A. ENERGI
Energi dapat disimpan dalam sistem dengan berbagai macam bentuk. Energi
dapat dikonversikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain, contoh thermal,
mekanik, elektrik, kinetik, potensial, magnetik, kimia, nuklir. Jumlah dari semua
energi yang ada adalah total energi system. Energi dapat dipindahkan antar sistem.
Bentuk energi pada sistem tertutup (closed system).
Macam-macam energy :
1. Energi Mekanik
Energi mekanik didefinisikan sebagai bentuk energi yang dapat dikonversikan
ke kerja mekanik dengan peralatan mekanik seperti turbin. Bentuk energi
mekanik yang umum: – Energi kinetik – Energi potensial
2. Energy Kinetik
Energi yang terdapat pada sistem akibat gerakan relatif terhadap suatu referensi.
Energi kinetik (kJ)
4. Energi dalam
Energi dalam (u) adalah sejumlah bentuk energi mikroskopik suatu sistem.
Energi dalam (u) berkaitan dengan struktur molekul dan derajat aktifitas
molekul.
a. Sensible energy
Bagian energi suatu sistem yang dihubungkan dengan energi kinetik dari
molekul
b. Latent energy
Energi dalam yang berhubungan dengan fase system
c. Chemical energy
Energi dalam yang berhubungan dengan ikatan atom dari suatu molekul
d. Nuclear energy
Energi yang dihubungkan dengan kekuatan ikatan dalam atom.
5. Energy Mekanik
Suatu fluida yang mengalir per satuan massa
Termo (Thermal): panas atau kalor (q). Satuan : Kalori, Joul. Panas adalah :
Perumusan Kerja (W) tekanan-volume adalah Ekspansi gas di dalam suatu system
silinder yang dilengkapi dengan piston yang dapat bergerak bebas dengan
mengabaikan energi gesekan. Sistem berlangsung pada tekanan luar (Pext) tetap dan
pada temperatur tetap.
V1 → V2 : ekspansi
V2 → V1 : kompersi
Penguapan 18g air pada temperature 100⁰C dan tekanan 1 atm dalam system kerja tek-
vol
H2O (cair, 25⁰C) → H2O (uap, 100⁰C)
Contoh:
Berapa nilai W yang akan dihasilkan oleh proses pada system tersebut? Bila diketahui
nilai R = 8,314 J/K/mol; R = 1,987 Cal/K/mol; R = 0,082 Latm/K/mol.
W = -P(V2-V1)
Nilai W untuk proses perubahan (Zat cair atau zat padat) → uap, maka:
W = -PVuap
Pers. Alternatife: W = -nRT
Karena (dari contoh diatas) : Vsuatu cairan << Vuapnya, maka volume cairan tersebut dapat
diabaikan terhadap volume uapnya. Maka hanya volume V2 (vol uap) saja yang
diperhitungkan.
Setiap system dimana berlangsung suatu proses fisika atau kimia, dapat berupa
hal yang sederhana seperti pemanasan air dalam gelas piala dan yang sangat
kompleks seperti berbagai reaksi biokimia yang terjadi dalam tubuh manusia.
2. Hukum-Hukum Termodinamika
Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi dalam.
Energi dalam gas berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat
mikroskopik gas tersebut. Meskipun gas tidak melakukan atau menerima usaha,
gas tersebut dapat memiliki energi yang tidak tampak tetapi terkandung dalam gas
tersebut yang hanya dapat ditinjau secara mikroskopik.
Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada
dalam keadaan gerak yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik
rata-rata dari seluruh partikel yang bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan
suhu mutlak gas. Jadi, energi dalam dapat ditinjau sebagai jumlah keseluruhan
energi kinetik dan potensial yang terkandung dan dimiliki oleh partikel-partikel di
dalam gas tersebut dalam skala mikroskopik. Dan, energi dalam gas sebanding
dengan suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu gas akan menyebabkan
perubahan energi dalam gas.
Dimana ∆U adalah perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol
gas, R adalah konstanta umum gas (R = 8,31 J mol−1 K−1, dan ∆T adalah perubahan
suhu gas (dalam kelvin).
Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika,
yaitu:
a. Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
b. Hukum Pertama Termodinamika
c. Hukum Kedua Termodinamika
d. Hukum Ketiga Termodinamika
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah
(sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor
diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut
dan terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah
satu bentuk dari hukum kekekalan energi. Sistem yang mengalami perubahan volume
akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami
perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan menyebabkan
sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal
sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut hukum I
termodinamika. Secara matematis, hukum I termodinamika dituliskan sebagai :
Q = W + ∆U
1. Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-
perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam
suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam
suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan
hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan
sistem (Q = W). Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah
ini. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan
sebagaiDimanaV2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.
2. Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas
dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan
(∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama
dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor
gas pada volume konstan QV.
QV = ∆U
3. Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan,
gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan
konstan, gas melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai
kalor gas pada tekanan konstan Qp. Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan
energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan QV =∆U.
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai
W = Qp − QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi
(kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap
gas pada volume konstan (QV).
4. Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar
(dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama
dengan perubahan energi dalamnya (W = ∆U). Jika suatu sistem berisi gas yang
mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-masing p1 dan V1 mengalami
proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas berubah menjadi p2 dan V2,
usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai
Dimana γ adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar
gas pada tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1
(γ > 1). Proses adiabatik dapat digambarkan dalam grafik p – Vdengan bentuk kurva
yang mirip dengan grafik p – V pada proses isotermik namun dengan kelengkungan
yang lebih curam.
Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum
universal dari kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai
suatu bentuk perpindahan energi. Pernyataan paling umum dari hukum pertama
termodinamika ini berbunyi: “ Kenaikan energi internal dari suatu sistem
termodinamika sebanding dengan jumlah energi panas yang ditambahkan ke dalam
sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya.
”
Fondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule yang
melalui eksperimen-eksperimennya berhasil menyimpulkan bahwa panas dan kerja
saling dapat dikonversikan. Pernyataan eksplisit pertama diberikan oleh Rudolf
Clausius pada 1850: "Terdapat suatu fungsi keadaan E, yang disebut 'energi', yang
diferensialnya sama dengan jumlah kerja yang dipertukarkan dengan lingkungannya
pada suatu proses adiabatik.
∆E = q + W
∫ 𝑑𝐸 = 𝐸2 − 𝐸1 = ∆𝐸
1
q dan W bukan merupakan fungsi keadaan, maka dq dan dW tidak bersifat eksak.
2
∫ 𝑑𝑞 ≠ 𝑞2 − 𝑞1 𝑑𝑎𝑛 ∮ 𝑑𝑞 ≠ 0
1
2
∫ 𝑑𝑊 ≠ 𝑊2 − 𝑊1 𝑑𝑎𝑛 ∮ 𝑑𝑊 ≠ 0
1
dE = dq + dW
∆E = q + W
H = E + PV (Entalpi)
Hasil integral dari dH = dE + PdV
∆𝑯 = ∆𝑬 + 𝑷∆𝑽 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑸𝒑 = ∆𝑯
Catatan untuk entalpi : untuk setiap perubahan dari keadaan awal ke keadaan akhir
yang tidak ada terdapat subtans gas : ∆𝐻 = ∆𝐸
∆𝑯 = ∆𝑬 + ∆𝒏𝑹𝑻
Cpo untuk semua subtans tercantum dalam Hand Book of Physical Chemistry
Pada V tetap :
𝜕𝐸 𝜕𝐸
E = fs (T,V) → dE (𝜕𝑇 ) 𝑑𝑇 + (𝜕𝑉) 𝑑𝑉
𝜕𝐸 𝜕𝐸
V tetap : 𝜕𝑇 = (𝜕𝑇 ) = 𝐶𝑣 Hubungan Cp dan Cv :
dH = Cp.dT → ∆H = Cp ∆T
Expansi reversible gas ideal secara isothermal:
2 2
𝑛𝑅𝑇
𝑊 = − ∫ 𝑃𝑑𝑉 → 𝑊 = − ∫ 𝑑𝑉
𝑉
1 1
𝑽𝟐 𝑷
𝑾 = −𝒏𝑹𝑻𝒍𝒏 atau 𝑾 = 𝒏𝑹𝑻𝒍𝒏 𝑷𝟐
𝑽𝟏 𝟏
Catatan : tidak terjadi perubahan energy dalam pada ekspansi gas secara reversible dan
isothermal
∆E = Q + W ⇒ ∆𝐸 = 0 → 𝑄 = −𝑊
𝑾 = 𝑪𝒗 . ∆𝑻
𝑇1 𝑉 (𝛾−1) 𝑇1 𝑃 (𝛾−1)/𝛾 𝐶𝑝
= (𝑉2 ) atau = (𝑃1 ) 𝛾=
𝑇2 1 𝑇2 2 𝐶𝑣
Latihan soal
Jawaban :
a. W = - nRT
W = - 2 mol (8,314 J/Kmol) (373K)
W = - 6202,2 Joule = - 6,2 kJ
b. ∆E = q – w
∆E = 40,67 kJ/mol (2 mol) – (-6,2)
∆E = 81,34 kJ + 6,2 kJ = 75,14 kJ
c. ∆H = qp
∆H = 2 mol (40,67 kJ/mol) = 81,34 kJ
Suatu system ekspansi reversible gas berisi 14 gr Nitrogen. Berapa
besarnya kerja maksimum dihasilkan system bila volume gas
terekspansi secara isothermal pada suhu 70℃, hingga menjadi 3 kali
volume semula. (Diketahui: R = 8,314 J/Kmol dan Berat Molekul N2 =
28 g/mol)?
𝑉
W = - nRT𝑙𝑛 𝑉2
1
14 3𝑣
𝑊 = − 28 𝑥 8,314 𝑥 343 𝑥 ln 𝑣
298 10 2/5
𝑇2
= (1)
298
T2 = 2,512 = 118,72 K
W = Cv (T2 – T1)
W = 102,0046 J/Kmol (118,72K – 298K)
W = 102,0046 J/Kmol (-179K)
W = - 18.286,56 J/K = - 18,287 J/K
∆H : panas reaksi
Setiap reaksi kimia selalu disertai oleh perubahan panas (perubahan entalpi).
Contoh:
∆Hof untuk semua substans nilainya tetap dan dapat dilihat dalam Hand Book of
Physical Chemistry. Satuan : kcal/mol atau kJ/mol. Nilai entalpi pembentukan
standar dari suatu senyawa yang terbentuk dari unsur-unsur sendiri nilainya 0.
𝑜
∆𝐻𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = (+) reaksi endoterm/ menyerap panas
𝑜
∆𝐻𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = (-) reaksi exoterm/ melepaskan panas
Contoh soal:
𝑜
C2H6(g) + 3,5O2(g) → 2CO2(g) + 3H2O(g) ; ∆𝐻𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 =?
Diketahui: ∆𝐻𝑓° (kJ/mol) untuk C2H6 = -85; O2(g) = 0; CO2(g) =-393; H2O(g) = -242
𝑜
∆𝐻𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = {(2 𝑥 − 393) − (3𝑥 − 242)} − (−85) = -1427 kJ/mol
Ketergantungan ∆𝐻𝑓° pada suhu:
dH = CpdT
d(∆𝐻𝑓° ) = ∆Cp(reaksi)dT
2 2
∫ 𝑑(∆𝐻𝑓° ) = ∆𝐶𝑝(𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖) ∫ 𝑑𝑇
1 1
∆𝐻𝑓° (T2) - ∆𝐻𝑓° (T1) = ∆Cp(reaksi) (T2 – T1) atau ∆𝑯°𝒇 (T2) = ∆𝑯°𝒇 (T1) + ∆Cp(reaksi) (T2 –
T1 )
Berapa ∆𝐻𝑓° H2O(g) pada suhu 70℃? Dik: ∆𝐻𝑓° H2O(g) pada suhu 25℃ = -242 kJ/mol;
Cpo untuk H2O(g) = 34 J/Kmol; H2(g) = 29 J/Kmol ; O2(g) = 29 J/Kmol.
= -242,43 kJ/mol