Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGANTAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Disusun Oleh:

Nama: Andi Pratama

Nim: 0309183135

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengantar Psikologi Pendidikan
” guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Psikologi Pendidikan sebagai media
belajar untuk mahasiswa agar lebih mudah memahami materi.
Dalam penyusunan makalah ini Saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan, baik
dalam penyusunan maupun dalam segi bahasa. Saya berharap agar mendapat kritik dan saran
yang dapat membuat penulis lebih baik lagi kedepannya. Akhir kata Saya ucapkan terima
kasih.

Medan, 28 Oktober 2019


Penulis,

Andi Pratama
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

Latar Belakang Masalah...................................................................................................... 1

Rumusan Masalah................................................................................................................ 2

Tujuan Masalah..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Psikologi Pendidikan.................................................................................. 3

2.2 Sejarah Psikologi Pendidikan....................................................................................... 6

2.3 Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan......................................................................... 9

2.4 Aliran-aliran Psikologi Pendidikan....................................................................................

2.5 Metode Psikologi Pendidikan....................................................................................... 10

2.6 Manfaat Psikologi Pendidikan...................................................................................... 11

2.7 Aliran-aliran Psikologi Pendidikan...................................................................................... 12

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 13

3.2 Saran................................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tidak dapat dipertanyakan lagi sejak anak manusia lahir ke dunia, telah melakukan usaha-usaha

pendidikan. Manuasia telah berusaha mendidik anak-anak yang gagal dalam cara yang sangat

sederhana. Pendidikan merupakan tugas bagi pendidik yang bertanggung jawab, yang dia lakukan

dalam tugasnya yang harus dilakukan dalam cara yang sesuai dengan keadaan si anak didik.

Psikologi adalah pengetahuan yang dapat membantu orang lain, dengan tujuan yang dapat

membantu dengan lebih cepat. Karena itu perlu pendidikan tentang anak didik dalam proses

pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana resolusi psikologi pendidikan?

2. Bagaimana sejarah psikologi pendidikan?

3. Bagaimana ruang distribusi psikologi pendidikan?

4. Bagaimana metode dalam psikologi pendidikan?

5. Apa Manfaat pendidikan psikologi pendidikan?


C. Tujuan Masalah

1. Menjelaskan Resolusi psikologi pendidikan .

2. Menjelaskan sejarah psikologi pendidikan .

3. Menjelaskan ruang diskusi psikologi pendidikan .

4. Menjelaskan metode dalam psikologi pendidikan .

5. Menjelaskan Manfaat diskusi psikologi pendidikan .

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Pendidikan

Kata psikologi merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Yunani yaitu: 1.) jiwa

yang berarti jiwa. 2.) logo yang berarti ilmu. Benar-benar harfiyah psikologi memang berarti ilmu

jiwa. Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu mendapat awalan saya jadi menjadi “mendidik”,

artinya diterima dan memberi latihan. Selanjutnya, pengertian “pendidikan” menurut KBBI adalah

proses pengubahan sikap dan tata tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam upaya

mendewasakan manusia melalui upaya perbaikan dan pelatihan.


Dalam pandangan Arthur S. Reber (1988) seorang guru besar psikologi di Brooklyn College,

Universitas New York City, Universitas British Columbia Kanada, dan juga di Universitas Innsbruck

Austria, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori

dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut.

1. Penerapan Prinsip-Prinsip Belajar di Kelas.

2. Pengembangan dan keterlibatan kurikulim.

3. Ujian dan keahlian.

4. Sosialisasi dan proses-proses dan proses interaksi-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah

kognitif.

5. Penyelenggaraan pendidikan keguruan.

B. Sejarah Psikologi Pendidikan

Psikologi sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Beberapa ahli yang memberikan andil dalam

perkembangan Psikologi Pendidikan, antara lain:

1. Demokratis, filsuf pertama yang menekankan kepentingan lingkungan dan rumah terhadap

perkembangan kepribadian demi lingkungan dan rumah perlu dibina agar suasananya kondusif

(menguntungkan) untuk perkembangan anak.

2. John Amos Comenicus, orang pertama yang melakukan penyelidikan ilmiah terhadap anak. Ia

mengatakan bahwa anak adalah individu yang sedang berkembang, oleh karena itu dilihat dalam

bentuk dan karakternya sebagai “anak” dan bukan sebagai “miniatur orang dewasa”.

3. Rousseau (seorang penganut Naturalis) , mendasarkan ide-ide pendidikan pada prinsip-prinsip

pembangunan manusia. Ia juga mengatakan bahwa pada dasarnya, anak adalah baik .
4. John Locke (seseorang penganut Empirisme) , kritik kritis terhadap individu yang dilahirkan dalam

jiwanya belum memiliki apa-apa (teoritabula rasa / kertas putih), tetapi berpotensi, individu yang

sensitif terhadap intuk melakukan impresi terhadap dunia luar dengan akal sehat. Belajar melalui

penalaman dan latihan merupakan kontribusi terbesar dari John Locke dan tokoh-tokoh empirisme

lainnya.

Pada akhir abad ke-18, para ilmuwan seperti Francis Galton, Stanley Hall, mempublikasikan hasil-

hasil penelitian mereka tentang aspek-aspek perlindungan individu. Hasil- hasil penelitian ini sangat

membantu bagi pendidik untuk membantu para anak didiknya.

1. William James, dalam bukunya “ Prinsip-prinsip Psikologi” menyarankan untuk mencari fungsional

dalam psikologi (lawanpsikologi struktural - Wundt). Fungsionalisme dalam psikologi adalah cara

untuk mempertimbangkan yang mempertimbangkan terhadap-pikiran yang merupakan hal utama.

2. Cattel , memberikan kontribusi besar dalam hal perbedaan individual dan pengukuran mental.

Perbedaan individu adalah perbedaan sifat dalam perbedaan sifat, yang dapat membedakan satu

individu dengan individu lain.

3. Binet adalah psikolog pertama yang mengenalkan pengetesan mental / pengukuran inteligensi

yang mengubah individu.

Perkembangan Psikologi Pendidikan pada abad ke-20 menandai penelitian-penelitian psikologi yang

lebih khusus yang memberikan pemikiran besar terhadap teori-teori dan praktik pendidikan.

Tokohnya antara lain adalah Termann, Thorndike, dan Jude. Aliran-aliran Psikologi yang berkembang

pada permulaan abad ke-20 yang mempelajari proses belajar dari sudut pandang yang berbeda-

beda, juga telah memberikan penagaruh terhadap perkembangan teori dan praktik pendidikan,

seperti: Behaviorisme (Watson), Psikoanalisis (Freud), dan Gestalt (Kohler, Koffka). Teori-teori ini

tidak ada yang terbaik karena sifatnya komplementer / melengkapi.


Pengujian, pengklasifikasian, dan evaluasi penilaian metode-pendidikan telah dilakukan beberapa

abad sebelum lahirnya psikologi pada akhir tahun 1800-an. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan

oleh pakar-pakar pendidikan seperti Democritos, Quantilian, Vives, dan Cominius. Oleh karena itu,

psikologi pendidikan tidak dapat disetujui sebagai yang pertama yang melakuakan analisis proses

pendidikan yang terintegrasi. Namun aspirasi-aspirasi tentang disiplin baru berhenti pada metode-

metode penelitian tentang observasi dan eksperimentasi untuk masalah-masalah pendidikan.

Bahkan pada tahun-tahun awal disiplin ilmu ini, para pakar psikologi pendidikan, menganjurkan

ketebatasan baru ini.

William James, pemuka ahli psikologi Amerika, mengemukakan dalam seri kuliahnya yang terkenal,

itulah psikologi adalah ilmu, sedangkan mengajar adalah seni atau kiat, dan ilmu tidak pernah

menurunkan langsung seni atau kiat keilmuannya sendiri. Suatu perantara inventif harus membuat

aplikasi itu, dengan menggunakan keasliannya sebagai suatu ilmu pengetahuan.

C. Ruang Distribusi Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin ilmu yang khusus, konsultasi, dan

membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan tingkah laku belajar

oleh siswa, tingkah laku mengajar oleh guru, dan tingkah laku belajar mengajar oleh guru dan siswa

yang saling berkomunikasi.Secara garis besar, banyak ahli yang menentukan pokok-pokok bahasan

psikologi pendidikan menjadi tiga macam.

1. Pokok bahasan tentang “belajar”, yang membahas teori-teori, prinsip-prinsip, dan cirri-ciri khas

belajar siswa, dan sebagainya.

2. Pokok bahasan tentang “proses belajar”, yakni tahap bertindak dan peristiwa yang terjadi dalam

kegiatan belajar siswa.


3. Pokok bahasan tentang “pembelajaran”, yaitu konteks dan kondisi lingkungan yang baik karena

nonfisik yang berkaitan dengan kegiatan belajar siswa.

a. Objek utama dalam psikologi pendidikan adalah manusia, karena sifat-sifat manusia yamg sangat

komplek dan unik, maka objek psikologi biasanya dibedakan menjadi 2 macam Sebuah. Objek

material, yaitu objek yang ditampilkan Seluruhnya.

b. Objek formal, yaitu objek yang berbeda-beda menurut perubahan zaman dan pandangan para

ahli masing-masing.

D. Aliran-aliran Psikologi Pendidikan

1. Nativisme

Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir.

Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena

itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran

ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak

memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia

akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna

bagi perkembangan anak itu sendiri.

Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orangtuanya secara fisik dan

akan mewarisi sifat dan bakat orangtua, yang artinya pengakuan tentang adanya daya asli yang telah

terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat

herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada

yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya

sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik,
akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya,

mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya.

2. Naturalisme

Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan

baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga aliran

Naturalisme sering disebut Negativisme.

Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M. Arifin dan Aminuddin R., 1992: 9),

yaitu:

a. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman

dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya secara alami.

b. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai

fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian anak

didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh

bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.

c. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan

lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik. Anak didik secara bebas diberi

kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan

perhatiannya. Dengan demikian, aliran Naturalisme menitikberatkan pada strategi pembelajaran

yang bersifat paedosentris; artinya, faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan

proses belajar-mengajar secara mandiri.

3. Empirisisme
anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan

tulisan yang digores oleh lingkungan. Faktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak

dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam, dan

budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap

perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat

penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima

pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta

watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis. Segala alat

diberikan dan pendidik ahli didatangkan. Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak itu tidak

ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan mengalami kesukaran dan hasilnya tidak

optimal.

4. Interaksionisme

Manusia lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan manusia

selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama

berperan penting. Manusia yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan

pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak

akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu

sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara

optimal jika tidak didukung oleh bakat baik yang dibawa anak. Dengan demikian, menganggap bahwa

mendidik sangat bergantung dan sangat perlu pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan.

5. Mengapa manusia perlu dididik.


Menurut John Locke (1632-1704) mengajarkan bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor-

faktor lingkungan, terutama pendidikan.yang berkesimpulan bahwa tiap individu lahir sebagai kertas

putih, dan lingkungan itulah yang “menulisi” kertas putih itu. Maka Manusia perlu dididik karena

manusia ditentukan oleh lingkungannya yang mempengaruhi manusia itu sendiri, sejak ia lahir

sampai ke liang lahat. Maka lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan anak.

6. Mengapa pendidik harus berwibawa.

Sudah seharusnya setiap orang mengakui bahwa dirinya adalah seorang guru/pendidik, yang harus

memiliki jiwa pendidik yang mendarah daging. Artinya, nilai-nilai pendidikan tidak sekadar dihafal

secara teoritis, tetapi telah menjadi bagian dari perilaku dirinya, diantaranya kemampuan mengelola

pembelajaran atau mendidik peserta didik yang dapat mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.

Pendidik sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi

pendidik sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus digugu dan ditiru). Di antaranya

kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta

didik, berakhlak mulia, dan bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.

7. Mengapa keluarga disebut lingkungan yang pertama dan utama.

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai

oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, keluarga/orang tua bertanggung jawab

memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.

Disinilah proses pendidikan berawal, keluarga/orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak.

Orang tua adalah guru agama, bahasa dan sosial pertama bagi anak, kenapa demikian? Karena orang

tua adalah orang yang pertama kali mengajarkan anak berbahasa dengan mengajari anak

mengucapkan kata ayah, ibu, nenek, kakek dan anggota keluarga lainnya. Orang tua atau keluarga

adalah orang yang pertama mengajarkan anak bersosial dengan lingkungan sekitarnya dan mampu
mengarahkan, membimbing dan mengembangkan potensi anak secara maksimal pada tahun-tahun

pertama kelahiran anak dimana anak belum disentuh oleh lingkungan lain, dalam artian anak masih

suci.

8. Siapakah sebenarnya yang harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dikeluarga. Orang

tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dikeluarga, karena orang tua sebagai

Pendidik dalam keluarga yang berfungsi Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak, Menjamin

kehidupan emosional anak, Menanamkan dasar pendidikan moral, Memberikan dasar pendidikan

sosial-agama dan budaya, memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan

berkembang dengan baik.

E. Metode Psikologi Pendidikan

Para pakar psikologi melakukan penelitian psikologi di bidang kependidikan dengan menggunakan

beberapa metode penelitian khusus seperti; Eksperimen, kuesioner, studi khusus, penyelidikan klinis,

observasi naturalistik.

1. Metode percobaan yaitu percobaan percobaan yang dilakukan eksperimen di laboratoriaum atau

di ruangaan tertentu.

2. Metode kuesioner yaitu metode surat menyurat (survai) kuesioner disebut dengan survai karena

pelaksanaan peralihan dan pengambilan sering dikirim ke dan dari responden melalui jasa pos.

3. Metode studi khusus yaitu metode penelitian yang dibuat untuk memperoleh penilaian yang rinci

tentang aspek penilaian siswa atau kelompok siswa tertentu.


4. Metode klinis yang digunakan adalah metode klinis yang hanya dapat digunakan oleh para ahli

pasikologi klinis atau psikiater.

5. Metode Pengamatan naturalistik yaitu pengamatan umum yang dilakukan secara alamiyah.

Dalam hal ini, penelitian dilakukan di luar objek yang ada di teliti atau tidak menampakan diri sebagai

orang yang sedang melakukan penelitian.

F. Manfaat Psikologi Pendidikan

1. Untuk pembelajaran dalam situs pembelajaran

Psikologi pendidikan menyediakan banyak partisipasi bagi pendidik dan calon pendidik untuk

meningkatkan proses pembelajaran pada perbedaan yang berbeda. Misalnya, memahami perbedaan

peserta didik, membuat kelas yang kondusif, dan pemilihan strategi dan metode pembelajaran.

2. Untuk penerapan prinsip-prinsip belajar mengajar

Diantaranya, mengatur tujuan pendidikan, penggunaan media pembelajaran, mengatur jadwal

pelajaran dan lain sebagainya.

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang

berkaitan dengan pendidikan manusia.

2. Johann Herbart adalah bapak psikologi pendidikan yang konon menurut sebagian ahli masih

merupakan disiplin ilmu psikologi lainnya.

3. Perkembangan Psikologi Pendidikan pada permulaan abad ke-20 menandai penelitian-penelitian

psikologi yang lebih khusus yang memberikan pemikiran besar terhadap teori-teori dan praktik

pendidikan. Tokohnya antara lain adalah Termann, Thorndike, dan Jude.

4. Metode-metode psikologi pendidikan, yaitu metode eksperimen, kuesioner, studi kasus,

penyelidikan klinis, dan metode observasi naturalistik.

5. Manfaat Pembelajaran Pendidikan antara lain: untuk Pembelajaran Dalam Situs Pembelajaran

untuk Prinsip-Prinsip Pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata , Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan , Jakarta : Rosdakarya .Syah , Muhibbin. 2010.

Psikologi Pendidikan , Bandung: Rosdakarya .Purwanto, Ngalim. 1992. Psikologi Pendidikan, Jakarta:
Rosdakarya.Fachruroji, Ahmad. 2013. Sejarah Psikologi Pendidikan dalam http://achmad-

fachruroji.blogspot.com /2012/03/sejarah-psikologi-pendidikan.html diakses pada 10 Maret 2015

pada jam 19.56 WIB.[1] Suryabrata,Sumadi,Psikologi Pendidikan,Jakarta: Rosdakarya,1998, hlm. 2.[2]

Syah,Muhibbin,Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2010, hlm. 7.[3] Ibid,hal. 10.[4] Ibid,hal.

12.[5] Fachruroji, Ahmad,Sejarah Psikologi Pendidikan dalamhttp://achmad-

fachruroji.blogspot.com/2012/03/sejarah psikologipendidikan.htmldiakses pada 10 Maret 2015 pada

jam 19.56 WIB.[6] Syah,Muhibbin,Psikologi Pendidikan,… hlm. 24. [7] Ibid,hlm. 25.[8] Purwanto,

Ngalim,Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rosdakarya, hlm. 2.[9] Suryabrata,Sumadi,Psikologi Pendidikan,

…hlm. 28.[10] Ibid,hlm. 29.[11] Ibid,hlm. 30.[12] Ibid,hlm. 31.

Anda mungkin juga menyukai