Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RATUTI YETSI BIANCA

NIM : FAB 118 079

HIPERURESEMIA

1.1 Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat darah lebih dari normal.

Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh. Dalam keadaan

normal terjadi keseimbangan antara pembentukan dan degradasi nukleotida purin

serta kemampuan ginjal dalam mengekskresikan asam urat. Apabila terjadi

kelebihan pembentukan (overproduction) atau penurunan ekskresi

(underexcretion) atau keduanya maka akan terjadi peningkatan kadar asam urat

darah yang disebut dengan hiperurisemia. Dikatakan hiperurisemia bila asam urat

serum lebih dari 7 mg/dL (lebih dari 0,42 mmol/l) pada pria dan lebih dari 5.7

mg/dL (lebih dari 0,34 mmol/l) pada wanita. Kadar asam urat normal pada pria

adalah 3.4-7.0 mg/dL, dan pada wanita adalah 2.4-5.7 mg/dL.4

Hiperurisemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan penyakit Gout atau

pirai, namun tidak semua hiperurisemia akan menimbulkan kelainan patologik

berupa Gout. Gout adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh respon peradangan

akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan. Penyakit Gout terdiri dari

Gout artritis, pembentukan tophus, kelainan ginjal berupa nefropati asam urat dan

pembentukan batu pada saluran kemih. Gout merupakan diagnosis klinis

sedangkan hiperurisemia adalah keadaan biokimia darah.4

A. Pengaruh diet rendah purin terhadap kadar asam urat dalam darah
Salah satu cara mengatasi penimbunan asam urat dalam darah adalah
dengan mengatur jumlah kalori yang masuk tubuh dan jenis makanan yang
boleh dimakan. Meski bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap
kadar asam urat darah, makanan mempunyai andil dalam memproduksi dan
pembuangan asam urat melalui ginjal. Bagi penderita hiperurisemia dan
penyakit yang ditimbulkannya, diet rendah purin merupakan salah satu diet
yang sangat dianjurkan karena untuk menghindari terjadinya peningkatan
produksi asam urat di dalam tubuh (Dalimartha,2003).
Protein yang berasal dari hewani dan nabati selalu mengandung purin,
walaupun kadarnya berbeda-beda. Dianjurkan untuk mengkonsumsi protein
secukupnya, tidak berlebihan dan jangan terlalu rendah agar tidak terjadi
dekstruksi jaringan tubuh. Oleh karena itu, masukan protein sehari cukup 10-
15% dari total kalori atau 0,8-1 gr/kg berat badan/hari (Dalimartha, 2003).
Adapun prinsip atau aturan diet bagi penderita hiperurisemia adalah
sebagai berikut:
1. Membatasi asupan purin
Penderita gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin,
Namun karena hal ini hampir tidak mungkin dilakukan karena
hamper semua bahan makanan sumber protein mengandung
nukleoprotein, yang harus dilakukan adalah membatasi asupan
purin menjadi 100-150 mg purin/hari atau mengkonsumsi protein
yang kandungan purinnya cukup rendah diantaranya adalah kacang-
kacangan dalam bentuk kering seperti kacang tanah dan kacang
kedelai, namun kacang-kacangan ini sebaiknya dikonsumsi dalam
jumlah terbatas, yaitu 25 gram per hari (Dalimartha, 2003;
Muhammad, 2010).
2. Asupan kalori harus sesuai kebutuhan
Jumlah asupan kalori harus benar, disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh berdasarkan tinggi dan berat badan. Asupan kalori yang
terlalu sedikit juga bias meningkatkan kadar asam urat karena
adanya keton bodies yang akan mengurangi pengeluaran asam urat
melalui urin (Muhammad, 2010).
3. Konsumsi lebih banyak karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti, dan ubi sangat
baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin (Muhammad,
2010).
4. Konsumsi makanan rendah lemak
Lemak dapat menghambat eksresi asam urat melalui urin. Konsumsi
lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori ( Muhammad,
2010).
5. Konsumsi (buah-buahan) tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Cairan ini dapat diperoleh melalui minuman dapat
pula melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air
seperti semangka, melon, belimbing manis, dan jambu air
(Muhammad, 2010).
6. Menghindari alkohol serta mengkonsumsi vitamin dan mineral yang
cukup untuk mempertahankan kondisi tubuh dalam keadaan yang
baik (Muhammad, 2010).

Anda mungkin juga menyukai