PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep sehat dan sakit adalah konsep yang kompleks dan berinterpretasi.
diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami, yang bersifat dinamis dan
keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit dan kelemahan. Sakit adalah keadaan tidak normal atau
tidak sehat, secara sederhana dapat disebut penyakit yang merupakan suatu
normal (tekanan systole di atas 140 mmHg, di atas 90 mmHg). Definisi yang
tekanan darah arterial yang berlangsung terus menerus. Tekanan darah tinggi
pada orang dewasa sebagai berikut menurut klasifikasi JNS (The Join
Hight Blood Preassure ) klasifikasi sistolik dan diastolik untuk ukuran normal
< 120 dan< 80, pada prehipertensi dalam rentang sistolik 120-139 dan
diastolik 85-89. Pada hipertensi stage 1 ukuran sistolik 140-159 mmHg dan
ukuran diastolik 90-99 mmHg. Serta hipertensi stage 2 ukuran tekanan darah ≥
160 dan ≥ 100 mmHg. Penyebab dari hipertensi menurut penyebabnya ada 2
1
jenis yaitu : hipertensi primer esensial yaitu meliputi faktor keturunan, umur,
serta faktor psikis. Hipertensi sekunder yaitu penyakit ginjal, tumor dalam
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas dengan
masalah Hipertensi?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas
dengan masalah Hipertensi
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan adalah makalah ini adalah dihahapkan penulis
mampu :
a. Untuk mengetahui definisi hipertensi
b. Untuk mengetahui Etiologi hipertensi
c. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
d. Untuk mengetahui jalannya penyakit atau patofisiologi hipertensi
e. Untuk megetahui manifestasi pada hipertensi
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit hipertensi
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic
h. Untuk mengetahui komplikasi pada penyakit hipertensi
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.
Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny dkk, 2004).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai
oleh meningkatnya tekanan darah. Seseorang yang terjangkit penyakit ini
biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan
penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi penderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit syaraf , ginjal , dan pembuluh darah serta makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya . (Sylvia A. Price).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi
adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya.
B. Etiologi
Tingginya tekanan yang lama tentu saja akan merusak pembuluh darah
diseluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal, otot. Maka
konsekuensi yang biasa pada hipertensi yang lama tidak terkontrol adalah
gangguan penglihatan, okulasi kroner, gagal ginjal dan stroke. Selain itu
3
jantung membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa
belum banyak diketahui. Selain itu hipertensi juga dipengaruhi oleh tekanan
yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi
faktor keturunan. Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria
C. Klasifikasi
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
optimal < 120 < 80
Normal 120-129 80-84
High normal 130-139 85-89
Hipertensi I
grade 1 (ringan) 140-159 90-99
grade 2 (sedang) 160-179 100-109
grade 3 (berat) 180-209 110-119
grade 4 (sangat berat) > 210 > 120
D. Patofisiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menyebabkan
aliran darah meningkat. Sehingga dalam pembuluh darah terjadi sclerosis
yang kemudian aliran darah tersebut menjadi statis (adanya retensi garam).
Hal tersebut menyebabkan peningkatan kerja jantung yang ditandai dengan
peningkatan kontraksi otot jantung sehingga otot jantung mengalami
pembesaran dan mengakibatkan penurunan cardiac output.
4
Peningkatan TD dapat menyebabkan sclerosis yang menimbulkan
pengecilan pembuluh darah. Jika dalam serebral terjadi peningkatan vaskuler
(aliran darah) karena adanya peningkatan ini menyebabkan aliran darah turun,
sehingga suplai darah ke otak kurang dan dapat terjadi nyeri.
Karena suplai darah ke otak berkurang maka O2 yang diedarkan oleh
darah ke otak menjadi berkurang pula, sehingga terjadi gangguan perfusi
jaringan. Dampak hipertensi pada ginjal terjadi vaskontriksi pembuluh darah
ginjal yang menyebabkan penurunan aliran darah. Hal ini menyebabkan
rennin (yang merupakan enzim yang disekresi oleh sel junkta glomerulus
ginjal) bekerja pada substratnya berupa pembentukan engiotensin peptida II
yang berpengaruh terhadap aldosteron untuk mengikat natrium dan air ke inter
stisial, hal tersebut mengakibatkan peningkatan volume cairan dalam tubuh,
(Price & Wilson, 1995)
Dengan adanya penurunan suplai O2 ke otak maka kebutuhan otak akan
O2 berkurang. Hal tersebut dapat menyebabkan pingsan pada akhirnya akan
terjadi resiko injuri. (Ganong, 2003)
5
Pathway
6
E. Manifestasi
1. Neurologi
a. Pusing / migraine
b. Penurunan kemampuan berbicara
c. Disfungsi sistem syaraf
d. Infeksi serebral
e. Infark otak
f. Perdarahan serebral
g. Edema cerebral
h. Stroke
i. Hemiplegia
2. Gastro intestinal
a. Mual
b. Muntah
3. Urologi
a. Poliuria
b. Nokturia
c. Hematuria mikroskopik
d. Polidipsi
e. Gagal ginjal
f. Proteinuria
4. Kardiovaskuler
a. Mycocardiac infark
5. Respiratorius
a. Sesak nafas
6. Psikologis
a. Mudah marah
b. Cemas
c. Sulit tidur
7. Sensori
a. Gangguan tajam pengelihatan
7
b. Pandangan akbur
c. Kebutaan
d. Retinopati
F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
Faktor resiko hipertensi antara lain:
Tekanan darah diatas rata-rata, adanyan hipertensi pada anamnesis keluarga,
ras (negro), takikardi, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
a. mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolimia, diabetes mellitus, dsb.
b. dilarang merokok atau menghentikan merokok
c. merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. melakukan excercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengn obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
c. faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang harus di kontrol
d. batasi aktifitas
3. Pencegahan Tersier
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
8
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi ringan dan berat.terapi
tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan penderita hipertensi adalah :
a) Retriksi garam secara moderat dari 10gr/hari menjadi 5gr/hari
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah dianjurkan untuk
penderita hipertensi. Macam olahraganya yaitu isotonis dan dinamis
seperti lari, jogging, bersepeda , berenang dan lain-lain.
Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik
atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona
latihan frekuensi latihan sebaiknya 3x/minggu dan paling baik
5x/minggu
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukan
pada subjek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subjek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama
dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain , juga untu7k gangguan psikologis seperti kecemasan dan
keteganggan.
9
b) Teknik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks.
4) Pendidikan Kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat memepertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
b. Terapi dengan obat
tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standart yang dilakukan Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Commite On Detection, Evalution And
Treatment Of High Blood Preaurre, USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat
deuritika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Haemoglobine / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindetifikasi
faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia
2. BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
3. Glukosa : hiperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin
4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan difungsi ginjal atau
adanya diabetes
5. Pemeriksaan Tiroid : hipertiroidimse dapat menimbulkan vasokontriksi
dan hipertensi
10
6. CT Scan : mengkaji cerebral, CSU, ensevalopati / feokromositoma
7. EKG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi
8. Foto dada : dapat menunjukkan obtruksi klasifikasi pada area katub,
defisit pada torik aorta, pembesaran jantung
9. IUP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / uterter (Doengoes, 1999).
H. Komplikasi
a. Stroke
Ditimbulkan akibat peredaran darah tinggi di otak, stroke dapat terjadi
11
BAB III
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELUARGA
A. Konsep Keluarga
Salah satu aspek yang paling penting dalam keperawatan adalah keluarga.
keperawatan dirumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh
12
masyarakat. Pemberian pelayanan kesehatan harus memperhatikan nilai-nilai
1. Raisner
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih
2. Logan’s
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa
atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
13
d. Mempunyai tujuan: menciptakan dan memperhatikan budaya,
masing-masing.
4. Sosialisasi antar keluarga.
5. Pengaturan jumlah keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
D. Peran keluarga
peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,
Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
14
2. Ibu sebagai istri dan ibu sebagai anak-anaknya, ibu mempunyai
depan anak.
2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
15
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan
yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang
penyalur.
Alasan keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
kelompoknya.
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
16
4. Memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien),
2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
para anggotanya.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberi asuhan
mutu hidupnya.
17
18