Anda di halaman 1dari 12

1

BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1. Pengertian Sikap Jujur

Sikap jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau

mencocokan antara Informasi dengan fenomena atau realitas. Sikap merupakan

konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang paling banyak

didefinisikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis

yang diperoleh melalui proses belajar (Sherif dan Sheriff, 2011:39). Adapula yang

melihat sikap sebagai kesiapan saraf (neural settings) sebelum memberikan

respons (Allport, 2010:355).

Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan

maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Sikap

adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran,

dan perilaku (Jenny http://www.duniapsikologi.com/sikap-pengertian-definisi-

dan-faktor-yang-mempengaruhi.html) diakses pada hari Rabu, tanggal 4 Juli

2012.

Menurut Thomas dan Znaniecki, sikap adalah proses mental yang berlaku

individual yang menentukan respon-respon baik yang nyata ataupun yang

potensial daripada setiap orang yang berada dalam kehidupan sosial.

Sedangkan Rohman Natawidjaja, sikap adalah kesediaan individu yang

mempengaruhi, mewarnai bahkan menentukan kegiatan individu yang

bersangkutan dalam memberikan respon terhadap objek atau situasi yang

mempunyai arti baginya.


2

Pendidikan jujur adalah pendidikan kepada anak agar ia bisa bertindak

jujur, baik terhadap Tuhan, dirinya sendiri, maupun kepada orang lain. Ia bisa

jujur, baik bisa diawasi setiap orang maupun tidak sedang diawasi. Kejujuran

dalam kamus bahasa indonesia adalah perbuatan yang lurus hati, tulus dan ikhlas.

Sehingga kejujuran diartikan sebagai sifat atau keadaan jujur, ketulusan hati atau

kelurusan hati. Dalam arti lain kejujuran adalah nilai kebaikan sebagai sifat positif

yang akan diterima semua orang dimanapun dan kapanpun berada.

Menurut Albert (2011:5) kejujuran adalah mengakui, berkata atau

memberikan sebuah informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran, kejujuran

tidaklah selalu tepat arti harfiahnya, dalam arti memiliki batasan-batasan dan lebih

bersifat kondisional dalam aplikasinya sepanjang tidak keluar dari tujuan dan

makna dasar.

Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang.

Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna

dari kata jujur tersebut. Dengan memahami makna jujur, maka mereka akan dapat

menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga

hanya tahu maknanya secara samar-samar. Indikator kearah itu adalah masih saja

banyak orang belum jujur ketimbang yang telah jujur.

Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap

seseorang. Bila seseorang berhadapan dengan suatu atau fenomena maka

seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena

tersebut. Bila seseorang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut

kepada orang lain tanpa ada “perubahan” (sesuai dengan realitasnya) maka sikap
3

yang seperti itulah yang disebut dengan jujur. Kejujuran adalah kunci untuk

membangun kepercayaan. Sebaliknya, berbohong dapat menghancurkan

kehidupan seseorang. Biasakanlah selalu jujur mulai dari hal yang paling

sederhana dan kecil. Kita harus jujur kepada siapapun, meski terhadap anak kecil

sekalipun.

Individu yang jujur adalah individu mampu menghargai apa yang dimiliki.

Hati yang jujur menghasilkan tindakan-tindakan yang jujur. Jika kejujuran sudah

ada dan melekat pada diri individu maka akan mendatangkan banyak hal yang

positif, individu tidak akan berfikir untuk melakukan hal yang curang.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa apa yang disebut dengan sikap jujur adalah

sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara

Informasi dengan fenomena atau realitas. Dalam agama Islam sikap seperti

inilah yang dinamakan shiddiq. Makanya jujur itu ber-nilai tak terhingga.

2.2 Ciri-ciri Sikap Jujur

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa sikap merupakan kecenderungan

untuk bertindak sesuai dengan obyek yang dihadapi. Dengan demikian attitude

(sikap) itu senantiasa terarahkan terhadap suatu obyek. Tidak ada sikap tanpa

obyek.

Sikap atau attitude adalah berbeda dengan motif, dimana kalau motif

merupakan suatu pengertian yang melingkupi penggerak, alasan-alasan atau

dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.

Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan terhadap suatu obyek.


4

Ciri-ciri sikap menurut para ahli, Allport (2011:39) Pertama, sikap adalah

kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi

objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan

kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.

Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekadar

masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap

sesuatu; menyampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari

(Sherif dan Sheriff, 2011:39). Ketiga, sikap relatif lebih menetap. Keempat, sikap

mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak

menyenangkan (Bem, 2011:39). Kelima, sikap timbul dari pengalaman; tidak

dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Oleh karena itu, sikap dapat

diperteguh atau diubah.

2.3 Fungsi dan Sumber Tentang Sikap Jujur

Pada hakikatnya, sikap memiliki fungsi-fungsi psikologis yang berbeda.

Orang yang berbeda mungkin memiliki sikap yang sama karena alasan yang

berbeda, dan seseorang memegang sikap tertentu karena lebih dari satu alasan.

Fungsi sikap bagi seseorang juga mempengaruhi tingkat konsistensi orang itu

dalam memegang sikapnya dan tingkat kemudahan mengubah sikap.

Menurut Katz, (2010:369) ada tiga fungsi sikap penting. Pertama, sikap

mempunyai sikap organisasi. Kedua, sikap memberikan fungsi kegunaan, yaitu

menggunakan sikap untuk menegaskan sikap orang lain dan selanjutnya

memperoleh persetujuan sosial. Ketiga, sikap itu memberikan fungsi

perlindungan, yaitu sikap menjaga kita dari ancaman terhadap harga diri kita.
5

Selain itu Rita dkk (2010:369) menyebut adanya lima fungsi sikap, yakni:

a. Fungsi instrumental

Sikap yang kita pegang karena alasan praktis atau manfaat dikatakan

memiliki fungsi instrumental. Sikap ini semata-mata mengekspresikan

keadaan spesifik keinginan umum kita untuk mendapatkan manfaat atau

hadiah dan menghindari hukum.

b. Fungsi pengetahuan

Sikap yang membantu kita memahami dunia, yang membawa kita

keteraturan bagi berbagai informasi yang harus kita asimilasikan dalam

kehidupan sehari-hari, dikatakan memiliki fungsi pengetahuan. Sikap tersebut

adalah skema penting yang memungkinkan kita mengorganisasi dan mengolah

berbagai informasi secara efisien tanpa harus memperhatikan detailnya.

c. Fungsi pertahanan ego

Sikap yang melindungi kita dari kecemasan atau ancaman bagi harga diri

kita dikatakan memiliki fungsi pertahanan ego. Salah satu pertahanan ego

yang dijelaskan oleh Freud (2010:370) adalah proyeksi. Individu merepresi

impuls yang tidak dapat diterima kemudian mengekspresikan sikap

bermusuhan kepada orang lain yang dirasakan memiliki impuls yang sama.

Menurut ahli psikologi sosial (Calhoun dan Accocella, 2010:370) ada tiga

sumber sikap utama. Pertama, pengalaman pribadi. Sikap dapat merupakan hasil

pengalaman yang menyenangkan atau menyakitkan dengan objek sikap. Kedua,

sumber sikap dalam hal ini, sikap negatif adalah pemindahan perasaan yang

menyakitkan. Pemindahan adalah secara tidak sadar mengalihkan perasaan yang


6

menyakitkan (terutama permusuhan) jauh dari objek yang sebenarnya pada objek

lain yang “lebih aman”. Sejumlah ahli teori, terutama dari aliran Freud (2010:371)

mengemukakan bahwa mekanisme ini menjadi penyebab utama dari prasangka

rasial. Sumber ketiga dari sikap adalah pengaruh sosial, dan mungkin akan

menjadi sumber utama. Bagaimanapun banyak dari sikap kita menjadi terlalu

lunak kalau didasari permusuhan yang tidak didasari, dan banyak lagi sikap tidak

berkaitan dengan objek sikap itu.

2.4 Komponen-komponen Sikap Jujur

Berdasarkan definisi tersebut, tampak bahwa meskipun terdapat

perbedaan, semuanya sependapat bahwa ciri khas dari sikap adalah (1)

mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda dan

sebagainya) dan (2) mengandung penilaian (suka-tidak suka; setuju-atau tidak

setuju).

Selain itu, Warren (2010:355) merumuskan sikap sebagai disposisi atau

predisposisi untuk bereaksi; Baldwin dan juga Allport (2010:355) merumuskan

sebagai kesiapan; sedangkan Allport (2010:355) menyebut sebagai berfungsinya

disposisi.

Ada sejumlah pendapat lain yang sangat mendasar mengenai sikap.

Berikut ini adalah garis besar pandangan-pandangan sikap yang disusun oleh

pengamat Eiser (2010, dalam Ross, 2010:356).

1) Sikap merupakan pengalaman subjektif. Asumsi ini menjadi dasar untuk

Definisi-definisi pada umumnya, meskipun beberapa penulis, terutama Bem

(2010:356), menganggap bahwa berbagai pernyataan seseorang mengenai


7

sikapnya merupakan kesimpulan dari pengamatannya atas perilakunya

sendiri.

2) Sikap adalah pengalaman tentang suatu objek atau persoalan. Suatu persoalan

atau objek dikatakan merupakan bagian dari pengalaman.

3) Sikap ialah pengalaman tentang suatu masalah atau objek dari sisi dimensi

penilaian.

4) Sikap melibatkan pertimbangan yang bersifat menilai.

5) Sikap bias diungkapkan melalui bahasa. Sikap dapat diungkapkan sampai

batas-batas tertentu tanpa kata-kata, namun konsep sikap akan sangat miskin

jika diterapkan pada spesies yang tidak bias berbicara. Baahasa sehari-hari

penuh dengan kata-kata yang mengandung unsur penilaian (Osgood, Suci &

Tannenbaum, 2010:356).

6) Ungkapan sikap pada dasarnya dipahami. Pada waktu orang lain

mengungkapkan sikapnya, kita dapat memahami orang itu. Barangkali kita

tidak dapat memahami mengapa dia seperti itu, tetapi sampai batas tertentu,

kita tahu apa yang dirasakannya.

7) Sikap dikomunikasikan kepada orang lain. Sikap tidak hanya bisa dipahami,

tetapi juga diungkapkan sedemekian rupa sehingga bisa ditangkap, dan

dimengerti orang lain.

8) Sikap setiap orang bisa sama dan bisa tidak sama. Rumusan ini bergantung

pada ide bahwa sikap dapat diungkapkan dengan bahasa (karena bahasa

memungkinkan orang membuat catatan) dan pada ide bahwa sikap berkaitan

dengan dunia luar.


8

9) Sejumlah orang yang mempunyai sikap berbeda pada suatu objek akan

berbeda pada dalam pendapat masing-masing mengenai apakah yang benar

atau salah mengenai objek itu.

10) Sikap jelas berhubungan dengan perilaku social. Ini adalah asumsi yang

paling menarik mengenai sikap dan mempunyai implikasi-implikasi berikut :

a) jika ucapan seseorang tentang siakp dan mempunyai implikasi-implikasi

perilaku sosialnya yang lain, akan sulit nmengetahui arti ucapan itu; (b)

meskipun orang mungkin terdorong untuk memperoleh, mendekati,

mendukung, dan sebagainya, objek yang mereka nilai positif, ini tidak

mungkin menjadi satu-satunya motif perilaku social yang relevan, dan

penting tidaknya dalam suatu situasi harus ditentukan dilapangan, (c)

mengatakan bahwa sikap menimbulkan perilaku (atau sebaliknya) sering

menimbulkan pertanyaan tentang hakikat proses antaranya.

2.5 Faktor-faktor Mempengaruhi Pembentukan Sikap Jujur

Menurut Cruthfield (2010:363) ada enam faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah :

1) Faktor pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komoponen sosial

yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting,

seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan
9

pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang

yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap kita

terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri,

suami dan lain-lain.

3) Faktor kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Lingkungan budaya merupakan lingkungan

yang berkenaan dengan segala hasil kreasi manusia, baik hasil yang konkrit

ataupun abstrak, berupa benda, ilmu pengetahuan, teknologi ataupun aturan-

aturan, lembaga-lembaga serta adat kebiasaan dan lain-lain. Manusia adalah

makhluk yang berbudaya dan membudaya, ia bukan saja menerima, turut

melestarikan dan menikmati serta memanfaatkan hasil budaya, tetapi juga

turut menciptakan kebudayaan.

4) Faktor Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap

hal tersebut.

5) Faktor pendidikan dan agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam arti individu. Manusia selain makhluk
10

individual dan sosial, ia juga makhluk berketuhanan. Manusia adalah

makhluk yang yang mempercayai adanya sesuatu yang ghaib.

6) Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi yang

berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sikap pada dasarnya

meliputi rasa suka dan tidak suka-penilaian serta reaksi menyenangkan atau tidak

lain menyenangkan terhadap objek, orang, situasi, dan mungkin aspek-aspek lain

dunia, termasuk ide abstrak dan kebijaksanaan sosial.

Dari penjelasan tersebut bila dihubungkan dengan sikap jujur siswa, maka

faktor-faktor mempengaruhi sikap jujur siswa adalah:

Menurut Dwi Puspita, diakses hari Minggu pada tanggal 17 Juni 2012

membedakan lingkungan pendidikan menjadi 3, yaitu keluarga, sekolah dan

masyarakat, sebagai berikut:

1) Keluarga

Keluarga adalah sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan paling

utama, dimana anak untuk pertama kalinya mendapatkan pelajaran-pelajaran

ataupun contoh-contoh dari perilaku ataupun perlakuan orang tuanya terhadap

dirinya. Keluarga merupakan pihak yang paling awal memberikan banyak

perlakuan kepada anak, selain itu sebagian besar waktu lazimnya dihabiskan
11

dilingkungan keluarga. Lingkungan keluarga bisa memberikan pengaruh yang

sangat dominan dan sifatnya langsung terhadap pembentukan perilaku, sikap,

kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya. Untuk itu

sebagai pendidikan karakter pertama orang tua diharapkan sebagai pemberi

panutan yang terbaik atau suri tauladan yang baik. Misalnya mengajak anak

berbelanja kepasar sesuai dengan kebutuhan dan melatih anak untuk merinci

apa yang dibeli dan berapa saldo yang dimilikinya untuk disimpan sebagai

uang cadangan keluarga. Disini diilustrasikan anak untuk dilatih mengatur

keuangan secara jujur, demi kepentingan bersama.

2) Sekolah, telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak berada disekolah, di

mana lembaga sekolah memiliki berbagai unsur berupa unsur guru, unsur

siswa, dan orang orang barada dalam lingkungan tersebut. Keterbatasan

keluarga dalam menyediakan fasilitas untuk belajar dan pengetahuan orang tua

akan ilmu-ilmu yang harus dipelajari anak merupakan faktor yang

mempengaruhi pentingnya peran sekolah bagi anak. Penegakkan disiplin,

pemberian contoh sikap oleh guru terhadap siswa, pola pergaulan sesama

siswa, merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perubahan karakter anak.

Untuk itu guru sebagai orang yang paling berpengaruh pada proses

pembentukan karakter anak, senantiasa memberikan panutan dan menciptakan

suasana yang baik berupa pendidikan tanggung jawab untuk perkembangan

karakter anak.

3) Lingkungan pendidikan ketiga yaitu lingkungan masyarakat, selain di keluarga

dan di sekolah, anak juga bergaul dengan masyarakat sekitar. Lingkungan


12

masyarakat meliputi lingkungan dimana dia tinggal, dan dimana dia sering

berinteraksi dengan masyarakat baik lewat media masa maupun media

elektronik. Lingkungan masyarakat yang baik biasanya akan memunculkan

sikap yang baik pula bagi anak, begitupula sebaliknya, sikap anak biasanya

cenderung sama dengan teman-teman bermainnya, ataupun lingkungan di

mana anak itu berinteraksi misalnya lewat media masa maupun media

elektronik. Ia akan melakukan apa yang teman-temannya biasa lakukan, atau

apapun yang ia biasa baca dan lihat lewat media. Untuk itu orang tua sebagai

pionir yang bisa mengontrol perkembangan karakter anak sebaiknya memilih

lingkungan yang baik. Walaupun tidak jarang juga orang yang dari lingkungan

masyarakat yang kurang baik menjadi berkarakter lebih baik karena rasa

pemberontakan jiwanya untuk menuju perubahan.

Bertolak dari pendapat Dwi Puspita tentang lingkungan pendidikan, maka

peneliti berkesimpulan bahwa yang menjadi indikator faktor-faktor

mempengaruhi sikap jujur siswa pada penelitian ini adalah (1) Pendidikan dalam

lingkungan keluarga, (2) Pendidikan dalam lingkungan sekolah, dan (3)

Pendidikan dalam lingkungan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai