Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat
dan karuniaNya sehingga makalah mengenai Teori Asam Basa Lux Flood dapat
terselesaikan. Makalah ini merupakan tugas dalam mata kuliah Kimia Anorganik I yang
bertujuan untuk memberikan pendekatan belajar agar mahasiswa lebih mudah
memahami materi yang terkandung, juga membangun motivasi mahasiswa untuk dapat
mengaitkan suatu materi pada kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka
penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah
ini. Akhirnya, penulis berharap semoha makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya
dan dapat memenuhi harapan kita semua.

Surabaya, 29 Oktober 2019

Penulis
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Senyawa asam dan basa sering ditemukan dan berperan penting dalam kehidupan sehari-
hari. Contoh bahan yang bersifat asam yaitu pada buahan-buahan misalnya lemon dan jeruk.
Sedangkan contoh bahan yang bersifat basa yaitu sabun dan deterjen. Untuk menjelaskan
mengenai senyawa asam dan basa, terdapat beberapa teori asam basa, diantaranya yaitu teori
Arrhenius, teori Bronsted-Lowry, teori asam basa Lewis, dan teori Lux-Flood.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membedakan antara senyawa asam
dan basa, misalnya dengan menggunakan indikator lakmus. Senyawa asam dapat mengubah
lakmus biru menjadi berwarna merah, sebaliknya senyawa basa dapat mengubah lakmus merah
menjadi berwarna biru. Selain itu, untuk membedakan apakah suatu senyawa bersifat asam atau
basa dapat juga menggunakan indikator phenolphthalein.
Jika setelah penambahan phenolphthalein warna larutan berubah menjadi merah muda
atau pink, maka larutan tersebut bersifat basa. Senyawa asam dan basa masing-masing memiliki
sifat spesifik yang dapat membedakannya satu sama lain, misalnya dengan rasanya. Senyawa
asam cenderung memiliki rasa masam, sedangkan senyawa basa memiliki rasa agak pahit.
Perbedaan lain yang dapat membedakan kedua senyawa ini yaitu kemampuannya melarutkan zat
lain. Senyawa asam bersifat korosif sehingga dapat melarutkan beberapa logam aktif, sedangkan
senyawa basa dapat melarutkan lemak. Oleh karena itu, abu gosok yang bersifat basa dapat
digunakan untuk mencuci sisa lemak yang ada di piring.
Senyawa asam dan basa juga dapat digolongkan lebih lanjut berdasarkan sifat keras dan
lunaknya. Penggolongan ini didasarkan pada ligan dan ion logamnya. Ligan (anion) keras dan
lunak digolongkan berdasarkan polarisabilitas anion, yaitu kemampuan suatu anion untuk
mengalami polarisasi akibat medan listrik yang berasal dari ion logam (kation). Sedangkan ion
logam (kation) keras dan lunak digolongkan berdasarkan polarisabilitas kation, yaitu
kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi suatu anion dalam suatu ikatan.
Penggolongan ini penting dilakukan untuk memudahkan pemahaman mengenai
pengertian dari suatu asam atau basa yang keras dan lunak. Pemahaman sifat asam basa yang
keras dan lunak juga dibutuhkan untuk mengetahui interaksi yang terjadi diantara asam basa
tersebut, apakah interaksi yang bersifat ionik atau interaksi yang bersifat kovalen. Oleh karena
itu maka dibuat makalah ini sebagai tugas dalam mata kuliah Kimia Anorganik II agar
mahasiswa lebih mampu memahami segala aspek yang berkaitan dengan teori asam basa.

Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Kimia anorganik 1.
2. Untuk mengetahui teori asam basa Lux Flood.
3. memahami materi mengenai asam dan basa Lux Flood.

Rumusan masalah
1. Apa definisi asam basa?
2. Apa pengertian asam basa menurut teori Lux Flood?

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Asam dan Basa


Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru
berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai
zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam
okso dan karena is tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam halida, HCI, HBr,
dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam)
dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”. Setelah unsur klorin,
bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam – asam halida ditemukan
oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian
ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa
semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang
bernama Svante August Arrhenius dengan menggunakan landasan ini,
Istilah asam berasal dari bahasa Latin “Acetum” yang berarti cuka, karena diketahui zat
utama dalam cuka adalah asam asetat. yaitu zat yang berasa masam.
Basa (alkali) berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Secara umum basa yaitu zat yang berasa
pahit dan bersifat kaustik. Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion
hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk
unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan
untuk basa kuat. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat
tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi
larutan basa tersebut.

Teori Asam Basa Lux Flood


Teori Asam Basa Lux-Flood merupakan penghidupan kembali teori asam basa
oksigen yang diusulkan oleh kimiawan Jerman Hermann Lux pada tahun 1939, kemudian
dikembangkan oleh Håkon Flood sekitar tahun 1947 dan masih digunakan sampai sekarang
pada bidang geokimia modern dan elektrokimia lelehan garam. Konsep teori asam basa Lux-
Flood ditinjau berdasarkan ion oksida (O2-).
Menurut teori asam basa Lux-Flood, senyawa yang bersifat asam yaitu senyawa-
senyawa yang menjadi akseptor ion oksida. Sedangkan senyawa yang bersifat basa yaitu
senyawa-senyawa yang menjadi pendonor ion oksida. Contoh reaksi antara CaO (kapur) dan
SiO2 (pasir) yang terjadi pada suhu tinggi. Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
CaO(s) + SiO2(s) → CaSiO3(s)
Reaksi CaO atau SiO2 dapat pula terjadi pada suhu rendah sesuai persamaan berikut:
SO3(g) + H2O(l0 → H2SO4(aq)
SiO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq)
Adapun kelebihan teori asam basa lux-flood yaitu karakterisasi oksida logam dan non logam
menggunakan sistem ini bermanfaat dalam industri pembuatan logam.
Sedangkan kelemahan teori Lux-Flood yaitu teori ini terbatas hanya pada senyawa-
senyawa yang memiliki ion oksida saja. Teori ini tidak dapat menjelaskan sifat kebasaan dan
keasaman suatu senyawa yang tidak memiliki ion oksida di dalamnya.

Reaksi- Reaksi Asam dan Basa


Reaksi Penetralan
Jika larutan asam san larutan basa direaksikan maka terjadi reaksi penetralan,
yaitu reaksi yang saling meniadakan sifat asam dan basa yang menghasilkan garam dan
air.
Contoh :
Asam + Basa Garam + Air
HnA + B(OH)m BnAm + H2O
Reaksi Oksida Asam dan Oksida Basa
Oksida asam adalah oksida bukan logam yang saat bereaksi dengan air membentuk
asam.
CO2 + H2O H2CO3
SO2 + H2O H2SO3
SO3 + H2O H2SO4
N2O5 + H2O 2 HNO3
P2O5 + H2O 2 H3PO4
Oksida asam akan bereaksi dengan larutan basa membentuk garam dan air
CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O
Oksida basa adalah oksida logam yang saat bereaksi dengan air akan menghasilkan basa:
Na2O + H2O ---> 2 NaOH
K2O + H2O ---> 2 KOH
Oksida basa akan bereaksi dengan larutan asam membentuk garam dan air
Na2O + H2SO4 ---> Na2SO4 + H2O
Fe2O3 + HNO3 ---> 2 Fe(NO3)3 + 3 H2O
Reaksi yang menghasilkan Endapan
Untuk mengetahui suatu reaksi menghasilkan endapan atau tidak....ada dua cara. Cara
pertama menggunakan tabel kelarutan (dengan menghitung nilai perbandingan Ksp dengan
Qsp nya), contoh :
BaCl2(aq) + Na2SO4(aq) ---> BaSO4(s) + 2NaCl (aq)
Reaksi Ion (larutan elektrolit terurai menjadi ion2nya dan yang mengendap tidak diuraikan).
Ba2+(aq) + 2Cl-(aq) + 2Na+(aq) + SO42-(aq) ---> BaSO4(s) + 2Na+(aq) + 2Cl-(aq)
Reaksi ion bersihnya (ion2 yang sama di ruas kiri dan kanan dihilangkan)
Ba2+(aq) + SO42-(aq) ---> BaSO4(s)
Reaksi yang Menghasilkan Gas
a. Reaksi yang menghasilkan gas CO2
CaCO3(s) + 2HCl(aq) ---> CaCl2(s) + H2O(l) + CO2(g)
Na2CO3(s) + H2SO4(aq) ---> Na2SO4(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Kedua reaksi di atas sebenarnya menghasilkan H2CO3 akan tetapi segera terurai
menjadi H2O(l) dan CO2(g).
b. Reaksi yang menghasilkan gas NH3
NH4Cl(s) + KOH(aq) ---> KCl(aq) + H2O(l) + NH3(g)
reaksi di atas sebenarnya menghasilkan NH4OH akan tetapi segera terurai menjadi
H2O(l) dan NH3(g)
c. Reaksi yang menghasilkan gas H2S
FeS(s) + H2SO4 ---> FeSO4 + H2S
Reaksi Logam dengan Asam Kuat
Logam + Asam Kuat ---> Garam + gas Hidrogen
Ca(s) + 2HCl(aq) ---> CaCl2(s) + H2O(g)
Na(s) + H2SO4(aq) ---> Na2SO4(aq) + H2(g)
Sifat- Sifat Asam dan Basa
Ada beberapa sifat-sifat khusus untuk membedakan suatu zat atau senyawa berupa asam
atau basa yaitu:
Sifat Asam
Karena Ion hidrogen mempunyai muatan positif (makanya dikasih tanda plus (+)
disebelah atas belakang H). Secara umum, Asam memiliki sifat sebagai berikut:
Rasa masam jika dilarutkan dalam air (hanya untuk asam lemah)
Sentuhan : terasa menyengat bila disentuh dan dapat merusak kulit (terutama jika asam pekat)
Bersifat korosif terhadap logam. Dapat menyebabkan karat, dapat pula merusak jaringan
kulit/iritasi dan melubangi benda yang terbuat dari kain, kayu atau kertas jika konsentrasinya
tinggi (pengalaman pribadi, kalian mau coba? Dio kayanya semangat nih)
Hantaran listrik : merupakan cairan elektrolit walaupun tidak selalu ionik (dapat menghantarkan
listrik walau tidak selalu berbentuk ion)
Derajat keasaman (pH) lebih kecil dari 7
Mengubah warna lakmus menjadi berwarna merah

Sifat Basa
Sedangkan Ion hidroksida mempunyai muatan negatif (makanya dikasih tanda
minus (-) disebelah atas belakang OH). Basa adalah lawan dari asam. Secara umum, Basa
memiliki sifat sebagai berikut:
Rasa pahit jika dilarutkan dalam air (hanya untuk basa lemah)
Sentuhan : terasa licin seperti sabun bila disentuh (hanya untuk basa lemah)
Bersifat kaustik (dapat merusak jaringan kulit/iritasi)
Hantaran listrik : dapat menghantarkan listrik (merupakan larutan elektrolit)
Derajat keasaman (pH) lebih besar dari 7
Mengubah warna lakmus menjadi berwarna biru
Dalam keadaan murni umumnya berupa kristal padat
Dapat mengemulsi minyak

D. Jenis- Jenis Asam dan Basa


1. Jenis- Jenis Asam
Asam terbagi dua jenis yaitu Asam Kuat dan Asam Lemah.
a. Asam Kuat yaitu Asam yang dapat terionisasi 100% dalam larutan
Contoh asam Kuat:
Asam sulfat (H2SO4)
Asam klorida (HCl)
Asam nitrat (HNO3)
Asam bromida (HBr)
Asam iodida (HI)
Asam klorat (HClO4)

b. Asam lemah yaitu Asam yang tidak terionisasi seluruhnya pada saat dilarutkan dalam air.
Contoh asam lemah:
o Asam askorbat
o Asam karbonat
o Asam sitrat
o Asam etanoat
o Asam laktat
o Asam fosfat

Jenis- Jenis Basa


Seperti halnya asam, basa juga terbagi menjadi 2 jenis yaitu Basa Kuat dan Basa Lemah
a. Basa Kuat
yaitu Basa yang dapat terionisasi sempurna sesuai dengan unsure pembentuk basa
tersebut.
Contoh basa kuat:
o Litium hidroksida (LiOH)
o Natrium hidroksida (NaOH)
o Kalium hidroksida (KOH)
o Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
o Stronsium hidroksida (Sr(OH)2)
o Rubidium hidroksida (RbOH)
o Barium hidroksida (Ba(OH)2)
o Magnesium hidroksida (Mg(OH)2)

b. Basa Lemah

yaitu basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan. Amonia
adalah salah satu contoh basa lemah. Sudah sangat jelas ammonia tidak mengandung ion
hidroksida, tetapi amonia bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion amonium dan ion
hidroksida.

Akan tetapi, reaksi berlangsung reversibel, dan pada setiap saat sekitar 99% amonia tetap
ada sebagai molekul amonia. Hanya sekitar 1% yang menghasilkan ion hidroksida. Disebut basa
lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1).
Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa
lemahnya (seperti halnya basa kuat).

Berikut ini contoh basa lemah :

o gas amoniak (NH3)

o besi hidroksida (Fe(OH)2)

o Hydroksilamine (NH2OH)

o Aluminium hidroksida (Al(OH)3)

o Ammonia hydroksida (NH4OH)

o Metilamin hydroxide (CH3NH3OH

o Etilamin hydroxide (C2H5NH3OH)

Indikator Asam Basa


Indikator asam – basa adalah zat kimia yang mempunyai warna yang berbeda dalam
larutan asam dan basa. Sifat itulah yang menyebabkan indikator asam – basa dapat digunakan
untuk mengidentifikasi sifat asam dan basa. Ada beberapa jenis indikator asam – basa
diantaranya fenolftalein, metil orange, bromotimul biru, metil ungu, bromokresol ungu, fenol
merah, timolftalein dan metil orange. Jika kita meneteskan larutan asam – basa kedalam larutan
tersebut, kita akan melihat perubahan warna larutan indikator. Perhatikan tabel berikut:
Indikator asam - basa

2.6.1 Trayek Perubahan Warna Indikator Asam Basa


Bab III
Penutup
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Cotton F.A dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.

Huheey, J.E., Keiter, E.A., and Keiter, R.L. 1993. Inorganic Chemistry. New York.
HarperCollins College Publisher.

Petrucci, Ralph. H.1985. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai