Anda di halaman 1dari 11

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian

yang terjadi saat sekarang (Trianto, 2011:197).. Penelitian deskriptif dilakukan

untuk memperoleh infromasi mengenai keadaan saat ini. Dalam penelitian

deskriptif ini berupa verifikasi suatu teori atau aplikasinya, berdasarkan data,

pengujian suatu teori dan atau aplikasinya, penemuan ketepatan aplikasi teori

dalam kondisi tertentu, upaya penemuan model suatu teori. Fenomena yang

dikaji pada penelitian ini adalah kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-

soal statistika.

B. Sasaran Penelitian

Pada penelitian ini sasaran yang diambil adalah siswa kelas VIII B

SMP Negeri 2 Kota Bengkulu karena berdasarkan wawancara bersama guru

matematika kelas tersebut lebih sering melakukan kesalahan. Selain itu

peneliti juga memilih kelas uji coba yaitu kelas VIII C karena berdasarkan

pertimbangan guru matematika bahwa kelas tersebut memiliki kemampuan

yang hampir sama dengan kelas VIII B. Waktu penelitian dilaksanakan pada

semester genap tahun ajaran 2019.

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan

penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Menyusun Instrumen

Peneliti menyusun instrumen penelitian berupa lembar tes yang kemudian

dilakukan validasi, uji reliabilitas dan analisis taraf kesukaran serta daya

pembeda butir soal. Divalidasi oleh seorang dosen matematika dan

seorang guru matematika.

2. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen penelitian diberikan kepada sampel penelitian,

instrumen diuji cobakan dahulu ke kelas lain untuk melihat tingkat

kevalidan soal. Jika soal tes telah dinyatakan valid maka soal tes dapat

digunakan sebagai instrumen penelitian.

3. Memberikan Tes Tertulis

Pemberian tes ini dilakukan dalam rangka pengumpulan data untuk

mengetahui kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal.

4. Analisis Hasil Tes Siswa

Analisis hasil tes siswa dilakukan setelah siswa mengerjakan soal tes. Dari

hasil analisis tes siswa, maka akan diadakan wawancara kepada sampel

penelitian.

5. Wawancara

Selanjutnya peneliti melakukan kegiatan wawancara untuk pengumpulan

data. Teknik wawancara disertai penelaahan hasil tes siswa mengenai

bentuk kesalahan dan faktor kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-

soal pokok bahasan statistika.

6. Analisis Data
Kegiatan menganalisis data ini dilakukan ketika pengumpulan data telah

selesai yaitu dengan mengamati hasil tes siswa dan kegiatan wawancara

yang dilakukan dengan siswa.

7. Penyusunan Laporan

Setelah peneliti selesai melakukan tes, analisis hasil tes siswa, wawancara

dan menganalisis data, langkah selanjutnya dilakukan oleh peneliti adalah

menyusun laporan penelitin.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian digunakan alat ukur yang biasanya dinamakan

dengan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang

dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data

agar menjadi sistematis dan mudah (Trianto, 2011:263). Suatu instrumen

berfungsi untuk mengumpulkan data-data hasil penelitian. Instrumen

penelitian ini terdiri dari tes diagnostik dan wawancara.

D.1 Lembar Tes diagnostik

Tes diagnostik yang dilakukan berbentuk soal uraian atau essay yang

disesuaikan dengan kompetensi dasar dan indicator materi. Tes ini diberikan

untuk mengetahui letak kesalahan siswa dalam memahami konsep statistika

yakni dilihat dari kesalahan–kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab

soal tes. Tes diagnosis digunakan untuk mendiagnosis kesalahan siswa yang

berhubungan dengan : (1) identifikasi hasil belajar yang belum dicapai siswa,

(2) identifikasi permasalahan utama yang menyebabkan siswa belum

mencapai hasil belajar yang telah ditentukan. Sebelum tes diuji cobakan, tes
terlebih dahulu diperiksa oleh ahlinya dan pertimbangan yang diberikan dapat

menjadi masukan bagi peneliti. Validator terdiri dari dua orang yaitu satu

orang dosen dan satu orang guru. Selanjutnya soal tes diuji cobakan pada kelas

yang bukan merupakan kelas sampel untuk mengetahui kelayakan soal-soal

lembar tes.

D.1 Lembar Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui informasi yang lebih dalam

dari subjek penelitian tentang faktor penyebab subjek penelitian melakukan

kesalahan. Wawancara dilakukan setelah hasil tes diperoleh dan diolah dalam

bentuk persentase. Wawancara hanya diberlakukan pada subjek penelitian

yang dipilih dari siswa yang benar–benar melakukan kesalahan cukup banyak.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara tidak terstruktur. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar bermasalah yang

akan ditanyakan.

Adapun kisi-kisi wawancara disusun berdarsarkan jenis kesalahan

yang telah dilakukan siswa pada lembar jawaban tes. Rancangan yang

diajukan dalam wawancara disusun sebelum wawancara dilakukan. Oleh

karena itu, pelaksanaan wawancara dan urutan pertanyaan yang diberikan

mengacu pada jenis kesalahan dan kecendrungan peserta dalam menjawab

soal. Dari hasil jawaban wawancara dengan siswa ini akan dijadikan sebagai

dasar untuk menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan dalam

menyelesaikan soal-soal statistika.

E. Uji Instrumen Penelitian


Lembar tes yang digunakan sebagai instrumen penelitian harus

memiliki kriteria yang baik. Untuk mendapatkan lembar tes yang baik,

terlebih dahulu harus dianalisis validitas soal, reliabilitas soal, tingkat

kesukaran soal dan daya pembeda soal.

E.1 Uji Validitas Soal

Validitas suatu instrumen menunjukkan ketepatan instrumen tersebut

mengukur apa yang hendak diukur. Jakni (2016 : 165) mengemukakan bahwa

dalam penentuan tingkat validitas butir soal digunakan korelasi product

moment pearson dengan mengoreksikan antara skor yang didapat siswa pada

suatu butir soal dengan skor total yang didapat. Rumusnya :

𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√[𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ][𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 ]

Jakni (2016 : 165)


Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
𝑁 : Banyaknya subjek yang diuji
X : Skor butir soal atau skor item
Y : Skor total
Tabel 3.4 Kriteria Validitas Soal
Indeks Validitas Kriteria Validitas
0,90 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < rxy ≤ 0,90 Tinggi
0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah
rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah
Sumber : (Lestari dan Yudhanegara, 2015: 193)

Soal dikatakan valid jika kriteria validitasnya cukup, tinggi dan sangat tinggi.

Adapun indeks validitas yang diterima yaitu 0,60 < rxy ≤ 1,00.

E.2 Uji Reliabilitas Soal


Reliabilitas suatu instrumen adalah kekonsistenan suatu instrumen bila

diberikan pada subjek yang sama meskipun orang, waktu, dan tempat yang

berbeda akan memberikan hasil yang relatif sama (Lestari & Yudhanegara,

2015 : 206).

Untuk menguji reliabilitas tes akan digunakan rumus Alfa Cronbach yaitu:

𝑛 ∑ 𝑠𝑖2
𝑟=[ ] [1 − 2 ]
𝑛−1 𝑠𝑡

(Lestari & Yudhanegara, 2015 : 206)

Keterangan :
𝑟 : koefisien reliabilitas
𝑛 : banyaknya butir soal
2
𝑠𝑖 : varians skor butir soal ke-i
𝑠𝑡 2 : varians skor total

Kriteria koefisien reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas


Koefisien Korelasi Reliabilitas
0,90 < r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,70 < r11 ≤ 0,90 Tinggi
0,40 < r11 ≤ 0,70 Sedang
0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah
r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah
Sumber : Lestari & Yudhanegara (2015: 206)

Suatu instrumen dikatakan reliabel jika berada pada kriteria reliabilitas

sedang, tinggi, dan sangat tinggi.


E.3 Daya Pembeda

Daya pembeda dari setiap butir soal adalah kemampuan suatu butir

soal untuk membedakan siswa kedalam kategori kemampuan tinggi, sedang,

rendah (Lestari dan Yudhanegara, 2015: 217-223). Pada penelitian ini rumus

daya pembeda soal yang digunakan adalah sebagai berikut:

(𝑋̅𝐴 − 𝑋̅𝐵 )
𝐷𝑃 =
𝑆𝑀𝐼
(Lestari & Yudhanegara, 2015 : 217)
Keterangan :
DP : indeks daya pembeda butir soal
𝑋̅𝐴 : rata-rata skor jawaban siswa kelompok atas
𝑋̅𝐵 : rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah
𝑆𝑀𝐼 : skor maksimum ideal, yaitu skor maksimum yang akan
diperoleh siswa jika menjawab butir soal dengan benar.

Kriteria yang digunakan untuk menunjukkan tingkat daya pembeda disajikan

pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda


Daya Pembeda Interpretasi Daya Pembeda
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk
DP ≤ 0,20 Sangat Buruk
Sumber : Lestari & Yudhanegara (2015 : 217)

Kriteria daya pembeda yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang

mempunyai kriteria daya pembeda cukup, baik, dan sangat baik

E.4 Tingkat Kesukaran

Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat

kesukaran suatu butir soal. Indeks kesukaran sangat erat kaitannya dengan daya

pembeda, jika soal terlalu sulit atau terlalu mudah, maka daya pembeda soal
tersebut menjadi buruk karena baik siswa kelompok atas maupun siswa

kelompok bawah akan dapat menjawab soal tersebut dengan tepat atau tidak

dapat menjawab soal tersebut dengan tepat (Lestari dan Yudhanegara, 2015 :

223-224). Rumus yang digunakan adalah :

𝑋̅
𝐼𝐾 =
𝑆𝑀𝐼

Sumber : Lestari dan Yudhanegara (2015 : 224)

Keterangan :
IK : indeks kesukaran butir soal
𝑋̅ : rata-rata skor jawaban siswa pada suatu butir soal
𝑆𝑀𝐼 : skor maksimum ideal, yaitu skor maksimum yang akan diperoleh
siswa jika menjawab butir soal tersebut dengan tepat (sempurna).

Sementara kriteria interpretasi tingkat kesukaran digunakan pendapat Lestari

dan Yudhanegara

Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Kesukaran


Interpretasi Indeks
IK
Kesukaran
IK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah
Sumber : Lestari dan Yudhanegara (2015 : 224)

Untuk menentukan interval indeks kesukaran butir soal yang harus diperbaiki,

sebaiknya diperbaiki, dan soal yang dapat digunakan sebagai instrumen tes

sebagai berikut:
Sumber : Lestari dan Yudhanegara,2015:224

Keterangan :
+ = dapat digunakan
− = harus diperbaiki
± = sebaiknya diperbaiki

Setelah dilakukan keempat uji instrumen pada soal uji tersebut, dapat

diketahui butir soal yang baik maupun yang tidak baik dengan kriteria yang ada

pada masing-masing uji instrumen. Berdasarkan kriteria masing-masing uji

instrumen, ditentukan butir soal mana yang akan digunakan tanpa revisi, direvisi

atau dibuang, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.8 Kriteria Koefisien Korelasi Instrumen Penelitian


Kriteria Uji Taraf Daya Beda
Uji Validitas
Butir Soal Reliabilitas Kesukaran Soal
Cukup – Sedang – Cukup –
Digunakan Mudah – Sukar
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Baik
Cukup – Sedang – Terlalu Mudah, Cukup –
Direvisi
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Terlalu Sukar Sangat Baik
Cukup – Sedang – Buruk –
Direvisi Mudah – Sukar
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Buruk
Cukup – Buruk – Cukup –
Direvisi Mudah – Sukar
Sangat Tinggi Sangat Buruk Sangat Baik
Cukup – Buruk – Terlalu Mudah, Buruk –
Direvisi
Sangat Tinggi Sangat Buruk Terlalu Sukar Sangat Buruk
Cukup – Sedang – Terlalu Mudah, Buruk –
Direvisi
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Terlalu Sukar Sangat Buruk
Cukup – Buruk – Terlalu Mudah, Cukup –
Direvisi
Sangat Tinggi Sangat Buruk Terlalu Sukar Sangat Baik
Cukup – Buruk – Buruk –
Direvisi Mudah – Sukar
Sangat Tinggi Sangat Buruk Sangat Buruk
Rendah- Sedang – Cukup –
Dibuang Mudah – Sukar
Sangat Rendah Sangat Tinggi Sangat Baik
Rendah- Sedang – Terlalu Mudah, Cukup –
Dibuang
Sangat Rendah Sangat Tinggi Terlalu Sukar Sangat Baik
Kriteria Uji Taraf Daya Beda
Uji Validitas
Butir Soal Reliabilitas Kesukaran Soal
Rendah- Sedang – Buruk –
Dibuang Mudah – Sukar
Sangat Rendah Sangat Tinggi Sangat Buruk
Rendah- Buruk – Cukup –
Dibuang Mudah – Sukar
Sangat Rendah Sangat Buruk Sangat Baik
Rendah- Buruk – Terlalu Mudah, Buruk –
Dibuang
Sangat Rendah Sangat Buruk Terlalu Sukar Sangat Buruk
Rendah- Sedang – Terlalu Mudah, Buruk –
Dibuang
Sangat Rendah Sangat Tinggi Terlalu Sukar Sangat Buruk
Rendah- Buruk – Terlalu Mudah, Cukup –
Dibuang
Sangat Rendah Sangat Buruk Terlalu Sukar Sangat Baik
Rendah- Buruk – Buruk –
Dibuang Mudah – Sukar
Sangat Rendah Sangat Buruk Sangat Buruk
Sumber :Modifikasi (Lestari dan Yudhanegara, 2015)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penumpulan data yang digunakan dalam penelitian deskriptif

untuk memperoleh data atau informasi, yaitu :

1. Teknik Tes

Pemberian Tes ini bertujuan untuk memperoleh data dan bahan

pengamatan mengenai kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal.

Adapun soal yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian dengan

materi statistika.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab antara peneliti dengan sampel

penelitian atau informan dalam satu situasi sosial. Wawancara

menggunakan seperangkat daftar pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti

sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang akan

dijawab. wawancara dilakukan satu persatu secara bergantian sehingga

peneliti lebih mudah menyimpulkan kesalahan yang dilakukan oleh siswa


dalam menyelesaikan soal-soal pokok bahasan persamaan dan

pertidaksamaan kuadrat sehingga akan diketahui letak kesalahan dan

penyebab kesalahan masing-masing siswa yang mungkin berbeda.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian dilakukan dengan dua tahap yang terdiri dari :

G.1 Menganalisis Kesalahan Siswa

Analisis ini dilakukan dengan memeriksa kesalahan-kesalahan apa saja

yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal statistik kemudian

menuliskan data hasil tes diagnostik. Selanjutnya yaitu menghitung persentase

kesalahan siswa berdasarkan letak kesalahan yang telah diperoleh pada hasil

penelitian pada tiap butir soal menggunakan rumus berikut :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ


𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

G.2 Mengidentifikasi Faktor Kesalahan

Identifikasi faktor-faktor kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal

dilakukan dengan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang

melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal. Pada wawancara tersebut

peneliti akan menanyakan secara mendalam berkaitan dengan jawaban siswa

untuk menemukan kesulitan yang dialami siswa sehingga tidak dapat

menyelesaikan masalah matematika dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai