu tertentu. Perubahan ini disebabkan oleh
adanya hormon tertentu yang bekerja pada sistem reproduksi pria maupun wanita. Organ
genitalia pada pria (genitalia masculine), terdiri dari dua bagian yaitu genitalia eksterna dan
genitalia interna

Pubertas merupakan suatu proses alamiah dan pasti di alami oleh semua manusia di mana terjadi
perubahan fisik dari tubuh anak – anak menjadi bertumbuh layaknya orang dewasa dan telah
memiliki kemampuan untuk bereproduksi pada waktu tertentu . Perubahan ini disebabkan oleh
adanya hormone tertentu yang bekerja pada sistem reproduksi pria dan wanita. Organ genitalia
pada pria (genitalia masculina) , terdiri menjadi dua bagian yaitu genitalia interna dan eksterna,
masing-masing dengan fungsinya sendiri. Hormon seks yang dihasilkan pada pria saat pubertas
di inisiasi oleh kerja hipotalamus, dimana hormone ini membantu dalam proses spermatogenesis
maupun pertumbuhan dan perkembangan organ seks sekunder, seperti testosterone , FSH dan
LH. Apabila terjadi lesi ataupun kelainan pada tempat produksi hormon-hormon tersebut, maka
dapat memicu terjadinya suatu kelainan seperti pubertas prekoks.

Kata kunci : Pubertas, Genitalia Maskulina, Testosteron, Pubertas Prekoks.

Pendahuluan

Pubertas merupakan suatu proses alamiah dan tentunya pasti akan dialami oleh semua manusia,
dimana akan terjadi perubahan fisik dari anak-anak bertumbuh menjadi layaknya orang dewasa
dan telah memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Keadaan ini diinisiasi oleh sistem hormon
dari otak menuju ke gonad (ovarium dan testis) dan meresponnya ini dengan menghasilkan
berbagai hormon yang menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi, baik
secara primer maupun secara sekunder.1,2

Pada skenario ini diketahui bahwa ada seorang anak laki-laki berusia 8 tahun merasa risih karena
sudah tumbuh kumis dan jambang. Kemudian ia mengadu pada ibunya dan oleh ibunya
dikonsultasikan ke dokter. Dapat kita lihat bahwa permasalahannya dikarenakan anak tersebut
mempunyai penampakan seperti layaknya pria dewasa di umurnya yang masih belia.
Berdasarkan permasalahan di atas maka pada makalah ini akan di bahas struktur mengenai
system reproduksi pria (genitalia masculine) berdasarkan struktur anatomis maupun secara
histologis, perubahan yang terjadi pada saat pubertas yaitu secara primer (proses
spermatogenesis dan steroidogenesis) dan secara sekunder (meliputi perubahan fisik). Selain itu
akan dibahas juga mengenai hormon-hormon yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan genitalia masculine.

Struktur Makroskopik Genitalia Masculine

Genitalia masculina (organ genitalia pria) dibedakan menjadi genitalia interna masculina dan
genitalia eksterna masculina. Adapun yang termasuk dalam genitalia interna masculina yaitu
ductus deferens, vesicula seminalis, dan glandula prostat. Sedangkan yang termasuk dalam
genitalia eksterna masculina yaitu penis dan scrotum (beserta testis) 1

Genitalia Masculine Eksterna

Penis 2
Penis adalah alat kelamin laki-laki dan berisi saluran keluar bersama urin dan cairan mani. Penis
terdiri dari tiga badan jaringan erectile yang diliputi oleh capsula fibrosa, yakni tunika albugenia.
Disebelah luar tunika albugenia terdapat fascia penis profunda yang membentuk pembungkus
bersama korpus spongiosum penis dan kedua korpus cavernosum penis. Di dalam corpus
cavernosum penis melintas pars spongiosa urethra. Kedua korpus cavernosum penis saling
bersentuhan di bidang median, kecuali di sebelah dorsal karena bercerai untuk membentuk crus
masing-masing yang melekat pada ramus bersama os pubis dan os ischium di sebelah kanan dan
sebelah kiri.

penis saling bersentuhan di bidang median , kecuali disebelah dorsal karena bercerai untuk
membentuk crus masing-masing yang melekat pada ramus bersama os pubis dan os ischium
disebelah kanan dan sebelah kiri.

Radiks penis terdiri dari crus penis, bulbus penis dan musculus bulbospongiosum di kedua sisi.
Corpus penis adalah bagian bebas yang tergantung sewaktu penis berada dalam keadaan lemas.
Kecuali serabut musculus bulbospongiosus yang menutupi bulbus penis dan serabut musculus
ischiocavernosus pada kedua crus penis, penis tidak memiliki otot. Penis terdiri dari kedua
corpus cavernosum dan sebuah corpus spongiosum dan diliputi oleh kulit. Kearah distal corpus
spongiosum penis melebar untuk membentuk glands penis. Tepi glands penis yakni corona
glandis, menjulang melewati ujung kedua corpus cavernosum penis. Corona penis menganjur
diatas sebuah penyempitan berupa alur serong yakni collum glandis yang membatasi glands
penis terhadap corpus penis. Lubang pars cavernosa urethra yang berupa celah sempit, yakni
ostium urethrae externum, terletak di dekat ujung glans penis. Kulit dan fascia penis
berkelanjutan sebagai lapis ganda kulit yang dikenal sebagai preputium dan menutupi glands
penis sejauh berbeda-beda.

Ligamentum suspensorium penis adalah kondensasi fascia superficialis yang berasal dari
permukaan ventral symphisis pubica. Ligamentum suspensorium penis melintas ke kaudal dan
bercabang dua untuk membentuk ambin yang melekat pada fascia penis yang tak dapat di
gerakkan dan bagian yang bebas. Selain itu juga terdapat ligamentum fundiforme penis.
Muskulus perinea superficialis ialah musculus tranversus perinea superficialis, musculus
bulbospongiosus, musculus ischiocavernosus. Otot- otot ini terletak dalam spatium perinea
superficial dan semua dipersarafi oleh nervus perinealis.

Perdarahan arterial pada penis berasal dari cabang arteria pudenda interna yaitu :

 Arteria dorsalis penis melintas dalam alur antara kedua corpus cavernosum penis , satu
pada tiap sisi vena dorsalis profunda penis
 Arteria profunda penis menembus crus penis dan melintas dalam kedua corpus
cavernosum penis
 Arteria bulbi penis memasuki bulbus penis dari kanan dan kiri

Arteria profunda penis dan cabang arteria dorsalis penis memasok darah kepada kedua crus penis
dan corpus cavernosum penis. Arteria bulbi penis dan arteria dorsalis penis membawa darah
kepada bulbus penis dan corpus spongiosum penis. Arteria dorsalis penis juga mengantar darah
kepada bulbus penis dan corpus spongiosum penis . Arteria dorsalis penis juga mengantar darah
kepada kulit dan fascia penis superficialis.

Penyaluran balik darah pada penis di perankan oleh Vena dorsalis penis profunda yang
menerima dari carvernae corporum cavernosum, pada fascies penis profunda. Darah dari fascies
penis superficialis di tamping oleh vena dorsalis penis superficialis dan selanjutnya di salurkan
ke vena pudenda externa. Pembuluh limfe dari hampir seluruh penis ditampung oleh nodi
lymphoidei inguinales superficiales.

Persarafan oleh N. dorsalis penis yang mengurus persarafan kulit dan juga glands penis. Dalam
penis terdapat terdapat bentuk akhir saraf sensoris, terutama dalam glands penis sehingga penis
sangat sensitif.

Scrotum

Scrotum adalah sebuah kantong yang menonjol keluar dari bagian bawah dinding abdomen.
Scrotum berisi testis, epididymis dan ujung bawah funiculus spermaticus .1

Dinding scrotum mempunyai lapisan sebagai berikut :1


 Kulit : Kulit scrotum tipis,berkerut, berpigmen dan membentuk kantong tunggal. Sedikit
peninggian di garis tengah menunjukan garis persatuan dari kedua penonjolan
labioscrotalis, scrotum pada pria homolog dengan labia mayora pada wanita. Adapun
suatu raphe scrotalis di garis tengah dapat dilihat pada kulit yang memisahkan sisi kiri
dan kanan scrotum.
 Fasciae superficialis: Fascia ini melanjutkan diri sebagai peniculus adiposus dan stratum
membranosum dinding anterior abdomen, akan tetapi peniculus adiposus diganti oleh
otot polos yang dinamakan tunika dartos. Otot ini disarafi oleh serabut saraf simpatik dan
berfungsi untuk mengkerutkan kulit di atasnya. Stratum membranosum fascia
superfisialis (fascia collesi) di depan melanjutkan diri sebagai stratum membranosum
dinding anterior abdomen (fascia scarpe), dibelakang melekat pada corpus perienale dan
pinggir posterior membrana perinea. Disampingnya melekat pada rami ischiopubica,
kedua lapisan fascia superficialis berperan membentuk sekat median yang menyilang
scrotum dan memisahkan testis satu dengan yang lain.
 Fasciae spermaticae: Fasciae tiga lapis ini terletak di bawah fascia superficialis dan
berasal dari tiga lapis dinding anterior abdomen masing-masing sisi. Musculus
cremaster di dalam fascia cremasterica dapat dibuat kontraksi dengan menggores kulit
sisi medial paha. Hal ini disebut refleks cremaster, Serabut aferen lengkung refleks ini
berjalan pada ramus femoralis nervi genitofemoralis (L1 dan 2) dan serabut efferent
motorik berjalan pada ramus genital nervi genitofemoralis.
 Tunika vaginalis: Tunika ini tertelak didalam fasciae spermaticae dan meliputi
permukaan anterior, media dan lateralis masing-masing testis. Tunica vaginalis
merupakan perluasan ke bawah processus vaginalis peritonei dan biasanya sesaat
sebelum lahir menutup dan memisahkan diri dari bagian atas processus vaginal peritonei
dan cavitas peronealis. Dengan demikian tunika vaginalis merupakan kantong tertutup,
diinvaginasi dari belakang oleh testis.

Arteri pudenda eksterna mengurus perdarahan bagian ventral scrotum dan mengurus perdarahan
bagian ventral scrotum dan arteria pudenda interna pada bagian dorsal. Bagian ini juga di pasok
oleh cabang-cabang dari arteria testicularis dan arteri cremasterica, Sedangkan pembuluh
baliknya sendiri diperankan vena scrotales mengiringi arteria scrotales dan bergbung dengan
vena pudenda externa.2

Bagian ventral testis dipersarafi oleh nervus ilioinguinalis dan oleh ramis genitalis nervus
genitofemoralis. Bagian dorsal memperoleh persarafan dari ramus medialis dan ramus scrotalis
nervi perinealis dan ramus perinealis nervi cutanei femoralis posterioris.2

Genitalia Masculine Interna

Testis

Testis terletak di dalam scrotum. Testis pada pria memiliki bentuk oval dengan konsistensi
lunak, dibungkus atau dikelilingi oleh capsula fibrosa yang kuat yaitu tunika albugenia testis.
Pada potongan midsagital dapat dilihat bawah di dalam testis terdapat lobus-lobus yang nantinya
akan bersatu membentuk rete testis dan berlanjut membentuk ductus efferent dan dari ductus
efferent menjadi ductus epididimis selanjutnya menjadi ductus deferens.2 Pembungkus testis dari
arah dalam ke luar disusun oleh tunika albugenia, tunika vaginalis testis (lamina viceralis dan
lamina parietalis), fascies spermatica interna, M. cremaster, fascia spermatica externa, tunika
dartos dan cutis scrota.3

Epididymis

Epididymis merupakan struktur yang kuat yang terletak posterior terhadap testis dengan ductus
deferens terletak pada sisi medialnya. Epididymis mempunyai ujung atas yang melebar, caput,
corpus dan cauda yang arahnya ke inferior. Di lateral, terdapat sulcus nyata di antara testis dan
epididymis, yang diliputi oleh lapisan viscerale tunica vaginalis dan dinamakan sinus
epididymis.1 Epididymis merupakan saluran yang sangat berkelok -kelok. ductus efferent terletak
pada caput epididymis dan cauda epididymis sebagai ductus epididymis.4,5

Pada epididymis dapat dijumpai sisa perkembangan duktus mesonephros yang disebut appendix
epididymis dan disebelah medial epididymis dapat dijumpai funiculus spermaticus yang terdiri
dari plexus pampiniformis, a. testicularis, a. deferentialis, ductus deferens, r. genitalis n.
genitofemoralis dan m cremaster. Funiculus spermaticus melewati ligamentum inguinalis (analog
dengan ligamentum teres uteri pada wanita).4
Ductus deferens

Ductus derefens atau vas deferens adalah suatu saluran berdinding tebal yang merupakan
lanjutan dari cauda ductus epididymis. Mulai dari annulus inguinalis medialis menuju lateral A.
epigastrica inferior kemudia turun ke dorsocaudal pada dinding lateral pelvis, menyilang ureter
disisi medialnya dan menuju ke mediocaudal pada permukaan dorsal vesica urinaria. Ductus ini
menyalurkan sperma matang dari epididymis ke ductus ejaculatorius dan urethra. Pada bagian
ujung akhir ductus deferent terdapat bagian yang melebar disebut Ampulla ductus deferens.
Ductus excretorius vas deferens bersama-sama dengan ductus excretorius gl. Vesikulosa
membentuk ductus ejaculatorius, ductus ini akan bermuara pada urethra pars prostatica. 1,4

Urethra

Urethra masculine merupakan pipa fibromuscular dengan panjang 18-22 cm dan mempunyai
fungsi menyalurkan urine dari vesica urinaria sampai ke dunia luar dann juga tempat lewatnya
semen/sperma.

Urethra dibagi menjadi 4 bagian :2,4

 Urethra pars intramularis ( preprotatica ) : panjangnya adalah 0.5 – 1,5 cm


 Urethra pars protatica : berawal dari ostium urethane internum pada puncak trigonum
vesicae dan melintas ke kaudal menembus prostate dengan membentuk sebuah lengkung
yang sedikit mencekung ke ventral
 Urethra pars membranacea : merupakan bagian urethra yang terpendek, tertipis dan
tersempit. Berawal pada apex prostate dan berakhir pada bulbus penis untuk beralih
menjadi pars spongiosa urethra dan di sebelah kanan dan kiri terdapat glandula
bulbourethralis yang kecil.
 Urethra pars spongiosa : bagian urethra yang terpanjang, melewati bulbus penis dan
corpus spongiosum penis dan berakhir pada ostium urethrae externum (pada glands
penis). Kedalam pars spongiosa dan pada bagian anterior bermuara glandula urethralis
littrei yang menghasilkan lender.

Glandula Terkait dengan Genitalia Maskulina

Vesicular seminalis 4,5


Vesikula seminalis atau glandula vesiculosa terdiri dari 2 gelembung lobus kanan dan kiri yang
berfungsi memproduksi cairan essential untuk makanan sperma, panjangnya kira-kira 5 cm. Pada
bagian ujung tertutup peritoneum. Pada bagian depan glandula ini berbatasan dengan permukaan
dorsal vesica urinaria, pada bagian belakangnya berhubungan dengan rectum sedangkan sisi
medialnya berhubungan dengan vas deferens.

Glandula Prostata5

Merupakan suatu kelenjar eksokrin fibromuskular. Bangunan berbentuk limas terbalik. Glandula
ini di bedakan menjadi :

- Basis : merupakan bagian superoanterior antara collum vesica urinaria.


- Apex : terletak pada diaphragm urogenitale.

Pada bagian ventral, glandula prostata berbatasan dengan vesica urinaria, pada bagian dorsal
dengan pars analis recti dan pada bagian lateral dengan M. levator ani.

Glandula prostat terdiri dari 5 lobus, yaitu :

 Lobus anterior : terletak di depan urethra pars prostatica dan tidak mengandung jaringan
kelenjar.
 Lobus medius : terletak diantara urethra dan ductus ejakulatorius. Lobus medius ini
banyak mengandung kelenjar dan dapat berubah menjadi adenoma.
 Lobus posterior : terletak di belakang urethra dan di caudal ductus ejaculatorius. Lobus
posterior mengandung jaringan kelenjar dan dapat berubah menjadi kanker primer.
 Lobus lateral : terdapat 2 buah , terletak di kanan dan kiri urethra pars prostatica. pada
usia lanjut bagian ini sering mengalami hipertrofi prostat.

Glandula ini di perdarahi oleh cabang-cabang dari a. vesikalis inferior, a. rectalis media dan
arteri pudenda interna. Sedangkan aliran balik darah melalui plexus venosus prostaticus. aliran
getah bening gld. prostat dialirkan ke nnll. gl. prostata dan akhirnya bermuara ke nnll. Iliaca
interna. Glandula prostat dipersarafi oleh cabang plexus hypogastricus inferior.

Bulbourethrales 1
Glandula bulbourethralis merupakan dua kelenjar kecil yang terletak di bawah musculus
sphincter urethrae. Ductusnya menembus membrane perinealis (lapisan fascia inferior diaphragm
urogenitale) dan bermuara ke urethra pars spongiosa. Sekretnya di keluarkan ke urethra sebagai
akibat stimulasi erotik.

Sistem Mikroskopik Genitalia Maskulina

Sistem reproduksi pria terdiri atas sepasang testis yang menggantung didalam skrotum , sepasang
system saluran kelamin (genital ducts) intra dan ekstratestikular, kelenjar pelengkap dan organ
kopulasi lelaki yaitu penis .6

Testis 6

Testis berperan untuk membentuk sel kelamin/gamet lelaki yaitu spermatozoa dan juga sebagai
tempat produksi hormon seks lelaki testosterone. Testis dewasa berbentuk oval, panjang kurang
lebih 4 cm, lebar 2-3 cm dan tebal 3 cm. Semasa embryogenesis, testis berkembang dalam
rongga abdominal retroperitoneal pada dinding posterior rongga abdomen. Selagi turun ke
skrotum, testis membawa serta sebagian peritoneum disebut tunika vaginalis.

Testis di liputi oleh tunika albuginea (jaringan ikat padat yang tersusun irregular) dan
dibawahnya ada jaringan ikat longgar tunika vaskulosa yang membentuk kapsul vascular testis
dan pada aspek posterior dari pada tunika albugenia terdapat bagian yang menebal membentuk
mediastinum testis yang akan membentuk septa yang membagi ruang testis menjadi 250 lobus
testis. Setiap lobules berisi satu hingga empat tubulus seminiferus.

Tubulus Seminiferus 6,7

Tubulus seminiferus merupakan tabung (tubules) berlumen yang amat berkelok-kelok disebut
juga tubulus kontruktus seminiferus, panjang 30-70 cm dan diameter 159-250 nanometer,
dinding tubulus seminiferus terdiri atas tunika propria, suatu lapisan jaringan ikat yang tipis
dan epitel seminiferus yang tebal.

Tunika propria dan epitel seminiferus dipisahkan oleh lamina basal yang berkembang baik dan
pada lamina basalis ini terdapat beberapa sel yang melekat padanya yaitu :

 Sel sertoli
merupakan sel silindris tinggi, yang terdapat di dalam tubulus seminiferus fungsi dari sel
sertoli adalah sebagai penyokong guna melindungi sel kelamin, berperan untuk
menyalurkan nutrisi dari kapiler di bawah membran basalis kepada spermatozoa,
membentuk cairan testis, melisis sisa-sisa sitoplasma dan menghasilkan hormon estrogen.
 Sel spermatogenik :
o Sel Spermatogonium : merupakan sel benih diploid yang kecil terletak dalam
ruang basal tubulus seminiferus. Sel-sel ini terletak diatas lamina basal dan setelah
pubertas dipengaruhi oleh testosterone untuk memulai siklus sel. Terdapat tiga
kategori spermatogonium : (a) Spermatogonium tipe A gelap , dengan inti yang
berbentuk oval dan pipih terdapat banyak heterokrematin ; (b) Spermatogonium
tipe B pucat , dengan inti yang banyak terdapat eukromatin ; (c) Spermatogonium
tipe B , yang menyerupai spermatogonium tipe A akan tetapi intinya bulat. Sel
spermatogonium tipe B inilah yang nantinya akan membelah secara mitosis
menghasilkan spermatosit primer.
o Spermatosit primer : merupakan sel terbesar epitel seminiferus. Mempunyai inti
besar dan gelap yang akan berkembang menjadi spermatosit sekunder.
o Spermatosit sekunder : merupakan sel yang relative kecil dan karena usianya
singkat, mereka tidak mudah terlihat dalam epitel seminiferus. Sel ini kemudian
akan melakukan pembelahan meisosis kedua dan membentuk 2 sel spermatid.
o Spermatid : merupakan sel haploid bulat, berkelompok, padat dan kecil.
selanjutnya sel-sel ini akan bertransformasi menjadi spermatozoa. Spermatid ada 2
macam yaitu early spermatid ( belum berekor ) dan late spermatid ( sudah berekor)
o Spermatozoa : terdiri atas sebuah kepala, berisi nukleus (inti) dan ekor.

Sel Interstisial Leydig

Terletak diantara tubulus-tubulus seminiferus. Sel intersisial leydig, yang memproduksi


testosterone setelah masa pubertas. Mempunyai inti tunggal, kadang berinti dua merupakan sel
steroid, mempunyai mitokondria dengan Krista tubular dan kelompokan besar SER (smooth
endoplasmic reticulum).6

Ductus Genital Intra testicular


Ductus genital yang terletak di dalam testis menghubungkan tubulus seminiferus dalam testis
dengan epididymis. Ductus intratestiskular ini merupakan tubuli rekti dan rete testis.6

Tubuli Recti

Tubuli recti merupakan saluran pendek yang lurus, yang merupakan lanjutan dari tubulus
seminiferus dan menyalurkan spermatozoa yang di bentuk oleh epitel seminiferus, ke rete testis.
Setengah bagian pertama dekat tubulus seminiferus, tubuli rekti berdinding sel sertoli dan
setengah sisanya, dekat rete testis, mempunyai epitel kuboid selapis. Sel kuboidnya mempunyai
mikrovili yang pendek dan sebagian besar mempunyai flagellum.7

Rete testis

Rete testis terdiri atas ruang-ruang labirin, dibatasi epitel selapis kuboid, di dalam mediastinum
testis. lumennya berkelok dan bervariasi. Spermatozoa imatur disalurkan dari tubuli recti ke
dalam rete testis, ruang-ruang labirin yang dilapisi epitel kuboidal.7

Ductus Eferent

Duktus efferent terletak di antara rete testis dan epididimis. Merupakan saluran pendek yang
menyalurkan spermatozoa dari rete testis dan menembus tunika albugenia testis untuk
menyampaikan sperma ke epididymis. Lumennya bergelombang dan epitelnya terdiri dari dua
macam sel epitel yaitu sel kuboid tanpa silia (untuk sekretorius) dan sel toraks bersilia dengan
jenis kinosilia yang akan bergerak kearah distal untuk mendorong spermatozoa kearah
epididimis.7

Ductus Genital Ekstratestikular

Ductus genital ekstratestikular yang berhubungan dengan setiap testis ialah epididymis, ductus
deferent ( vas deferens ) dan ductus ejakulasi. 7

Epididymis

Epididymis adalah suatu tubulus yang berkelok-kelok terbagi dalam kepala, badan dan ekor,
melanjutkan diri menjadi ductus deferent. Epididymis memproduksikan banyak faktor yang
memfasilitasi pematangan spermatozoa, namun belum diketahui mekanisme kerjanya. Lumenya
rata dan dibatasi oleh epitel bertingkat yaitu, sel basal dan sel toraks. Pada ductus epididymis
sperma telah motil dan vertil sehingga disini epitel toraks dengan kinosilia berubah menjadi
sterosilia.7

Ductus Deferens (vas deferens)

Ductus ini merupakan tabung muscular yang menyalurkan spermatozoa dari ekor epididimis ke
ductus ejakulatorius. Dinding saluran relative tebal dibandingkan dengan lumennya, lumennya
berbentuk seperti bintang. Terdiri dari 3 lapisan otot yaitu tunika muskularis longitudinalis
eksterna, tunika muskularis sirkular dan tunika muskularis longitudinalis interna. Epitel
bertingkat torak, biasanya mempunyai sterosilia. Epitel mukosanya bergelombang dengan lamina
propria di bawahnya.6,7

Glandula vesikulosake

Mukosa vesikulosa amat berkelok, membentuk ruang-ruang buntu mirip dengan labirin, yang
secara tiga dimensi, mempunyai lumen yang sama di tengah. Lumen dibatasi epitel silindris
bertingkat terdiri atas sel basal yang pendek dan sel kolumnar rendah. Tunika mukosanya sama
dengan kelenjar prostat akan tetapi di dalam lamina proprianya tidak terdapat serat otot polos.
kelenjar ini menghasilkan globulin, vitamin c dan fruktosa. 6,7

Glandula Prostat

Kelenjar ini merupakan kelenjar pelengkap terbesar, ditembus oleh urethra dan ductus
ejaculatorius. Kapsula tipis kelenjar terdiri atas jaringan ikat kolagen padat irregular dengan
banyak pembuluh darah, diselingi sel-sel otot polos. Mukosanya berlipat-lipat dilapisi oleh epitel
selapis torak atau dapat pula bertingkat, didalam lamina propria terdapat serat otot polos.
Biasanya didalam lumen terdapat konkremen (sering di temukan pada usia lanjut) yang berwarna
merah homogen. Berperan dalam pengaktivan sperma dan akan memasuki urethra saat
ejakulasi.8

Glandula Bulbourethra

Glandula ini juga disebut kelenjar cowper, ukurannya kecil (diameter 3-5 mm) dan terletak pada
pangkal penis, tepat pada permulaan urethra pars membranosa. Epitel kelenjar tubualveolar
kompleks bervariasi dari kuboid selapis hingga silindris/kolumnar selapis. Kelenjar ini
mensekresikan suatu larutan pelincir lincin langsung ke dalam urethra.5,6,8

Penis 7,8

Pada potongan melintang penis terdapat gambaran penis dengan ketiga korpus kavernosum dan
urethranya. Di dalam jaringan penyambung bawah kulit pada bagian dorsal dapat ditemukan
a.v.n dorsalis penis. Lebih kedalam lagi ditemukan tunika albugenia penis yang merupakan
jaringan ikat padat fibrosa yang membungkus kedua korpus cavernosum dan korpus spongiosum.
Diantara kedua corpus cavernosum penis terdapat jaringan ikat fibrosa membentuk septum penis
atau septum mediana. Arteri profunda penis dapat ditemukan biasanya di bagian tengah korpus
cavernosum penis . pembuluh ini bercabang-cabang menjadi arteri helisina yang berdinding
khusus. Di bagian tengah korpus spongiosum terdapat urethra pars spongiosa yang epitelnya
selapis torak dengan lumen yang tidak bulat.

Reproduksi Pria 9,10

Sistem reproduksi berfungsi tidak untuk kelangsungan hidup suatu individu, melainkan
kelangsungan hidup suatu spesies. Organ reproduksi primer pada pria adalah testis yang
berfungsi untuk produksi gamet (spermatozoa) dan memproduksi hormon seks pria
(testosterone). Pada pria jenis kromosomnya adalah kromosom XY .

Genitalia interna pada pria berasal dari pada ductus wolffian yang dalam masa embriologi akan
berdeferensiasi dan berkembang menjadi genitalia interna yaitu epididymis, vas deferens
vesikula seminalis dan ductus ejaculatorius. Pembentukan fenotip pada pria sendiri di kontrol
oleh tiga hormon yaitu :

 Mullerian Duct Inhibiting Factor : hormon ini di produksi oleh sel sertoli testis fetus ,
yang akan menginduksi regresi system ductus mullerian (yang nantinya akan menjadi
saluran genitalia interna pada wanita)
 Testosteron : disekresikan oleh testis fetus (sel leydig) dan digunakan untuk
pertumbuhan dan diferensiasi sistem ductus wolffian dan organ seks tambahan.
 Dihydrotestosteron : di gunakan untuk pertumbuhan dan diferensiasi genitalia eksterna
pria dan glandula prostat.
Genitalia eksterna mulai berdeferensiasi saat kehamilan 9-10 minggu dimana sinus urogenital
akan berkembang menjadi urethra dan glandula prostat, tuberkulus genital akan menjadi glands
penis, genital swelling akan menjadi skrotum dan lipatan pada urethral akan menjadi 2-3 penile
urethral dan corpora spongiosa.

Pubertas Pada Pria 10

Pubertas merupakan proses dimana seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-
ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya mampu bereproduksi. pada anak laki –laki pubertas
sebagian besar merupakan respons tubuh terhadap kerja androgen yang meluas yang
disekresikan oleh testis yang baru aktif di bawah pengaruh gonadrotropin yang sekresikan oleh
hipofisis anterior. Masa pubertas terjadi antara umur 12-14 tahun, namun bias juga bervariasi.
pada masa ini, testis berfungsi untuk spermatogenesis dan streroidogenesis.

Proses Spermatogenesis 9

Spermatogenesis adalah proses dimana sel-sel germinal primordial pria yang disebut
spermatogonium menjalani meiosis dan menghasilkan sejumlah sel yang disebut spermatozoa.
Salah satu sel awal jalur ini disebut spermatosit primer. Setiap spermatosit primer membelah
menjadi dua spermatosit sekunder dan masing-masing spermatosit sekunder menjadi dua
spermatid atau spermatozoa muda. Sel ini berkembang menjadi spermatozoa matang yang
disebut sperma. Dengan demikian, spermatosit primer menghasilkan dua sel, spermatosit
sekunder dengan subdivisi yang menghasilkan empat spermatozoa.

Selama perkembangan, sel sperma berhubungan erat dengan sel sertoli. fungsi dari sel sertoli
yang terutama adalah untuk memberi nutrisi, sebagai sawar darah testis yang mempunyai fungsi
fagositik, sekresi androgen binding protein (ABP) dan sebagai tempat kerja testosteron dan FSH
untuk mengontrol spermatogenesis.

Regulasi Sekresi Hormon Seks Pria 10

Sistem ini dimulai di hipotalamus dimana disini dihasilkan hormon GnRH (Gonadotropin
Releasing Hormon), hormone ini akan merangsang hipofisis anterior atau adenohipofisis untuk
menghasilkan pengeluaran hormone gonadotrophin yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormon)
dan LH (Luteinizing Hormon ).
Hormon LH akan merangsang leydig untuk memperoleh sekresi testosterone (Suatu hormon seks
yang penting untuk perkembangan sperma). Hormon FSH berfungsi untuk merangsang
pembentukan sperma secara langsung serta merangsang sel sertoli untuk menghasilkan ABP
(Androgen Binding Protein) untuk memacu spermatogonium dalam melakukan spermatogenesis.
Nantinya hormone testosterone yang dihasilkan sel leydig akan masuk kedalam tubulus
seminiferus dan di ikat oleh ABP.

Efek Hormon Testosteron 10

Sebelum lahir, hormon ini berfungsi untuk maskulinisasi saluran reproduksi dan genitalia
eksterna dan juga memacu penurunan testis kedalam scrotum. Setelah lahir testis tidak aktif
sampai masa pubertas dikarenakan sekresi LH dan FSH tidak cukup kuat untuk merangsang
aktivitas testis.

Pada masa pubertas dimana ini merupakan periode kebangkitan dan pematangan sistem
reproduksi yang semula nonfungsional, serta memuncak pada kematangan seksual dan
kemampuan bereproduksi. pada saat pubertas, sel – sel leydig mulai mengeluarkan testosterone
kembali testosterone berperan dalam pertumbuhan dan pematangan seluruh sistem reproduksi
pria. Di bawah pengaruh lonjakan sekresi testosteron selama pubertas, testis membesar dan mulai
menghasilkan sperma untuk pertama kalinya, kelenjar seks tambahan membesar dan menjadi
sekretorik, sementara penis dan scrotum membesar. Selain itu juga testosterone berfungsi untuk
mengontrol sekresi dari hormone gonadothropin.

Efek pada Karakrteristik Sekunder

Pembentukan dan pemeliharan semua karakteristik seks sekunder pria bergantung pada
testosterone. karakteristik pria non reproduktif yang dipicu oleh testosterone ini adalah: (1)
pertumbuhan rambut berpola pria (misalnya di rambut dada, janggut dan pada pria dengan
predisposisi genetic, kebotakan); (2) suara besar akibat membesarnya laring dan menebalnya
lipatan pita suara; (3) kulit tebal dan (4) konfigurasi tubuh pria (misalnya bahu lebar serta otot
lengan dan tungkai besar) akibat dari pengendapan protein.

Efek non- reproduksi


Testosterone memiliki beberapa efek penting yang tidak berkaitan dengan reproduksi. hormone
ini memiliki anaboli (sistesis) protein umum dan mendorong pertumbuhan tulang yang berperan
menghasilkan fisik lebih berotot dan lonjakan pertumbuhan masa pubertas. Yang ironis
testosterone tidak hanya merangsang pertumbuhan tulang akan tetapi juga mencegah
pertumbuhan tulang lebih lanjut dengan penutupan lempeng epifisis. Testosteron juga
merangsang sekresi minyak oleh kelenjar sebasea. Testosterone juga memicu perilaku agresif.

Pubertas Prekoks

Pubertas prekoks adalah timbulnya ciri-ciri seksual sekunder sebelum usia 8 tahun pada anak
perempuan dan sebelum usia 9 tahun pada anak laki-laki. Pada anak laki -laki dapat menunjukan
gejala, seperti pembesaran testis dan penis, wajah dan rambut di kemaluan atau ketiak, berkumis
dan berjambang, suara yang dalam dan jerawat. Anak-anak dengan pubertas prekoks
menunjukan gelombang pertumbuhan dini yang menyebabkan mereka lebih tinggi daripada anak
usia sebayanya, tetapi berhenti bertumbuh lebih cepat dari yang diharapkan menyebabkan
mereka memiliki tinggi badan lebih rendah dari yang seharusnya mereka miliki.

Pubertas prekoks dapat dibagi menjadi 2 , yaitu :11

 Pubertas prekoks sejati : berkembangnya sifat kelamin sekunder sebelum usia pubertas ,
disertai gametogenesis. Hal ini disebabkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-
hipofisis.
 Pubertas prekoks palsu : berkembangnya sifat kelamin sekunder sebelum pubertas tanpa
disertai gametogenesis. Hal ini di sebabkan oleh neoplasma kelenjar gonad atau korteks
adrenal yang menghasilkan hormone seks, sehingga terjadi hiperfungsi dari pada
hormone-hormone tersebut.

Kesimpulan

Pubertas mengacu pada periode kebangkitan dan pematangan sistem reproduksi yang

sebelumnya non fungsional dan memuncak pada pencapaian kematangan seksual dan

kemampuan reproduksi. Pada pria, testosterone disekresikan sebelum kelahiran untuk

memaskulinisasikan system reproduksi yang sedang berkembang, kemudian sekresinya berhenti


sampai pubertas. Pada masa pubertas, sekresi testosterone kembali dimulai dan berlanjut seumur

hidup. Testosterone bertanggung jawab untuk mematangkan dan memelihara keseluruhan

saluran reproduksi pria dan membentuk karakteristik sekunder. Pada anak sebelum usia pubertas

menimbulkan gejala pubertas prekoks. Disebabkan oleh berbagai kelainan hipotalamus atau

disebabkan oleh neoplasma kelenjar gonad atau korteks adrenal yang menghasilkan hormon

seks.

Daftar pustaka

1. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta : EGC ; 2011. h. 779- 95.
2. Moore KL. Anatomis klinis dasar. Jakarta : Hipokrates ; 2002.h. 162, 184-6.
3. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray : dasar-dasar anatomi. Singapore : Elsevier ;
2014 . h. 223-39.
4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula . Jakarta : EGC ; 2003. h. 347-53.
5. Salim D. Buku ajar traktus urgenitalis. Jakarta : Penerbit Ukrida ; 2015.h. 49-54 .
6. Gartner LP , Hiatt JL. Buku ajar berwarna histology. Singapore : Saunders Elsevier; 2014
. h. 473- 90.
7. Mescher AL . Histologi dasar junqueira : teks dan atlas . Jakarta : EGC ; 2011.h. 223,
373-6 .
8. Fawcett DW . Buku ajar histology . Jakarta : EGC ; 2002.h.727-30.
9. Heffner LJ, Schust DJ. At a glance: sistem reproduksi. edisi ke-2. Jakarta : Erlangga;2010
.h. 28-34.
10. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. edisi ke-6. Jakarta : EGC; 2011.h. 819-
822.
11. Hull D. Dasar-dasar pediatric .edisi 3. Jakarta : EGC ; 2008.h.234.

Anda mungkin juga menyukai