Oleh :
Henni Sidauruk 115040200111152
Kelas C
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
Perkembangan Tektonik Pulau Sumatera
A. Gambaran Umum
Pada akhir Miosen, Pulau Sumatera mengalami rotasi searah jarum jam. Pada zaman
Pliopleistosen, arah struktur geologi berubah menjadi barat daya-timur laut, di mana
aktivitas tersebut terus berlanjut hingga kini. Hal ini disebabkan oleh pembentukan
letak samudera di Laut Andaman dan tumbukan antara Lempeng Mikro Sunda dan
Lempeng India-Australia terjadi pada sudut yang kurang tajam. Terjadilah kompresi
tektonik global dan lahirnya kompleks subduksi sepanjang tepi barat Pulau Sumatera
dan pengangkatan Pegunungan Bukit Barisan pada zaman Pleistosen.
Penunjaman yang terjadi di sebelah barat Sumatra tidak benar-benar tegak lurus
terhadap arah pergerakan Lempeng India-Australia dan Lempeng Eurasia. Lempeng
Eurasia bergerak relatif ke arah tenggara, sedangkan Lempeng India-Australia
bergerak relatif ke arah timurlaut. Karena tidak tegak lurus inilah maka Pulau Sumatra
dirobek sesar mendatar (garis jingga) yang dikenal dengan nama Sesar Semangko.
Penunjaman Lempeng India – Australia juga mempengaruhi geomorfologi Pulau
Sumatera. Adanya penunjaman menjadikan bagian barat Pulau Sumatera terangkat,
sedangkan bagian timur relatif turun. Hal ini menyebabkan bagian barat mempunyai
dataran pantai yang sempit dan kadang-kadang terjal. Pada umumnya, terumbu karang
lebih berkembang dibandingkan berbagai jenis bakau. Bagian timur yang turun akan
menerima tanah hasil erosi dari bagian barat (yang bergerak naik), sehingga bagian
timur memiliki pantai yang datar lagi luas. Di bagian timur, gambut dan bakau lebih
berkembang dibandingkan terumbu karang.
Pola struktur yang ada saat ini di Cekungan Sumatra Tengah merupakan hasil
sekurang-kurangnya 3 (tiga) fase tektonikutama yang terpisah, yaitu Orogenesa
Mesozoikum Tengah,Tektonik Kapur Akhir-Tersier Awal, dan Orogenesa Plio-
Plistosen(De Coster, 1974).Heidrick dan Aulia (1993), membahas secara terperinci
tentang perkembangan tektonik di Cekungan Sumatra Tengah dengan membaginya
menjadi 3 (tiga) episode tektonik, F1 (fase 1)berlangsung pada Eosen-Oligosen, F2
(fase 2) berlangsung padaMiosen Awal-Miosen Tengah, dan F3 (fase 3) berlangsung
pada Miosen Tengah-Resen. Fase sebelum F1 disebut sebagai fase 0 (F0) yang
berlangsung pada Pra Tersier.1. Episode F0 (Pre-Tertiary)Batuan dasar Pra Tersier di
Cekungan Sumatra Tengah terdiri dari lempeng-lempeng benua dan samudera yang
berbentuk mozaik. Orientasi struktur pada batuan dasar memberikan efek pada lapisan
sedimen Tersier yang menumpang di atasnya dan kemudian mengontrol arah tarikan
dan pengaktifan ulang yang terjadi kemudian. Pola struktur tersebut disebut sebagai
elemen struktur F0.
Ada 2 (dua) struktur utama pada batuan dasar. Pertama kelurusan utara -selatan
yang merupakan sesar geser (Transform/WrenchTectonic) berumur Karbon dan
mengalami reaktifisasi selama Permo-Trias, Jura, Kapur dan Tersier. Tinggian-
tinggian yang terbentuk pada fase ini adalah Tinggian Mutiara, Kampar, Napuh,
Kubu, Pinang dan Ujung Pandang. Tinggian –tinggian tersebut menjadi batas yang
penting pada pengendapan sedimen selanjutnya.2. Episode F1 (26 – 50 Ma)
Episode F1 berlangsung pada kala Eosen-Oligosendisebut juga Rift Phase. Pada
F1 terjadi deformasi akibat Rifting dengan arah Strike timur laut, diikuti oleh
reaktifisasi struktur-struktur tua. Akibat tumbukan Lempeng Samudera Hindia
terhadap Lempeng Benua Asia pada 45 Ma terbentuklah suatu sistem rekahan
Transtensional yang memanjang ke arah selatan dari Cina bagian selatan ke Thailand
dan ke Malaysia hingga Sumatra dan Kalimantan Selatan (Heidrick & Aulia,1993).
Perekahan ini membentuk serangkaian Horst dan Graben di Cekungan Sumatra
Tengah. Horst-Graben ini kemudian menjadi danau tempat diendapkannya sedimen-
sedimen Kelompok Pematang.
Pada akhir F1 terjadi peralihan dari perekahan menjadi penurunan cekungan
ditandai oleh pembalikan struktur yang lemah, denudasi dan pembentukan daratan
Peneplain. Hasil dari erosi tersebut berupa paleosol yang diendapkan di atas Formasi
Upper Red Bed.3. Episode F2 (13 – 26 Ma) Episode F2 berlangsung pada kala
Miosen Awal-Miosen Tengah. Pada kala Miosen Awal terjadi fase amblesan
(sagphase), diikuti oleh pembentukan Dextral Wrench Fault secararegional dan
pembentukan Transtensional Fracture Zone. Pada struktur tua yang berarah utara-
selatan terjadi Release,sehingga terbentuk Listric Fault, Normal Fault, Graben, dan
Half Graben. Struktur yang terbentuk berarah relatif barat laut-tenggara. Pada episode
F2, Cekungan Sumatra Tengah mengalami transgresi dan sedimen-sedimen dari
Kelompok Sihapas diendapkan.4.
Episode F3 (13-Recent) Episode F3 berlangsung pada kala Miosen Tengah-
Resendisebut juga Barisan Compressional Phase. Pada episode F3 terjadi pembalikan
struktur akibat gaya kompresi menghasilkan reverse dan Thrust Fault di sepanjang
jalur Wrench Fault yang terbentuk sebelumnya. Proses kompresi ini terjadi bersamaan
dengan pembentukan Dextral Wrench Fault di sepanjang Bukit Barisan. Struktur yang
terbentuk umumnya berarah barat laut-tenggara. Pada episode F3 Cekungan Sumatra
Tengah mengalami regresi dan sedimen-sedimen Formasi Petani diendapkan, diikuti
pengendapan sedimen-sedimen Formasi Minas secara tidak selaras.
E. Kesimpulan
Pulau Sumatera secara garis besar terdiri dari 3 sistem Tektonik, yakni Sistem
Subduksi Sumatera; system sesar Mentawai (Mentawai Fault System); dan Sistem
Sesar Sumatera (Sumatera Fault System). Berdasarkan rekonstruksi geologi oleh
Robert Hall (2000), awal pembentukan wilayah Sumatera dimulai sekitar 50 juta
tahun lalu (awal Eosen). Sedikitnya terdapat 19 Segmen sesar dengan panjang tiap
segmen ±60-200 km; yang merupakan bagian dari Sistem Sesar Sumatera (Sumatera
Fault System) dengan panjang ±1900 km. Danau Toba yang berada di pulau Sumatera
merupakan salah satu bukti nyata Super Volcano dan merupakan sisa dari Letusan
Kaldera mahadahsyat terbesar (skala 8 VEI).
DAFTAR PUSTAKA