Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3

1.1 Latar belakang ............................................................................................... 3

1.2 Rumusan masalah.......................................................................................... 5

1.3 Tujuan penulis ............................................................................................... 5

BAB II Pembahasan ................................................................................................ 6

2.1 Penutupan 6 (enam) outlet Giant. .................................................................. 6

2.2 Tinjauan Industri Ritel Indonesia 2018 ......................................................... 7

2.3 Risiko Usaha Retail di Indonesia .................................................................. 7

2.4 Faktor yang mempengaruhi penutupan 6 gerai Giant ................................... 9

2.5 Pengaruh / Dampak bagi Perusahaan, Karyawan, dan Masyarakat ............ 11

BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 12


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Palembang, 21 Oktober 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Giant di Indonesia beroperasi di bawah bendera bisnis jaringan ritel raksasa,
PT. Hero Supermarket Tbk. yang telah mengadakan aliansi strategis dengan Dairy
Farm Internasional pada tahun 1999 dalam bentuk penyertaan saham langsung.
Kerjasama antara keduanya ditandai pula dengan bergabungnya beberapa eksekutif
Dairy Farm Internasional sebagai mitra untuk memperkuat jajaran manajemen PT.
Hero Supermarket Tbk. Hal ini bertujuan untuk memberikan kontribusi berupa
pengalaman dan keahlian internasional yang bermanfaat bagi pengetahuan dan
pemahaman manajemen PT.Hero Supermarket Tbk.

Gerai giant yang pertama kali dibuka di Indonesia adalah Giant Hypermarket di
Villa Melati Mas, Serpong, Tangerang pada tanggal 26 Juli 2002. Giant dengan
mottonya “ Banyak Pilihan Harga Lebih Murah” menyediakan sekitar 35.000-
50.000 item, yang mana 90% nya berasal dari produk lokal dan etnik. Dengan
operating philosopy “Garansi Harga Murah Setiap Hari”, Giant ingin dikenal
sebagai brand yang murah, terjangkau dan dapat dipercaya dengan memberikan
nilai lebih dari harga yang dibayarkan. Produk private label Giant mulai hadir pada
tahun 2003 dengan menggunakan merek Giant serta First Choice.

Produk private label hadir untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang sensitif
terhadap harga akan produk yang berkualitas. Harga yang ditetapkan untuk produk
private label lebih murah bila dibandingkan dengan produk merek nasional. Dengan
adanya produk private label diharapkan dapat menambah pilihan bagi konsumen
dalam berbelanja. Slogan dari produk private label milik Giant adalah Proudly
Made in Indonesia Produk-produk private label yang dijual oleh Giant 90% adalah
produk lokal yang dihasilkan oleh pemasok yang sebagian besar adalah perusahaan
berskala kecil menengah di Indonesia. Giant memiliki standar khusus yang harus
dipenuhi oleh pemasok dalam memproduksi produk private label. Standar ini
digunakan untuk menjaga kualitas dari produk private label yang dihasilkan. Giant
juga memberlakukan kebijakan yang memberikan keleluasaan bagi konsumen
untuk mengembalikan produk private label yang telah dibeli ke gerai giant maupun
jika merasa tidak puas dengan kualitas produk private label tersebut.

 Giant Ekstra

Giant Ekstra merupakan bagian dari segmen bisnis Makanan dengan format
hypermarket yang menawarkan berbagai macam produk dalam satu atap untuk
pelanggan. Selain fungsi utamanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti
makanan, produk segar, serta produk perawatan tubuh, Giant Ekstra juga
menawarkan berbagai macam peralatan rumah tangga, pakaian, serta barang-
barang perabotan rumah. Dengan motto “Murah Setiap Hari”, Giant Ekstra telah
menjadi pilihan konsumen untuk membeli berbagai macam produk dengan harga
terjangkau.

Sebagai bentuk apresiasi bagi pelanggan setia, Giant di tahun 2018 menawarkan
konsumen program – program unggulan baru seperti Harga Teman dan Multi Save.
Tak sampai disitu, demi meningkatkan kepuasan konsumen sejumlah perbaikan
dilakukan sepanjang tahun 2018 baik dari sisi fisik toko melalui revitalisasi fasilitas
konsumen di sejumlah toko seperti fisik toko, signage, area parkir, trolley dan
keranjang belanja. Pengalaman berbelanja konsumen juga ditingkatkan dengan
memperbaharui cara komunikasi atas harga dan promosi agar lebih memudahkan
konsumen serta mengenalkan program baru yaitu I Don’t Queue (green line). Food
safety awareness pun ditingkatkan dengan mengusung konsep “Green store” demi
menjamin kualitas produk yang ditawarkan khususnya produk-produk segar seperti
Buah dan Sayuran.

Hingga akhir tahun 2018, HERO Group mengoperasikan 57 (lima puluh tujuh)
gerai Giant Ekstra

 Giant Ekspres

Giant Ekspres merupakan toko dengan format Supermarket milik HERO


Group dengan target untuk menjangkau masyarakat yang mengutamakan efisiensi
serta kenyamanan berbelanja. Dengan menyediakan berbagai macam produk, toko
Giant Ekspress terletak di lokasi strategis dekat kawasan pemukiman warga agar
dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan belanja harian dan mingguan.

Giant Ekspres terus menawarkan produk segar, kebutuhan sehari-hari, dan


barang-barang rumah tangga lainnya dengan harga yang terjangkau. Pada tahun
2018, Giant Ekspres mengaplikasikan program promosi baru pada format
supermarket seperti Harga Teman dan Multi save serta memperkenalkan konsep
baru untuk format supermarket yang menawarkan kenyamanan berbelanja bagi
kosumen melalui revitalisasi fasilitas konsumen di sejumlah toko seperti fisik toko,
signage, area parkir, trolley dan keranjang belanja. Perbaikan juga dilakukan dari
sisi pelayanan seperti memperbaharui cara komunikasi atas harga dan promosi agar
lebih memudahkan konsumen serta mengenalkan program baru yaitu I Don’t Queue
(green line) untuk mengurangi waktu antri konsumen di kasir.

Hingga akhir tahun 2018, HERO Group telah mengoperasikan 82 (delapan


puluh dua) gerai Giant Ekspres.

Namun, pada 28 juli 2019 Giant supermarket telah menutup 6 tokonya secara
serentak. Gerai Giant supermarket telah menutupoutletnya di Giant Express Cinere
Mall, Giant Express Mampang, Giant Express pondok Timur, Giant Extra
Jatimakmur, Giant Extra Mitra 10 Cibubur, dan Giant Extra Wisma Asri.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah menganalisis tentang penutupan 6
(enam) outlet Giant secara serentak pada 28 juli 2019.

1.3 Tujuan penulis


Makalah ini dibuat bertujuan untuk menganalisis penyebab terjadinya
penutupan outlet Giant pada 28 juli 2019 serta pengaruhnya terhadap organisasi dan
khalayak terkait.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penutupan 6 (enam) outlet Giant.

Sumber masalah pada makalah ini adalah terjadinya penutupan beberapa outlet
Giant secara serentak di sekitar jabodetabek pada akhir juni 2019 kemarin.
Penutupan outlet Giant ini dilakukan oleh PT Hero Supermarket.Tbk diduga karena
disebabkan oleh deficit perusahaan sebesar 1.2 triliun rupiah per tahun 2018
kemarin.

Direktur Hero Supermarket Hadrianus Wahyu Trikusumo mengatakan


penutupan gerai Giant tak bisa dihindari dalam transformasi bisnis perseroan.
Adapun penutupan gerai, menurutnya sudah dikomunikasikan kepada karyawan.

Menurutnya, bisnis makanan mengalami peningkatan persaingan dalam


beberapa tahun terakhir. Ini terjadi karena perubahan perilaku belanja pelanggan.
Giant disebut sudah memiliki merek kuat, namun perusahaan harus beradaptasi agar
dapat bersaing secara efektif melalui transformasi berkelanjutan untuk mencapai
pertumbuhan kinerja jangka panjang.

Adapun transformasi itu dilakukan antara lain melalui peningkatan dan


perbaharuan penawaran, memastikan kualitas barang nilai serta produktivitas toko
untuk kepentingan pelanggan dan masa depan karyawan. Perseroan juga tengah
memperbarui beberapa gerai Giant untuk menghasilkan bisnis yang berkelanjutan.

Dia mengakui, perubahan tersebut berdampak pada beberapa karyawan."Kami


akan bekerja sebaik mungkin untuk memperlancar proses transisi dan
memperlakukan karyawan dengan adil dan hormat," katanya.

Hingga Mei 2019, Hero tercatat telah mengoperasikan 125 gerai Giant ekstra
dan Giant Ekspres. Mengutip laporan keuangan Hero pada Triwulan I-2019,
perusahaan mencatat kenaikan pendapatan 0,5% menjadi Rp 3,05 triliun dari Rp
3,04 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Meski masih mencatatkan rugi bersih pada Maret 2019 senilai Rp 3,52 miliar,
namun kerugian tersebut membaik dibanding periode Maret 2018 yang mencapai
Rp 4,13 miliar.

PT Hero Supermarket Tbk melalui Giant telah menutup 6 outletnya disekitar


Jabodetabek antara lain Giant Express Cinere Mall, Giant Express Mampang, Giant
Express pondok Timur, Giant Extra Jatimakmur, Giant Extra Mitra 10 Cibubur, dan
Giant Extra Wisma Asri.

Penutupan gerai-gerai tersebut diatas terjadi pada tanggal 28 Juli 2019 oleh PT
Hero Supermarket Tbk yang merupakan salah satu perusahaan Retail di Indonesia.

2.2 Tinjauan Industri Ritel Indonesia 2018


Walaupun kondisi perekonomian nasional berangsur memulih, namun industri
ritel di Indonesia masih belum mengalami tren perbaikan. Hal tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pertumbuhan konsumsi rumah tangga
yang mengalami stagnasi di tahun buku. Berdasarkan pernyataan yang disampaikan
oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), rata-rata
tingkat konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 5% atau sedikit mengalami
kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di samping itu, adanya
penurunan penjualan bisnis Makanan secara umum juga menyebabkan industri ritel
nasional mengalami pelemahan. Era digitalisasi yang semakin berkembang pesat
juga menyebabkan adanya perubahan pola belanja masyarakat. Adanya
peningkatan pertumbuhan industri e-commerce menuntut pelaku industri ritel,
termasuk HERO Group, untuk melakukan inovasi dan transformasi bisnis dalam
rangka menanggapi dan memenuhi perubahan dinamika konsumen melalui
pemberian program-program yang lebih persuasif bagi konsumen.

2.3 Risiko Usaha Retail di Indonesia

Risiko utama Perseroan adalah tingginya tingkat persaingan Industri ritel di


Indonesia. Selain itu, Perseroan juga menghadapi risiko. risiko lainnya yang terkait
dengan kegiatan usaha dan operasi,industri ritel dimana Perseroan beroperasi,
persaingan, dan risiko atas kepemilikan saham Perseroan termasuk namun tidak
terbatas pada:

1. Risiko yang berkaitan dengan industri ritel

a) Tingginya tingkat persaingan Industri ritel di Indonesia;


b) Industri ritel tergantung pada perubahan sentimen dan preferensi
konsumen;
c) Industri waralaba Indonesia dipengaruhi oleh perubahan peraturan yang
terus membentuk arena persaingan ritel; dan
d) Perubahan terbaru pada peraturan impor hortikultura dapat mempengaruhi
pasar ritel kelontong;

2. Risiko yang berkaitan dengan Perseroan

a) Perseroan memperoleh sebagian besar pendapatan dari geraiͲgerainya di


area Jabodetabek;
b) Perseroan mungkin tidak mampu mempertahankan jumlah dan kombinasi
persediaan yang memadai untuk memastikan ketersediaan produk di gerai;
c) Perseroan mungkin tidak mampu mempertahankan hubungan dengan
pemasok;
d) Fungsi logistik Perseroan diserahkan ke atau dikelola oleh pihak ketiga
dimana Perseroan tidak memiliki kendali;
e) Jatuhnya reputasi Perseroan dapat mengakibatkan penurunan kepercayaan
pelanggan dan penurunan penjualan;
f) Sewa toko Perseroan tidak dapat diperpanjang dengan persyaratan
komersial yang menguntungkan dan Perseroan mungkin tidak dapat
mengambil lokasi yang diinginkan;
g) Perseroan mungkin tidak bisa mendapatkan lokasi yang cocok untuk gerai
baru dan tidak ada jaminan bahwa pembukaan gerai baru akan berhasil;
h) Tidak ada jaminan bahwa strategi selektif Perseroan dalam memperoleh
lahan untuk perluasan hipermarket dan supermarketnya akan berhasil;
i) Perseroan membutuhkan sejumlah perizinan untuk beroperasi yang
mungkin tidak dapat diperoleh tepat waktu atau tidak dapat diperoleh sama
sekali;
j) Perseroan mungkin memerlukan tambahan hutang untuk membiayai
pertumbuhan bisnis dimana Perseroan mungkin tidak mampu
memperolehnya dengan persyaratan yang dapat diterima oleh Perseroan
atau sama sekali;
k) Kegiatan usaha Perseroan secara substansial tergantung pada personil inti
dari tim manajemen serta kemampuannya untuk terus merekrut dan
mempertahankan tenaga ahli;
l) Sebagian besar karyawan tergabung dalam serikat pekerja
m) Penjualan Perseroan dapat terpengaruh fluktuasi musim;
n) Cuaca ekstrim dan bencana alam dapat berpengaruh negatif pada kegiatan
usaha Perseroan;
o) Tidak semua risiko operasional Perseroan dapat diasuransikan atau cakupan
asuransi mungkin tidak memadai;
p) Perseroan mungkin tidak berhasil mengelola risiko nilai tukar mata uang
asing;
q) Perseroan menghadapi risiko litigasi;
r) Perseroan bergantung pada kinerja sistem informasi yang baik; dan
s) Kepentingan pemegang utama saham Perseroan bisa berbeda dengan
pemegang saham lain;

2.4 Faktor yang mempengaruhi penutupan 6 gerai Giant

Jika dilihat dari sisi Giant, tindakan penutupan took ritelnya lebih dikarenakan
pada efisiensi agar perusahaan dapat bertahan dan tetap menghidupi bisnisnya.
Salah satunya, juga tidak terlepas dari pengaruh pemilihan lokasi yang dirasakan
tidak tepat, sehingga di tengah perjalanan operasional harus ditutup dan direlokasi
ke lokasi lain atau bisnis lain dengan pertimbangan yang lebih strategis dan dengan
potensi pendapatan yang lebih baik daripada gerai saat ini.
Disisi lain perlu kita ingat, bahwa bisnis ritel sendiri mendapatkan keuntungan
dari volume penjualan. Namun jika ternyata kontribusi pendapatan sebua gerai
retail kecil dan justru membuat gerai tersebut merugi secara operasional, bukan hal
yang tidak mungkin perusahaan ritel akan melakukan penutupan terhadap sejumlah
gerainya yang dianggap tidak memberikan kontribusi secara signifikan.

Namun tidak bias dipungkiri, selain alasan efisiensi, tutupnya beberapa gerai
Giant karena secara tidak langsung Giant memang kalah kuat dalam bersaing.
Apalagi belakangan ini duniaritel sudah kebanjiran berbagai macam platform jual
beli online yang berani menawarkan aneka ragam produk, yang juga tidak kalah
dari produk yang disediakan oleh toko-toko offline. Kondisi tersebut justru
mengubah kebiasaan belanja masyarakat yang tadinya mereka cendeerung
melakukan secara langsung dan tunai, kini mereka lebih memilih belanja secara
online. Perubahan itu membuat sebagian besar masyarakat lebih nyaman karena
bias berbelanja dari rumah ataupun dimana saja, dan lebih memudahkan mereka
dalam mendapatkan barang yang diinginkan tanpa harus pergi ke took-toko offline.

Bukan hanya system belanja online saja yang marak terjadi, namun satu decade
belakangan ini minimarket sudah semakin massif dalam menjamah lingkungan kita.
Dan minimarket ini tidak tanggung-tanggung menyediakan kebutuhan belanja
secara lengkap. Contohnya indomaret dan alfamart

Sementara jika kita mengambil sudut pandang dari sisi asosiasi pengusaha ritel
Indonesia yang melihat arah segmen pasar Giant yang bergerak pada bisnis
makanan. Maka kita akan melihat adanya perubahan dan pergeseran perilaku
konsumen dari yang mulanya Shopper Lifestyle saja, kini justru berbalik arah
menjadi leisure lifestyle. Hal itu terjadi karena biasanya masyarakat memasak
dirumah, sekarang cendedrung bepergian untuk kuliner makanan di luar rumah
sekaligus mencari hiburan sehingga mempengaruhi penurunan transaksi komoditas
pangan, baik untuk minuman dan makanan.

Disamping itu, bisnis makanan yang dijalani HERO melaui Giant, juga
dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang lesu jika harga barang berada diatas
harga normal. Bila dibandingkan dengan toko-toko ritel kecil yang lebih dekat
dengan lingkungan msyarakat. Fakta ini sejalan dengan kejadian Giant yang
memberikan cuci Gudang, dengan potongan harga yang tidak seberapa namun
mampu menarik minat masyarakat luas.

2.5 Pengaruh / Dampak bagi Perusahaan, Karyawan, dan Masyarakat

Pada tahnu 2018, Hero menanggung kerugian 1.2 triliun per tahun 2018.
Kerugian tersebut terulang lagi pada kuartal I-2019, dimana meskipun Hero
mencatatkan kenaikan tipis sekitar 0.32% dari pendapatn bersih Rp 3.04 triliun di
periode yang sama tahun 2018, menjadi sebesar Rp. 3.05 triliun per kuartal I-2019,
namun secara keseluruhan, pada kuartal I-2019 ini HERO masih harus mengalami
kerugian hingga Rp. 3.5 miliar. Meskipun kerugian tersebut tidak sebesar dengan
kerugian Rp 4.1 miliar

Setelah penutupan sejumlah gerai ritel Giant, kemungkinan besar HERO akan
mengubah arah bisnisnya. Dimana HERO tidak akan lagi memperbesar jaringan
kontribusi dari segmen makanan, melainkan HERO akan lebih menggenjot segmen
non-makanan.

Penutupan gerai Giant yagn terjadi pada juli 2019 kemarin, tidak selalu bahwa
perusahaan ritel tersebut akan menuju kebangkrutan. Penutupan gerai Giant adalah
salah satu upaya induk usaha HERO agar bias mempertahankan bisnisnya ditengah
ketatnya persaingan pasar ritel belakangan ini.

Bagi karyawan PT Hero Supermarket Tbk pada umumnya dan karyawan Giant
pada Khususnya, terasa sangat berdampak negative karena terjadinya PHK 532
karyawan perusahaan. Dan bertambahnya pengangguran di Indonesia

Bagi masyarakat tidak terasa terlalu berpengaruh karena masih banyak


perusahaan ritel lain yang dapat menyediakan kebutuhan masyarakat secara
lengkap dan harga yang tidak terlalu berbeda.
BAB III

KESIMPULAN

Penutupan ke 6 gerai Giant yang dilakukan oleh HERO, tidak serta merta
menjadikannya sebagai perusahaan yang akan menuju collapse (bangkrut), namun
lebih mengarah kepada persaingan bisnis ritel, khususnya dalam bisnis makanan
yang sudah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, dan
mempengaruhi perubahan perilaku konsumen. Meski HERO melakukan penutupan
pada sejumlah gerai Giant, namun ternyata HERO sendiri kini sedang
mengembangkan bisnis lainnya yakni segmen non-makanan yang terdiri dari toko-
toko kesehatan dan kecantikan GUARDIAN. Serta toko perabotan rumah tangga
IKEA. Oleh karena itu, bisnis HERO Group saat ini masih terlalu dini untuk
diakatakan collapse.

Menurut penulis, penutupan beberapa gerai Giant lebih kepada transformasi


perusahaan PT Hero Supermarket Tbk yang berencana untuk memperbesar segmen
non-makanan yang sedang dalam tren positif. Jika transformasi bisnis ini berhasil
dan membawa perbaikan pada kinerja HERO, maka kita baru bias pertimbangkan
untuk berinvestasi di HERO dengan risiko yang lebih rendah, tentunya dengan
Analisa yang lebih menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai