Makalah Hadist Kel 4 Cadangan
Makalah Hadist Kel 4 Cadangan
Disusun oleh:
Dosen pengampu:
FAKULTAS SYARIAH
2019
KATA ENGANTAR
Atas bimbingan dosen dan saran dari teman- teman maka disusunlah makalah ini,
semoga dengan tersusunnya makah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi
tugas dari mata kuliah Studi Imu Hadis dan semoga segala yang tertuang dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun
khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan
tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bemakna.
1. Dosen pembimbing mata kuliah Studi Ilmu Hadis. Kusniati Rofi’ah, MS.I
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya makalah ini
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritikan dan saran yang
bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT semata.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULIAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
1. Perkembangan hadis pada masa rosululloh SAW
2. Perkembangan hadis pada masa sahabat
3. Perkembangan hadis pada masa tabi’in
4. Perkembangan masa Tadwin hadis
5. Masa seleksi dan penyempurnaan serta pengembangan system
penyusunan kitab-kitab hadis
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BAB II
PEMBAHASAN
Inilah fakta fakta yang memperkuat argumentasi bahwa upaya penulisan hadist
pada masa nabi dibatasi oleh nabi sendiri. Menurut analisis sejarah larangan nabi
tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu :
1) bahwa nabi melarang para sahabat dekat beliau untuk menulis hadist
hadistnya itu dilatar belakangi oleh kekawatiran beliau sendiri akan.
tercamprnya ayat-ayat Al-Qur’an dengan hadist-hadist, karena mereka
umumnya melakukan penulisan wahyu sementara alat-alat tulis amat
terbatas
1 Khusniati Rofi’ah, Studi Ilmu Hadits, (Yogyakarta: IAIN Ponorogo Press, 2019), 68.
2) para sahabat beliau juga umumnya punya daya hafalan kuat sehingga
walaupun mereka tidak menuliskannya. Hadist hadist yang mereka
terima hadist hadist tersebut tidak akan musnah akibat lupa dan
kelalaiannya.
Dengan demikian alas an nabi itu sangat pragmatis dan kondisional, sehingga
ketika kekhawatiran itu hilang dan kebutuhan kondisi berubah, maka nabi pun
merubah sikapnya itu. Terbukti terdapat beberapa riwayat yang isinya membolehkan
penulisan hadist, yaitu :
2 Ibid, 70.
3 Ibid, 77
Pada masa ini juga belum ada usaha secara resmi untuk menghimpun hadist dalam
suatu kitab seperti halnya Al-QUR’AN,hal ini disebabkan karena :
1. Agar tidak memalingkan perhatian umat islam dalam mempelajari Al-
QUR’AN.
2. Para sahabat yang banyak menerima hadist dari Rasul SAW sudah
tersebar keberbagai daerah kekuasaan isla,dengan kesibukan masing-
masing sebagai Pembina masyarakat,sehingga ada kesulitan
mengumpulkan mereka secara lengkap.
3. Soal membukukan hadist,dikalangan sahabat sendiri terjadi
pesrselisihan pendapat.Belum lagi terjadinya perselisihan soal
lafaz,dan kesahih-annya.4
Periwayatan hadits pada masa ini pada masa ini dengan cara
musyafahah(lisan). Meskipun mereka tidak langsung menerima hadits dari
Nabi, tetapi mereka menerima riwayat hadis dari: (a) periwayat generasi
sebelumnya (sahabat) tapi masih sezaman, (b) periwayat satu generasi, (c)
periwayat generasi berikutnya yang sempat sezaman dengan generasi mereka.
Misalnya az-Zuhry, seorang tabi’iy, hadis yang diriwayatkan ada yang berasal
dari sahabat nabi seperti Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Jabir bin
Abdullah, dari tabi’in seperti Said bin al Jabir bin Abdullah, dari tabi’in seperti
Said bin al Musayyab. Urwah bin Zubair, Ata bin Abi Rabah, dan dari atha at-
tabi’in, misalnya Malik bin Anas.
4 Ibid, 79.
5 Aftonur Rosyad, Studi Hadis, (Lamongan: Pustaka Wacana, 2018), 18.
mereka rela melakukan perjalanan panjang dalam waktu yang cukup lama.
walaupun demikian mereka tetap berpegang pada prinsip periwayatan yang
telah ada di masa sebelumnya yaitu sikap hati-hati.
8 Ibid, 91.
Bukhari atau yang terkenal dengan sebutan Imam Bukhari (194-252 H).
Dengan kitabnya jami’ al-shahih. Kemudian Abu Husain Muslim ibn Al-
Hajjaj Al Kusari Al Nisaburi yang dikenal dengan Imam Muslim (204-261
H) dengan kitabnya juga disebut Al-Jami’ Shahih.
Usaha ang sama juga dilakukan oleh Abu Daud Sulaiman ibn Al-Asy’as ibn
Ishaq Al-Sijistani (202-2075 H), Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Surah Al-
tirmidzi (200-279 H), dan Abu Abdillah ibn Yazid ibn Majah (207-273 H).
Hasil karya keempat ulama tersebut sunan yang menurut para ulama
dibawah sahih Bukhori dan Muslim.
Secara lengkap kitab-kitab enam diatas diurutkan sebagai berikut :
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
10 Ibid, 93.
DAFTAR PUSTAKA