Anda di halaman 1dari 56

MODEL FINITE DIFFERENCE UNTUK MENDUGA SUHU DAN

LAMA PROSES PERLAKUAN AIR PANAS SEBAGAI


TEKNOLOGI KARANTINA PADA MELON MADU

FIKRI AZALI FAISAL SYAF

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Model Finite


Difference untuk Menduga Suhu dan Lama Proses Perlakuan Air Panas sebagai
Teknologi Karantina pada Melon Madu adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016

Fikri Azali Faisal Syaf


NIM F14120022
ABSTRAK

FIKRI AZALI FAISAL SYAF. Model Finite Difference untuk Menduga Suhu
dan Lama Proses Perlakuan Air Panas sebagai Teknologi Karantina pada Melon
Madu. Dibimbing oleh ROKHANI HASBULLAH

Teknologi disinfestasi hama dan penyakit pascapanen untuk memenuhi


regulasi karantina dapat berupa penyimpanan suhu rendah, iradiasi sinar gamma,
fumigasi dan perlakuan panas. Kekhawatiran konsumen akan residu kimia yang
dapat membahayakan kesehatan menyebabkan metode perlakuan panas saat ini
menjadi alternatif dalam teknologi karantina. Penelitian ini bertujuan menduga
penyebaran suhu dan waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu target pada
buah melon selama proses perlakuan air panas. Melon besar (diameter 17.7±0.4
cm) dan melon kecil (diameter 15.7±0.4 cm) digunakan dalam penelitian ini.
Buah dicelupkan ke dalam medium air dengan suhu 47.5oC, hingga suhu daging
buah mencapai 45.1±0.5oC. Hasil pengukuran menunjukkan buah melon besar
membutuhkan waktu selama 192±8 menit dan pendugaan 283±4 menit sedangkan
buah melon ukuran kecil membutuhkan waktu pengukuran selama 128±6 menit
dan pendugaan 230±9 menit. Hasil korelasi menunjukkan bahwa 98% suhu
pengukuran dapat dijelaskan oleh hasil pendugaan.

Kata kunci: Buah Melon, Perlakuan Panas, Teknologi Karantina, Finite


Difference.

ABSTRACT
FIKRI AZALI FAISAL SYAF. Finite Difference model to Predict Temperature
and Exposure Time during Hot Water Treatment Process as Quarantine
Technology on Honeydew Melon. Supervised by ROKHANI HASBULLAH

Disinfestation technology of post-harvest pests and diseases to meet


quarantine regulations can be a low-temperature storage, gamma ray irradiation,
fumigation and heat treatment. Concerns of chemical residues that can be harmful
to health causing heat treatment method is currently a technology alternative in
quarantine. This study aims to estimate the temperature and the time required to
reach the target temperature on melon fruit during hot water treatment. Large
melon (diameter of 17.7±0.4 cm) and small melon (diameter of 15.7±0.4cm) were
used in this study. Fruit dipped in water with a temperature 47.5oC, until fruit
flesh temperature reaches 45.1±0.5oC. The measurements results show a large
melon fruit takes time for 192±8 minutes and 283±4 minutes of prediction while
small size melon takes measurements for 128±6 minutes and 230±9 minutes of
prediction. The results showed that 98% correlation of temperature measurements
can be explained by the prediction results.

Keywords: melon fruit, heat treatment, quarantine technology, finite difference.


MODEL FINITE DIFFERENCE UNTUK MENDUGA SUHU DAN
LAMA PROSES PERLAKUAN AIR PANAS SEBAGAI
TEKNOLOGI KARANTINA PADA MELON MADU

FIKRI AZALI FAISAL SYAF

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul : Model Finite Difference untuk Menduga Suhu dan Lama Proses
Perlakuan Air Panas sebagai Teknologi Karantina pada Melon Madu
Nama : Fikri Azali Faisal Syaf
NIM : F14120022

Disetujui oleh

Dr Ir Rokhani Hasbullah, M Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, M Eng
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :
vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah hasil penelitian ini berhasil
diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan mulai
bulan Maret 2016 ini, ialah Model Finite Difference untuk Menduga Suhu dan
Lama Proses Perlakuan Air Panas sebagai Teknologi Karantina pada Melon
Madu.
Dalam penyusunas skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan,
bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Ayahanda Munsarif, Ibunda Siti Munawaroh, serta semua keluarga besar
atas do’a dan dukungan untuk penulis selama pembuatan karya ilmiah ini.
2. Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis hingga menyelesaikan
skripsi ini.
3. Seluruh staf pengajar Tekniki Mesin dan Biosistem Institut Pertanian Bogor
atas semua pengetahuan yang telah diberikan.
4. Bapak Ahmad, Bapak Sulyaden, Mas Abbas, dan Mas Firman selaku
penanggung jawab Laboratorium tempat penulis melakukan penelitian.
5. Teman bimbingan, Nurul Dwi, Hendri Taufik, Yusup Hartono, dan
Muhammad Faturrohman, terima kasih atas bantuan selama penelitian
berlangsung.
6. Teman-teman di Departemen Tekniki Mesin dan Biosistem angkatan 49
(G.U.T.S.T.Y.R), terima kasih atas kebersamaannya, bantuan dan semangat
untuk penulis.
7. Terima kasih kepada penulis lain yang telah memberikan refernsei dalam
penulisan karya tulis ini.
8. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan kepada penulis.
Penulis berharap, semoga karya ilmiah ini bermanfaat dalam kehidupan
nyata dan dapat menambah pengetahuan kita serta menjadi acuan untuk
melakukan penelitian selanjutnya.

Bogor, Agustus 2016

Fikri Azali Faisal Syaf


F14120022
vii

DAFTAR ISI

PRAKATA vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR SIMBOL xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Melon Madu (Cucumis melo L.) 3
Lalat Buah (fruit fly) 4
Teknologi Karantina 4
Perlakuan Panas (Heat Treatment) 5
Pindah Panas (Heat Transfer) 6
Sifat Termofisik 6
Metode Beda Hingga (Finite Difference Method) 8
METODOLOGI 9
Waktu dan Tempat 9
Bahan 9
Alat 9
Prosedur Penelitian 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Sifat Termofisik Buah Melon Madu 13
Perlakuan Air Panas (Hot Water Treatment) Pada Buah Melon 14
Simulasi Pendugaan Suhu Selama Perlakuan Panas 16
Verifikasi Model 20
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 26
RIWAYAT HIDUP 44
viii

DAFTAR GAMBAR

1 Melon madu 3
2 Lalat buah melon 4
3 Titik pendugaan suhu pada buah melon madu 11
4 Diagram alir program penyebaran suhu pada buah melon madu 12
5 Penempatan termokopel pada buah melon 15
6 Hasil Pengukuran suhu pada buah melon ukuran besar 16
7 Tampilan program pendugaan suhu pada buah melon 17
8 Tampilan tabel sebaran suhu hasil pendugaan 18
9 Tampilan grafik hasil pendugaan 18
10 Hubungan antara waktu terhadap suhu pada daging buah melon 19
11 Hubungan antara nilai suhu pendugaan dan pengukuran
pada daging buah melon 21
12 Hubungan diameter buah terhadap lama waktu perlakuan air panas 22

DAFTAR TABEL

1 Sifat termofisik buah melon pada beberapa ukuran 14


2 Output program pendugaan suhu pada buah melon 17
3 Standar deviasi pada nilai koefisien determinasi 21
4 Uji BNT pada lama waktu perlakuan air panas 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kode program simulasi pendugaan suhu buah melon 26


2 Perhitungan nilai konveksi udara 33
3 Nilai sebaran suhu pengukuran dan pendugaaan selama
perlakuan air panas pada daging buah melon ukuran besar 34
4 Nilai sebaran suhu pengukuran dan pendugaan selama
perlakuan air panas pada daging buah melon ukuran kecil 39
5 Tabel properti air 43
ix

DAFTAR SIMBOL

ß koefisien suhu volume ekspansi (1/oC)


μ viskositas dinamis (Pa.s)
ρ Densitas (massa jenis) (kg/m3)
α difusivitas panas (m2/menit)
Δr Perubahan terhadap nilai r
Δt Perubahan terhadap nilai t
Δx Perubahan terhadap nilai x
𝜕𝑇
𝜕𝑟
Perubahan suhu terhadap perubahan jari-jari
𝜕𝑇
Perubahan suhu terhadap waktu
𝜕𝑡
A Luas area (m)
Bi Bilangan biot
Cp Panas jenis (kJ/kgoC)
D Diameter (m)
𝜕𝑇
𝜕𝑥
Perubahan suhu terhadap perubahan nilai x
Fo Bilangan Fourier
g Kecepatan gravitasi (m/s2)
Gr Angka Grashof
h Koefisien konveksi udara (W/m2ºC)
k Konduktivitas panas (Watt/mºC)
KA Kadar air (% basis basah)
L Panjang bahan (m)
M 1/Fo
n Jumlah data
n Posisi node dalam penyelesaian numerik
Nu Angka Nuselt
p Waktu dalam penyelesaian numerik
Pr Angka Prandtl
Q Nilai kalor (kJ)
r Jari-jari (m)
T Suhu (ºC)
Tukur Suhu Pengukuran (ºC)
Tduga Suhu Pendugaan (ºC)
v Volume (m3)
w Massa produk (kg)
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buah melon (Cucumis melo L) merupakan salah satu produk hortikultura


yang berasal dari daerah mediterania yang kini telah menyebar ke seluruh dunia
termasuk Indonesia. Empat produsen melon terbesar didunia saat ini ialah China,
Turki, Iran, dan Amerika yang menguasai 57% produksi melon dunia (Kelompok
Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM 2012). Buah melon dikonsumsi dalam
bentuk segar dan dapat dijadikan bahan baku olahan seperti sirup, dan es buah.
Nilai ekonomis dari buah melon juga cukup tinggi yaitu berkisar antara Rp. 4200
– Rp. 5000 per kg.
Dari banyak jenis buah melon, salah satu yang cukup terkenal adalah dari
kelompok inodorus yaitu honeydew melon atau biasa disebut melon madu.
Karakteristiknya yang lebih baik dari melon lainnya serta harga yang lebih
bernilai membuat melon ini menjadi salah satu komoditas ekspor di Indonesia. Di
Australia sendiri, harga per kilogram mencapai 2.8 dollar. Namun, di Indonesia
sendiri nilai jualnya masih cukup rendah yang hanya berkisar antara 8000 – 10000
rupiah. Hal tersebut dikarenakan penanganan pascapanen yang masih rendah
dikalangan petani.
Produksi buah – buahan di Indonesia terkendala oleh adanya serangan lalat
buah (fruit fly) yang dapat merusak produk buah – buahan. Larva lalat
berkembang di dalam buah, sehingga menyebabkan buah menjadi rusak. Kerugian
akibat serangan hama lalat buah berkisar antara 20 – 60% tergantung pada jenis
buah atau sayuran, intensitas serangan dan kondisi iklim atau musim (Hasyim et
al. 2014).
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan lalat buah
pada buah melon adalah penerapan perlakuan air panas atau biasa disebut hot
water treatment (HWT). Adanya perhatian dari keadaan sosial pada keamanan
pekerja dan pencegahan kontaminasi lingkungan dari pestisida, air panas menjadi
sangat menguntungkan karena hanya dengan memanaskan pada suhu 43 hingga
50oC dapat membunuh lalat buah (Hansen et al. 1992).
Perlakuan panas akan berbeda untuk masing – masing buah dan sayuran.
Hal ini tergantung pada nilai difusivitas panas dari bahan. Nilai ini sangat penting
untuk mengetahui kecepatan penyebaran suhu dalam suatu zat selama proses
pemanasan. Semakin tinggi nilai difusivitasnya, proses penyebaran suhu selama
proses pemanasan akan semakin cepat. Selama ini, penyebaran suhu dalam bahan
selama proses pemanasan diketahui melalui pengukuran secara langsung. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan proses pendugaan kecepatan penyebaran suhu
pada buah – buahan dengan model matematika dengan metode finite difference
atau beda hingga. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat menduga suhu dan waktu
yang dibutuhkan selama proses pemanasan dalam waktu yang singkat.
2

Perumusan Masalah

Selama ini dalam penggunaan teknik disinfektasi lalat buah menggunakan


perlakuan air panas, waktu yang diberikan serta penyebaran suhu pada buah
melon hanya bisa diketahui dengan pengukuran secara langsung. Pada dasarnya,
waktu perlakuan panas pada melon akan berbeda – beda tergantung kecepatan
penyebaran panas yang dipengaruhi oleh ukuran buah melon tersebut. Oleh
karena itu perlu diketahui waktu yang dibutuhkan agar proses perlakuan air panas
pada setiap melon optimal.

Tujuan Penelitian

1. Mempelajari sifat termofisik buah melon madu pada beberapa ukuran yaitu
ukuran besar, dan ukuran kecil.
2. Mengkaji pengaruh ukuran buah melon madu terhadap penyebaran suhu dan
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu target pada daging buah.
3. Menduga selang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu target pada
daging buah.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui lama waktu optimal yang


dibutuhkan pada proses perlakuan air panas terhadap buah melon madu untuk
ukuran yang berbeda yaitu ukuran besar, dan ukuran kecil. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai referensi bagi para petani melon. Selain itu, program ini
dapat digunakan sebagai sarana monitoring penyebaran suhu selama perlakuan air
panas sehingga dapat diketahui dengan cepat waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai suhu yang ingin dicapai pada berbagai ukuran.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Melon Madu (Cucumis melo L.)

Melon madu atau biasa disebut Honeydew merupakan jenis melon dalam
kelompok inodorus. Melon madu memiliki kulit halus berwarna hijau pucat tanpa
jaring seperti pada melon lokal dan daging buah yang berwarna hijau keputihan
dengan bentuknya bulat agak lonjong. Sesuai namanya, melon madu memiliki
rasa paling manis diantara jenis melon lainnya. Selain rasanya yang manis, melon
madu memiliki kandungan gizi yang sangat baik. Dalam setiap 100 gram buah
melon, mengandung 23 kal, 0.6 g protein, 17 mg kalsium, 30 mg vitamin C, 6 g
karbohidrat, 93 air, dan 0.4 g serat (Sari et al. 2013).
Menurut Steenis (1975) dalam Samadi (2007), secara taksonomi,tanaman
sekaligus buah melon diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Kingdom : Plantae
2) Divisi : Spermatphyta
3) Sub-divisi : Angiospermae
4) Kelas : Dicotyledonae
5) Ordo : Cucurbitales
6) Famili : Cucurbitaceae
7) Genus : Cucumis
8) Spesies : Cucumis melo L.

Gambar 1 Melon madu


4

Lalat Buah (fruit fly)

Salah satu hama yang menyerang hasil produksi pertanian adalah hama lalat
buah. Lalat buah ini merupakan hama yang sangat berpotensi menimbulkan
kerugian (Maysaroh 2014). Lalat buah, anggota famili Tephritidae, Ordo Diptera
yang termasuk ke dalam Tribe Dacini terdiri atas 2 genus, yaitu Bactrocera dan
Dacus. Di Indonesia, genus Bactrocera tersebar dari wilayah barat hingga
Indonesia bagian timur, sedangkan genus Dacus dominan ditemukan di wilayah
timur Indonesia (Larasati 2013). Lalat buah yang menyerang melon memiliki
nama ilmiah Bactrocera cucurbitae (Sapkota 2010).
Lalat buah memiliki empat stadium metamorfosis, yaitu telur, larva, pupa,
dan imago. Stadium larva merupakan stadium yang paling merusak karena
aktivitasnya dalam jaringan buah. Larva tersebut mengeluarkan sebuah enzim
yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah dicerna yang
mengakibatkan buah berwarna coklat dan tidak menarik serta terasa pahit atau
bahkan rusak dan hancur (Hasbullah 2007).

Gambar 2 Lalat buah melon (CDFA 2015)

Teknologi Karantina

Menurut Hasbullah (2007), agar produk segar buah – buahan dapat


diterima, penerapan prosedur karantina mutlak diperlukan. Beberapa negara
pengimpor menerapkan prosedur karantina yang sangat ketat. Tanpa penerapan
teknologi karantina, produk hortikultura Indonesia akan sulit menembus pasar
internasional. Perlakuan karantina bertujuan untuk mematikan semua stadia
serangga, mulai dari telur hingga serangga dewasa yang mungkin ada.
Teknologi karantina yang diterapkan dapat berupa penyimpanan dingin
selama 2-4 minggu, iradiasi dengan sinar gamma, fumigasi dengan bahan kimia,
dan perlakuan panas. Penyimpanan dingin tidak dianjurkan untuk buah-buahan
tropis karena memerlukan waktu yang lama dan dapat menyebabkan chiling
injury. Penggunaan sinar gamma masih belum dapat diterima dengan baik karena
5

masalah radiasi yang berbahaya. Fumigasi merupakan metode disinfestasi dengan


menggunakan fumigan yang bersifat racun bagi hama. Zat fumigan ini harus
memiliki persyaratan tertentu seperti daya racun, tidak menyebabkan kerusakan
produk, dan ekonomis. Jenis fumigan yang sering digunakan adalah metilbromida
(MB) dan etilenadibromida (EDB) (APO 2006).

Perlakuan Panas (Heat Treatment)

Selama beberapa tahun terakhir terdapat peningkatan ketertarikan dalam


penggunaan perlakuan panas untuk mengontrol serangan seranga, pencegahan
jamur, dan mempengaruhi pematangan. Hal ini sangat menarik karena adanya
pertumbuhan permintaan pengurangan penggunaan bahan kimia dalam kegiatan
pasca panen untuk membunuh patogen dan serangga (Lurie 1998). Kekhawatiran
akan adanya residu kimia yang dapat membahayakan kesehatan konsumen
menyebabkan metode perlakuan panas (heat treatment) saat ini menjadi alternatif
utama dalam sistem karantina buah – buahan dan sayuran (Hasbullah 2007).
Terdapat tiga metode yang digunakan sebagai perlakuan panas yaitu
perlakuan uap panas (vapor heat treatment), perlakuan air panas (hot water
treatment) dan perlakuan udara panas (hot air treatment). Perlakuan air panas
sebenarnya digunakan untuk mengontrol jamur namun sekarang sudah digunakan
untuk disinfestasi serangga. Perlakuan uap panas dikembangkan khusus untuk
mengontrol serangga dan biasanya digunakan untuk disinfestasi buah dan sayuran
dari lalat buah (Hansen 1992). Udara panas dapat mengontrol jamur, pengendalian
serangga, dan untuk mengetahui respon suatu komoditas terhadap suhu tinggi.
Perlakuan uap panas ini cukup mahal, sehingga penggunaan MB dan EDB mulai
dipakai sebagai fumigan karena harganya murah. Namun, perlakuan uap panas
mulai digunakan kembali sejak adanya penghapusan fumigan MB pada tahun
2010 dan larangan penggunaan EDB oleh USDA pada tahun 1984 (Lurie 1998;
Hasbullah 2008).
Proses karantina dilakukan dengan cara memanaskan buah pada suhu
tertentu selama periode waktu tertentu yang bertujuan untuk membunuh lalat buah
atau penyakit seperti antraknosa dan busuk pangkal buah tanpa menyebabkan
kerusakan pada buah itu sendiri. Tergantung pada ukuran dan varietas buah,
perlakuan karantina pada buah-buahan menggunakan uap pada suhu antara 46 –
47oC (Hasbullah 2007).
Menurut Williamson dalam Marsudi (2005), Lembaga Pengawas Kesehatan
Hewan dan Tanaman Amerika menyatakan bahwa perlakuan pencelupan buah ke
dalam uap panas selama waktu dan dengan suhu tertentu sesuai jenis buah,
terbukti efektif untuk disinfestasi hama dan penyakit pada buah. Pemanasan
dilakukan hingga inti buah mencapai suhu 43 – 47oC dan dipertahankan selama
30-90 menit.
Perlakuan panas lainnya, termasuk perlakuan air panas biasanya digunakan
untuk beberapa menit saja pada suhu 50-56oC untuk mengontrol jamur dan
patogen (Lurie dan Pedreschi 2014). Untuk disinfestasi, perlakuan yang lebih
lama diperlukan daripada waktu untuk pengontrolan jamur karena seluruh buah
6

dan tidak hanya permukaan saja yang akan dibawa pada suhu yang tepat
(Lurie1998). Prosedur kemudian dikembangkan untuk disinfestasi beberapa buah
tropis dan subtropis dari banyaknya spesies lalat buah. Waktu pencelupan dapat
mencapai 1 jam atau lebih pada suhu dibawah 50oC (Paull 1994). Kombinasi
antara low temperature heat treatment sebagai pretreatment dengan hot water
treatment dapat digunakan untuk mengontrol lalat buah melon yang ada pada
jenis timun-timunan. Melon disinfestasikan dan tidak ada kerusakan akibat panas
jika dijaga untuk 24 jam pada suhu 32oC dan kemudian dicelupkan kedalam air
panas selama 60 menit pada suhu 45oC (Klein dan Lurie 1992).

Pindah Panas (Heat Transfer)

Pindah panas merupakan ilmu yang mempelajari tentang perpindahan panas


dari suatu sistem ke sistem lain sebagai akibat dari adanya perbedaan suhu.
Perpindahan panas selalu terjadi dari suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih
rendah, dan perpindahan panas akan berhenti ketika kedua media mencapai suhu
keseimbangan yang sama. Perpindahan panas terjadi melalui tiga cara yaitu
radias, konveksi, dan konduksi (Cengel 2003).
Menurut Michael (2006) transfer energi secara konduksi dapat terjadi dalam
bentuk padatan, cairan dan gas. Konduksi dapat dianggap sebagai transfer dari
substansi yang berenergi tinggi ke partikel berdekatan yang memiliki energi
rendah karena adanya interaksi antara partikel tersebut. Hubungan laju
perpindahan panas dengan medium konduksi dan gradient suhu dapat dinyatakan
dengan persamaan Fourier:
k . A.dT
Q .............................................................................................. (1)
dx

Sifat Termofisik

Menurut Mohsenin (1980), sifat fisik dan sifat panas bahan pertanian terdiri dari
karakteristik dimensi, massa jenis, viskositas fluida, difusivitas panas,
konduktansi unit permukaan, panas laten, panas jenis, konduktivitas panas, dan
koefisien pindah panas. Beberapa sifat fisik yang berhubungan dengan difusivitas
panas yaitu:
1. Sifat fisik
a. Karakteristik dimensi
Bentuk, ukuran, dan volume adalah karakteristik dimensi yang
perlu didefinisikan dan dihitung sebelum masalah perpindahan panas
yang melibatkan bahan-bahan biologis diselesaikan. Untuk menentukan
sifat termal suatu bahan, maka dilakukan persiapan sampel bahan dengan
karakteristik dimensi yang dikenal. Jika bahan yang ada memiliki bentuk
geometri bebas, maka bentuknya dibatasi dalam wadah dengan geometri
yang diketahui sehiungga perpindaha panasnya dapat diketahui
(Mohsenin 1980).
7

b. Massa jenis
Dalam perhitungan pindah panas, massa jenis dapat dituliskan dalam
bentuk berat spesifik dengan satuan kg/m3. Terdapat tiga cara untuk
menghitung massa jenis, yaitu:
1) Bulk density adalah perbandingan massa tumpukan terhadap volume
totalnya dimana volume total tersebut dihitung berdasarkan volume
produk dan rongga udara. Nilai ini dapat ditentukan dengan
persamaan:
𝑤2−𝑤1
𝜌𝑏 = ................................................................................. (2)
𝑉

2) Apparent density adalah perbandingan massa terhadap volume dan


didasarkan pada hukum Archimedes. Persamaan yang digunakan
adalah:
W
 ................................................................................ (3)
V 2 V 1
3) True density yaitu perbandingan massa padatan produk terhadap
volumenya dimana massa dan volume produk didasarkan pada
padatan produk.
2. Sifat panas
a. Panas jenis
Panas jenis merupakan jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikkan satu satuan suhu pada satuan massa tertentu dari suatu bahan
dengan satuan kJ/kgoC. Panas jenis untuk benda dengan kadar air lebih
dari 60% dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Siebel
(Heldman dan Singh 1980):
Cp = 0.837 + 0.034 KA(%BB) .......................................................... (4)
b. Konduktivitas panas
Konduktivitas panas adalah jumlah panas yang mengalir dalam
satuan unti waktu, melalui luas penampang tertentu yang diakibatkan oleh
adanya perbedaan suhu. Satuan dari konduktivitas panas yaitu Watt/moC.
Konduktivitas panas untuk benda dengan kadar air lebih dari 60% dapat
dihitung dengan persamaan Sweat (1974) berikut:
k = 0.148 + 0.00493 KA(%BB) ........................................................ (5)
c. Difusivitas panas
Difusivitas panas adalah laju penyebaran panas yang keluar dari bahan.
Nilai ini dapat ditentukan dengan menggunaan persamaan:
𝑘
𝛼 = 𝜌.𝐶𝑝 ............................................................................................... (6)
8

Metode Beda Hingga (Finite Difference)

Finite difference atau beda hingga merupakan suatu pernyataan matematis


yang memiliki bentuk f(x+b)-f(x+a). Finite difference adalah metode yang
digunakan sebagai solusi pendugaan dengan menggunakan persamaan differential
parsial dan banyak digunakan dalam masalah perpindahan panas (Dieter 2000).
Menurut Luknanto (2003), metode finite difference ini menggunakan deret Taylor
yang diputus pada orde tertentu sesuai kebutuhan yang ada. Deret Taylor dalam
artian fisik dapat diartikan sebagai suatu besaran tinjauan pada suatu ruang dan
waktu tertentu yang dapat dihitung dari besaran itu sendiri pada ruang dan waktu
tertentu yang mempunyai perbedaan kecil dengan ruang dan waktu tinjauan yang
secara matematis dinyatakan sebagai berikut (Luknanto 2003):
(x)1 (1) (x) 2 (2) (x) n (n)
f ( xi  x)  f ( xi )  f ( xi )  f ( xi )  ....  f ( xi )  ... . (7a)
1! 2! n!
(x)1 (1) (x) 2 (2) ( x) n (n)
f ( xi  x)  f ( xi )  f ( xi )  f ( xi )  ....  f ( xi )  ... ... (7b)
1! 2! n!
f
Pendekatan dari dapat ditulis sebagai:
x
1. Skema maju
f ( xi  x)  f ( xi )
f (1) ( x)  ....................................................... (8)
x
2. Skema mundur
f ( xi )  f ( xi  x)
f (1) ( x)  ........................................................ (9)
x
3. Skema tengah
f ( xi  x)  f ( xi  x)
f (1) ( x)  .............................................. (10)
x
Dalam perumusannya, beda hingga dikelompokkan dalam 2 macam (Luknanto
2003) yaitu:
1. Metode eksplisit
Metode yang digunakan untuk mencari besarnya temberatur T di titik i
pada waktu n, berdasarkan besarnya temperatur T di titik i-1, i, dan i+1 pada
waktu n.
2. Metode implisit
Metode yang digunakan untuk mencari besarnya temperatur T di titik i-
1, i+1 pada waktu n+1 berdasarkan besarnya temperatur T dititik pada waktu
n. Setelah proses diskritasi selesai, nilai initial condition dan boundary
condition perlu diketahui untuk menyelesaikan persamaan pindah panas
konduksi.
9

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Siswadhi Soepardjo


(Leuwikopo), Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,
Laboratorium Teknik Lingkungan Biosistem, Departemen Teknik Mesin dan
Bosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, selama tiga
bulan dimulai bulan April – Juni 2016.
Bahan

Bahan yang digunakan adalah buah melon madu (honeydew) yang diperoleh
dari Total Buah Segar, Bogor dengan diameter 17.7 cm untuk ukuran besar dan
15.6 cm untuk ukuran kecil. Kematangan buah diasumsikan seragam terlihat dari
warna buah yang sama.

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu unit HWT Chamber, hybrid
recorder, termokopel, termometer standar, heater, air dan es batu untuk kalibrasi
termokopel, timbangan digital, oven pengering, sebuah perangkat laptop yang
dilengkapi dengan software Microsoft Visual Basic 6.0 Enterprise Edition,
Microsoft excell, dan Statistical Analysis System (SAS) 9.0.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini meliputi pengukuran langsung terhadap perlakuan air panas


pada buah melon madu dengan beberapa ukuran yaitu ukuran besar dan kecil.
Selanjutnya dilakukan analisis termofisik untuk mendapatkan nilai yang akan
dijadikan input pada program Microsoft Visual Basic dan tahap berikutnya
dilakukan simulasi pendugaan suhu selama proses perlakuan air panas
menggunakan metode finite difference dengan geometri bola dikarenakan buah
melon madu memiliki bentuk menyerupai bola.

Perlakuan air panas (hot water treatment)


Buah melon dengan ukuran besar dan kecil diberikan perlakuan panas
Water Hot Treatment dengan suhu medium 47.5oC hingga suhu pusat buah
mencapai ±45oC. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut:
1 Kalibrasi alat ukur (termokopel) yang digunakan.
2 Buah melon dibedakan menjadi dua ukuran yaitu besar dan sedang.
3 Termokopel dipasang pada setiap buah dengan masing-masing buah 3
termokopel yaitu pada bagian permukaan, daging, dan pusat buah.
4 Buah ditempatkan dalam tray.
5 Unit HWT diset pada suhu medium 47.5oC.
10

6 Unit HWT dan hybrid recorder dioperasikan. Hybrid recorder dihentikan


setelah suhu pusat pada masing-masing buah mencapai ±45oC.
7 Data yang diperoleh dari pengukuran langsung digunakan sebagai
perbandingan terhadap hasil yang diperoleh dari program pendugaan suhu
dan lama proses perlakuan panas dengan software Microsoft Visual Basic.

Analisis Termofisik
Penelitian ini digunakan untuk mencari nilai inputan yang nantinya akan
digunakan sebagai input data pada program visual basic. Adapun nilai inputan
yang diperlukan untuk program ini adalah kadar air bahan, konduktivitas panas,
panas jenis, massa jenis, dan difusivitas panas.
1 Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven
pengering dengan prosedur sebagai berikut.
a. Suhu oven diatur ± 105oC.
b. Wadah atau cawan yang akan digunakan ditimbang.
c. Buah melon dengan berbagai ukuran dipotong dan dimasukkan ke
dalam cawan.
d. Cawan dipanaskan dalam oven selama 20 jam.
e. Pendinginan dalam eksikator hingga mencapai suhu kamar kemudian
dilakukan penimbangan.
f. Sampel dipanaskan ulang selama 30 menit dan didinginkan kembali
dalam eksikator untuk kemudian ditimbang kembali.
g. Pengulangan prosedur dilakukan hinga berat bahan stabil.
2 Massa jenis melon diukur dengan menggunakan metode true density yang
didasarkan pada penerapan hukum Archimedes dengan prosedur sebagai
berikut:
a. Sebuah gelas ukur berisi air disiapkan.
b. Potongan buah melon yang mewakili kulit hingga pusat buah
ditimbang dan diapatkan nilai W.
c. Potongan buah melon dimasukkan ke dalam gelas ukur berisi air, lalu
kenaikan volume air dalam gelas diukur sehingga didapatkan nilai V.
d. Nilai massa jenis dihitung dari membagi massa melon dengan
volumenya.
3 Nilai panas jenis dihitung dengan Persamaan 4, konduktivitas panas
dihitung dengan Persamaan 5, dan difusivitas panas dihitung dengan
Persamaan 6.

Simulasi Pendugaan Suhu dan Lama Proses Perlakuan Air Panas


Simulasi pendugaan suhu selama proses perlakuan air panas menggunakan
program penyebaran suhu pada bola yang telah dibuat oleh Puspitojati (2003).
Program ini akan dimodifikasi dan diperbaiki sehingga sesuai digunakan untuk
menduga suhu selama proses penyebaran suhu pada buah melon madu pada
beberapa ukuran. Adapun titik yang diduga suhunya selama proses perlakuan air
panas ditampilkan seperti pada Gambar 3.
11

T1

T2

T3

Gambar 3 Titik pendugaan suhu pada buah melon madu


Keterangan:
T1 : Suhu pada permukaan buah melon
T2 : Suhu pada daging buah (setengah jari-jari buah)
T3 : Suhu pada pusat buah

T1 menunjukkan suhu pada permukaan buah yang akan diduga suhunya


selama proses perlakua air panas, T2 menunjukkan suhu pada daging buah, dan T3
menunjukkan suhu pada pusat buah melon madu. Namun, suhu yang akan
digunakan sebagai acuan dalam membandingkan suhu hasil pengukuran dan
pendugaan yaitu suhu di titik T2 yaitu di dalam daging buah karena pada
umumnya lalat buah berada di daerah tersebut. Persamaan yang digunakan untuk
menduga suhu pada ketiga titik tersebut yaitu:
1 Suhu permukaan (T1) dihitung dengan persamaan:
𝑇𝑛𝑝+1 = 2𝐹𝑜. (𝐵𝑖. 𝑇𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 + 𝑇𝑛+1𝑝
) + 𝑇𝑛𝑝 . (1 − 2𝐹𝑜 − 2𝐹𝑜𝐵𝑖) ....... (11)
1
Syarat kestabilan suhu: Fo. (1 + Bi) ≤ 2
2 Suhu pada daging buah (T2) dihitung dengan persamaan:
𝑇𝑛𝑝+1 = 𝐹𝑜. (𝑇𝑛+1
𝑝 𝑝
+ 𝑇𝑛−1 − 2𝑇𝑛𝑝 ) + 𝑇𝑛𝑝 .......................................... (12)
1
Syarat kestabilan suhu: Fo ≤ 2
3 Suhu pada pusat buah (T3) dihitung dengan persamaan:
𝑇𝑛𝑝+1 = 2𝐹𝑜. (𝑇𝑛+1
𝑝
− 𝑇𝑛𝑝 ) + 𝑇𝑛𝑝 ...................................................... (13)
1
Syarat kestabilan suhu: Fo ≤ 2

Persamaan 11, 12, dan 13 merupakan persamaan yang akan digunakan pada
program pendugaan suhu selama waktu perlakuan air panas. Diagram alir
program penyebaran suhu terlihat pada Gambar 4.
12

Mulai

Tbahan, Tmedia, α,
r, KA, Hmedia, dt

𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙
dr = 2

CP = (0.837+0.034(KA%)) x 1000

(𝛼 𝐶𝑝 𝜌)
K=
60

∆𝑥 2
M=
𝛼 ∆𝑡

1
Fo =
𝑀

ℎ 𝑑𝑟
Bi =
𝑘

M≥2 Tidak
Fo (Bi + 1) < 0.5

Sebaran suhu (persamaan 11 – 13)


Awal distribusi t=0

I=I+1

Waktu = Waktu + dt

Tidak T3 = Tmedia-3

Waktu, T1, T2, T3 Selesai

Gambar 4 Diagram alir program penyebaran suhu pada buah melon


13

Verifikasi Model
Perhitungan terhadap nilai kesalahan dilakukan dengan membandingkan
nilai pengukuran dan pendugaan menggunakan:
1 Koefisien determinasi atau koefisien penentuan (r2). Dinamakan demikian
karena nilai r2 dari variasi yang terjadi dalam variabel tak bebas (Y) dapat
dijelaskan oleh adanya regresi linier Y atas X. Dari nilai koefisien regresi
dapat diperoleh nilai koefisien korelasi yaitu dengan mengambil akar dari
nilai r2 (Sudjana 1975 dalam Muthmainnah 2014).
2 Menurut Trolle (2010), Root Mean Square Error (RMSE) adalah suatu
indikator yang digunakan untuk menghitung perbedaan nilai antara hasil
pengukuran sebenarnya dengan hasil pendugaan. Semakin kecil nilainya,
maka akan semakin baik. Rumus untuk menghitung nilai root mean square
error yaitu:
∑𝑛
𝑖−1(𝑋𝑜𝑏𝑠,𝑖 −𝑋𝑚𝑜𝑑𝑒𝑙,𝑖 )
2
𝑅𝑀𝑆𝐸 = √ ........................................................ (14)
𝑛

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Termofisik Buah Melon Madu

Sifat termofisik pada buah melon merupakan parameter yang perlu


diketahui untuk mendapatkan hasil yang optimal selama penanganan perlakuan air
panas. Selama perlakuan panas tersebut akan terjadi pindah panas. Sifat panas
akan menentukan karakteristik perubahan suhu produk sehingga dapat ditentukan
kebutuhan energi dan lama waktu perlakuan yang tepat (Weindernfellera 2004).
Sifat termofisik yang dikaji pada penelitian ini meliputi kadar air, massa jenis,
panas jenis, difusivitas panas dan konduktivitas panas.
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung per satuan massa dari
bahan tersebut. Berdasarkan hasil pengujian kadar air, diperoleh bahwa kadar air
untuk buah melon ukuran besar yaitu 92.06±1.5% dan untuk buah melon ukuran
kecil yaitu 92.82±0.7%. Dari kedua nilai kadar air tersebut terlihat bahwa kadar
air buah melon berkisar antara 92.06% - 92.82%. Nilai tersebut menunjukkan
tidak adanya pengaruh secara langsung dari dimensi buah melon terhadap kadar
airnya.
Panas jenis atau Cp merupakan besarnya nilai kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 kg bahan sebesar 1 derajat celcius. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh Cp untuk buah melon ukuran besar yaitu 3966.92 J/kgoC
dan Cp untuk buah melon berukuran kecil yaitu sebesar 3992.99 J/kgoC. Nilai
panas jenis tersebut diperoleh dari persamaan Siebel (Persamaan 4) dengan kadar
air sebagai parameternya. Dari persamaan tersebut terlihat bahwa hubungan antara
kadar air dengan panas jenis adalah berbanding lurus yang artinya Cp akan
semakin tinggi seiring dengan meningkatnya kadar air. Jika dilihat, tidak terdapat
14

perbedaan yang signifikan pada nilai Cp pada buah melon ukuran besar dan kecil.
Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara panas jenis dan kadar air
pada buah melon dikarenakan panas jenis air lebih tinggi dari padatannya,
sehingga penggunaan persamaan Siebel untuk menghitung panas jenis (Cp) sudah
cukup baik untuk digunakan pada bahan yang memiliki kadar air tinggi.
K atau konduktivitas menunjukkan kemampuan suatu bahan untuk
menghantarkan panas. Semakin besar nilai konduktivitasnya maka akan semakin
baik dalam menghantarkan panas. Berdasarkan hasil perhitungan, buah melon
besar memiliki nilai k sebesar 0.6018 Watt/moC dan buah melon kecil memiliki
nilai k 0.6056 Watt/moC. Nilai konduktivitas dari buah melon tersebut tidak
memiliki beda yang signifikan dikarenakan nilai tersebut dipengaruhi oleh nilai
kadar air dari melon itu sendiri dimana nilai kadar airnya juga tidak berbeda untuk
melon ukuran besar dan kecil.
Massa jenis merupakan perbandingan massa terhadap volume suatu bahan.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode True Density. Dari hasil
pengukuran, diperoleh massa jenis buah melon sebesar 981.55±12.8 kg/m3 untuk
melon ukuran besar dan 988.21±52.9 kg/m3 untuk melon ukuran kecil. Nilai
massa jenis untuk buah melon ukuran besar tidak memiliki beda yang signifikan
dengan massa jenis buah melon kecil.
Difusivitas panas diartikan sebagai laju pada saat panas terdifusi keluar dari
bahan. Nilai difusivitas panas dipengaruhi oleh konduktivitas panas (k), panas
jenis (Cp), dan massa jenis bahan (ρ). Buah melon ukuran besar memiliki nilai
difusivitas panas sebesar 0.000154 m2/menit, sedangkan buah melon ukuran kecil
memiliki nilai difusivitas panas sebesar 0.000153 m2/menit. Bahan yang memiliki
nilai k tinggi atau Cp rendah akan dengan jelas mempunyai nilai difusivitas panas
yang besar (Cengel 2003). Dari hasil pengukuran nilai k dan Cp sebelumnya
menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda untuk kedua ukuran. Selain itu, massa
jenis yang merupakan faktor pembagi juga memiliki nilai yang tidak berbeda jauh
sehingga menyebabkan nilai difusivitasnya tidak berbeda nyata. Sifat termofisik
buah melon madu pada beberapa ukuran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sifat Termofisik buah melon pada beberapa ukuran


Sifat Termofisik Melon Besar Melon Kecil
Diameter (cm) 17.7±0.3 15.7±0.4
Kadar Air (%) 92.06±1.5 92.82±0.7
Massa Jenis (kg/m3) 981.55±12.8 988.21±52.9
Panas Jenis (J/kgoC) 3966.92 3992.99
Konduktivitas Panas (Watt/moC) 0.6018 0.6056
Difusivitas Panas (m2/menit) 0.000154 0.000153

Perlakuan Air Panas (Hot Water Treatment) Pada Buah Melon

Pada penelitian ini, terdapat tiga titik pada masing-masing ukuran buah
melon yang akan diduga suhunya. Titik-titik tersebut berada di kulit buah (T1),
daging buah (T2), dan pada pusat buah (T3). Suhu pada masing-masing titik
15

tersebut diukur dengan menggunkan termokopel yang ditusukkan pada buah


melon dengan jarak yang sudah dihitung sesuai dimensi buah. Pada buah melon
dengan ukuran besar, titik pusat buah berada pada kedalaman 8.9 cm dan titik
setengah jari-jari buah berada pada kedalaman 4.5 cm dari permukaan buah.
Untuk buah melon ukuran kecil, titik pusat buah berada pada kedalaman 7.7 cm
dan titik setengah jari-jari buah berada pada kedalaman 3.8 cm dari permukaan
buah. Untuk titik di permukaan buah disisipkan dibawah lapisan kulit terluar.
Jarak-jarak tersebut ditentukan dari diameter buah yang diukur. Buah melon besar
memiliki diameter rata-rata 17.7 cm dan buah melon kecil memiliki diameter rata-
rata 15.7 cm. Pengukuran suhu dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan, dengan
tiap pengulangan terdapat dua sampel buah. Pemasangan termokopel pada buah
melon dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Penempatan termokopel pada buah melon


Buah melon yang telah dipasang termokopel dimasukkan ke dalam water
bath yang sudah berisi air panas dengan suhu yang diatur 47.5oC. Proses
perlakuan panas dimulai ketika buah melon dicelupkan ke dalam air. Panas dari
air akan dihantarkan secara merata ke seluruh bagian buah melon. Pengamatan
terhadap suhu selama proses dilakukan setiap satu menit. Proses ini akan
berlangsung hingga suhu pusat buah berkisar antara ±45oC. Hasil pengukuran
suhu pada buah melon selama perlakuan air panas dapat dilihat pada Gambar 6.
16

48

44

40
Suhu (oC)

36

32 Suhu air
Suhu buah melon besar
28
Suhu buah melon kecil
24
0 50 100 150 200
Waktu (menit)

Gambar 6 Hasil pengukuran suhu pada buah melon selama perlakuan panas
Berdasarkan grafik, kenaikan suhu pada daging buah melon cukup lambat
karena letaknya yang berada jauh dari sumber panas. Pada buah melon besar,
membutuhkan waktu 192±8 menit agar suhu di pusat buah mencapai 45.1±0.5oC
dan pada buah melon kecil membutuhkan waktu 128±6 menit agar suhu pusat
buah mencapai 45.1±0.5oC. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran buah
berpengaruh terhadap lama proses perlakuan air panas. Semakin besar ukuran
dimensi buahnya maka semakin lama waktu yang dibutuhkan agar suhu buah
mencapai suhu target.

Simulasi Pendugaan Suhu selama Perlakuan Panas

Pendugaan suhu dilakukan dengan menggunakan model matematika dengan


metode finite difference. Model tersebut digunakan sebagai persamaan utama
dalam pembuatan algoritma program. Program dibuat dengan menggunakan
Visual Basic 6.0.
Data yang dibutuhkan untuk menduga suhu adalah suhu awal bahan
(Tbahan) yang diasumsikan sama untuk semua ukuran yaitu sebesar 30.15oC yang
diperoleh dari rata-rata suhu awal bahan, suhu media (Tmedia) yaitu 46.63oC
yang diperoleh dari suhu media air pada unit HWT selama proses, selang waktu
(Δt), difusivitas panas buah melon (α), diameter (D), kadar air bahan (%BB),
massa jenis bahan (ρ), dan koefisien konfeksi udara (h). Namun, karena beberapa
parameter seperti nilai h, α, diperoleh dari perhitungan rumus, maka input
disederhanakan menjadi Tbahan, Tmedia, D, KA, ρ, dan Δt. Nilai input tersebut
dapat diperoleh dari pengukuran langsung atau referensi.
Pada tampilan aplikasi pendugaan suhu buah melon terdapat kolom “Data
Inputan” yang datanya harus diisi seperti Suhu buah, Suhu media, diameter, massa
jenis, kadar air, dan selang waktu. Setelah semua diisi, terdapat tombol “Hitung”
yang harus ditekan untuk memunculkan hasil perhitungan berupa α, Cp, k, h,
17

bilangan Fourier, nilai M, dan Biot yang akan ditampilkan dalam kolom “Hasil
Perhitungan”. Hasil akhir berupa suhu media dan suhu buah pada akhir pendugaan
serta waktu total yang dibutuhkan. Pada kolom tersebut terdapat dua pilihan
tombol untuk menampilkan hasilnya dalam bentuk grafik, dan bentuk tabel.
Tampilan aplikasi pendugaan suhu selama perlakuan panas pada buah melon
ditunjukkan dalam Gambar 7. Untuk kode program aplikasi tersebut dapat dilihat
pada Lampiran 1.

Gambar 7 Tampilan program pendugaan suhu pada buah melon


Nilai koefisien konveksi air terhadap bahan dihitung berdasarkan Holman
(1990) dan Cengel (2003) untuk konveksi bebas pada geometri bola yang dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 2 Output program pendugaan suhu pada buah melon

Ukuran Dimensi Melon


Parameter
Besar Kecil
Difusivitas Panas (m2/menit) 0.0001545 0.0001534
Panas Jenis (J/kgoC) 3966.92 3992.99
Konduktivitas Panas (W/moC) 0.6018 0.6056
Koefisien Konveksi (W/m2oC) 243.804 252.090
M 50.672 39.9459
Fo 0.019 0.025
Bi 2.151 1.955
Suhu Media Air akhir (oC) 46.6 46.6
Suhu Daging Buah akhir (oC) 45.8 45.8
Waktu (menit) 366 296
18

Jika ingin melihat hasil dalam bentuk tabel, maka dapat dilakukan dengan
menekan tombol “lihat sebaran suhu”. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 8
dibawah ini.

Gambar 8 Tampilan tabel sebaran suhu hasil pendugaan


Hasil dari tabel tersebut bisa disimpan ke dalam komputer dengan menekan
tombol “Save”. Jika sudah selesai dan ingin keluar dari tampilan tabel dapat
dilakukan dengan menekan tombol “Selesai” dan akan kembali ke tampilan
aplikasi simulasi. Untuk tampilan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Tampilan grafik hasil pendugaan suhu buah melon besar


19

Berdasarkan grafik hasil pendugaan tersebut, dapat dilihat jika bentuk kurva
hasil pendugaan mirip dengan grafik pada hasil percobaan. Pada akhir grafik, nilai
suhu daging buah mendekati suhu media air. Waktu yang dibutuhkan tertera pada
sumbu x dari grafik dan suhunya berada pada sumbu y dari grafik.
Nilai output berupa panas jenis, dan konduktivitas panas mendekati sama
untuk ukuran buah besar dan kecil karena nilai input kadar air yang tidak berbeda
nyata. Begitu juga dengan nilai difusivitas panas yang tidak berbeda nyata karena
nilai konduktivitas, massa jenis dan panas jenis yang digunakan untuk
menentukan nilai difusivitas tidak berbeda nyata. Sedangkan nilai koefisien
konveksi berbeda nilai koefisien pindah panas tergantung dari diameternya.
Melon dengan diameter besar memiliki nilai h yang kecil yaitu 243.80 W/moC
dibanding melon kecil yang bernilai 252.09 W/moC karena nilai h berbanding
terbalik dengan jari-jari buah.
Bilangan Biot (Bi) merupakan rasio antara tahanan luar dengan tahanan
dalam. Nilai Bi yang kurang dari 0.1 akan diabaikan karena tahanan dalam yang
sangat rendah. Nilai Bi dipengaruhi oleh dimensi, koefisien konveksi air dan
konduktivitas panas produk. Nilai Bi untuk melon ukuran besar sebesar 2.15 dan
untuk buah melon kecil sebesar 1.95 .
Dari aplikasi tersebut, waktu yang dibutuhkan agar suhu daging buah pada
melon besar mencapai 45.8oC adalah 366 menit dan pada buah melon kecil 296
menit. Jika dilihat pada tabel hasil sebarannya agar daging buah melon mencapai
suhu 45.1oC adalah 283 menit pada buah melon besar dan 230 menit pada buah
melon kecil. Dari hasil pendugaan tersebut, waktu yang dibutuhkan agar daging
buah mencapai suhu 45.1oC dipengaruhi oleh dimensi. Buah melon ukuran besar
membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada buah melon ukuran kecil. Selain
dimensinya, nilai difusivitas panas dan Biot juga mempengaruhi lama perlakuan
panas. Nilai difusivitas menunjukkan laju panas yang terdifusi keluar bahan,
sehingga tebal bahan mempengaruhi proses penyebaran panas. Perbandingan hasil
pendugaan dan hasil pengukuran ditampilkan dalam bentuk grafik yang
ditunjukkan oleh Gambar 10.
20

48

45 oC
44

40
Suhu (oC)

36

32 Suhu pengukuran melon besar


Suhu pengukuran melon kecil
28 Suhu pendugaan melon besar
Suhu pendugaan melon kecil
24
0 50 100 150 200 250 300
Waktu (menit)

Gambar 10 Hubungan antara waktu terhadap suhu pada daging buah melon
Grafik diatas merupakan perbandingan antara suhu hasil pendugaan dan
hasil pengukuran pada buah melon besar dan melon kecil di titik setengah jari-jari
buah. Menurut Williamson (2002) dalam Marsudi (2005), pemanasan dilakukan
hingga inti buah mencapai suhu 43 – 46.7oC dan dipertahankan selama 30-90
menit. Inti buah melon berupa rongga udara dengan banyak biji yang melekat
pada daging buah. Sedangkan larva lalat buah diasumsikan berada di dalam
daging buah di sekitar titik pengukuran setengah jari-jari buah. Suhu di titik
tersebut mencapai 43oC setelah waktu 148 menit pada buah melon besar dan 89
menit pada buah melon kecil. Pemanasan dihentikan setelah menit ke 192 untuk
melon besar dan menit ke 128 untuk melon kecil. Hal ini berarti suhu daging buah
sudah berada pada suhu yang ditargetkan selama 44 menit pada melon besar dan
39 menit pada melon kecil.
Berdasar grafik diatas, terlihat perbedaan antara kurva hasil pendugaan
dengan kurva hasil pengukuran. Dalam pendugaan, penyebaran suhu pada buah
melon dihitung dengan persamaan dengan metode finite difference. Parameter-
parameter yang digunakan hanya berasal dari sifat termofisik dari buah melon
yang diasumsikan seragam seperti kadar air dari buah melon yang bernilai ±92%
dianggap seragam pada setiap titik dalam buah. Padahal kenyataannya, kadar air
di kulit melon, bagian daging buah, dan pusat buah berbeda. Kemudian, adanya
faktor lain seperti kondisi lingkungan, suhu air yang tidak stabil, goncangan pada
termokopel yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran.

Verifikasi Model

Model pendugaan yang telah dibuat oleh program Visual Basic harus
diverifikasi untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan dalam program dan apakah
program tersebut berjalan dengan baik. Verifikasi model dilakukan dengan
21

menggunakan persamaan regresi. Dari persamaan regresi tersebut akan didapatkan


nilai koefisien determinasi (R2). Nilai tersebut digunakan untuk mengetahui nilai
koefisien korelasi (r) antara hasil pengukuran langsung dan hasil pendugaan. Dari
nilai korelasi tersebut, akan diketahui hubungan antara dua variabel tersebut.
Selain itu, persamaan regresi yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk
meramalkan nilai-nilai variabel y (peubah tak bebas) dari nilai-nilai variabel x
(peubah bebas). Nilai dari variabel y ditunjukkan oleh nilai suhu hasil
pengukuran, sedangkan untuk variabel x berasal dari nilai suhu hasil pendugaan.
Hasil persamaan regresi pada masing-masing buah melon ditunjukkan dalam
Gambar 11.
48

y = 1.4979x - 17.437
44 R² = 0.9956
y = 1.16x - 4.8192
Suhu Pengukuran (oC)

R² = 0.9875
40

36

32

28
Melon Besar
Melon Kecil
24
24 28 32 36 40 44 48
Suhu Pendugaan (oC)

Gambar 11 Hubungan antara nilai suhu pendugaan dan pengukuran pada


daging buah melon
Dari hasil regresi yang dibuat, koefisien determinasi suhu pada daging buah
untuk buah melon besar yaitu 0.9875 dan untuk buah melon kecil yaitu 0.9956
yang berarti korelasinya masing-masing bernilai 0,9937 dan 0,9977. Nilai tersebut
sudah baik karena korelasinya diatas 0,95. Nilai standar deviasinya disajikan
dalam Tabel 3.
Tabel 3 Standar deviasi pada nilai koefisien determinasi
Ukuran Rata-rata R2
Besar 0.9761 ± 0,032
Kecil 0.9940 ± 0,002
Untuk mengetahui ada tidaknya beda yang nyata antara pendugaan lama
perlakuan terhadap buah ukuran besar dan kecil, maka uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) dengan taraf 0.05 dilakukan terhadap pendugaan lama waktu perlakuan air
22

panas dari tiga pengulangan yang dilakukan untuk masing-masing ukuran buah.
Uji beda nyata dilakukan dengan menggunakan program SAS. Hasilnya disajikan
dalam Tabel 4.
Tabel 4 Uji BNT pada lama waktu perlakuan air panas
Ukuran Waktu (menit)
Besar 283.333 ± 4.18a
Kecil 229.667 ± 9.53b
Hasil dari tabel menunjukkan bahwa waktu duga yang dibutuhkan selama
perlakuan air panas pada buah melon besar memiliki beda nyata terhadap buah
melon kecil. Faktor yang mempengaruhinya adalah diameter dari buah melon.
Untuk itu, perlu dibuat hubungan antara diameter buah melon terhadap lama
waktu perlakuan air panas. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 12.
300
280
260
240 y = 2635.5x - 183.19
Waktu (menit)

R² = 0.9999
220
200
180
160
140 Buah melon besar
120 Buah melon kecil
100
0,15 0,155 0,16 0,165 0,17 0,175 0,18 0,185
Diameter (meter)

Gambar 12 Hubungan diameter buah terhadap lama waktu perlakuan air panas

Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa diameter berbanding lurus


dengan lama waktu perlakuan air panas. Pendugaan lama waktu perlakuan air
panas terhadap buah melon dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan Y =
2635.5(X) – 183.19 dengan X adalah diameter dari buah melon. Nilai determinasi
yang bernilai 0.999 menunjukkan bahwa persamaan tersebut dapat digunakan
untuk menduga lama perlakuan secara akurat.
Selain itu, dilakukan perhitungan Root Mean Square Error (RMSE) untuk
mengetahui perbedaan nilai antara hasil pengukuran dan hasil pendugaan suhu di
dalam daging buah. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai RMSE untuk suhu
daging buah melon besar sebesar 1.51oC dan pada buah melon kecil sebesar 2.24
o
C.
23

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Buah melon besar memiliki ukuran diameter 17.7±0.4 cm sedangkan melon


kecil berdiameter 15.7±0.4 cm. Kadar air dari buah melon bernilai 92.06±1.5%
untuk melon besar dan 92.82±0.7% untuk melon kecil. Nilai panas jenisnya
bernilai 3.9669 kJ/kgoC untuk melon besar dan 3.9929 kJ/kgoC untuk melon kecil.
Nilai konduktivitas panasnya bernilai 0.6018 Watt/moC untuk melon besar dan
0.6056 Watt/moC untuk melon kecil. Massa jenis melon bernilai 981.55±12.8
kg/m3 untuk melon ukuran besar dan 988.21±52.9 kg/m3 untuk melon ukuran
kecil. Difusivitas melon bernilai 0.000154 untuk melon besar dan 0.000153 untuk
melon kecil. Diameter melon tidak mempengaruhi terhadap sifat termofisik buah
melon.
Laju penyebaran suhu selama percobaan perlakuan air panas sangat
dipengaruhi oleh dimensi buah. Untuk buah melon besar dibutuhkan waktu 192±8
menit sedangkan buah melon kecil membutuhkan waktu 128±6 menit untuk suhu
daging buah mencapai 45.1±0.5oC.
Hasil pendugaan menunjukkan bahwa melon besar membutuhkan waktu
283±4 menit dan melon kecil membutuhkan waktu 230±9 menit untuk suhu pusat
mencapai 45.1±0.5oC. Nilai koefisien korelasi dari suhu daging buah antara hasil
pendugaan dengan hasil pengukuran adalah 0.9875 untuk melon besar, dan 0.9956
untuk melon kecil, menunjukkan hubungan yang baik. Uji BNT yang dilakukan
terhadap lama waktu perlakuan air panas buah melon besar dan kecil
menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Persamaan yang menggambarkan
hubungan antara diameter buah dan lama perlakuan air panas adalah Y =
2635.5(X) – 183.19 dengan determinasi sebesar 0.999. Selisih errornya yang
dihitung dengan menggunakan RMSE sebesar 1.51oC untuk melon besar dan
2.24oC untuk melon kecil.

Saran

Perlu penelitian yang lebih lanjut mengenai mutu dari buah melon setelah
perlakuan air panas karena perlakuan yang menggunakan air panas dengan suhu
47oC, serta penelitian tentang suhu yang optimal agar kualitas buah melon tetap
terjaga. Panas yang berlebihan dikhawatirkan akan merubah kualitas dan
karakteristik termofisik pada buah melon bagian kulit dan daging buah.
Pembuatan program untuk komoditas lain sangat dianjurkan untuk jenis
komoditas yang sering mengalami kendala hama lalat buah. Selain itu, pembuatan
model matematika untuk komoditas dengan bentuk selain bola juga dapat
dikembangkan agar program yang dibuat tidak terbatas pada bentuk.
24

DAFTAR PUSTAKA

[APO] Asian Productivity Organization. 2006. Postharvest Management of Fruit


and Vegetables in The Asia-Pasific Region.Tokyo: Asian Productivity
Organization.
[CDFA] California department of food and agriculture. 2015. Melon Fruit Fly
Pest Profile. http://www.ca.gov. Diakses 18 Desember 2016.
Cengel YA. 2003. Heat Transfer A Practical Approach Second Edition. New
York(US): McGraw-Hill Companies, Inc.
Dieter G. 2000. Engineering Design Third Edition. New York(US): McGraw-Hill
Book Co.
Hansen JD, Hara AH, Tembrink VL. 1992. Vapor Heat: A Potential Treatment to
Disinfest Tropical Cut Flowers and Foliage. Hort Science. 27:139-143.
Hasbullah R. 2007. Penerapan Teknologi Karantina: Upaya Membuka Peluang
Ekspor Buah-Buahan Indonesia. Jurnal Keteknikan Pertanian. 21(1).
Hasbullah R. 2008. Study on Disinfestation of Fruit Fly (Bactrocera dorsalis)
Using Vapor Heat Treatment on Gedong Gincu Mango. Jurnal Keteknikan
Pertanian. 23(1).
Hasyim A, Setiawati W, Liferdi L. 2014. Teknologi Pengendalian Hama Lalat
Buah pada Tanaman Cabai. Bandung(ID): Balai Penelitian Sayuran.
Heldman DR, Singh RP. 1980. Food Process Engineering. USA: AVI book
Publisher Co.
Holman JP. 1990. Heat Transfer, 10th Ed. New York: McGraw-Hill Book Co.
Kazhimi MA. 2013. Pendugaan Lama Proses Perlakuan Uap Panas Pada Mangga
Gedong Gincu Menggunakan Metode Finite Difference. [skripsi].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor
Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM. 2012. Pola Pembiayaan
Budidaya Melon di Kabupaten Deli Serdang. Medan(ID): Kantor Bank
Indonesia Medan.
Klein JD, Lurie S. 1992. Heat Treatments for Improved Postharvest Quality of
Horticultural Crops. HortTechnology. 2(3): 316-320
Larasati A, Hidayat P, Damayanti B. 2013. Keanekaragaman dan Persebaran Lalat
Buah Tribe dacini (Diptera: Tephritidae) di Kabupaten Bogor dan
Sekitarnya. Jurnal Entomologi Indonesia. 10(2): 51-59.
Luknato D. 2003. Model Matematika. Yogyakarta(ID): Universitas Gadjah Mada
Lurie S. 1998. Postharvest Heat Treatments. Postharvest Biology and Technology.
14(1998): 257-269.
Lurie S, Pedreschi R. 2014. Fundamental Aspects of Postharvest Heat Treatments.
Horticulture Research. 30(2014)
Marsudi. 2005. Kajian Teknis Unit Perlakuan Panas Metode Vapor Heat
Treatment.[tesis]. Bogor(ID): institut Pertanian Bogor.
Maysaroh S, Rofiza Y, Lubis RR. 2014. Identifikasi Lalat Buah
(Diptera:Tephritidae) pada Perkebunan Cabai Merah (Capsicum annum L.)
di Jalur 03 Desa Kepenuhan Sejati Kecamatan Kepenuhan Kabupaten
Rokan Hulu. Universitas Pasir Pengairan.
25

Michael JM, Howard NS. 2006. Fundamentals of Engineering Thermodynamics.


England(UK): John Wiley and Son, Inc.
Mohsenin NN. 1980. Thermal Properties of Food and Agricultural Material. New
York(US): Gordon and Breach Science Publisher, Inc.
Muthmainnah A. 2014. Simulasi Pendugaan Suhu Selama Proses Perlakuan Uap
Panas Sebagai Teknologi Karantina Pada Jambu Kristal (Psidium guajava
L). [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Paull RE. 1990. Response of Tropical Horticultural Commodities to Insect
Disinfestation Treatments. HortScience. 29: 988-996
Puspitojati E. 2003. Model Matematika Pendugaan Penyebaran Suhu pada Buah-
Buahan Selama Perlakuan Panas. [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian
Bogor.
Samadi B. 2007. Melon Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen.
Yogyakarta(ID): Kanisius.
Sapkota R, Dahal KC, Thapa RB. 2010. Damage Assessment and Management of
Cucurbit Ffruit Flies in Spring-Summer Squash. Journal of Entomology and
Nematology. 2(1): 7-12.

Sari DP, Ginting YC, Pangaribuan D. 2013. Pengaruh Konsentrasi Kalsium


terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Tanaman Melon
(Cucumis melo L) pada Sistem Hidroponik Media Padat. Jurnal
Agrotropika. 18(1): 29-33.
Sweat VE. 1974. Experimental Values of Thermal Conductivity of Selected Fruits
and Vegetables. Journal of Food Science. 39(6): 1080-1083.
Trolle D. 2010. Model Evaluation Methods. New Zealand: University of Waikato.
Weindenfellera B, Hofer M, Schiling FR. 2004. Thermal conductivity, thermal
diffusivity, and specific heat capacity of particle filled polypropylene.
Composites: Part A 35 (2004): 423–429.
26

Lampiran 1 Kode program simulasi pendugaan suhu buah melon

' ============DEKLARASI VARIABEL==============


Dim tbahan As Single
Dim tmedia As Single
Dim diameter As Single
Dim jarijari As Single
Dim massajenis As Single
Dim kadarair As Single
Dim dt As Single
Dim dr As Single
Dim difusivitas As Single
Dim koefpanas As Single
Dim cp As Single
Dim konduktivitas As Single
Dim kproduk As Single
Dim hair As Single
Dim M As Single
Dim Fo As Single
Dim Bi As Single
Dim T1 As Single
Dim T2 As Single
Dim T3 As Single
Dim waktu As Single
Dim I As Integer
Dim X As Single
Dim Y As Single
Dim z As Single
'=============DEKLARASI HITUNGAN H=================
Dim trata As Single
Dim selisih As Single
Dim pr As Single
Dim beta As Single
Dim visko As Single
Dim kair As Single
Dim betaasli As Single
Dim grd As Single
Dim nud As Single
'===========PERHITUNGAN PENDUGAAN SUHU==============
Private Sub Command1_Click()
On Error GoTo salah
tbahan = Text1.Text
tmedia = Text2.Text
diameter = Text3.Text
massajenis = Text4.Text
kadarair = Text5.Text
dt = Text6.Text
27

Lampiran 1 Kode program simulasi pendugaan suhu buah melon (lanjutan)

jarijari = diameter / 2
dr = jarijari / 2 * 2
Label15.Caption = dr
Label15.Visible = True

konduktivitas = (0.00493 * kadarair) + 0.148


koefpanas = 0.837 + (0.034 * kadarair)
difusivitas = konduktivitas / (massajenis * koefpanas)
Label16.Caption = difusivitas
Label16.Visible = True

cp = koefpanas * 1000
Label17.Caption = cp
Label17.Visible = True

kproduk = (difusivitas * cp * massajenis) / 60


Label18.Caption = kproduk
Label18.Visible = True

trata = (tbahan + tmedia) / 2


selisih = tmedia - tbahan
pr = (((trata - 37.78) / (43.33 - 37.78)) * (4.04 - 4.53)) + 4.53
beta = (((trata - 37.78) / (43.33 - 37.78)) * (4.19 - 3.3)) + 3.3
visko = (((trata - 37.78) / (43.33 - 37.78)) * (6.16 - 6.82)) + 6.82
kair = (((trata - 37.78) / (43.33 - 37.78)) * (0.637 - 0.63)) + 0.63
betaasli = (beta / (4.174 / kair) / visko)
grd = betaasli * (10 ^ 10) * (diameter ^ 3) * selisih
nud = 2 + (0.5 * ((grd * pr) ^ 0.25))
hair = (nud * kair) / diameter
Label19.Caption = hair
Label19.Visible = True

M = dr ^ 2 / (difusivitas * dt)
Label20.Caption = Format(M, "###.####")
If M < 2 Then
MsgBox "Ulangi Pemasukan Data (Syarat tidak Terpenuhi)"
Label20.Visible = False
Else
Label20.Visible = True
End If
Fo = (1 / M)
Label21.Caption = Format(Fo, "#0.####")
Label21.Visible = True
Bi = (hair * dr) / kproduk
Label22.Caption = Format(Bi, "##0.####")
28

Lampiran 1 Kode program simulasi pendugaan suhu buah melon (lanjutan)

If Fo * (Bi + 1) > 0.5 Then


MsgBox "Ulangi Pemasukan Data (Syarat Tidak Terpenuhi)"
Label22.Visible = False
Else
Label22.Visible = True
End If
waktu = 0
T1 = tbahan
T2 = tbahan
T3 = tbahan
For I = 1 To 1000
T1 = (2 * Fo * ((Bi * tmedia) + T2)) + (T1 * (1 - (2 * Fo) - (2 * Fo * Bi)))
T2 = (Fo * (T1 + T3 - (2 * T2))) + T2
T3 = (2 * Fo * (T2 - T3)) + T3
waktu = waktu + dt
If T3 >= (tmedia - 2) Then
Label27.Caption = Format(T1, "###,###.###")
Label28.Caption = Format(T2, "###,###.###")
Label29.Caption = Format(T3, "###,###.###")
Label30.Caption = Format(waktu, "###,###.###")
Command2.Enabled = True
Command3.Enabled = True
Exit For
End If
Next I
Exit Sub
salah:
MsgBox "Data Belum Terpenuhi"
End Sub
'===========MENAMPILKAN GRAFIK==============
Private Sub Command3_Click()
Frame3.Visible = False
MSChart1.Visible = True
With MSChart1
.chartType = VtChChartType2dXY
.ColumnCount = 6
.RandomFill = False
.ShowLegend = True
.Plot.UniformAxis = False
tbahan = Text1.Text
tmedia = Text2.Text
diameter = Text3.Text
massajenis = Text4.Text
kadarair = Text5.Text
dt = Text6.Text
29

Lampiran 1 Kode program simulasi pendugaan suhu buah melon (lanjutan)

jarijari = diameter / 2
dr = jarijari / 2 * 2
konduktivitas = (0.00493 * kadarair) + 0.148
koefpanas = 0.837 + (0.034 * kadarair)
difusivitas = konduktivitas / (massajenis * koefpanas)
cp = koefpanas * 1000
kproduk = (difusivitas * cp * massajenis) / 60
hair = simulasi.Label19.Caption
M = dr ^ 2 / (difusivitas * dt)
Fo = (1 / M)
Bi = (hair * dr) / kproduk
waktu = 0
T1 = tbahan
T2 = tbahan
T3 = tbahan
I=1
Do
T1 = (2 * Fo * ((Bi * tmedia) + T2)) + (T1 * (1 - (2 * Fo) - (2 * Fo * Bi)))
T2 = (Fo * (T1 + T3 - (2 * T2))) + T2
T3 = (2 * Fo * (T2 - T3)) + T3
waktu = waktu + dt
.RowCount = I
.Row = I
.Column = 1: .Data = waktu: .ColumnLabel = "Suhu Permukaan"
.Column = 2: .Data = T1
.Column = 3: .Data = waktu: .ColumnLabel = "Suhu Setengah Pusat"
.Column = 4: .Data = T2
.Column = 5: .Data = waktu: .ColumnLabel = "Suhu Pusat"
.Column = 6: .Data = T3
I=I+1
Loop Until T3 >= (tmedia - 2)
End With

With MSChart1.Plot.Axis(VtChAxisIdX)
.ValueScale.Auto = False
.ValueScale.MinorDivision = 2
End With

With MSChart1.Plot.Axis(VtChAxisIdY)
.ValueScale.Auto = False
.ValueScale.Maximum = 50
.ValueScale.Minimum = 25
.ValueScale.MajorDivision = 25
.ValueScale.MinorDivision = 2
End With
End Sub
30

Lampiran 1 Kode program simulasi pendugaan suhu buah melon (lanjutan)

'===========MENAMPILKAN TABEL==============
Private Sub Form_Load()
tbahan = simulasi.Text1.Text
tmedia = simulasi.Text2.Text
diameter = simulasi.Text3.Text
massajenis = simulasi.Text4.Text
kadarair = simulasi.Text5.Text
dt = simulasi.Text6.Text
jarijari = diameter / 2
dr = jarijari / 2 * 2
konduktivitas = (0.00493 * kadarair) + 0.148
koefpanas = 0.837 + (0.034 * kadarair)
difusivitas = konduktivitas / (massajenis * koefpanas)
cp = koefpanas * 1000
kproduk = (difusivitas * cp * massajenis) / 60
hair = simulasi.Label19.Caption
M = dr ^ 2 / (difusivitas * dt)
Fo = (1 / M)
Bi = (hair * dr) / kproduk

waktu = 0
T1 = tbahan
T2 = tbahan
T3 = tbahan

With MSFlexGrid1
.Cols = 4
.Row = 0
.Col = 0: .Text = "Waktu (Menit ke)": .ColWidth(0) = 1500
.Col = 1: .Text = "T1 (o C)"
.Col = 2: .Text = "T2 (o C)"
.Col = 3: .Text = "T3 (o C)"

I=1
Do
T1 = (2 * Fo * ((Bi * tmedia) + T2)) + (T1 * (1 - (2 * Fo) - (2 * Fo * Bi)))
T2 = (Fo * (T1 + T3 - (2 * T2))) + T2
T3 = (2 * Fo * (T2 - T3)) + T3
waktu = waktu + dt

.Rows = .Rows + 1
.Row = I
.Col = 0: .Text = Format(waktu, "####,###.#")
.Col = 1: .Text = Format(T1, "###,###.#")
.Col = 2: .Text = Format(T2, "###,###.#")
.Col = 3: .Text = Format(T3, "###,###.#")
31

Lampiran 1 Kode program simulasi pendugaan suhu buah melon (lanjutan)

I=I+1

Loop Until T3 >= (tmedia - 2)

End With
End Sub

'===========MENYIMPAN DATA==============
Private Sub Command1_Click()
tbahan = simulasi.Text1.Text
tmedia = simulasi.Text2.Text
diameter = simulasi.Text3.Text
massajenis = simulasi.Text4.Text
kadarair = simulasi.Text5.Text
dt = simulasi.Text6.Text
jarijari = diameter / 2
dr = jarijari / 2 * 2
konduktivitas = (0.00493 * kadarair) + 0.148
koefpanas = 0.837 + (0.034 * kadarair)
difusivitas = konduktivitas / (massajenis * koefpanas)
cp = koefpanas * 1000
kproduk = (difusivitas * cp * massajenis) / 60
hair = simulasi.Label19.Caption
M = dr ^ 2 / (difusivitas * dt)
Fo = (1 / M)
Bi = (hair * dr) / kproduk

waktu = 0
T1 = tbahan
T2 = tbahan
T3 = tbahan

Dim fname As String


dig1.DialogTitle = "Save"
dig1.InitDir = "E:\"
dig1.Filter = "csv (Comma Delimited) (*.csv)|*.csv"
dig1.ShowSave
fname = dig1.FileName

Open apppath + fname + ".csv" For Output As #1

waktu = 0
T1 = tbahan
T2 = tbahan
T3 = tbahan
32

Lampiran 1 Kode program simulasi pendugaan suhu buah melon (lanjutan)

I=1
Do
T1 = (2 * Fo * ((Bi * tmedia) + T2)) + (T1 * (1 - (2 * Fo) - (2 * Fo * Bi)))
T2 = (Fo * (T1 + T3 - (2 * T2))) + T2
T3 = (2 * Fo * (T2 - T3)) + T3
waktu = waktu + dt
Write #1, Format(waktu, "####,###.#"), _
Format(T1, "###,###.#"), _
Format(T2, "###,###.#"), _
Format(T3, "###,###.#")

I=I+1
Loop Until T3 >= (tmedia - 2)

Close #1
salah:
Exit Sub
End Sub
33

Lampiran 2 Perhitungan nilai konveksi udara

D = 0,177 m
∆T = 46,63-30,15 = 16,48
𝑇𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛+𝑇𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎
Trata-rata = 2
30,15+46,63
= 2
= 38,4ºC
Dengan menggunakan tabel pindah panas untuk air yang terdapat pada
lampiran 5, maka didapat :
Pr = 4,47
βgρ2
= 7,60988707 x 108 1/( m3 ºC)
µ2
βgρ2
GRD = x D3 x ∆T
µ2
= 7,60988707 x 108 x (0,177)³ x 16,48
= 69543288
NuD = 2 + 0,5 x (GRD Pr)1/4
= 68,414029
h = (NuD x kair)/D
68,414029 𝑥 0,63077 𝑊/𝑚º𝐶
= 0,177
= 243,805

Diameter
Media Ukuran Pr βgρ2/µ2 GRD NUD h
(m)
Besar 0,1770 4,47 7,609 x 108 69543288 68,41 243,80
Air
Kecil 0,1566 4,47 7,609 x 108 48162685 62,58 252,09
34

Lampiran 3 Nilai sebaran suhu pengukuran dan pendugaan selama perlakuan air
panas pada daging buah melon ukuran besar
Menit ke T ukur T duga │T duga-T ukur│ (T duga-T ukur)^2
1 28,5 30,2 1,68 2,83
2 28,8 30,2 1,40 1,96
3 29,0 30,3 1,30 1,69
4 29,2 30,4 1,18 1,40
5 29,5 30,5 1,03 1,07
6 29,7 30,6 0,92 0,84
7 29,9 30,7 0,78 0,61
8 30,2 30,8 0,65 0,42
9 30,3 31 0,70 0,49
10 30,6 31,1 0,47 0,22
11 30,8 31,2 0,37 0,13
12 31,1 31,4 0,35 0,12
13 31,2 31,5 0,27 0,07
14 31,5 31,7 0,20 0,04
15 31,7 31,8 0,12 0,01
16 31,9 32 0,15 0,02
17 32,1 32,1 0,03 0,00
18 32,2 32,2 0,02 0,00
19 32,4 32,4 0,05 0,00
20 32,6 32,5 0,07 0,00
21 32,8 32,7 0,07 0,00
22 32,9 32,8 0,13 0,02
23 33,0 32,9 0,13 0,02
24 33,4 33,1 0,25 0,06
25 33,4 33,2 0,18 0,03
26 33,7 33,3 0,37 0,13
27 33,9 33,4 0,48 0,23
28 34,1 33,6 0,50 0,25
29 34,4 33,7 0,70 0,49
30 34,4 33,8 0,58 0,34
31 34,6 33,9 0,65 0,42
32 34,7 34,1 0,63 0,40
33 34,9 34,2 0,67 0,44
34 35,0 34,3 0,65 0,42
35 35,2 34,4 0,77 0,59
36 35,4 34,5 0,88 0,78
37 35,4 34,6 0,80 0,64
38 35,7 34,7 0,95 0,90
39 35,8 34,8 1,02 1,03
40 36,0 35 0,97 0,93
41 36,1 35,1 0,98 0,97
35

Menit ke T ukur T duga │T duga-T ukur│ (T duga-T ukur)^2


42 36,2 35,2 1,03 1,07
43 36,3 35,3 1,02 1,03
44 36,5 35,4 1,07 1,14
45 36,6 35,5 1,08 1,17
46 36,7 35,6 1,07 1,14
47 36,9 35,7 1,15 1,32
48 37,0 35,8 1,15 1,32
49 37,1 35,8 1,27 1,60
50 37,3 35,9 1,38 1,91
51 37,4 36 1,43 2,05
52 37,6 36,1 1,47 2,15
53 37,7 36,2 1,45 2,10
54 37,7 36,3 1,40 1,96
55 37,8 36,4 1,42 2,01
56 37,9 36,5 1,38 1,91
57 38,0 36,6 1,38 1,91
58 38,0 36,7 1,33 1,78
59 38,2 36,7 1,53 2,35
60 38,3 36,8 1,50 2,25
61 38,4 36,9 1,53 2,35
62 38,5 37 1,52 2,30
63 38,7 37,1 1,55 2,40
64 38,7 37,1 1,62 2,61
65 38,8 37,2 1,58 2,51
66 38,8 37,3 1,52 2,30
67 39,0 37,4 1,60 2,56
68 39,1 37,5 1,62 2,61
69 39,1 37,5 1,63 2,67
70 39,3 37,6 1,68 2,83
71 39,3 37,7 1,60 2,56
72 39,5 37,8 1,67 2,78
73 39,5 37,8 1,72 2,95
74 39,6 37,9 1,70 2,89
75 39,7 38 1,65 2,72
76 39,8 38,1 1,65 2,72
77 39,8 38,1 1,73 3,00
78 40,0 38,2 1,80 3,24
79 40,1 38,3 1,80 3,24
80 40,2 38,3 1,87 3,48
81 40,3 38,4 1,85 3,42
82 40,3 38,5 1,78 3,18
83 40,4 38,5 1,93 3,74
84 40,4 38,6 1,83 3,36
36

Menit ke T ukur T duga │T duga-T ukur│ (T duga-T ukur)^2


85 40,5 38,7 1,80 3,24
86 40,6 38,7 1,87 3,48
87 40,7 38,8 1,90 3,61
88 40,7 38,9 1,82 3,30
89 40,8 38,9 1,92 3,67
90 40,9 39 1,87 3,48
91 41,0 39,1 1,85 3,42
92 41,0 39,1 1,90 3,61
93 41,0 39,2 1,82 3,30
94 41,1 39,2 1,87 3,48
95 41,2 39,3 1,87 3,48
96 41,3 39,4 1,90 3,61
97 41,3 39,4 1,92 3,67
98 41,4 39,5 1,92 3,67
99 41,5 39,5 1,97 3,87
100 41,6 39,6 1,95 3,80
101 41,7 39,7 1,97 3,87
102 41,7 39,7 1,97 3,87
103 41,8 39,8 1,97 3,87
104 41,8 39,8 2,00 4,00
105 41,9 39,9 1,97 3,87
106 41,8 39,9 1,93 3,74
107 41,9 40 1,88 3,55
108 42,0 40 1,95 3,80
109 42,0 40,1 1,88 3,55
110 42,1 40,1 1,95 3,80
111 42,1 40,2 1,87 3,48
112 42,2 40,3 1,85 3,42
113 42,3 40,3 1,95 3,80
114 42,3 40,4 1,85 3,42
115 42,3 40,4 1,92 3,67
116 42,3 40,5 1,80 3,24
117 42,4 40,5 1,87 3,48
118 42,5 40,6 1,87 3,48
119 42,5 40,6 1,87 3,48
120 42,5 40,7 1,83 3,36
121 42,6 40,7 1,87 3,48
122 42,7 40,8 1,87 3,48
123 42,6 40,8 1,82 3,30
124 42,7 40,9 1,80 3,24
125 42,8 40,9 1,92 3,67
126 42,9 40,9 2,00 4,00
127 42,9 41 1,90 3,61
37

Menit ke T ukur T duga │T duga-T ukur│ (T duga-T ukur)^2


128 42,9 41 1,93 3,74
129 43,0 41,1 1,88 3,55
130 43,0 41,1 1,90 3,61
131 43,0 41,2 1,80 3,24
132 43,0 41,2 1,80 3,24
133 43,1 41,3 1,78 3,18
134 43,2 41,3 1,87 3,48
135 43,2 41,4 1,80 3,24
136 43,1 41,4 1,72 2,95
137 43,2 41,4 1,83 3,36
138 43,2 41,5 1,68 2,83
139 43,3 41,5 1,78 3,18
140 43,3 41,6 1,68 2,83
141 43,3 41,6 1,68 2,83
142 43,3 41,6 1,70 2,89
143 43,4 41,7 1,68 2,83
144 43,4 41,7 1,70 2,89
145 43,5 41,8 1,65 2,72
146 43,5 41,8 1,68 2,83
147 43,5 41,8 1,68 2,83
148 43,5 41,9 1,62 2,61
149 43,6 41,9 1,70 2,89
150 43,6 42 1,57 2,45
151 43,7 42 1,65 2,72
152 43,6 42 1,62 2,61
153 43,6 42,1 1,53 2,35
154 43,7 42,1 1,58 2,51
155 43,7 42,1 1,55 2,40
156 43,7 42,2 1,53 2,35
157 43,8 42,2 1,55 2,40
158 43,8 42,3 1,53 2,35
159 43,8 42,3 1,48 2,20
160 43,9 42,3 1,55 2,40
161 43,8 42,4 1,43 2,05
162 43,9 42,4 1,50 2,25
163 43,9 42,4 1,50 2,25
164 43,9 42,5 1,40 1,96
165 44,0 42,5 1,45 2,10
166 44,0 42,5 1,50 2,25
167 44,0 42,6 1,37 1,87
168 44,0 42,6 1,40 1,96
169 44,0 42,6 1,38 1,91
170 44,1 42,7 1,40 1,96
38

Menit ke T ukur T duga │T duga-T ukur│ (T duga-T ukur)^2


171 44,0 42,7 1,30 1,69
172 44,1 42,7 1,40 1,96
173 44,2 42,8 1,35 1,82
174 44,1 42,8 1,30 1,69
175 44,2 42,8 1,35 1,82
176 44,2 42,9 1,27 1,60
177 44,2 42,9 1,25 1,56
178 44,2 42,9 1,30 1,69
179 44,3 42,9 1,35 1,82
180 44,6 43 1,60 2,56
181 44,7 43 1,68 2,81
182 44,6 43 1,63 2,64
183 44,8 43,1 1,65 2,72
184 44,6 43,1 1,48 2,18
185 44,8 43,1 1,70 2,89
186 44,7 43,2 1,45 2,10
187 44,8 43,2 1,58 2,48
188 44,7 43,2 1,48 2,18
189 44,8 43,2 1,63 2,64
190 44,9 43,3 1,55 2,40
191 44,8 43,3 1,53 2,33
192 44,9 43,3 1,60 2,56
Σ (Tduga-Tukur)^2 439,23
RMSE 1,51
39

Lampiran 4 Nilai sebaran suhu pengukuran dan pendugaan selama perlakuan air
panas pada daging buah melon ukuran kecil

Menit ke T ukur T duga │T duga-T ukur│ (T duga-T ukur)^2


1 28,5 30,2 1,73 3,00
2 28,3 30,3 2,00 4,00
3 28,2 30,4 2,22 4,91
4 28,5 30,5 2,00 4,00
5 28,7 30,6 1,93 3,74
6 28,7 30,8 2,08 4,34
7 28,8 30,9 2,10 4,41
8 28,9 31,1 2,17 4,69
9 29,1 31,3 2,18 4,77
10 29,3 31,4 2,10 4,41
11 29,5 31,6 2,13 4,55
12 29,6 31,8 2,17 4,69
13 29,9 31,9 2,02 4,07
14 30,1 32,1 2,02 4,07
15 30,3 32,3 1,97 3,87
16 30,7 32,5 1,85 3,42
17 30,8 32,6 1,77 3,12
18 31,2 32,8 1,65 2,72
19 31,4 33 1,62 2,61
20 31,6 33,1 1,50 2,25
21 31,8 33,3 1,47 2,15
22 32,1 33,4 1,33 1,78
23 32,4 33,6 1,23 1,52
24 32,6 33,7 1,07 1,14
25 32,8 33,9 1,07 1,14
26 33,1 34 0,92 0,84
27 33,3 34,2 0,90 0,81
28 33,6 34,3 0,75 0,56
29 33,8 34,5 0,68 0,47
30 34,1 34,6 0,53 0,28
31 34,2 34,7 0,47 0,22
32 34,5 34,9 0,45 0,20
33 34,7 35 0,32 0,10
34 35,0 35,1 0,15 0,02
35 35,2 35,2 0,05 0,00
36 35,3 35,4 0,08 0,01
37 35,5 35,5 0,02 0,00
38 35,8 35,6 0,20 0,04
39 36,0 35,7 0,25 0,06
40 36,2 35,8 0,37 0,13
40

Menit ke T ukur T duga │T duga-T ukur│ (T duga-T ukur)^2


41 36,4 36 0,38 0,15
42 36,6 36,1 0,50 0,25
43 36,8 36,2 0,55 0,30
44 37,1 36,3 0,77 0,59
45 37,2 36,4 0,82 0,67
46 37,4 36,5 0,90 0,81
47 37,6 36,6 0,98 0,97
48 37,8 36,7 1,05 1,10
49 38,0 36,8 1,15 1,32
50 38,1 36,9 1,22 1,48
51 38,3 37 1,25 1,56
52 38,5 37,1 1,37 1,87
53 38,6 37,2 1,42 2,01
54 38,8 37,3 1,50 2,25
55 38,9 37,4 1,52 2,30
56 39,1 37,5 1,60 2,56
57 39,2 37,6 1,63 2,67
58 39,4 37,7 1,67 2,78
59 39,5 37,8 1,70 2,89
60 39,6 37,9 1,67 2,78
61 39,7 38 1,72 2,95
62 39,9 38,1 1,75 3,06
63 40,0 38,1 1,85 3,42
64 40,1 38,2 1,87 3,48
65 40,3 38,3 1,95 3,80
66 40,4 38,4 1,97 3,87
67 40,5 38,5 2,02 4,07
68 40,6 38,6 2,00 4,00
69 40,7 38,6 2,13 4,55
70 40,8 38,7 2,10 4,41
71 41,0 38,8 2,17 4,69
72 41,1 38,9 2,20 4,84
73 41,2 39 2,17 4,69
74 41,4 39 2,38 5,68
75 41,4 39,1 2,32 5,37
76 41,6 39,2 2,35 5,52
77 41,7 39,3 2,37 5,60
78 41,8 39,3 2,50 6,25
79 41,9 39,4 2,53 6,42
80 42,0 39,5 2,52 6,33
81 42,2 39,6 2,60 6,76
82 42,3 39,6 2,70 7,29
83 42,4 39,7 2,73 7,47
41

Menit ke T ukur T duga │T duga-T ukur│ (T duga-T ukur)^2


84 42,5 39,8 2,70 7,29
85 42,7 39,8 2,85 8,12
86 42,8 39,9 2,87 8,22
87 42,8 40 2,80 7,84
88 42,9 40 2,92 8,51
89 43,0 40,1 2,87 8,22
90 43,1 40,2 2,87 8,22
91 43,1 40,2 2,93 8,60
92 43,2 40,3 2,93 8,60
93 43,3 40,4 2,92 8,51
94 43,4 40,4 3,02 9,10
95 43,5 40,5 2,98 8,90
96 43,6 40,6 2,98 8,90
97 43,7 40,6 3,07 9,40
98 43,7 40,7 3,02 9,10
99 43,8 40,7 3,10 9,61
100 43,9 40,8 3,12 9,71
101 43,9 40,9 3,03 9,20
102 44,0 40,9 3,10 9,61
103 44,0 41 3,02 9,10
104 44,1 41 3,10 9,61
105 44,2 41,1 3,07 9,40
106 44,2 41,1 3,12 9,71
107 44,3 41,2 3,10 9,61
108 44,3 41,3 3,02 9,10
109 44,4 41,3 3,05 9,30
110 44,4 41,4 2,97 8,80
111 44,5 41,4 3,05 9,30
112 44,5 41,5 3,03 9,20
113 44,6 41,5 3,10 9,61
114 44,6 41,6 3,03 9,20
115 44,7 41,6 3,08 9,51
116 44,8 41,7 3,07 9,40
117 44,8 41,7 3,08 9,51
118 44,8 41,8 3,02 9,10
119 44,9 41,8 3,12 9,71
120 44,9 41,9 3,00 9,00
121 45,0 41,9 3,07 9,40
122 45,0 42 3,02 9,10
123 45,1 42 3,08 9,51
124 45,2 42,1 3,07 9,40
125 45,2 42,1 3,10 9,61
126 45,3 42,1 3,15 9,92
42

Menit ke T ukur T duga │T duga-T ukur│ (T duga-T ukur)^2


127 45,3 42,2 3,13 9,82
128 45,1 42,2 2,88 8,27
Σ (Tduga-Tukur)^2 643,86
RMSE 2,24
43

Lampiran 5 Tabel properti air

gβρ2cp/µk
T (◦C) Cp (Kj/kg◦C) ρ(kg/m3) μ(kg/m.s) k (W/m◦C) Pr
(1/m3◦C)
26,67 4,179 995,8 8,6 0,614 5,85 1.91 x 1010
32,22 4,174 994,9 7,65 0,623 5,12 2.48 x 1010
37,78 4,174 993,0 6,82 0,63 4,53 3.3 x 1010
43,33 4,174 990,6 6,16 0,637 4,04 4.19 x 1010
48,89 4,174 988,8 5,62 0,644 3,64 4.89 x 1010
Sumber : Holman, J.P (1990)
44

RIWAYAT HIDUP
Fikri Azali Faisal Syaf. Lahir di Bandung, 30 Desember
1994 dari ayah Munsarif dan Ibu Siti Munawaroh, sebagai
anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan SD ditempuh
penulis di SD Negri 1 Cikadut, Bandung pada tahun 2001
hingga 2002. Kemudian melanjutkan di SD 1 Jogomertan,
Kebumen hingga tahun 2006. Penulis melanjutkan
pendidikan menengah pada tahun 2007 di SMP Negeri 1
Klirong dan lulus tahun 2009. Penulis menamatkan SMA
pada tahun 2012 dari SMA Negeri 1 Pejagoan dan pada
tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis memilih program studi Teknik Mesin
dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama perkuliahan, penulis
mengikuti kegiatan seperti kepanitiaan dalam Mechanical and Biosystem Fair
sebagai anggota SF, anggota klub Hidroponik TMB, dan padatahun 2016 menjadi
asisten pada mata kuliah Kekuatan Bahan.
Penulis melakukan praktik lapangan di CV Frinsa Agrolestari,
Pangalengan, Bandung dengan judul “Aspek Keteknikan pada Proses Pengolahan
dan Pendistribusian Kopi di CV Frinsa Agrolestari, Pangalengan, Bandung”.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik, penulis
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Model Finite Difference untuk Menduga
Suhu dan Lama Proses Perlakuan Air Panas sebagai Teknologi Karantina pada
Melon Madu.

Anda mungkin juga menyukai