Anda di halaman 1dari 20

Sejarah Dakwah Islam Rosulullah SAW

1. Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad saw dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal atau 20 April
571M. Sebelum beliau dilahirkan ayahnya telah wafat oleh karena itu kakeknyalah yang
mengasuh beliau kemudian di susui oleh Halimatus Sa'diyah. Setelah kakeknya wafat
beliau diasuh oleh pamannya yaitu Abu Thalib.salah satu dari usaha Muhammad yang
terpenting sebelum di utus menjadi rosul ialah berniaga ke syam membawa barang-
barang Khadijah. Perniagaan ini menghasilkan laba yang banyak dan menyebabkan
adanya pertalian antara Muhammad dengan Khadijah dan mereka kemudian mereka
menikah. Waktu itu beliau berumur 25 tahun dan khadijah sudah janda yang berumur
40 tahun.

2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul


Di Gua Hira’
Setelah melalui perenungan yang lama dan telah terjadi jurang pemisah antara
pemikiran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaumnya, beliau nampak lebih
menggandrungi untuk mengasingkan diri. Hal ini terjadi takala beliau menginjak usia 40
tahun, beliau membawa roti dari gandum dan bekal air ke gua Hira’ yang terletak di
jabal an-Nur , yaitu sejauh hampir 2 mil dari Mekkah. Gua ini merupakan gua yang
indah, panjangnya 4 hasta, lebarnya 1,75 hasta dengan ukuran zira’ al-Hadid (hasta
ukuran besi).
Di dalam gua tersebut, beliau berpuasa bulan Ramadhan, memberi makan orang-orang
miskin yang mengunjunginya. Beliau menghabiskan waktunya dalam beribadah dan
berfikir mengenai pemandangan alam di sekitarnya dan adanya kekuasaan dalam
menciptakan dibalik itu. Kaumnya yang masih menganut ‘aqidah yang amburadul dan
cara pandang yang rapuh membuatnya tidak tenang akan tetapi beliau tidak memiliki
jalan yang jelas, manhaj yang terprogram serta cara yang terarah yang membuatnya
tenang dan setuju dengannya.
Pilihan mengasingkan diri (‘uzlah) yang diambil oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam
ini merupakan bagian dari tadbir (aturan) Allah terhadapnya. Juga, agar terputusnya
hubungannya dengan kesibukan-kesibukan di muka bumi, gemerlap hidup dan nestapa-
nestapa kecil yang mengusik kehidupan manusia menjadi noktah perubahan dalam
mempersiapkan diri menghadapi urusan besar yang sudah menantinya sehingga siap
mengemban amanah kubro, merubah wajah bumi dan meluruskan garis sejarah. ‘Uzlah
yang sudah ditadbir oleh Allah ini terjadi tiga tahun sebelum beliau ditaklif dengan
risalah. Beliau mengambil jalan ‘uzlah ini selama sebulan dengan semangat wujud yang
bebas dan mentadabburi kehidupan ghaib yang tersembunyi dibalik wujud tersebut
hingga tiba waktunya untuk berinteraksi dengan kehidupan ghaib ini saat Allah
memperkenankannya.

Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya
Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah
Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam
dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula
Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad
berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama
13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu
berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang
diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.

3. Ajaran Islam Periode Mekah


Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal
kenabiannya adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
4. Nabi Muhammad SAW Dalam Berdakwah
Dalam proses penantian Jibril, turun wahyu yang membawa perintah kepada Rasulullah.
Wahyu itu itu berbunyi sebagai berikut : Hai orang yang brselimut bangun, dan beri
ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan
perbuatan dosa dan janganlah engkau memberi ( dengan maksud ) memperoleh (
balasan ) yang lebih banyak dan untuk ( untuk memenuhi perintah ) Tuhanmu
bersabarlah. ( Al- Muddatsir 1-7 )
Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau
melakukannya secar diam-diam di lingkungannya sendiri, keluarga, dan sahabat-
sahabat beliau yang paling karib. Mereka di seru kepada pokok-pokok agama islam yang
disebut dalam ayat-ayat diatas yaitu, bertauhid kepada allah dan meninggalkan ilah
dan berhala-berhala yang mereka sembah.
Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib
yang beru berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar sahabat karibnya sejak masa kanak-
kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman,
pengasuh Nabi sejak ibunya Aminah masih hidup. Banyak orang-orang yang menerima
seruan Nabi melalui perantara Abu Bakar. Mereka dikenal dengan sebutan Assabiqunal
Awwalun . Mereka ialah Usman bin Affan, Zubair ibnu Awwan, Sa'ad ibnu Abu Waqqas,
Abdurrahman ibnu Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah ibnul Jarrah, dan Arqam
ibnu Abu Arqam. Rumah Arqam pada saat itu dijadikan tempat pertemuan untuk
menyampaikan dakwah islam.

DAKWAH RASULULLAH SAW


Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi
umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut
sebagai berikut:

1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun


Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk
masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan
kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan
dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah
SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah
SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah
SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman
(pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa
orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang
namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam
generasi awal).
2. Dakwah secara terang-terangan

Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni
setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan
secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain
sebaga berikut:
1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan
makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama
Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi
merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid
bin Haritsah.
2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada
dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk
Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman
Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada
tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota
Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam
antara lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang
pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang.
Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun
berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum
Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini,
terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul
Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan
melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada
Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan
sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran
persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi
hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan
perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan
sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri
dengan siksa kubur dan azab neraka.
3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat
meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
4. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah
Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.

Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah
SAW bermacam-macam antara lain:
۞ Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais
an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya
(kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di
antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan
melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy
dan melakukan penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad
SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4
orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu
memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi
pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan
di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu
Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih
kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua
kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan
pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah
wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul
huzni (tahun duka cita).
 BANI ABBASIYAH
Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: ‫العباسية الخالفة‬, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani
Abbasiyah (Arab:‫العباسيون‬, al-‘abbāsīyyūn) adalahkekhalifahan kedua Islam yang
berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan
menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan
melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia.
Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukan
semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari
paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652),
oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalamBani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750
dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad,
tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan
bagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan
nama Mamluk.
Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk
menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering
disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah
yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan
totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu
Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan
yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.
Sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan dikalangan kaum muslimin, dimulai sejak
masa Rasulullah SAW karena beliau mewajibkan umat islam untuk menuntut ilmu, baik
itu ilmu yang berhubungan dengan agama maupun ilmu yang berhubungan dengan
pengetahuan umum.
Sebagaimana sabda rasulullah Saw :
Artinya: “menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslimin dan muslimah” (HR. Ibnu
Abdil Barr)
Dengan diwajibkannya menuntut ilmu itulah kemudian lahirlah ulama-ulama, antara
lain: AbuBakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.Setelah Rasulullah
wafat, perkembangan ilmu pengetahuan berkembang kenegara-negara lain, mulaidari
semenanjung Arab, Eropa, bahkan sampai ke Cina.Daulah islamiyah yang telah berjasa
mengembangkan islam dimulai pada masa Umayyah danmencapai puncaknya pada masa
Daulah Abbasiyah (750M-1258M).
Pusat perkembangan ditimuradalah dikota Bagdad yaitu di negeri Irak dan berpusat
di Kordoba yaitu negeri spanyol. Sebagai tanda kejayaan umat islam, mendirikan
perpustakaan terbesar didunia yaitu Baitul Hikmah tahun 830 M.
Daulah Bani Abbasiyyah berkuasa selama 5 abad yaitu mulai tahun 132 – 656 H
/ 750 – 1258 M, menggantikan Daulah Bani Umayyah yang telah berkuasa selama 92
tahun (40 – 132 H / 660 – 750M). Dengan wafatnya Marwan bin Muhamad dalam suatu
pertempuran melawan Bani Abbasiyyah,maka berakhir pulalah kekuasaan Bani Umayyah.
Dinamakan bani Abbasiyyah, karena para pendiri dan kholifahnya merupakan
keturunan dari Abbas bin Abdul Mutholib (paman Nabii Muhammad s.a.w.) Kholifah
yang pertama kali menduduki jabatan adalah Abdul Abbas Asy Syafah yang
berkuasapada tahun 132 – 136 H / 750 – 753 M yang kemudian diikuti oleh kholifah-
kholifah yang lain silihberganti sebanyak 37 kholifah.
Selama berkuasa Daulah bani Abbasiyyah mengalami masa kejayannya, mulai dari
berdirinya hinggasampai pada masa pemerintahan kholifah Alt Watsik Billah tahun
232 H / 879 M. Masa tersebutmerupakan masa yang gilang gemilang, bahkan dapat
dikatakan masa keemasan bagi umat Islam.Diantara kholifah yang besar adalah Abu
Abbas Asy Sofa, Abu Jafar al Mansyur, Harun ar-Rasyid, Al Makmum, Al Mu’tazim
dan Al Watsik. Mereka adalah para kholifah yang telahmenghantarkan ke puncak masa
kejayaan dan keemasan daulah bani Abbasiyyah. Setelah itu hampirtidak ada kholifah
yang besar lagi, ini dikarenakan mereka lebih banyak disibukkan dengan halduniawi dan saling
berebut kekuasaan.

 BANI UMAYYAH
Bani Umayyah (bahasa Arab: ‫أمية بنو‬, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah)
atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islampertama setelah
masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan
sekitarnya (beribukota di Damaskus) ; serta
dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti
ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama
Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan
Muawiyah I.
A. Sejarah ringkas lahirnya daulah Bani Umayyah
Ketika Ali bin Abi Tholib dari Bani Hasyim Muawiyyah menolak mengakui kehalifahan
Ali, dan ketika Ali tidak meghukum para pembunuh Utsman Muawiyah menyatakan diri
sebagai penuntut balas darah Utsman dan sekaligus sebagai pewaris jabatannya, maka
terjadilah persaingan antara Bani Umayyah dan Bani Hasyim, konfrontasi kontak
senjata antar keduanya itu terjadi di Siffin diperbatasan antara Suriah dan Iraq.
Ketika kemenangan hampir berada dipihak Ali Amr bin As tangan kanan Muawiyah
untuk bernegoisasi dengan mengangkat al-Qur’an untuk berdamai,
perdamain dilakukan dengan cara Tahkim, Amr bin As diangkat sebagai perantara
dari fihak Muawiyah dan Abu Musa al-Asyari dari fihak Ali. Mereka bermufakat untuk
menurunkan kepemimpinan mereka masaing-masing, akan tetetapi keputusan dari fihak
muawiyah ternyata merugikan fihak Ali sehingga Ali menolaknya. Namun Ali sangat
sibuk menenteramkan bagian-bagian wilayah yang mengakuinya sehingga tidak sempat
memerangi Muawiyah. Sementara itu Muawiyah berhasil mengusir gubernur yang
diangkat Ali dari Mesir yang kemudian mengirim pasukan untuk menyerbu Irak.
Sebelum Ali bertindak untuk menghukum pembangkangan Muawiyah terhadap
kepemimpinanya, salah satu lawan politiknya berhasi membunuh Ali dalam suatu
tindakan menuntut balas
Dengan meninggalnya khalifah Ali Bin Abi Thalib dari Khulafaur Rasyidin, maka
bentuk pemerintahan Islam yang dirintis Nabi Muhammad SAW berubah dari system
demokrasi menjadi monarkhi (kerajaan) yaitu Daulah Bani Umayyah. Daulah Bani
Umayyah didirikan oleh Muawiyah Bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah.
Memang ada usaha dari putra ali hasan bin ali bin abi thalib untuk menggantikan
ayahnya karena tidak rela melihat umat Islam saling membunuh untuk merebutkan
kekuasaan, tiga bulan setelah dibaiat Hasan menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah
dengan berapa syarat.
Muawiyah (memerintah 661-680) adalah orang yang bertangungjawab atas sistem
suksesi kepemimpinan dari yang bersifat demokratis dengan cara pemilihan dengan
cara pemilihan kepada yang bersifat keturunan. Hal demikian ditentang oleh Husein
bin Ali dan Abdullah bin Zubair yang kemudian meninggalkan madinah, pertentangan ini
melahirkan perang saudara kedua. Dengan kemenangan Bani Umayyah.

B. Tokoh-tokoh Daulah Bani Umayyah


Suksesi kepemimpinan secara tutun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan
seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya Yazid. Muawiyah
bermaksud mencontoh monarkhi di Persia dan Byzantium.
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota dipindahkan
Muawiyah dari Madinah ke Damaskus.
Kehalifahan Bani Umayyah berhasil mengukuhkan kehalifahan di Damaskus dengan
khalifah : Muawiyah I bin abu sofyan (661-680), Yazid I (680-683), Muawiyah II
(683-684), marwan I bin al-Hakam (684-685), Abdul Malik (685-705), al-Walid II
(705-715), Sulaiman (715-717), Umar Bin Abdul Aziz (717-720), Yazid II (720-724),
Ibrahim (744) dan marwan II (744-750).
Pemindahan pusat pemerintahan didamaskus yang mulanya di madinah menandakan
dimulainya era baru. Dari pusat inilah bani umayah mulai menyempurnakan
penyempurnaan wilayahnya dengan penaklukan seluruh imperium persia dan sebagian
imperium bizantium

C. Kekuasaan dan Kebijakan Politik Ekonomi


Kebijakan politik muawiyah, selain upaya mengamana-pengamanan didalam negeri
dari saingan politiknya serta pertentangan dari suku-suku arab adalah upaya-upaya
perluasan kekuasaan/ekspansi.
Ketika awal muawiyah mengasai kehalifahan Islam telah tersebar dimesir, libia
suriah, irak dan persia, menyebrang ke Armenia sampai kesekitar Afganistan, Ekspansi
yang terhenti pada masa Khalifah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan
kembali oleh Daulah Umayyah. Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukan. Di
sebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan
Afganistan sampai ke Kabul, angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu
kota Byzantium, Konstatinopel.
Ekspansi ke timur yang dilakukan oleh Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah
Abdul Malik. Dia mengirim tentaranya menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil
menaklukan Balkan, Bukhara, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke
India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Adapun ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Walid bin
Abdul Malik (705-715 M). Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih
sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah
barat daya, Benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat
ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya
menyeberangi selat yang memisahkan Maroko dengan Benua Eropa, dan mendarat di
suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq).
Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Ibukota Spanyol, Cordova, dengan cepat dapat
dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang
dijadikan ibukota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordova.
Pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M),futûhât dilakukan hingga ke
Prancis melalui Pegunungan Piranee.Futûhât ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah
al-Ghafiqi. Ia memulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia mencoba
menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar Kota Tours, al-
Ghafiqi syahid, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Di samping daerah-daerah
tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan
Khilafah pada zaman Bani Umayyah ini.
Dengan keberhasilan ekspansi di atas, wilayah kekuasaan Khilafah masa Bani
Umayyah ini betul-betul sangat luas; meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina,
Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang
disebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
Dari persatuan berbagai bangsa dibawah naungan Islam lahirlah benih-benih
kebudayaan dan peradaban islam yang baru, meskipun demikian Bani Umayyah lebih
banyak memusatkan perhatian kepada kebudayaan Arab. Kekuasaan dan kejayaan bani
Umayyah mencapai puncaknya di zaman al-Walid sesudah itu kekuasaannya menurun.

D. Perkembangan Peradaban dan Kebudayaan

1. Kemajuan dalam bidang ilmu hadits


Perkembangan hadits semakin pesat pada masa tabi’in dengan berkembangnya
gerakan rihlah ilmiah, yaitu pengembaran ilmiyah yang dilakukan para muhaditsin dari
satu kota kekota lain, mereka melakukan hal demikian untuk mendapatkan suatu hadits
dari sahabat yang masih hidup dan tersebar diberbagai kota. Hal ini dilakukan untuk
membuktikan keaslian suatu hadits. Usaha yang mereka lakukan ini menimbulkan suatu
kajian hadits yang kemudian berkembang menjadi Ulumul Hadits.
Pada masa khlaifah umar bin Abdul Aziz mulailah dilakkukan upaya pembukuan
hadits-hadits yang tersebar diberbagai tempat. Khalifah Umar bin Abdul Aziz
memerintahkan pada para gubernurnya dan para ulama terkemuka untuk mengumpulkan
dan membukukan hadits untuk disebarkan pada masyarakat Islam.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz memberikan kepercayaan kepada gubernur madinah
Ibn Hazm untuk menghimpun dan membukukan hadits-hadits yang ada padanya dan
yang ada pada sahabat lainnya di kota madinah. Usaha pengumpulan hadits terus
dilalkukan sampai akhir kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (120 H). Diantra
para ulama yang berjuang mengumpulkan dan membukukan hadits adalah Ibnu Juraij
(di Makkah), Muhammad bin Ishak (di Madinah), Said bin Urwah (di basarah), sufyan
as-Sauri (di kufah) dan Awza’il (di Syiria). Ulama hadis dan karyanya pada masa Daulah
Umayyah adalah :
1. Imam Bukhari karyanya adalah Shahih Bukhari
2. Imam Muslim karyanya adalah Shahih Muslim
3. Imam Nasa’i karyanya adalah Sunan An-Nasa’i
4. Imam Abu Daud karyanya adalah Sunan Abi Daud
5. Imam Turmudzi karyanya adalah Sunan Turmuzi
6. Imam Ibnu Majah karyanya adalah Sunan Ibnuu Majah
2. Kemajuan dalam bidang ilmu tafsir
Tafsir dianggap sebagai bagian dari hadits atau dianggap sebagai bagian dari
cabang-cabang hadits ketika hadits pada masa awal Islam menjadi perhatian. Sehingga
pada masa itu hadits dianggap sebagai tafsir dari ayat-ayat al-Quran, tidak tersusun
berdasarkan tertib surat dan ayat.
Diantara ahli tafsir terkenal adalah Abdullah Bin Abbas dan Ibnu Juraij yangtelah
menghimpun apa yang telah diterima sehingga tafsirnya merupakan tafsir yang sangat
detail. Muqatil bin Sulaiman dimana tafsirnya banyak yang bersumber dari Taurat,
sehingga Imam ibnu Hanifah menudingnya sebagi pendusta.

3. Kemajuan dalam bidang ilmu fiqih


Pada perkembangannya fiqih dizaman pemerintahan Bani Umayyah merupakan ilmu
prektis yang digali dari dalil yang sudah terperinci, para ahli diantanya: ibnu juraih
(makkah) malik bin annas (madinah), yang menulis kitab al-Muattha Hammad bin
salmah, Sufyan as-Sauri (kufah) ibnu ishaq, setelah itu muncul pula penulis hasyim lais
serta ibnu luhai’ah dll. Pada masa ini dapat dikatakan bahwa pemikiran ilmu fiqih yang
terjadi hanya merupakan pemikiran-pemikiran para ilmu fiqh yang belum mapan dan
belum dibukukan.

4. Kamjuan dalam bidang ilmu tasawuf


Para ahli sejarah tasawuf menilai bahwa munculnya gerakan tasawuf pada masa
Daulah Bani Umayyah tidak terlepas dari kondisi kehidupan masyarakat, terutama
dikalangan istana Bani Umayyah, yang oleh sebagian mereka me-nyimpang jauh dari
kehidupan yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabat yang selalu hidup
sederhana. Ada juga yang memandang Bani Umayyah sebagai penguasa yang lalim,
sehingga mereka (para sufi) tidak mau melakukan sumpah setia (bai’at) kepada Abdul
Malik bin marwan ketika naik tahta kerajaan.
1. Arsitektur
Seni bangunan (arsitektur) pada masa umayyah bertumpu pada bangunan sipil
berupa kota-kota dan bangunan agama berupa masjid-masjid. Beberapa kota baru atau
perbaikan kota lama dibangun dalam zaman umayyah yang diiring dengan pembangunan
berbagai gedung dengan gaya padua Persia, romawi dan arab yang dijiwai semangat
Islam.
Pada masa walid dibangun masjid agung yang terkenal dengan nama masjid Damaskus
atas kereasi Abu Ubaidillah Ibn Jarrah. Ini berukuran 300x200 m2 dan memiliki 68
pilar dilengkapi dinding-dinding berukir yang indah[1].
Salah saatu kota baru yang dibangun pada zaman ini adalah kota Kairawan yang
didirikan oleh uqbah bin naïf ketika beliau menjadi gubernur.
Sabagai mana kota-kota lain Kairawan dibangun dengan gaya arsitektur islam
dilengkapi dengan berbagai gedung, masjid, taman rekreasi, pangkalan militer dan
sebagainya, kemudian kota ini menjadi kota internasional karena didalam nya terdapat
bangsa arab, Barbar, Persia, Romawi, Qibti dll.
2. Perdagangan
Setelah daulah Bani Ummaiyah menguasai wilayah yang cukup luas lalu lintas
perdagangan mendapat jaminan yang layak. Jalur darat melalui jalur sutra ke tingkok
guna memperlancar perdagangan sutera, keramik, ubat-obatan dan wewangian.
Adapun lalu-lintas dilautan kearah negeri-negeri kearah timur untuk mencari
rempah-rempah, bumbu, ambary, kasturi, permata, logam mulia, gading dan bulu-
buluan. Dari kedua kota pelabuhan itu iring-iring kafilah dagang hamper tidak putus
menuju syam dan mesir. Kemudian dari syam dan mesir kapal-kapal dagang dibawah
lindungan armada islam mengankatnya lagi ke kota-kota dagang di laut tengah.
3. Militer
Pada masa umayah organisasi milliter terdiri dari angkatan laut, darat dan angkatan
kepolisian. Berbeda dengan usman bala tentara pada masa ini tidak muncul atas dasar
kesadaran untuk berjuang tetapi semacam dipaksakan. Pada masa abad al malik bin
marwan diberlakukan undang-undang wajib militer, pada waktu itu aktifitas bala
tentara diperlengkapi dengan kuda, baju besi, pedang dan panah.
4. Kerajinan
Pada masa khalifah Abdul Malik mulai dirintis pembuatan tiras, yakni cap resmi yang
dipakai pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintah. Format tiraz yang mula-
mula terjemah dari rumus-rumus Kristen kemudian oleh Abdul Aziz (gubernur mesir)
dibantu dengan rumus islam “lailaha illahah”. Guna memperlancar produktifitas maka
khalifah mendirikan pabrik-pabrik kain.
Dibidang seni lukis semenjak khalifah muawiyah sudah mendapat perhatian, senilukis
tersebut selain terdapat di bangunan masjid-masjid juga tumbuh diluar masjid.

E. Faktor kejatuhan Daulah Bani Umayyah


Daulah bani Umayyah mengalami masa kemunduran ditandai dengan melemahnya
sistem politik karena banyaknya persoaalan-persoaalan yang dihadapi penguasa.
Diantaranya adalah masalah politik, ekonomi dan sebagainya.
Setelah Hisyam bin Abdul Malik para khalifah bani Umayyah tidak lagi bisa
diandalkan untuk mengendalikan pemerintahan dan keamanan dengan baik, selain itu
tidak dapat mengatasi pemberontakan-pemberontakan dari dalam negeri. Bahkan tidak
mampu lagi mempertahankan keutuhan dan persatuan dikalangan keluarga bani
Umayyah, sehingga sering terjadi pertikayan didalam rumah tangga istana.
Salah satu penyebabnya adalah perebutan kekuasaan siapa yang akan menggantikan
khalifah dan seterusnya.
Gerakan oposisi yang pertama-tama dinamakan dinamakan hasyimiah dan kemudian
Abbasiah secara berturut dipimpin Muhammad bin ali kemudian kedua putranya,
ibrahim dan abu abbas, gerakn ini mendapat dukungan dari orang-orang khurasan yang
merupakan basis dari partai Ali. Dibawah pemimpin panglimanya yang tangkas abu
muslim al kurasani gerakan ini dapat menguasai wilayah demi wilayah kekuasaan bani
Umayyah
Khalifah terakhir Bani Umayyah dapat dikalahkan pada pertempuran Zeb Hulu,
sebuah anak sunagi tigris, sementara pasukan Abassiyah membunuh semua anggota
keluarga bani umayyah yang berhasil merek atawan, ketika mereka mencapai mesir
dari kesatuan pendukung Abbasiyah berhasil menemukan dan membunuh marwan II.
Maka berakhirlah kekuasaan bani Umayyah

F. Sebab-sebab kemunduran Daulah Umayyah


1. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolut, tidak mengenal kompromi.
2. Gaya hidup mewah para khalifah, kebiasaan perta dan berfoya-foya dikalangan
istana yang menyebabkan rendahnya moralitas.
3. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan Khalid, yang
menyebabkan perebutan kekuasaan diantara para calon Khalifah.
4. Pada masa abad ke-3 dan ke-4 H, usaha pembukuan hadist mengalami kemajuan
dan kejayaan, karena umumnya buku-buku tersebut menjadi bahan rujukan hadits bagi
yang ingin dan belajar ilmu hadits.
5. Banyaknya gerakan-gerakan pemberontakan selama masa pertengahan sapai
dengan akir pemerintahan Bani Umayyah.
6. Pertentangan antara arab utara dan arab selatan semakin meruncing, sehingga
pemerintahan Bani Umayyah kesulitan mempertahankan keutuhan negaranya.
7. Banyaknya tokoh agama yang kecewa dengan kebijakan para penguasa Bani
Umayyah, karena tidak didasari oleh syariat Islam.

G. Keruntuhan Daulah Bani Umayyah


Keruntuhan Bani Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan Bin Muhammad dalam
pertempuran Zeb Hulu melawan pasukan Abu Muslim al-Kurasani pada tahun 748 M.
pada peristiwa itu terjadi pembersihan etnis terhadap anggota keluarga Bani
Umayyah.
Sebab-sebab keruntuhannya sebagai berikut :
1. Terjadinya persaingan kekuasaan didalam anggota keluarga kerajaan
2. Tidak ada pemimpin politik dan militer yang handal yang mampu mengendalikan
kekuasaan dan menjaga keutuhan negara
3. Munculnya berbagai gerakan perlawanan yang menentang kekuasaan Bani
Umayyah, antara lain gerakan kelompok Syi’ahSerangan pasukan Abu Mulim al-
Khurasani dan pasukan Abdul Abbas kepusat- pusat pemerintahan dan
mengahancurkannya.

 KHULAFAUR RASYIDIN
Khulafaur Rasyidin adalah para kholifah yang arif bijaksana. Mereka adalah
keempat sahabat yang terpilih menjadi pemimpin kaum muslim setelah Nab Muhammad
Rasulullah saw. wafat. Keempat kholifah tersebut ialah:

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.;


2. Umar bin Kaththab ra.;
3. Utsman bin Affan ra.; dan
4. Ali bin Abi Thalib ra.

Keempat kholifah itu selain berhasil melanjutkan perjuangan Rasulullah saw.


menegakkan ajaran tauhid, juga sukses memperluas penyebaran dan mengharumkan
nama Islam. Berikut ini kami uraikan sekelumit riwayat hidup dan jasa keempat
kholifah tersebut.

A. Abu Bakar Ash-Shiddiq ra (11-13 H/632-634)


Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah. Lalu Nabi Muhammad saw. mengganti namanya
dengan Abdullah. Lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Ia terlahir dari
pasangan Usman (Abu Quhafah) bin Amir dan Ummu Khoir Salma binti Sakhr, yang
berasal dari suku Taim, suku yang melahirkan tokoh-tokoh terhomat.
Sejak kecil ia terkenal sebagai anak yang baik. Perilakunya yang lemah-lembut,
jujur, dan sabar, membuatnya disenangi masyarakat. Karena sifat-sifatnya yang mulia
itulah sejak masa remajanya ia sudah bersahabat dengan Nabi Muhammad saw.

Ia dilahirkan dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. kemudian
terkenal dengan julukan Abu Bakar, sedangkan gelar Shiddiq diberikan oleh para
sahabat, karena ia sangat membenarkan Rosulullah saw. dalam segala hal. Ialah yang
menemani Nabi Muhammad saw. di gua Hira, dan yang pertama kali memeluk Islam dari
kalangan orang tua terhormat. Tentang Abu Bakar ra., Rasulullah saw. bersabda,
“Sungguh orang yang paling dekat kepadaku persahabatan dan hartanya, ialah Abu
Bakar. Andaikata aku boleh memilih ternan di antara umnatku, rnaka akan kupilih Abu
Bakar. Tetapi kecintaan dan persaudaraan dalarn Islam cukup memadai. Tidak satu pun
pintu dalarn rnasjid yang terbuka kecuali pintu Abu Bakar”. (HR. Bukhori) Sampai saat
ini di masjid Madinah masih ada sebuah pintu yang disebut pintu Abu Bakar ra. Yakni
pintu yang selalu beliau lalui semasa hidupnya jika masuk ke masjid melalui rumah
beliau.
Todaklah mengherankan jika sewaktu Nabi saw sakit, ia dipercaya oleh para sahabat
menjadi Imam sholat. Juga pantaslah apabila kaum muslimin kemudian memilihnya
sebagai kholifah/pemimpin setelah Rosulullah saw. wafat.

Keagungan kepribadian Abu Bakar dapat disimak dari penggalan-penggalan pidatonya


ketika dilantik menjadi kholifah, antara lain beliau katakan, “Saya bukan orang yang
terbaik di antara kalian, tetapi saya akan memelihara amanah yang telah kalian
serahkan kepada saya. Kalau saya mengikuti ajaran Allah SWT dan petunjuk Rasul-
Nya, maka ikutilah saya. Sebaliknya jika saya menyimpang, luruskanlah (koreksilah)
saya. Kebenaran adalah kejujuran, dan kebohongan adalah ketidakjujuran. Orang yang
paling kuat dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang lemah di antara kalian oleh
sebab itu saya akan menjamin hak-hak mereka. Dan orang-orang yang paling lemah
dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang kuat di antara kalian, dan saya akan
mengambil sebagian dari hak-hak mereka (zakatnya).”

Program pertama yang dicanangkan Abu Bakar setelah ia menjadi kholifah, adalah
meredam pemberontakan, memerangi orang-orang yang membangkang tidak mau
membayar zakat, orang-orang murtad yang saat itu terjadi di mana-mana dan
menimbulkan kekacauan. Sepeninggal Muhammad Rosulullah saw., memang banyak umat
Islam yang kembali memeluk agamanya semula. Mereka merasa berhak berbuat
sekehendak hati. Bahkan lebih tragis lagi muncul orang-orang yang mengaku nabi,
antara lain Musallamah Al-Kadzdzab, Tulaiha Al-Asadi, dan Al Aswad Al Ansi.

Untuk meluruskan akidah orang-orang murtad tersebut, Abu Bakar mengirim


sebelas pasukan perang ke sebelas daerah tujuan, di antaranya pasukan Kholid b’
Walid ditugaskan menundukan Thulaiha Al Asadi, Pasukan Amer bin Ash ditugaskan di
Qudho’ah, Suwaid bin Muqrim ditugaskan ke Yaman, dan Kholid bin Said ditugaskan
Syam.

Program Abu Bakar selanjutnya, memproyekkan pengumpulan dan penulisan ayat-


ayat Al Qur-an. Progran ini dicanangkan atas usulan Umar bin Khoththob sedangkan
pelaksanaannya di percayakan kepada Zaid b’ Tsabit.

Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al Qur-an itu dilakukan dengan pertimbangan:

1. Banyak sahabat yang hafal Al Qur-an gugur dalsm perang penumpasan orang-
orang murtad;
2. Ayat-ayat Al Qur-an yang ditulis pada kulit-kulit kurma, batu-batu dan kayu-kayu
sudah banyak yang rusak sehingga perlu dilakukan usaha penyelamatan;

3. Penulisan ayat-ayat Al Qur-an dan membukukannya ini bertujuan agar dapat


dijadikan pedoman bagi umat Islam sepanjang zaman.

Semasa pemerintahannya, Abu Bakar juga berhasil memperluas daerah dakwah


Islamiyah, antara lain ke Irak yang ketika itu termasuk wilayah jajahan Kerajaan
Persia, dan ke Syam yang di bawah jajahan Romawi.

Setelah memerintah selama dua tahun, Abu Bakar berpulang ke Rahmatullah pada
tanggal 23 Jumadil Akhir 13H dalam usia 63 tahun dan dimakamkan dekat makam
Rasulullah saw. Beliau dikenal oleh para
sahabat sebagai kholifah yang sangat taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta
berbudi luhur.

B. Umar bin Khatthab (13-23 H/634-644 M)


Ia lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad saw. Sejak kedl ia sudah terkenal
cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapapun.
Tidaklah mengherankan jika setelah Umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin
ditakuti oleh orang kafir Quraisy. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani
menentang Islam, setelah memeluk Islam paling berani menghadapi musuh-musuh
Islam. Kemudian terkenalah Umar sebagai “Singa Padang Pasir” yang sangat disegani.
Umar memiliki kepribadian yang sangat kuat, dan tegas memperjuangkan kebenaran.
Oleh karena itu masyarakat menggelarinya Al Faruq, artinya yang dengan tegas
membedakan yang benar dan yang salah. Sedemikian gigih Umar dalam menegakkan
syari’at Islam, sehingga Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Sejak Islamnya Umar kami
merasa mulia.” (H.R. Bukhori)

Mengenai kualitas keimanannya, diungkapkan dalam sebuah hadits. Muhammad


Rosulullah saw. bersabda, “Ketika sedang tidur, aku bermimpi melihat orang-orang
yang memakai gamis. Ada yang gamisnya menutupi dada dan ada pula yang kurang dari
itu. Lalu diperlihatkan kepadaku Umar bin Khoththob mengenakan gamis yang panjang
sehingga ia berjalan dengan menyeretnya.” Seseorang bertanya, “Ya Rosulullah, apakah
takwilnya?” Nabi saw. menerangkan, “Kualitas keimanannya.” (HR. Bukhori dan Muslim
dari Abu Sa’id Al Khudri ra.)

Dalam pidato pelantikannya, Umar menyampaikan, antara lain: “Saya adalah seorang
pengikut Sunnah Rasul, bukan seorang yang berbuat bid’ah.
Ketahuilah, bahwa kalian berhak menuntut saya tentang tiga hal selain Kitab Allah
dan Sunnah Nabi, yakni:

1. Mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orang sebelum saya dalam masalah yang
telah kalian sepakati dan telah kalian tradisikan;

2. Membuat kebiasaan baru yang baik bagi ahli kebajik dalam masalah yang belum
kalian jadikan kebiasa dan

3. Mencegah saya bertindak atas kalian kecuali dalam hal hal yang kalian sendiri
penyebabnya.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar, wilayah Islam semakin meluas sampai ke
Mesir, Irak, Syam, dan negeri-negeri Persia lainnya. Umarlah yang pertama kali
membentuk badan kehakiman dan menyempurnakan pemerintahan. Juga meneruskan
usaha Abu Bakar dalam membukukan Al Qur-an.

Kholifah Umar wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah selama sepuluh tahun
enam bulan. Ia wafat oleh tikaman pedang Abu Lu’lu’ah, seorang budak milik Al-
Mughiroh bin Syu’bah saat sholat subuh. Ia diimakamkan di rumah ‘Aisyah, dekat
makam Abu Bakar. Ia dikenang oleh umat Islam sebagai pahlawan yang sangat
sederhana, sportif, dan menyayangi rakyat kecil. Kata katanya yang sangat terkenal,
“Siapa yang melihat pada diriku membelok, maka hendaklah ia meluruskannya.”

Jasa-jasa Umar sewaktu menjadi Kholifah, antara lain :

1. Penetapan tahun Hijriyah sebagai tahun resmi;


2. Bea cukai sebagai pendapatan negara;
3. Tunjangan sosial bagi orang-orang miskin di kalangan Yahudi dan Kristen;
4. Pembangunan kota-kota dan saluran air untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya;
5. Pemberian gaji bagi imam dan muazin;
6. Penghapusan perbudakan;
7. Pembangunan sekolah-sekolah;
8. Kodifikasi Al-Quran;
9. Tradisi sholat tarawih berjamaah;

C. Utsman bin Affan ra. (23-35 H/644-656 M)


Ia seorang saudagar kaya-raya, dan salah seorang penulis wahyu yang terkenal.
Usianya lima tahun lebih muda dari Nabi Muhammad saw. Sejak muda Utsman dikenal
sebagai seorang pendiam, dan memiliki budi pekerti yang terpuji. lalah yang membeli
sumur Roumah untuk dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amal kebajikannya,
sehingga masyarakat menggelarinya “Ghoniyyun Syakir” (orang kaya yang banyak
bersyukur kepada Allah SWT)
Abdurrohman bin Samuroh ra. mengungkapkan, Utsman bin Affan datang menemui
Rosulullah saw. dengan membawa uang sebanyak seribu dinar yang dibungkus
pakaiannya. Kala itu beliau sedang mempersiapkan u’sroh (Pasukan dalam Perang
Tabuk). Usai menerima sumbangan dari Ustman bin Affan ra. untuk jihad fisabilillah,
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada yang merugikan ibnu Affan atas apa yang
dilakukannya setelah hari ini.” Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali. (HR.
Ahmad, dan Tirmidzi)

Sekalipun kaya-raya, Utsman tidak pernah menjaga jarak dengan masyarakat kelas
bawah, bahkan ia tidak segan-segann untuk turut serta berperang. Karena kebaikannya
itulah, ia dinikahkan dengan putri Nabi bernama Ruqoyyah. Setelah Ruqoiyah meninggal
dunia, ia dikawinkan dengan putri Nabi lagi bernama Ummu Kultsum. Oleh sebab itu
masyarakat menggelarinya “Dzun Nurain” (yang mempunyai dua cahaya)
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Khalifah Utsman ra., adalah mengganti
gubernur-gubernur negara taklukan Islam yang ingin memisahkan diri setelah Umar
wafat. Kemudian Ia memperbanyak naskah Al Qur-an yan sudah dibukukan menjadi
tujuh eksemplar yang antara lain dikirim ke Syam, Yaman, Bahrain, Basroh, dan Kufah.

Utsman wafat pada usia 82 tahun, setelah memerintah selama 12 tahun. Ia menemui
ajal saat membaca Al Quran oleh tikaman pedang Humron bin Sudan. Jasa Utsman
terbesar adalah memelihara Al Qur-an sebagaimana yang tersebar sekarang ini.

D. Ali bin Abu Tholib ra. (35-40 H/656-661 M)


Ia adalah putra Abu Tholib, paman Nabi Muhammad saw. Sebagai sepupu yang usianya
32 tahun lebih muda, memungkinkan Ali diasuh langsung oleh Nabi Muhammad saw.
Tidaklah megherankan jika dari golongan anak-anak yang pertama memeluk Islam
adalah Ali. Pantaslah jika pengetahuan Ali tentang Islam sangat luas, dan sangat teguh
memegang ajaran Islam.
Sejak masa pemerintahan Khalifah Ali inilah, Islam mulai mengalami kemunduran.
Bermula dari banyaknya pihak yang menuntut dendam atas terbunuhnya Utsman bin
Affan ra., terutama dari golongan Bani Umaiyyah dari kelompok ‘Aisyah ra., janda Nabi
Muhammad saw. Suasana tersebut semakin memanas dengan adanya kebijaksanaan
Khalifah Ali mengganti sebagian besar pejabat pemerintah yang telah diangkat oleh
Utsman.
Setelah usaha menenangkan banyak golongan yang menuntut balas atas kematian
Utsman dengan jalan damai tidak berhasil, maka ditempuhlah dengan peperangan.
Pertama terjadilah Perang Waq’atul Jamali (penamaan tersebut karena ‘Aisyah
bersama pasukannya mengendarai unta) atau peperangan unta. Kedua, Perang Shiffin
atau peperangan unta antara pasukan Khalifah Ali dan pasukan ‘Aisyah. Perang saudara
ini terjadi pada tahun 36 H/657 M, akibat hasutan Abdullah bin Saba. Perang ini
dimenangkan oleh pasukan Ali. Setelah diberi penjelasan tentang duduk perkara yang
sebenarnya, ‘Aisyah dikembalikan ke Madinah dengan hormat dan dimuliakan.

SUMBER : http://dragmosstt.blogspot.co.id/
TUGAS PAI

SEJARAH DAKWAH ISLAM

Nama : Gina Giptia H.B.

Kelas : 8F

Absen : 13

Anda mungkin juga menyukai