Anda di halaman 1dari 12

Syari'ah Economics Vol. 1, No.

2, Juli 2017

IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH


PADA PRODUK ASURANSI PRUDENTIAL
SYARI’AH CIAMIS
Dede Husni Mubarok
Dedeh Hamidah
Mira Nurmayanti

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya ketentuan pada pedoman
Fatwa DSN-MUI Nomor 21/DSN-MUI/IV/2001, yang mengemukakan
bahwa akad mudharabah bisa diubah menjadi akad tabarru, tetapi
akad tabarru tidak dapat diubah menjadi akad mudharabah. Tujuan
penelitian ini adalah: 1. untuk mengetahui akad mudharabah pada
asuransi Pru Taqwa Prudential Syari’ah Ciamis. 2. untuk mengetahui
akad tabarru’ pada asuransi Pru Taqwa Prudential Syari’ah Ciamis. 3.
untuk mengetahui implementasi akad mudharabah dan tabarru’ pada
asuransi Pru Taqwa Prudential Syari’ah Ciamis. Jenis penelitian yang
digunakan adalah kualitatif lapangan dengan metode analisis
deskriptif. Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan
sekunder. Setelah melakukan analisis data, penulis memperoleh
kesimpulan sebagai berikut: 1. Akad mudharabah pada Pru Taqwa
Prudential Syari’ah Ciamis yaitu dimana peserta asuransi/tertanggung
berkedudukan sebagai shahibul maal dan perusahaan Pru Taqwa
Prudential Syari’ah yang menjadi mudharib/pengelola. Dimana
peserta menitipkan kontribusi (pembayaran premi) kepada
perusahaan yang kemudian akan dikelola dalam bentuk investasi pada
perusahaan-perusahaan halal yang telah disetujui oleh Majelis Ulama
Indonesia. 2. Akad tabarru’ pada Pru Taqwa Prudential Syari’ah
Ciamis merupakan suatu akad yang mengubah kontrak dimana peserta
menjadi penanggung risiko selain peusahaan. Perusahaan hanyalah
sebagai pengelola/operator. Pengelola tidak berhak menggunakan
dana-dana tabarru’ tersebut apabila tidak ada kuasa dari peserta
asuransi agar terhindar dari maisyir, gharar dan riba. 3. Implementsi
akad mudharabah dan tabarru’ pada Pru Taqwa Prudential Syari’ah
Ciamis yaitu sudah sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu
berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 21/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Pedoman Umum Asuransi Syari’ah yaitu akad mudharabah yang
dapat diubah menjadi akad tabarru’ dan akad tabarru’ tidak dapat
diubah menjadi akad mudharabah.

Kata Kunci: Mudharabah, Asuransi, Prudential.

ISSN: 2615-7160 49
Syari'ah Economics Vol. 1, No. 2, Juli 2017

Pendahuluan
Tidak bisa seorang pun dapat meramalkan apa yang akan terjadi
di masa yang akan datang secara sempurna, meskipun dengan
menggunakan berbagai alat tulis analisis. Setiap ramalan yang
dilakukan tidak akan terlepas dari kesalahan perhitungan yang telah
dilakukan. Penyebab melesetnya hasil ramalan karena di masa yang
akan datang penuh dengan ketidakpastian. Bahkan untuk hal-hal
tertentu sama sekali tidak dapat diperhitungkan seperti maut dan
rezeki. Risiko di masa yang akan datang dapat terjadi terhadap
kehidupan seseorang misalnya kematian, sakit atau risiko dipecat dari
pekerjaannya. Dalam dunia bisnis risiko yang dihadapi dapat berupa
risiko kerugian akibat kebakaran, kerusakan atau kehilangan atau
risiko lainnya. Oleh karena itu, setiap risiko yang akan dihadapi harus
ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar
lagi (Kasmir, 2014: 258).
Perusahaan asuransi syari’ah sebagai lembaga yang memberikan
fasilitas pengelola dana untuk menangani risiko yang sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam menjadi kebutuhan bagi masyarakat Muslim.
Oleh karena itu, perlu sekiranya kita mengetahui bagaimana asuransi
syari’ah tersebut. Berasuransi tidaklah berarti menolak takdir atau
menghilangkan ketawakalan seorang Muslim kepada Allah SWT.
karena segala sesuatunya terjadi setelah berpikir dengan baik, bekerja
dengan penuh kesungguhan, teliti dan cermat dan segala sesuatu yang
ada didunia ini semuanya ditentukan oleh Allah SWT, sedangkan
manusia hanya diminta oleh Allah SWT. untuk berusaha semaksimal
mungkin. Hal tersebut berdasarkan firman Allah SWT. dalam Al-
Qur`an QS. At-Taghaabun (64): 11.
ÒΟŠÎ=tæ >óx« Èe≅ä3Î/ ª!$#uρ 4 …çµt6ù=s% ωöκu‰ «!$$Î/ .ÏΒ÷σムtΒuρ 3 «!$# ÈβøŒÎ*Î/ āωÎ) >πt6ŠÅÁ•Β ÏΒ z>$|¹r& !$tΒ
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali
dengan ijin Allah; dan Barang siapa yang beriman kepada Allah
niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghaabun (64): 11)
Asuransi sebagai satu bentuk kontrak modern tidak dapat
terhindar dari akad yang membentuknya. Hal ini dikarenakan adanya
dua pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian tertentu untuk saling
melaksanakan kewajiban, yaitu antara peserta asuransi dan
perusahaan asuransi. Dalam praktiknya, asuransi memiliki dua akad
yang membentuknya, yaitu akad tabarru’ dan akad mudharabah
(tijarah).
Disini penulis akan melakukan penelitian di Asuransi Pru Taqwa
Prudential Syari’ah Ciamis yang terletak di jalan Ahmad Yani No. 56
Ciamis, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis. Asuransi Prudential

50 http://riset-iaid.net/index.php/SE
Syari'ah Economics Vol. 1, No. 2, Juli 2017

merupakan perusahaan asuransi jiwa terkemuka di Indonesia yang


berdiri sejak tahun 1995, grup jasa keuangan yang berbasis di Inggris
dan memiliki banyak pengharagaan. Pada awalnya asuransi Prudential
tidak memiliki perusahaan asuransi yang berbasis syari’ah, namun
seiring perkembangan lembaga keuangan syari’ah saat ini sehingga
melahirkan asuransi Prudential syari’ah pada 17 September 2007 di Jl.
Expo, Kemayoran-Jakarta.1
Dalam praktiknya, asuransi Prudential syari’ah Ciamis
menawarkan produk-produk asuransi yang khusus berbasis syari’ah,
tidak adanya percampuran transaksi yang berbasis konvensional.
Peserta asuransi diberikan kebebasan dalam memilih jenis produk
asuransi yang diinginkannya. Dalam setiap pembayaran premi, dana
peserta dikelola dalam dua rekening yaitu rekening tabarru’ dan
mudharabah. Dalam akad mudharabah, hasil keuntungan akan
diberikan sesuai dengan akad bagi hasil yang sama-sama dibuat antara
perusahaan dan peserta asuransi yang telah disepakati di awal.
Berdasarkan laporan keuangan asuransi Prudential syari’ah
pada tahun 2016, asset mudharabah dari hasil investasi yaitu
mencapai Rp. 5.366.592.000.000,- menandakan begitu besarnya asset
yang dimiliki asuransi Prudential syari’ah.2
Penelitian implementasi akad pada produk asuransi syari’ah
sebelumnya telah dilakukan oleh mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta yaitu Fathurrohman Husen, (2015) dalam tesisnya
dengan judul “Implementasi Akad Asuransi Syari’ah (Studi Kasus pada
Produk Mitra Iqra Plus di AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang
Syari’ah Surakarta)” mengemukakan bahwa ada tiga akad yang
terhimpun dalam kontrak produk Mitra Iqra yang menunjukkan
implementasi fatwa DSN-MUI yaitu akad tabarru’, mudharabah dan
wakalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas,
maka penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti, menganalisis
tentang bagaimana implementasi akad mudharabah yang digunakan
pada asuransi syari’ah .

Kajian Teori
Konsep Asuransi
Asuransi memilki beberapa pengertian. Asuransi berasal dari
bahasa Inggris Insurance artinya asuransi atau jaminan. Dalam bahasa
Belanda asuransi disebut assurantie yang terdiri dari asal kata
asseradeur yaitu penanggung dan geassureede yaitu tertanggung. Kata
asuransi dalam bahasa Indonesia telah diadopsi ke dalam Pedoman

Dede Husni Mubarok, Dedeh Hamidah, Mira Nurmayanti 51


Syari'ah Economics Vol. 1, No. 2, Juli 2017

Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dengan padanan kata


pertanggungan (Nopriansyah, 2016: 9).
Lain halnya dengan asuransi syariah yang mempunyai
beberapa padanan dalam bahasa Arab (Ali, 2008: 3) diantaranya yaitu
takaful, ta’min dan tadhamun yang ketiganya memiliki makna saling
menanggung, saling menolong.
Landasan Hukum Asuransi
Hukum asuransi syari’ah kini masih terbatas dan belum diatur
secara khusus dalam undang-undang. Secara lebih teknis operasional
perusahaan asuransi/perusahaan reasuransi berdasarkan prinsip
syari’ah mengacu kepada SK Dirjen Lembaga Keuangan No.
499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian, dan Pembatasan Investasi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem
Syari’ah dan beberapa Keputusan Menteri Keuangan, yaitu KMK No.
422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Asuransi. Disamping itu, perasuransian syari’ah di Indonesia juga
diatur dalam beberapa fatwa DSN-MUI antara lain Fatwa DSN-MUI
No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah.
Fatwa DSN-MUI No. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad
Mudharabah Musyarakah pada Asuransi Syari’ah, Fatwa DSN-MUI
No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi
dan Reasuransi Syari’ah, Fatwa DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/III/2006
tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi dan Reasuransi Syari’ah
(Soemitra: 2009: 252).
Al-Qur`an dan Hadits pun tidak menyebutkan secara nyata apa
dan bagaimana berasuransi. Namun bukan berarti bahwa asuransi
hukumnya haram karena dalam hukum Islam memuat substansi
perasurasian secara Islami, dalam Al-Qur`an terdapat salah satu ayat
yang mengenai asuransi meskipun tidak disebutkan secara langsung
yaitu dalam surat QS. Al-Maidah (5): 2 perintah untuk saling tolong
menolong.
Akad-akad dalam Asuransi Syari’ah
Adapun akad-akad yang digunakan dalam asuransi syari’ah
adalah sebagai berikut:
Akad tabarru’
Tabarru’ adalah mengerahkan segala upaya untuk memberikan
harta atau manfaat kepada orang lain, baik secara langsung maupun
masa yang yang akan datang tanpa adanya kompensasi, dengan tujuan
kebaikan dan perbuatan ihsan. Ada beberapa rukun tabarru’ yaitu
wahib (pemberi hibah/tabarru’), al-mauhub lahu (penerima
hibah/tabarru’), al-mauhub (harta yang akan diberikan) dan as-
Shighat (Ijab dan Qabul).
Akad tijari’

52 http://riset-iaid.net/index.php/SE
Syari'ah Economics Vol. 1, No. 2, Juli 2017

Akad tijari/tijarah yaitu akad yang berorientasi pada


keuntungan komersial (for propfit oriented). Dalam akad ini masing-
masing pihak yang melakukan akad berhak untuk mencari
keuntungan. Beberapa cabang akad tijari meliputi akad mudharabah
dan wakalah bil ujrah.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini didesain dengan menggunakan pendekatan yang
bersifat analisis deskriptif–kualitatif. Dalam penyusunan penelitian ini
metode yang digunakan adalah menggunakan deskriptif-analitis, yaitu
suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap yang diteliti melalui data atau sampel yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum. Penelitian ini dilakukan di Asuransi
Prudential Syari’ah kabupaten Ciamis. Asuransi Prudential Syari’ah ini
beralamat di jalan Ahmad Yani No. 56 Ciamis, Kecamatan Ciamis,
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat 46211.
Sumber data yang peneliti kumpulkan yaitu menggunakan
sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi.
Observasi adalah Proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis
mengenai gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini menjadi salah satu
dari teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,
yang direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol
keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya). Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa
instrument yaitu, observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data
triangulasi.

Hasil Penelitian
Gambaran Umum Prudential
Prudential plc merupakan perusahaan jasa keuangan
terkemuka asal Inggris yang berdiri sejak 30 Mei 1848, perusahaan
yang menyediakan jasa keuangan ritel dan pengelolaan dana di pasar-
pasar terpilih yaitu Inggris Raya, Amerika Serikat, Asia dan Eropa.
Prudential Indonesia memiliki izin usaha di bidang asuransi jiwa
patungan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Indonesia
Nomor: 241/KMK.017/1995 tanggal 1 Juni 1995 juncto Surat Menteri
Keuangan Nomor: S.191/MK.6/2001 tanggal 6 Maret 2001 juncto
Surat Menteri Keuangan Nomor S.614/MK.6/2001 tanggal 23 Oktober
2001 juncto Surat Menteri Keuangan Nomor S-9077/BL/2008 tanggal
19 Desember 2008. Perusahaan juga memiliki izin usaha Unit Syariah

Dede Husni Mubarok, Dedeh Hamidah, Mira Nurmayanti 53


Syari'ah Economics Vol. 1, No. 2, Juli 2017

berdasarkan surat Menteri Keuangan Nomor KEP 167/KM.10/2007


yang dikeluarkan pada tanggal 20 Agustus 20073.
Munculnya asuransi syari’ah pertama kali di Indonesia tidak
lepas dari nama asuransi Takaful pada tahun 1994. Melihat peluang
asuransi jiwa syari’ah memiliki peluang yang besar di Indonesia
seperti, populasi muslim terbesar di dunia, membuat daya tarik
asuransi syari’ah yang secara legal hukum agama lebih disukai oleh
umat Islam telah mampu meningkatkan keinginan lembaga-lembaga
konvensional ataupun asuransi konvensional untuk memasukkan
produk asuransi syari’ah sebagai salah satu produknya yaitu, PT
Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia). Sejak tahun 2007
Prudential Indonesia telah mendirikan unit bisnis syari’ah dan
dipercaya sebagai pemimpin pasar asuransi jiwa syari’ah di Indonesia
sejak pendiriannya. Prudential Syariah memegang azas tolong
menolong (tabarru’), dimana semua anggota dalam asuransi ini
dianggap sebagai sebuah keluarga. Salah satu Prudential syari’ah yang
yang menjadi cabangnya yaitu Pru Taqwa Prudential Syari’ah Ciamis.
Pru Taqwa Prudential yang menjalankan bisnisnya dengan
prinsip syari’ah mulai beroperasi pada hari Ahad, tanggal 11 mei 2011
melalui pembukaan kantor cabang Prudential Syari’ah pertama di
Ciamis. Pendirian perusahaan asuransi berbasis syari’ah ini bermula
dari adanya inisiatif seorang Bapak Widi Keswiyanto yang
menginginkan adanya transaksi tanpa riba. Banyaknya transaksi yang
menggunakan sistim riba mengakibatkan banyak nasabah yang merasa
tercekik dengan pembayaran yang berbasis konvensional. Maka dari
itu, Bapak Widi Keswiyanto mengajukan permohonan pendirian
asuransi yang total berbasis syari’ah tanpa adanya perpaduan dengan
transaksi konvensional. Pengajuan ditujukan kepada Prudential
Indonesia di Jakarta dan kemudian Prudential Indonesia mengprove
berdirinya Pru Taqwa Prudential Syari’ah Ciamis pada tahun 2010
hanya mulai beroperasi pada tahun 2011.
Visi dan Misi PT Prudential Life Assurance
Visi PT Prudential Life Assurance adalah menjadi perusahaan
nomor satu di asia dalam hal pelayanan peserta, memberikan hasil
terbaik bagi para pemegang saham, mempekerjakan orang-orang
terbaik.
Misi PT Prudential Life Assurance adalah menjadi perusahaan
Jasa Keuangan Ritel terbaik di Indonesia, melampaui pengharapan
para nasabah, tenaga pemasaran, staf dan pemegang saham dengan
memberikan pelayanan sempurna, produk berkualitas, tenaga
pemasaran profesional yang berkomitmen tinggi serta menghasilkan
pendapatan investasi yang menguntungkan.

54 http://riset-iaid.net/index.php/SE
Syari'ah Economics Vol. 1, No. 2, Juli 2017

Makna Lambang PT Prudential Life Assurance

1) Anak panah. Melambangkan kemampuan seorang pemanah yang


jitu dan penuh perhitungan.
2) Ular. Merupakan lambang dari kearifan.
3) Cermin. Menggambarkan kemampuan seseorang untuk melihat
dirinya apa adanya.

Pembahasan
Akad Mudharabah pada Asuransi Pru Taqwa Prudential Syari’ah
Ciamis
Pada asuransi Pru Taqwa Prudential Syari’ah Ciamis pada
dasarnya sama sebagaimana dalam teorinya, peserta
asuransi/tertanggung berkedudukan sebagai shahibul maal dan
perusahaan Pru Taqwa Prudential Syari’ah yang menjadi
mudharib/pengelola. Dimana peserta menitipkan kontribusi
(pembayaran premi) kepada perusahaan yang kemudian akan dikelola
dalam bentuk investasi pada perusahaan-perusahaan halal yang telah
disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia. Adapun perusahaan-
perusahaan tersebut adalah:
1) Investasi ke bank-bank umum syariah seperti BMI (Bank
Muamalat Indonesia) dan BSM (Bank Syariah Mandiri).
2) Investasi ke bank umum yang memiliki cabang syariah, seperti BNI
Syariah, BRI Syariah, BII Syariah, Bank IFI Syariah dan
sebagainya.
3) Investasi langsung ke perusahaan-perusahaan yang tidak menjual
barang-barang haram atau maksiat dengan sistem mudharabah,
wakalah dan wadiah.
4) Investasi ke lembaga keuangan syariah lainnya, seperti modal
ventura syariah, leasing syariah, obligasi syariah di BEJ dan
sebagainya.
5) Investasi ke beberapa rumah sakit yang ada di daerah sekitar
kantor Prudential.

Implementasi Akad Mudharabah dan Tabarru’ pada asuransi Pru


Taqwa Syari’ah Ciamis
Berdasarkan penelitian penulis, implementasi akad
mudharabah dan tabarru’ pada asuransi Pru Taqwa Prudential
Syari’ah yaitu sebagai berikut:
Dede Husni Mubarok, Dedeh Hamidah, Mira Nurmayanti 55
Syari'ah Economics Vol. 1, No. 2, Juli 2017

Akad mudharabah.
Prosedur dalam pelaksanaan akad mudharabah, peserta
asuransi memberikan premi kepada perusahaan yang kemudian nanti
akan di salurkan oleh perusahaan dalam bentuk investasi. Keuntungan
perusahaan diperoleh dari bagian keuntungan dana investasi
berdasarkan prinsip nisbah bagi hasil. Para peserta asuransi
berkedudukan sebagai pemilik modal dan perusahaan sebagai
pengelola modal. Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan
dana itu dibagi antara peserta dan perusahaan sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati. Di perusahaan Pru Taqwa Prudential
Syari’ah pembagian keuntungan kepada peserta diberikan apabila
perjanjian berakhir, peserta mengundurkan diri atau peserta
meninggal dunia. Hasil dari penenaman modal berupa saham kepada
perusahan-perusahaan yang telah ditentukan oleh MUI maka setiap
tahunnya akan dihitung berapa bagi hasil yang akan diterima oleh
peserta dan perusahaan. Keuntungan dari penanaman saham ini tidak
akan selalu sama dan pasti setiap tahunnya, karena perhitungan
keuntungan bagi hasil dalam syari’ah tidak seperti keuntungan di
konvensional yang sudah pasti ditentukan di awal berapa besaran yang
akan didapat setiap tahunnya. Di lembaga keuangan syari’ah,
keuntungan akan diterima dari berapa hasil yang didapatkan oleh
perusahaan kemudian dilakukan pembagian antara perusahaan,
pemegang saham dan peserta asuransi sesuai prinsip akad
mudharabah setelah dikurangi beban-beban, pembayaran klaim dan
operasional.
Masa pertanggungan untuk investasi yaitu minimal 10 tahun.
Prudential mampu melakukan pembayaran klaim sebesar Rp. 9,9
Triliun, 1 klaim dibayar setiap 8 detik. Ini merupakan sebagai
kelebihan perusahaan Prudential di banding perusahaan asuransi yang
lain. Prudential pun memiliki risk based capital (RBC) yaitu rasio
kecukupan modal sebesar 180%, yaitu 6 kali persyaratan wajib
minimum 30%. Menandakan bahwa Prudential merupakan
perusahaan yang mempunyai kecukupan modal tinggi. Kontribusi
premi syari’ah yang diterima Prudential yaitu sebesar Rp. 3,4 Triliun.
Dilihat dari jumlah premi yang diterima, banyaknya peserta asuransi
yang mempercayai Prudential, terutama pada asuransi syari’ah. Untuk
setiap pembayaran premi disesuaikan dengan kemampuan peserta,
tetapi perusahaan memiliki ketentuan minimum yaitu sebesar Rp.
200.000,- per bulan.
Akad tabarru’
Uang premi yang diberikan peserta merupakan sebagai iuran
tabarru’ peserta yang dimasukkan ke dalam dana tabarru’ dan
kemudian diinvestasikan oleh perusahaan dengan pengelolaan akad
wakalah bil ujrah. Iuran tabarru’ ditentukan berdasarkan usia, jenis
56 http://riset-iaid.net/index.php/SE
Syari'ah Economics Vol. 1, No. 2, Juli 2017

kelamin dan besarnya uang pertanggungan. Pengelolaan akad


wakalah bil ujrah meliputi pengadministrasian, mengelola dana,
mengelola dana investasi PRUlink syari’ah, membayar klaim,
underwriting, mengelola portofolio risiko, memasarkan dan
melakukan transaksi. Besarnya biaya administrasi yaitu Rp. 37.500,-.
Atas dasar pengelolaan tersebut, maka peserta dikenakan ujrah
sebesar 50% dari biaya asuransi yang dibebankan setiap bulan sejak
tanggal mulai pertanggungan. Apabila terdapat surplus sharing yang
terbentuk dari dana tabarru’ maka peserta akan mendapatkan bagian
apabila belum pernah mendapatkan klaim. Pembagian 30% ditahan
dalam dana tabarru’, 14% diserahkan kepada pengelola dan 56%
dibagikan kepada pemegang polis yang berhak sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Apabila dana tabarru’ tidak
cukup untuk membayar manfaat asuransi, maka pengelola akan
menalangi kekurangan pembayaran manfaat asuransi tersebut dengan
menggunakan akad Qardh. Pengembalian Qardh kepada pengelola
akan dilakukan dari surplus sharing yang terbentuk dari dana
tabarru’. Berbeda dengan asuransi konvensional, apabila peserta
asuransi mendapat musibah maka akan dibayarkan oleh perusahaan
dan apabila kekurangan dana akan meminjam dana talang kepada
reasuransi yang kemudian akan dibebankan kepada peserta di akhir.
Berdasarkan pemaparan diatas, menurut penulis implementasi
akad mudharabah dan tabarru’ di Pru Taqwa Prudential Syari’ah
Ciamis sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Tidak adanya
perubahan akad, akad mudharabah bisa diubah menjadi akad
tabarru, dan akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi akad
mudharabah, karena perusahaan mencoba memaksimalkan dana yang
ada. Jika ada kekurangan dana untuk pembayaran klaim, maka akan
meminjam dana cadangan tabarru’ yang nantinya akan diganti
kembali apabila terjadi surplus sharing. Namun jika ada peserta yang
ingin menghibahkan dana investasinya (mudharabah), maka
perusahaan akan menyimpannya di rekening dana tabarru’.
Jika dikaitkan dengan ketentuan fatwa DSN-MUI Nomor
21/DSN-MUI/IV/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah yaitu
ketentuan terkait bahwa dana premi tabarru’ dapat diinvesatasikan.
Pembolehan dana premi tabarru’ untuk diinvestasikan seperti
tercantum dalam ketentuan premi pada fatwa DSN tentang pedoman
umum asuransi syariah dapat dilihat dengan metode mashlahah
mursalah yang mempertimbangkan kemaslahatan dalam penetapan
hukumnya. Hal tersebut dikarenakan aturan tentang “dana tabarru’
dalam asuransi syariah dapat diinvestasikan” tidak terdapat dalil yang
secara eksplisit menyebutkan aturan tersebut, baik dalam al-Qur`an
maupun al-Hadits.

Dede Husni Mubarok, Dedeh Hamidah, Mira Nurmayanti 57


Syari'ah Economics Vol. 1, No. 2, Juli 2017

Pada ketentuan tentang akad tabarru’ tidak dapat diubah


menjadi akad tijarah, yang dimaksud di sini adalah ketentuan yang
berlaku bagi peserta asuransi. Jika peserta asuransi telah menyetorkan
dana premi dalam bentuk akad tabarru’ berupa hibah, maka peserta
tersebut tidak boleh merubah akadnya menjadi pembayaran premi
dengan akad tijarah. Pada ketentuan dana premi tabarru’ dapat
diinvestasikan, maksudnya di sini adalah bahwa pihak perusahaan
asuransi selaku pengelola dana premi tersebut dibolehkan untuk
melakukan investasi di bidang-bidang dan dengan prosedur yang
sesuai dengan ajaran Islam.

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan-
pembahasan yang telah penulis jelaskan pada bab-bab sebelumnya
adalah sebagai berikut:
1) Akad mudharabah pada Pru Taqwa Prudential Syari’ah Ciamis
yaitu dimana peserta asuransi/tertanggung berkedudukan sebagai
shahibul maal dan perusahaan Pru Taqwa Prudential Syari’ah yang
menjadi mudharib/pengelola. Dimana peserta menitipkan
kontribusi (pembayaran premi) kepada perusahaan yang kemudian
akan dikelola dalam bentuk investasi pada perusahaan-perusahaan
halal yang telah disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia.
2) Akad tabarru’ pada Pru Taqwa Prudential Syari’ah Ciamis
merupakan suatu akad yang mengubah kontrak dimana peserta
menjadi penanggung risiko selain peusahaan. Perusahaan
hanyalah sebagai pengelola/operator. Pengelola tidak berhak
menggunakan dana-dana tabarru’ tersebut apabila tidak ada kuasa
dari peserta asuransi agar terhindar dari maisyir, gharar dan riba.
Tujuan akad tabarru’ adalah untuk saling menolong apabila ada
peserta yang terkena musibah. Apabila terjadi suatu peristiwa
yang ditanggung atas diri peserta maka harus dibayarkan manfaat
asuransi, pembayaran asuransi tersebut akan dibebankan atas
dana tabarru’. Dana tabarru’ dibebankan pada tahun pertama dan
kedua sebesar 80% yang dialokasikan dari pembayaran kontribusi
(premi) peserta, pada tahun ketiga sampai kelima hanya sebesar
15% untuk tahun berikutnya sampai tahun kesepuluh di masukkan
pada dana investasi (mudharabah).
3) Implementsi akad mudharabah dan tabarru’ pada Pru Taqwa
Prudential Syari’ah Ciamis yaitu sudah sesuai dengan ketentuan
yang ada yaitu berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 21/DSN-
MUI/IV/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah yaitu
akad mudharabah yang dapat diubah menjadi akad tabarru’ dan
akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi akad mudharabah.
Perusahaan mencoba memaksimalkan dana yang ada dan jika ada
58 http://riset-iaid.net/index.php/SE
Syari'ah Economics Vol. 1, No. 2, Juli 2017

kekurangan dana untuk pembayaran klaim, maka akan meminjam


dana cadangan tabarru’ yang nantinya akan diganti kembali
apabila terjadi surplus sharing. Tetapi jika ada peserta yang ingin
menghibahkan dana investasinya (mudharabah), perusahaan akan
menyimpannya di rekening dana tabarru’.

Daftar Pustaka

Ali, Zainuddin. (2008). Hukum perbankan syariah. Jakarta: Sinar


Grafika.
Abdurrahman, Dudung. (2003). Pengantar Metode Penelitian.
Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.
Antonio, Muhammad Syafii. (2001). Bank Syariah dari Teori ke
Praktik. Jakarta: Gema Insani.
PT Prudential Life Assuance. (2016). Annual Report PT Prudential
Life Assuance. Jakarta
PT Prudential Life Assuance (2015). PRU sales Academy. Jakarta
Dewi, Gemala. (2007). Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan
Perasuransian Syari’ah di Indonesia Edisi Revisi. Jakarta:
Kencana
Hafidhuddin., et al. (2009). Solusi Beasuransi: Lebih Indah dengan
Syari’ah. Jakarta: Salamadani.
Huda, Nurul dan Heykal, Mohamad. (2010). Lembaga Keuangan
Islam. Jakarta: Kencana
Ismanto, Kuat. (2009). Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-asas Hukum
Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Karim, Adiwarman. (2004). Bank Islam Analisis Fiqh dan Keungan
Edisi Dua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Latumaerissa, Julius R. (2013) Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta: Salemba Empat.
Lewis, Mervvyn & Algaoud, Latifa (eds. (2001). Perbankan syariah:
Prinsip, Praktik, prospek (Penerjemah Burhan Wirasubrata).
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Mardani. (2012). Ayat-ayat dan Hadits Ekonomi Syari’ah. Jakarta:
Rajawali Pers.
Muhammad. (2007). Lembaga Ekonomi Syari’ah. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Muljono, Djoko. (2015). Buku Pintar Akuntansi Perbankan dan
Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: Andi.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi
Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Dede Husni Mubarok, Dedeh Hamidah, Mira Nurmayanti 59
Syari'ah Economics Vol. 1, No. 2, Juli 2017

Nopriansyah, Waldi. (2016). Asuransi Syari’ah. Yogyakarta: Penerbit


Andi.
Sjahdeini, Sutan Remy. (2007). Perbankan Islam dan Kedudukannya
dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti.
Siswanto, Victorianus Aries. (2012). Strategis dan Langkah-langkah
Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudarsono, Heri. (2013). Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah.
Yogyakarta:Ekonisia.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D. Bandung: Alfabeta
Syafe’I, Rachmat. (2001). Fiqh Muamalah. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Thoyyar, Husni. (2015). Pedoman penulisan skripsi dan artikel
ilmiah. Ciamis: IAID.
Wirdiyaningsih., et al. (2005). Bank dan Asuransi Islam di Indonesia.
Jakarta: Kencana.

60 http://riset-iaid.net/index.php/SE

Anda mungkin juga menyukai