Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

Model Proses

Rekayasa Perangkat Lunak

( RPL )

Disusun Oleh :

Yana Supriana

170511069

PROGRAM STUDI : S1 TEKNIK INFORMATIKA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
Jl. Fatahillah No.40 Watubelah-Sumber-Kab. Cirebon
2019 M/ 1440 H
1) Component Based Development

Component-based development sangat berkaitan dengan teknologi


berorientasi objek. Pada pemrograman berorientasi objek, banyak class yang
dibangun dan menjadi komponen dalam suatu software. Class-class tersebut
bersifat reusable artinya bisa digunakan kembali. Model ini bersifat iteratif
atau berulang-ulang prosesnya.
Proses Component Based Development dapat digambarkan sebagai berikut :

Pertama: Identifikasi kelas-kelas yang akan digunakan kembali dengan


menguji kelas tersebut dengan data yang akan dimanipulasi dengan
aplikasi/software dan algoritma yang baru

Kedua: Kelas yang dibuat pada proyek sebelumnya disimpan dalam kelas
library, sehingga bisa langsung diambil dari library yang sudah ada. Jika ada
kebutuhan kelas baru, maka kelas baru dibuat dengan metode berorientasi
objek.

Ketiga: Bangun software dengan kelas-kelas yang sudah ditentukan atau kelas
baru yang dibuat, integrasikan.

Kelebihan CBD :

Kelebihan model ini adalah tinggal mencaplok atau menggunakan program


atau komponen yang sudah ada dan menyusunnya menjadi sebuah program
yang lebih kompleks dan berkembang sesuai dengan kebutuhan
user/pengguna sehingga dapat mengefisienkan penggunaan waktu dan
tenaga.Selain itu,model ini juga menyediakan kemampuan untuk
memvisualisasikan hasil rakitan dengan kesanggupan untuk mengukur,
menganalisa, merancang dan merancang ulang program.

Kekurangan CBD :

Kekurangan model ini adalah seringnya program atau komponen-komponen


terdahulu tidak kompatibel atau sejalan dengan model perakitan komponen
ini sehingga untuk perusahaan berskala kecil akan kesulitan menemukan
komponen yang sesuai untuk dirakit.

Component-Based Software Engineering (CBSE) adalah proses yang


menekankan perancangan dan pembangunan software dengan menggunakan
komponen software yang sudah ada. CBSE terdiri dari dua bagian yang
terjadi secara paralel yaitu software engineering (component-based
development) dan domain engineering seperti yang digambarkan pada
Gambar 2:

a) domain engineering menciptakan model domain bagi aplikasi yang akan


digunakan untuk menganalisis kebutuhan pengguna. Identifikasi,
pembangunan, pengelompokan dan pengalokasikan komponen-
komponen software supaya bisa digunakan pada sistem yang ada dan
yang akan datang.
b) software engineering (component-based development) melakukan
analisis terhadap domain model yang sudah ditetapkan kemudian
menentukan spesifikasi dan merancang berdasarkan model struktur dan
spesifikasi sistem, kemudian melakukan pembangunan software dengan
menggunakan komponen-komponen yang sudah ditetapkan berdasarkan
analisis dan rancangan yang dihasilkan sebelumnya hingga akhirnya
menghasilkan software.

Contoh software atau penerapan Component Based Development :

Model ini lebih tepat digunakan untuk pengembangan aplikasi dengan waktu
yang lebih singkat dan untuk pengembangan aplikasi dari suatu perusahaan
yang sudah memiliki standarisasi, sehingga ketika perusahaan tersebut ingin
menambah/mengembangkan modul-modul tertentu, developer tidak usah
melakukan pengkodean ulang, namun untuk hal-hal yang sesuai dengan
standarisasi tersebut, developer hanya tinggal menggunakan kembali class-
class yang sudah ada, baik itu class yang ada dalam satu project tersebut
maupun pada project lain.
2) Formal Method Model

Pada model ini, yang digunakan disini adalah notasi matematika yang
terperinci dan penuh ketelitian dalam mengidentifikasi desain dan menguji
sistem yang berbasis komputer. Metode ini sering dipakai untuk spesifikasi
yang detail, rancangan dan verifikasi pada bagian-bagian sistem yang penting
(bersifat kritikal) seperti pada sistem avionic dan aerospace, serta pada sistem
keamanan yang kritikal pada monitor jantung, ATM (Anjungan Tunai
Mandiri) dan pada perbankan.dan secara khusus, metode formal sangat cocok
dijalankan pada sistem yang kompleks.
Proses Formal Method Model dapat digambarkan sebagai berikut :

Pertama: persyaratan informal dianalisis dan fungsi ditentukan secara resmi.

Kedua: proses pembangunan membutuhkan spesifikasi formal ini dan


merubahnya menjadi lebih rinci.

Ketiga: deskripsi dapat dieksekusi oleh beberapa prosesor.

Keuntungan Formal Method Model :

 Meminimalkan risiko dengan adanya perhitungan komputasi.


 pengurangan waktu dan peningkatan produktivitas yang besar.

Kerugian Formal Method Model :

 Biaya tinggi/mahal.
 Kompleks.
 Tidak Umum untuk proyek software pada umumnya.

Contoh studi kasus:

Puskesmas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang dituntut


untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan baik. Diantaranya adalah
rekam medis pasien di Puskesmas Mranggen I masih menggunakan sistem
manual, sehingga menyebabkan beberapa kendala diantaranya pengolahan
data pasien yang masih lambat yang mengakibatkan tingginya tingkat
kesalahan dalam pengolahan data pasien. Sistem rekam medis ini
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan jenis studi kasus pada
Puskesmas Mranggen I, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara, dan studi literature. Teknik analisis data
menggunakan model incremental yang dikembangkan dari model waterfall,
sedangkan model analisis menggunakan analisis terstruktur yaitu ERD
(Entity Relationship Diagram) dalam menggambarkan model data dan DFD
(Data Flow Diagram) untuk mengembangkan model fungsional.Perangkat
pembangun adalah Borland Delphi 7 dengan database MySQL. Data yang
diproses yaitu pendaftaran, rekam medis, rujukan, laboratorium sedangkan
keluaran dari system berupa laporan-laporan.

3) Aspect Oriented Software Development

Aspect-Oriented Software Development(AOSD) adalah pendekatan baru


untuk desain perangkat lunak yang menangani masalah-masalah modularitas
yang tidak ditangani dengan baik oleh pendekatan-pendekatan lainnya,
termasuk pemrograman terstruktur dan Object-Oriented Programming.
AOSD melengkapi, tetapi tidak menggantikan pendekatan-pendekatan
lainnya.

Kelebihan AOSD :

 Pemrograman full dengan program yang berorientasi objek


 Apabila ada kesalahan dapat diperbaiki dengan mudah
 dapat dengan mudah mengembangkan perangkat lunak itu sendiri.
Kelemahan AOSD:

 Membutuhkan tenaga ahli yang handal


 Waktu yang diperlukan cukup lama
 Pembuatan program yang rumit karena berlandaskan objek.

4) Unified Process

UP merupakan metode proses pengembangan sistem yang bersifat use-


case-driven/ menggunakan use case sebagai alur untuk membangun sebuah
sistem informasi, selain itu untuk metode ini terdapat beberapa tahapan yang
harus dipenuhi. UP berpusat pada arsitektur perangkat lunak, interatif dan
tumbuh-kembang (Alhir, 2005). Kerangka pengembangan ini termasuk baru
dalam metodologi pengembangan perangkat lunak. UP dapat diaplikasikan
pada berbagai skala proyek, mulai dari skala kecil sampai dengan skala besar.

UP mempunyai 4 tahapan yaitu :


Empat tahapan dalam UP adalah sebagai berikut:
 Inception: Tahapan paling awal, penilaian terhadap sebuah proyek
perangkat lunak dilakukan. Tujuannya untuk mendapatkan kesepakatan
dari stakeholder sehubungan dengan tujuan dan dana proyek.
 Elaboration: Bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum kebutuhan,
persyaratan, dan fungsi-fungsi utama perangkat lunak. untuk mengetahui
secara lebih baik resiko-resiko proyek, baik meliputi resiko arsitektur
perangkat lunak, perencanaan, maupun implementasi. Pada tahap ini
telah dimulai rancang bangun perangkat lunak secara iterative melalui
aktivitas-aktivitas seperti business modeling, requirements, analysis dan
design, meskipun baru pada tahap awal.
 Construction: Bertujuan untuk membangun perangkat lunak sampai
dengan saat perangkat lunak tersebut siap digunakan. Titik berat tahapan
ini adalah pada penentuan tingkat prioritas kebutuhan/persyaratan,
melengkapi spesifikasinya, analisis lebih dalam, disain solusi yang
memenuhi kebutuhan dan persyaratan, pengkodean dan pengujian
perangkat lunak. Jika dimungkinkan, versi awal dari perangkat lunak
diuji cobakan untuk mendapatkan masukan dari pengguna.
 Transition: Tahap ini difokuskan pada bagaimana menyampaikan
perangkat lunak yang sudah jadi pada pengguna. Perangkat lunak akan
secara resmi diuji, baik oleh penguji (tester) yang kompeten maupun oleh
pengguna. Beberapa aktivitas seperti pemindahan pusat data dan
pelatihan pengguna serta staf pendukung harus dilakukan pada tahap ini.

UP tepat digunakan saat kondisi:

 Pengembangan perangkat lunak yang berorientasi objek dengan


berfokus pada UML (Unified Modeling Language )
 Mempunyai waktu pengembangan yang panjang
 Dikembangkan pada perangkat lunak sebagai sarana interaksi antara
pengguna dan perangkat keras
 Mempunyai tim programmer yang cukup banyak
 Pengembangan dan perubahan perangkat lunak berdasarkan kebutuhan
user

Keuntungan Pengembangan Perangkat Lunak RUP :

 Menyediakan akses yang mudah terhadap pengetahuan dasar bagi


anggota tim.
 Menyediakan petunjuk bagaimana menggunakan UML secara efektif.
 Mendukung proses pengulangan dalam pengembangan software.
 Memungkinkan adanya penambahan-penambahan pada proses.
 Memungkinkan untuk secara sistematis mengontrol perubahan-
perubahan yang terjadi pada software selama proses pengembangannya.
 Memungkinkan untuk menjalankan test case dengan menggunakan
Rational Test Manager Tool

Kekurangan Pengembangan Perangkat Lunak RUP :

 Metodologi ini hanya dapat digunakan pada pengembangan perangkat


lunak yang berorientasi objek dengan berfokus pada UML (Unified
Modeling Language).
 Membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan XP dan Scrum.
5) V Model

Bisa dikatakan model ini merupakan perluasan dari model waterfall,


karena tahapnya mirip dengan yang terdapat dalam model waterfall. Jika
dalam model waterfall proses dijalankan secara linear, maka dalam model V
proses dilakukan bercabang. Dalam model V ini digambarkan hubungan
antara tahap pengembangan software dengan tahap pengujiannya.
Proses V-Model dapat digambarkan sebagai berikut :

 Pertama: Requirement Analysis & Acceptance Testing


Tahap Requirement Analysis sama seperti yang terdapat dalam model
waterfall. Keluaran dari tahap ini adalah dokumentasi kebutuhan
pengguna.
Acceptance Testing merupakan tahap yang akan mengkaji apakah
dokumentasi yang dihasilkan tersebut dapat diterima oleh para pengguna
atau tidak.

 Kedua: System Design & System Testing


Dalam tahap ini analis sistem mulai merancang sistem dengan mengacu
pada dokumentasi kebutuhan pengguna yang sudah dibuat pada tahap
sebelumnya. Keluaran dari tahap ini adalah spesifikasi software yang
meliputi organisasi sistem secara umum, struktur data, dan yang lain.
Selain itu tahap ini juga menghasilkan contoh tampilan window dan juga
dokumentasi teknik yang lain seperti Entity Diagram dan Data
Dictionary.

 Ketiga: Architecture Design & Integration Testing


Sering juga disebut High Level Design. Dasar dari pemilihan arsitektur
yang akan digunakan berdasar kepada beberapa hal seperti: pemakaian
kembali tiap modul, ketergantungan tabel dalam basis data, hubungan
antar interface, detail teknologi yang dipakai.
 Keempat: Module Design & Unit Testing
Sering juga disebut sebagai Low Level Design. Perancangan dipecah
menjadi modul-modul yang lebih kecil. Setiap modul tersebut diberi
penjelasan yang cukup untuk memudahkan programmer melakukan
coding. Tahap ini menghasilkan spesifikasi program seperti: fungsi dan
logika tiap modul, pesan kesalahan, proses input-output untuk tiap
modul, dan lain-lain.

 Kelima: Coding
Dalam tahap ini dilakukan pemrograman terhadap setiap modul yang
sudah dibentuk.

Kelebihan V-Model :
V Model sangat fleksibel. V Model mendukung project tailoring dan
penambahan dan pengurangan method dan tool secara dinamik. Akibatnya
sangat mudah untuk melakukan tailoring pada V Model agar sesuai dengan
suatu proyek tertentu dan sangat mudah untuk menambahkan method dan tool
baru atau menghilangkan method dan tool yang dianggap sudah obsolete.
V Model dikembangkan dan di-maintain oleh publik. User dari V Model
berpartisipasi dalam change control board yang memproses semua change
request terhadap V Model.

Kekurangan V-Model :
V Model adalah model yang project oriented sehingga hanya bisa digunakan
sekali dalam suatu proyek.
V Model terlalu fleksibel dalam arti ada beberapa activity dalam V Model
yang digambarkan terlalu abstrak sehingga tidak bisa diketahui dengan jelas
apa yang termasuk dalam activity tersebut dan apa yang tidak.

Contoh software atau penerapan menggunakan model V :

 Dalam proyek teknologi informasi di Jerman.


 V Model dibandingkan dengan CMM.
 V Model didesain untuk mengembangkan sistem yang didalamnya
terdapat dua komponen.
 Pengembangan V Model dalam bidang industri dapat dilakukan dengan
mudah.

6) Concurent Model

Pada model ini aktifitas kerja dilakukan secara bersamaan, setiap proses
kerja memiliki beberapa pemicu kerja dari aktifitas. Pemicu dapat berasal dari
awal proses kerja maupun dari pemicu yang lain karena setiap pemicu akan
saling berhubungan.

Proses Concurrent Engineering dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelebihan Model Concurrent Engineering :


Proses ini berlaku untuk semua jenis pengembangan perangkat lunak dan
memberikan gambaran yang akurat tentang keadaan sekarang dari suatu
proyek.

Kekurangan Model Concurrent Engineering :


Statenya sangat banyak sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.

Contoh software atau penerapan menggunakan concurrent model :


Concurrent model dapat mengembangkan semua jenis perangkat lunak, dari
yang perangkat lunak dasar hingga perangkat lunak tingkat tinggi, seperti
software untuk perbankan, marketing, games, hingga software dengan fungsi
tingkat tinggi.

http://triseptiansyah.blogspot.com/2015/08/pengertian-kelebihan-dan-
kekurangan.html

http://tedybatosai.blogspot.com/2010/05/rpl.html

http://ricec21.blogspot.com/2016/10/model-proses-perangkat-lunak.html

Anda mungkin juga menyukai