b. Barang siapa shalat dua belas rakaat dalam sehari semalam, maka akan
dibangunkan rumah di surga baginya adalah shalat sunnah rawatib. Shalat
sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu. Shalat
sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib disebut shalat sunnah
qobliyah. Sedangkan sesudah shalat wajib disebut shalat sunnah ba’diyah.
Di antara tujuan disyari’atkannya shalat sunnah qobliyah adalah agar jiwa
memiliki persiapan sebelum melaksanakan shalat wajib. Perlu dipersiapkan
seperti ini karena sebelumnya jiwa telah disibukkan dengan berbagai urusan
dunia. Agar jiwa tidak lalai dan siap, maka ada shalat sunnah qobliyah lebih
dulu.
Sedangkan shalat sunnah ba’diyah dilaksanakan untuk menutup beberapa
kekurangan dalam shalat wajib yang baru dilakukan. Karena pasti ada
kekurangan di sana-sini ketika melakukannya
Ada tiga hadits yang menjelaskan jumlah shalat sunnah rawatib beserta letak-
letaknya:
1. Dari Ummu Habibah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata:
Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Dan dalam riwayat At-Tirmizi dan An-Nasai, ditafsirkan ke-12 rakaat tersebut.
Beliau bersabda:
ع َلى ثَا َب َر َمنَ عش َرة َ ثِنت َي َ سنَّ ِة ِمن َرك َعة َّ أَربَعِ ال َجنَّ ِة فِي بَيتا لَهه
ُّ ّللاه بَنَى ال
الظه ِر قَب َل َر َك َعاتُّ ب َبعدَ َو َرك َعت َي ِن َبعدَهَا َو َرك َعت َي ِنِ َبعدَ َو َرك َعت َي ِن ال َمغ ِر
ِ الفَج ِر قَب َل َو َرك َعت َي ِن ال ِعش
َاء
“Aku menghafal sesuatu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berupa shalat
sunnat sepuluh raka’at yaitu; dua raka’at sebelum shalat zuhur, dua raka’at
sesudahnya, dua raka’at sesudah shalat maghrib di rumah beliau, dua raka’at
sesudah shalat isya’ di rumah beliau, dan dua raka’at sebelum shalat
subuh.” (HR. Al-Bukhari no. 937, 1165, 1173, 1180 dan Muslim no. 729)
3. Dari Ibnu Umar dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
َّ صلَّى ام َرأ
ّللاه َر ِح َم َ أَربَعا ال َعص ِر قَبل
Kriteria pertama wanita bisa masuk surga dari pintu manapun, setelah ia
beriman kepada Allah, adalah menjaga shalat lima waktu. Artinya ia selalu
mengerjakan shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh. Tidak pernah
meninggalkan shalat-shalat tersebut kecuali di saat-saat diharamkan shalat,
yakni saat haidh dan nifas. Ia tidak malas mengerjakannya, juga tidak
menunda-nunda.Shalat demikian penting dan menempati urutan pertama amal
seseorang. Shalat juga menjadi barometer amal-amal lainnya.
Kriteria kedua wanita bisa masuk surga dari pintu manapun adalah puasa
Ramadhan. Ia berpuasa penuh di bulan yang mulia itu, kecuali pada hari-hari
ia berhalangan dan diharamkan berpuasa. Maka saat ia terhalang haid, ia
menggantinya di bulan lain selain Ramadhan. Pun saat ia udzur karena sakit,
ia menggantinya di hari lain. Sedangkan saat ia telah tua dan tidak mampu
berpuasa, ia pun membayar fidyah sebagai gantinya.
3. Menjauhi zina
Kriteria ketiga wanita bisa masuk surga dari pintu manapun adalah menjaga
kemaluannya dari zina. Artinya, bukah hanya ia tidak berzina, tetapi ia juga
menjauhi zina sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah.
“Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan keji dan jalan yang buruk” (QS.Al Isra’ : 32)
Wanita yang ingin bisa masuk surga dari pintu manapun, ia tidak pernah
berzina, ia tidak pernah selingkuh, ia menjaga tata pergaulannya sesuai aturan
Islam, hingga terjagalah dirinya dari khalwat-ikhtilat dan hal-hal lain yang
mendekati dan dapat mengantarkan menuju zina.