Anda di halaman 1dari 3

ASAP ROKOK DAN POLUSI UDARA

Haura Nadila Shabira

Mungkinkah kita harus membeli udara bersih di Indonesia? Pertanyaan ini sangat
menggelitik tetapi jika dibayangkan mungkin saja terjadi. Hal ini dikarenakan tingkat
polusi udara yang semakin meningkat. Misalnya, beberapa waktu yang lalu kita
digegerkan dengan berita udara bersih kalengan yang laku di jual di China. Keadaan
polusi udara yang begitu kritis mengakibatkan mengimpor udara dari negara lain
(www.boombastis.com, n.d).
Menurut data World Health Organization (WHO), sembilan dari sepuluh orang
secara global menghirup udara dengan tingkat polutan yang tinggi (www.dw.com, 2018).
WHO juga mencatat bahwa sembilan dari sepuluh orang di planet ini menghirup udara
berpolusi dan polusi dalam ruangan merupakan masalah besar yang pada umumnya
kurang disadari. Kemudian, polusi udara tersebut membunuh tujuh juta orang setiap
tahun. Populasi yang terpinggirkan di tempat-tempat seperti Afrika dan Asia paling
terkena dampaknya (www.voaindonesia.com, 2018). Di Indonesia, WHO mencatat angka
kematian per tahun akibat polusi udara melebihi 60.000 kasus (www.dw.com, 2018).
Polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Polusi udara
dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia
(www.wikipedia.org, 2019).
Salah satu kegiatan manusia yang menjadi sumber polusi udara adalah merokok.
Menurut WHO, sekitar 700 juta anak, atau sekitar setengah dari seluruh anak di dunia
terpaksa menghirup udara yang tercemari asap rokok. Asap rokok ini sangat berbahaya
bagi pertumbuhan serta perkembangan mereka. Oleh karena itu lingkungan yang tidak
sehat ini tentu sangat berpengaruh pada kesehatan orang yang berada di lingkungan asap
rokok (https://blogs.itb.ac.id, 2016).
Indonesia adalah salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia
(https://blogs.itb.ac.id, 2016). Berdasarkan riset Atlas Tobbaco, Indonesia menduduki
ranking tiga negara dengan jumlah perokok tertinggi di dunia. Jumlah perokok di
Indonesia tahun 2016 mencapai 90 juta jiwa. Indonesia menempati urutan tertinggi
prevalensi merokok bagi laki-laki di ASEAN yakni sebesar 67,4 persen. Kenyataan itu
diperparah semakin muda usia perokok di Indonesia (Setyaningsih, 2018). Oleh karena
itu Indonesia memiliki jumlah perokok aktif yang sangat besar.
Melihat jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat, maka dapat dkatakan
asap rokok yang dihasilkan dari aktivitas merokok juga semakin meningkat. Tentunya
keadaan ini mengkhawatirkan bagi kualitas udara yang dihirup. Kandungan asap rokok
yang tersebar ke udara sangatlah berbahaya. Asap rokok yang dihisap mengandung kira-
kira 4000 jenis bahan kimia dengan berbagai jenis daya kerja terhadap tubuh.
Asap rokok merupakan campuran kompleks dari senyawa kimia yang terikat
dengan partikel aerosol ataupun bebas dalam fasa gas. Komponen gas tersebut sangat
berpotensi untuk menimbulkan radikal bebas, yang diantaranya terdiri dari karbon
monoksida, karbondioksida, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Sedangkan
komponen partikel beberapa diantaranya terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan
cadmium.
Dampak negatif dari asap rokok tidak hanya bagi perokok yang dikenal sebagai
perokok aktif tetapi juga bagi perokok pasif. Perokok pasif merupakan seseorang yang
menghirup asap rokok dari perokok aktif (www.wikipedia.org, 2019). Berbagai dampak
negatif yang bisa derita perokok pasif yaitu penyakit kardiovaskular, kanker paru-paru,
dan penyakit pernapasan, serta gangguan pada masa kehamilan.
Berbagai cara bisa dilakukan untuk mengurangi polusi udara diakibatkan oleh asap
rokok, contohnya pemerintah perlu membuat regulasi yang mendorong turunnya jumlah
perokok di Indonesia. Seperti regulasi yang dibuat oleh Wali Kota Surabaya, yang
mengenakan denda sebesar Rp. 250.000 bagi orang merokok sembarangan atau tidak
pada tempatnya (http://surabaya.tribunnews.com, 2019) dan menyediakan area
merokok serta memperbanyak area bebas asap rokok. Selain membuat regulasi, rumah
sakit pemerintah seperti puskesmas perlu menyediakan unit layanan psikologi yang
menyediakan layanan terapi untuk mengubah perilaku perokok yang ingin berhenti
merokok. Cara lainnya adalah menanam tanaman yang dapat menyerap racun asap
rokok seperti Bunga Lili, Sirih Belanda, Palem Kuning, Lidah Mertua, Pakis Boston, Sri
Rezeki, Bunga Gerbera, dan Bunga Kembang Sepatu, baik di rumah atau di ruang publik
(www.99.co, 2018). Kemudian, kegiatan pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah
terus mengkampanyekan bahaya merokok dan menghisap asap rokok. Diharapkan
dengan cara-cara ini bisa mewujudkan udara bersih tanpa tercemar asap rokok.
DAFTAR BACAAN

https://www.dw.com/id/walhi-ketiadaan-data-akurat-perburuk-polusi-di-
indonesia/a-43620871
https://www.dw.com/id/who-7-juta-orang-tewas-tiap-tahun-karena-polusi-udara/a-
43615321
https://blogs.itb.ac.id/pencemud1klp3/2016/03/
https://www.voaindonesia.com/a/who-9-dari-10-orang-menghirup-udara-
kotor/4373619.html
https://www.boombastis.com/negara-menjual-udara/110230
https://www.99.co/blog/indonesia/tanaman-menyerap-racun-asap-rokok/
http://wartakota.tribunnews.com/2018/07/23/jumlah-perokok-pemula-semakin-
meningkat-menjadi-886-persen

Setyaningsih, L. 2018. Jumlah Perokok Pemula semakin Meningkat Menjadi 88,6. Diakses
pada 4 April 2019 di http://wartakota.tribunnews.com/2018/07/23/jumlah-perokok-
pemula-semakin-meningkat-menjadi-886-persen.

Anda mungkin juga menyukai