Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep sehat dan sakit adalah konsep yang kompleks dan berinterpretasi.

Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Sehat

diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami, yang bersifat dinamis dan

sifatnya terus menerus berubah. Menurut WHO sehat adalah keadaan

keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya

terbebas dari penyakit dan kelemahan. Sakit adalah keadaan tidak normal atau

tidak sehat, secara sederhana dapat disebut penyakit yang merupakan suatu

bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal (Asmadi, 2008).

Menurut Muwarni (2011), Hipertensi adalah suatu keadaan dimana

tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang mengalami batas

normal (tekanan systole di atas 140 mmHg, di atas 90 mmHg). Definisi yang

lain menurut Brashers (2008) hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah arterial yang berlangsung terus menerus. Tekanan darah tinggi

pada orang dewasa sebagai berikut menurut klasifikasi JNS (The Join

National Comitten on Preventation, detection evaluation and treatment of

Hight Blood Preassure ) klasifikasi sistolik dan diastolik untuk ukuran normal

< 120 dan< 80, pada prehipertensi dalam rentang sistolik 120-139 dan

diastolik 85-89. Pada hipertensi stage 1 ukuran sistolik 140-159 mmHg dan

ukuran diastolik 90-99 mmHg. Serta hipertensi stage 2 ukuran tekanan darah ≥

160 dan ≥ 100 mmHg. Penyebab dari hipertensi menurut penyebabnya ada 2

1
jenis yaitu : hipertensi primer esensial yaitu meliputi faktor keturunan, umur,

serta faktor psikis. Hipertensi sekunder yaitu penyakit ginjal, tumor dalam

rongga kepala, penyakit syaraf dan toxemia gravidarum (Muwarni, 2011).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas dengan
masalah Hipertensi?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas
dengan masalah Hipertensi
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan adalah makalah ini adalah dihahapkan penulis
mampu :
a. Untuk mengetahui definisi hipertensi
b. Untuk mengetahui Etiologi hipertensi
c. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
d. Untuk mengetahui jalannya penyakit atau patofisiologi hipertensi
e. Untuk megetahui manifestasi pada hipertensi
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit hipertensi
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic
h. Untuk mengetahui komplikasi pada penyakit hipertensi

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny dkk, 2004).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai
oleh meningkatnya tekanan darah. Seseorang yang terjangkit penyakit ini
biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan
penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi penderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit syaraf , ginjal , dan pembuluh darah serta makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya . (Sylvia A. Price).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi
adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya.

B. Etiologi
Tingginya tekanan yang lama tentu saja akan merusak pembuluh darah

diseluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal, otot. Maka

konsekuensi yang biasa pada hipertensi yang lama tidak terkontrol adalah

gangguan penglihatan, okulasi kroner, gagal ginjal dan stroke. Selain itu

3
jantung membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa

melawan tingginya tekanan darah.


Peningkatan tekanan perifer yang dikontrol pada tingkat anteriola adalah

dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya tekanan tersebut

belum banyak diketahui. Selain itu hipertensi juga dipengaruhi oleh tekanan

emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan

yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi

faktor keturunan. Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria

(Smeltzer & Bare, 2001).

C. Klasifikasi
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
optimal < 120 < 80
Normal 120-129 80-84
High normal 130-139 85-89
Hipertensi I
grade 1 (ringan) 140-159 90-99
grade 2 (sedang) 160-179 100-109
grade 3 (berat) 180-209 110-119
grade 4 (sangat berat) > 210 > 120

D. Patofisiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menyebabkan
aliran darah meningkat. Sehingga dalam pembuluh darah terjadi sclerosis
yang kemudian aliran darah tersebut menjadi statis (adanya retensi garam).
Hal tersebut menyebabkan peningkatan kerja jantung yang ditandai dengan
peningkatan kontraksi otot jantung sehingga otot jantung mengalami
pembesaran dan mengakibatkan penurunan cardiac output.

4
Peningkatan TD dapat menyebabkan sclerosis yang menimbulkan
pengecilan pembuluh darah. Jika dalam serebral terjadi peningkatan vaskuler
(aliran darah) karena adanya peningkatan ini menyebabkan aliran darah turun,
sehingga suplai darah ke otak kurang dan dapat terjadi nyeri.
Karena suplai darah ke otak berkurang maka O2 yang diedarkan oleh
darah ke otak menjadi berkurang pula, sehingga terjadi gangguan perfusi
jaringan. Dampak hipertensi pada ginjal terjadi vaskontriksi pembuluh darah
ginjal yang menyebabkan penurunan aliran darah. Hal ini menyebabkan
rennin (yang merupakan enzim yang disekresi oleh sel junkta glomerulus
ginjal) bekerja pada substratnya berupa pembentukan engiotensin peptida II
yang berpengaruh terhadap aldosteron untuk mengikat natrium dan air ke inter
stisial, hal tersebut mengakibatkan peningkatan volume cairan dalam tubuh,
(Price & Wilson, 1995)
Dengan adanya penurunan suplai O2 ke otak maka kebutuhan otak akan
O2 berkurang. Hal tersebut dapat menyebabkan pingsan pada akhirnya akan
terjadi resiko injuri. (Ganong, 2003)

5
Pathway

6
E. Manifestasi
1. Neurologi
a. Pusing / migraine
b. Penurunan kemampuan berbicara
c. Disfungsi sistem syaraf
d. Infeksi serebral
e. Infark otak
f. Perdarahan serebral
g. Edema cerebral
h. Stroke
i. Hemiplegia
2. Gastro intestinal
a. Mual
b. Muntah
3. Urologi
a. Poliuria
b. Nokturia
c. Hematuria mikroskopik
d. Polidipsi
e. Gagal ginjal
f. Proteinuria
4. Kardiovaskuler
a. Mycocardiac infark
5. Respiratorius
a. Sesak nafas
6. Psikologis
a. Mudah marah
b. Cemas
c. Sulit tidur
7. Sensori
a. Gangguan tajam pengelihatan

7
b. Pandangan akbur
c. Kebutaan
d. Retinopati

F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
Faktor resiko hipertensi antara lain:
Tekanan darah diatas rata-rata, adanyan hipertensi pada anamnesis keluarga,
ras (negro), takikardi, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
a. mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolimia, diabetes mellitus, dsb.
b. dilarang merokok atau menghentikan merokok
c. merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. melakukan excercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengn obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
c. faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang harus di kontrol
d. batasi aktifitas
3. Pencegahan Tersier
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

8
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi ringan dan berat.terapi
tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan penderita hipertensi adalah :
a) Retriksi garam secara moderat dari 10gr/hari menjadi 5gr/hari
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah dianjurkan untuk
penderita hipertensi. Macam olahraganya yaitu isotonis dan dinamis
seperti lari, jogging, bersepeda , berenang dan lain-lain.
Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik
atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona
latihan frekuensi latihan sebaiknya 3x/minggu dan paling baik
5x/minggu
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukan
pada subjek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subjek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama
dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain , juga untu7k gangguan psikologis seperti kecemasan dan
keteganggan.

9
b) Teknik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks.
4) Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat memepertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
b. Terapi dengan obat
tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standart yang dilakukan Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Commite On Detection, Evalution And
Treatment Of High Blood Preaurre, USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat
deuritika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Haemoglobine / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindetifikasi
faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia
2. BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
3. Glukosa : hiperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin
4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan difungsi ginjal atau
adanya diabetes
5. Pemeriksaan Tiroid : hipertiroidimse dapat menimbulkan vasokontriksi
dan hipertensi

10
6. CT Scan : mengkaji cerebral, CSU, ensevalopati / feokromositoma
7. EKG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi
8. Foto dada : dapat menunjukkan obtruksi klasifikasi pada area katub,
defisit pada torik aorta, pembesaran jantung
9. IUP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / uterter (Doengoes, 1999).

H. Komplikasi
a. Stroke
Ditimbulkan akibat peredaran darah tinggi di otak, stroke dapat terjadi

pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak

mengalami hipertropi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-

daerah yang diperdarahinya berkurang.


b. Infark miokardium
Apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup

oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah melalui pembuluh tersebut.


c. Gagal ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus darah

akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan

menjadi hipoksia dan kematian.


d. Kerusakan otot.
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan perifer dan mendorong cairan kedalam ruang intestinum

diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan

terjadi koma serta kematian (Corvin, 2000)

11
BAB III
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELUARGA

A. Konsep Keluarga

Salah satu aspek yang paling penting dalam keperawatan adalah keluarga.

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan

atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan

cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan

keperawatan dirumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh

keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga

dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.

Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga

dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat

dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan

individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan

12
masyarakat. Pemberian pelayanan kesehatan harus memperhatikan nilai-nilai

dan budaya keluarga sehingga dapat menerimanya.

Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan

perkembangan sosial masyarakat. Berikut sesuai dengan dikemukakan

beberapa pengertian keluarga Jhonson & Leny (2010), sebagai berikut:

1. Raisner
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih

yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari

bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek.

2. Logan’s
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa

komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.


3. Gillis
Keluarga adalah sebagaiman sebuah kesatuan yang kompleks dengan

atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-

masing mempunyai sebagaimana individu.


4. Departemen kesehatan RI
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Dapat

disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :


a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi.


b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka

tetap memperhatikan satu sama lain.


c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak, dan adik.

13
d. Mempunyai tujuan: menciptakan dan memperhatikan budaya,

meningkatkan perkembangan fisik, psikologi, dan sosial anggota.


B. Tipe / bentuk keluarga
Ada beberapa tipe keluarga yakni :
1. Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak.
2. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan

anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah

satu atau dua pihak orang tua.


3. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis

keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan

antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.


C. Tugas keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
1. Pemeiharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

masing-masing.
4. Sosialisasi antar keluarga.
5. Pengaturan jumlah keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
D. Peran keluarga
peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,

kegiatan yang berhubungan denganpribadi dalam posisi dan situasi tertentu.

Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari

keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat didalam

keluarga adalah sebagai berikut :


1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya

serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

14
2. Ibu sebagai istri dan ibu sebagai anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok

dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari

nafkah tambahan dalam keluarganya.


3. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.


E. Fungsi keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan sekaligus

sudah dapat diterapkan oleh masyarakat atau kelompok keluarga. Adapun

fungsi yang dijalankan keluarga adalah sebagai berikut :


1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa

depan anak.
2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga

mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.


3. Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi

anak sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman.


4. Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif

merasa perasaan dan suasana anak anggota yang lain dalam

berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.

Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan

keharmonisan dalam keluarga.


5. Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan

mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga

15
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan

kehidupan lain setelah meninggal dunia.


6. Fungsi ekonomi dilihat bagaimana kepala keluarga mencari

penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat

memenuhi kebutuhan keluarga.


7. Fungsi rekreasi dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang

menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama,

bercerita tentang pengalaman masing-masing dan lainnya.


8. Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan

keturunan sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang,

perhatian, dan rasa aman diantara keluarga, serta membina

pendewasaan kepribadian anggota keluarga


F. Keperawatan kesehatan keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat

yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang

dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran /

penyalur.
Alasan keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga

yang menyangkut kehidupan masyarakat.


2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam

kelompoknya.
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan

apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan

akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

16
4. Memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien),

keluarga tetap berperan sebagai pengambilan keputusan dalam

memelihara kesehatan para anggotanya.


5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk

berbagai upaya kesehatan masyarakat.


Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga, yaitu :
1. Tujuan umum :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara

kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan

status kesehatan keluarganya.

2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi

masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.


b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi

masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.


c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil

keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan

para anggotanya.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberi asuhan

keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam

mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.


e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan

mutu hidupnya.

17
18

Anda mungkin juga menyukai