B
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA RISIKO PERFUSI SEREBRAL
TIDAK EFEKTIF DAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR OTAK
DI RUANG SERUNI B RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Oleh:
Kelompok 14/Angkatan 2015
Rifki Fauzi Maulida, S.Kep. 131913143104
Dyah Puddya Haningtyas, S.Kep. 131913143002
Unza Noor Ramadhanti, S.Kep. 131913143016
Dyah Rohmatussolichah, S.Kep. 131913143035
Prisdamayanti Ayuningsih, S.Kep. 131913143053
Asti Pratiwi., S.Kep. 131913143055
Oleh:
Kelompok 14/Angkatan 2015
Rifki Fauzi Maulida, S.Kep. 131913143104
Dyah Puddya Haningtyas, S.Kep. 131913143002
Unza Noor Ramadhanti, S.Kep. 131913143016
Dyah Rohmatussolichah, S.Kep. 131913143035
Prisdamayanti Ayuningsih, S.Kep. 131913143053
Asti Pratiwi., S.Kep. 131913143055
21 Oktober 2019
Oleh:
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER….................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN …......................................................................... ii
DAFTAR ISI…................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN…................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang…............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum…....................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus…...................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................3
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................53
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................56
5.1. Kesimpulan......................................................................................................56
5.2. Saran................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................57
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik jinak
(benigna) maupun ganas (maligna). Tumor ganas di susunan saraf pusat
adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intrakranial atau
dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat
proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel
epitel pembulug darah, dan selaput otak (Padmosantjojo, 2002). Diagnosa
tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Pemeriksaan
tersebut terkadang masih sulit untuk menegakkan diagnosa tumor otak.
Tumor otak merupakan penyebab kematian kedua pada kasus kanker yang
terjadi pada anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun. Tumor otak juga
merupakan penyebab kematian yang kedua dari semua kasus kanker yang
terjadi pada pria berusia 20-39 tahun. Selain itu tumor otak merupakan
penyebab kematian nomor lima dari seluruh pasien kanker pada wanita yang
berusia 20-39 tahun (American Brain Tumor Association (ABTA), 2012).
Jumlah penderita kanker otak masih tergolong rendah, yakni hanya enam per
100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit
tersebut masih menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Hal
ini dikarenakan meskipun tumor yang menyerang adalah jenis tumor jinak,
apabila menyerang otak maka tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya
lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain. Tumor susunan
saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan
frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di
Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden
tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia
30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun.
Tumor otak terjadi akibat proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal
secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan
terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya,
mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan
1
peningkatan tekanan intrakranial). Hal ini ditandai dengan nyeri kepala,
nausea, muntah dan papil edema. Penyebab dari tumor belum diketahui,
namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agen bertanggung
jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agen tersebut meliputi faktor
herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang
mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma
cerebral dan penyakit peradangan (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams
dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).
2
5. Menjelaskan patofisiologi tumor otak
6. Menggambarkan Web of Caution tumor otak
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang tumor otak
8. Menjelaskan penatalaksanaan tumor otak
9. Menjelaskan komplikasi tumor otak
10. Menjelaskan pencegahan tumor otak
11. Menjelaskan asuhan keperawatan kasus pada pasien dengan tumor otak di
ruang Seruni B RSUD Dr. Soetomo Surabaya
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
b. Lobus oksipital berfungsi untuk pusat
penglihatan dan area asosiasi
penglihatan:menginterpretasi dan memproses
rangsang penglihatan dari nervus optikus dan
mengasosiasikan rangsang ini dengan
informasi saraf lain & memori
c. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat
verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm
pembentukan dan perkembangan emosi.
d. Lobus parietalis berfungsi dalam sensasi umum
dan perasaan.
2. Cerebellum Serebelum adalah pusat tubuh dalam mengontrol
kualitas gerakan. Serebelum juga mengontrol
banyak fungsi otomatis otak, diantaranya : mengatur
sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan,
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Selain itu,
serebelum berfungsi menyimpan dan melaksanakan
serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari.
3. Brainstem
a. Otak tengah a. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol
b. Medulla oblongata respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran
c. Pons pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran
b. titik awal dimulainya saraf yang akan menuju
ke tulang belakang sehingga seterusnya akan
dilanjutkan ke seluruh tubuh. Medulla
oblongata berhubungan dengan pengontrolan
fungsi otomatis organ-organ pada manusia.
c. bagian batang otak yang terletak di bawah
medulla oblongata dan mengatur serta
meneruskan segala informasi ke bagian otak
yang lain.
5
Gambar bagian-bagian saraf cranial
Tabel Saraf Cranial
Saraf ke - Nama Jenis Fungsi
I Olfaktori Sensori Menerima rangsang dari hidung dan
menghantarkannya ke otak untuk di proses
sebagai sensasi bau
II Optik Sensori Menerima rangsang dari mata dan
menghantarkannya ke otak untuk diproses
sebagai persepsi visual
III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besar otot mata
IV Toklear Motorik Menggerakkan otot mata
V Trigeminal Gabungan Sensori : Menerima rangsangan dari wajah untuk
diproses di otak sebagai sentuhan
Motorik : Menggerakkan rahang
VI Abdusen Motorik Abduksi mata
VII Fasial Gabungan Sensori : Menerima rangsang dari bagian anterior
lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik : Mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah
VIII Vestibuloko Sensori Sensori sistem vestibular : mengendalikan
klear keseimbangan
6
Sensori koklea : Menerima rangsang untuk
diproses di otak sebagai suara
IX Glosofaring Gabungan Sensori : Menerima rangsang dari bagian
eal posterior lidah untuk di proses di otak sebagai
sensasi rasa
Motorik : Mengendalikan organ-organ dalam
X Vagus Gabungan Sensori : Menerima rangsang dari organ dalam
Motorik : Mengendalikan organ-organ dalam
XI Aksesori Motorik Mengendalikan pergerakan kepala
XII Hipoglosal Motorik Mengendalikan pergerakan lidah
7
Gambar bagian-bagian saraf spinal
8
serratus anterior.
4. Nervus radialis (C4) Nervus yang mempersyarafi otot
lengan bawah bagian
posterior,mempersarafi otot triceps
brachii, otot anconeus, otot
brachioradialis dan otot ekstensor
lengan bawah dan mempersarafi kulit
bagian posterior lengan atas dan
lengan bawah. Merupakan saraf
terbesar dari plexus.
5. Nervus thoracicus longus Nervus yang mempersarafi otot
(C5) subclavius, Nervus thoracicus longus.
berasal dari ramus C5, C6, dan C7,
mempersarafi otot serratus anterior.
6. Nervus thoracodorsalis Nervus yang mempersarafi otot
(C6) deltoideus dan otot trapezius, otot
latissimus dorsi.
7. Nervus axillaris (C7) Nervus ini bersandar pada collum
chirurgicum humeri.
8. Nervus subciavius (C8) Nervus subclavius berasal dari ramus
C5 dan C6, mempersarafi otot
subclavius.
9. Nervus supcapulari (T1) Nervus ini bersal dari ramus C5,
mempersarafi otot rhomboideus major
dan minor serta otot levator scapulae.
10. Nervus supracaplaris Berasal dari trunkus superior,
(T2) mempersarafi otot supraspinatus dan
infraspinatus.
11. Nervusphrenicus (T3) Nervus phrenicus mempersyarafi
diafragma.
9
13. Nervus Mempersyarafi kelenjar getah bening.
intercostobrachialis (T5)
14. Nervus cutaneus brachii Nervus ini mempersarafi kulit sisi
medialis (T6) medial lengan atas.
15. Nervus cutaneus Mempersarafi kulit sisi medial lengan
antebrachii medialis (T6) bawah.
16. Nervus ulnaris (T7) Mempersarafi satu setengah otot
fleksor lengan bawah dan otot-otot
kecil tangan, dan kulit tangan di
sebelah medial.
17. Nervus medianus (T8) Memberikan cabang C5, C6, C7 untuk
nervus medianus.
18. Nervus musculocutaneus Berasal dari C5 dan C6, mempersarafi
(T9) otot coracobrachialis, otot brachialis,
dan otot biceps brachii. Selanjutnya
cabang ini akan menjadi nervus
cutaneus lateralis dari lengan atas.
19. Nervus dorsalis scapulae Nervus dorsalis scapulae bersal dari
(T10) ramus C5, mempersarafi otot
rhomboideus.
20. Nervus transverses colli
(T11)
21. Nervus nuricularis (T12) Nervus auricularis posterior berjalan
berdekatan menuju foramen,
Letakanatomisnya: sebelah atas
dengan lamina terminalis.
22. Nervus Subcostalis (L1) Mempersarafi sistem kerja ginjal dan
letaknya.
10
genetal, atau kelamin manusia.
25. Nervus Genitofemularis Nervus genitofemoralis berpusat pada
(L4) medulla spinalis L1-2, berjalan ke
caudal, menembus m. Psoas major
setinggi vertebra lumbalis ¾.
26. Nervus Cutaneus Mempersyarafi tungkai atas, bagian
Femoris Lateralis (L5) lateral tungkai bawah, serta bagian
lateral kaki.
27. Nervus Femoralis (S1) Nervus yang mempersyarafi daerah
paha dan otot paha.
28. Nervus Gluteus Superior Nervus gluteus superior (L4, 5, dan
(S2) paha, walaupun sering dijumpai
percabangan dengan letak yang lebih
tinggi.
29. Nervus Ischiadicus (S3) Nervus yang mempersyarafi pangkal
paha
30. NervusCutaneus Femoris Nervus yang mempersyarafi bagian
Inferior (S4) (s2 dan s3) pada bagian lengan bawah.
31. Nervus Pudendus (S5) Letak nervus pudendus berdekatan
dengan ujung spina ischiadica. Nervus
pudendus, Nervus pudendus menyarafi
otot levator ani, dan otot perineum (ke
kiri / kanan ), sedangkan letak
kepalanya dibuat sedikit lebih rendah.
11
matastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut
tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti;
kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak
sekunder (Ginsberg, 2011).
12
Tumor maligna sendiri umumnya terjadi intra-aksial yaitu berasal dari
parenkim otak. Tumor maligna dibagi menjadi tumor maligna primer yang
umumnya berasal dari sel glia dan tumor otak maligna sekunder yang
merupakan metastasis dari tumor maligna di bagian tubuh lain (Ginsberg,
2011).
Neoplasma intracranial dapat timbul dari berbagai struktur atau tipe sel di
dalam kubah cranial, meliputi cerebrum, selaput otak, kelenjar pituitary,
tengkorak dan bahkan residual jaringan embrionik. Brain tumor memiliki
rentang usia yang dapat diibaratkan seperti sebuah piramida dengan
puncaknya yang kecil pada populasi anak dan jumlahnya meningkat dimulai
pada rentang usia 20 tahun dan mencapai jumlah maximum 20 kasus per
100000 populasi antara usia 75 hingga 84 tahun. Pengobatan yang dapat
dilakukan untuk penderita dapat berupa Supportive Therapy maupun
Definitive Theraphy.
13
14
15
2. Berdasarkan Lokasi
Tumor otak memiliki berbagai macam tipe yang menyerang anak-anak
maupun orang dewasa.
Tabel berikut menunjukan tipe-tipe tumor otak berdasarkan lokasinya
:
16
pendengaran sensorineural unilateral, yang disebabkan oleh kerusakan
nervus delapan dalam meatus (lesi intrakanalikular). Ekspansi tumor
lebih lanjut ke sudut serebelopontin melibatkan nervus kranialis yang
berdekatan (nervus V dan VII). Pertumbuhan tumor lebih lanjut
menyebabkan ataksia ipsilateral akibat kompresi batang otak-
serebelum dan palsi nervus kranialis bagian bawah (bulbar). Akhirnya,
terjadi gambaran peningkatan tekanan intracranial, terutama jika
terjadi hidrosefalus akibat ostruksi pada tingkat ventrikel keempat.
tumor lain yang dapat mengenai sudut serebelopontin termasuk
meningioma dan metastasis.
2) Meningioma
Meningioma biasanya melekat pada bagian dalam permukaan dura mater.
Kebanyakan meningioma jinak dan sesuai dengan WHO kelas I. Tertentu
subtipe histologis atau meningioma dengan kombinasi spesifik dari
morfologi parameter yang terkait dengan kurang hasil klinis yang
menguntungkan dan sesuai WHO nilai II (atipikal) dan III (anaplastik atau
ganas) (Louis et al., 2007). Tumor ini berkaitan dengan hilangnya
sebagian atau seluruh kromosom 22 yang menyebabkan delesi gen NF2.
Massa tumor terdiri dari sel-sel bentuk oval sampai lonjong; tumbuh
17
hiperplastis membentuk struktur kisaran dan pada bagian tengah tampak
pembentukan psammoma bodies (massa kalsifikasi konsentris); diantara
kelompok-kelompokan sel-sel tumor dibatasi jaringan ikat dan proliferasi
pembuluh darah (Kumar et al., 2007).
Gambar 6 : Meningioma
3) Pitiutary Adenoma
Jika terjadi ekspansi tumor hipofisis, maka tumor dapat mengenai struktur
di atas maupun di sekeliling fosa hipofisis (ekstensi suprasela dan
parasela). Manifestasi neurologis klasik dari lesi ini adalah hemianopia
bitemporal yang disebabkan oleh kompresi kiasma optikum oleh ekstensi
suprasela suatu adenoma. Keadaan patologis lainnya yang dapat
menyebabkan kompresi kiasma, sehingga menyerupai adenoma hipofisis
adalah aneurisma karotis, meningioma suprasela, dan kraniofaringioma
(tumor yang berasal dari sel perkembangan epitel bukan yang secara
embriologis dekat dengan tangkai hipofisis).
Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gangguan endokrin bersamaan
dengan atau tanpa gangguan lapang pandang. sel tumor dapat bersifat
fungsional, yaitu mensekresi hormone hipofisis anterior (akromgeali yang
disebabkan oleh kelebihan hormone, prolaktinoma, penyakit Cushing
akibat tumor yang mensekresi kortikortropin). selain itu, dapat terjadi
hipopituitarisme akibat supresi sel normal kelenjar oleh tumor. Terkadang
adenoma hipofisis dapat mengalami infark akut. pasien menunjukkan
gejala nyeri kepala akut dan muntah-muntah (menyerupai perdarahan
18
subarachnoid) dan hipopituitarisme akut (aplopeksi hipofisis).
Pembengkakan jaringan tumor nekrotik menyebabkan hemianopia
bitemporal yang berkemebang cepat dengan oftalmoplegia bilateral akibat
ekstensi paraselar ke sinus kavernosus.
2. Malignan (Ganas)
Tumor ganas sering disebut juga kanker, tumbuh dengan cepat dan
cenderung berinvasi ke jaringan sekitarnya sehingga batasnya tidak tegas dan
jarang berkapsul. Pada umumnya, tumor ganas diberi nama sesuai dengan
asal jaringan saat embrio. Tumor ganas yang berasal dari ectoderm dan
19
endoderm disebut karsinoma, dan yang berasal dari mesoderm disebut
sebagai sarcoma. Jika jaringan tumor ganas sangat menyerupai jaringan
embrio, tumor ini disebut sebagai blastoma, sepertipada neuroblastoma. Jika
tumor tersebut berasal dari dua lapis jaringan embrio, disebut
karsinosarkoma. Jika berasal dari tiga lapis jaringan embrio disebut sebagai
teratoma.
1) Astrocytoma (Grade 2,3,4)
2) Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat
muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan
merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
3) Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi
tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Dua faktor utama
yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan
hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda
usia pasien maka makin buruk progmosisnya.
4) Metastase Tumor Otak
Tumor dengan lokasi utama di luar otak. Kanker paru, payudara, dan
ginjal, serta melanoma ganas adalah sumber utama kanker otak metastasis.
Tumor metastasis pada otak umumnya multiple yang membuatnya lebih
sulit ditangani. Lokasi tumor dapat terletak di dalam otak itu sendiri atau
di meningen yang melapisi otak itu sendiri atau di meningen yang melapisi
otak.
20
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-
Weberyang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat
terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak
massa otak akhirnya terjadi tumor otak.
21
2.2.4 Patofisiologi Tumor Otak
Tumor intracranial atau tumor otak menyebabkan gangguan neurologis
progresif. Gangguan neurologis pada tumor intrakranial biasanya disebabkan
oleh dua faktor, yaitu gangguan fokal yang disebabkan oleh tumor dan
kenaikan tekanan intracranial.
1) Gangguan fokal
Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau
infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer. Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal, seperti bicara terganggu,berdesis, dan
afasia.
2) Peningkatan tekanan intracranial
Dapat diakibatkan oleh beberapa factor, yaitu bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena
tumor akan mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruang
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak
sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga
disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema
yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak sehingga menimbulkan
kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan
subaraknoid menimbulkan hidrosefalus. Peningkatan tekanan intrakranial akan
membahayakan jika perkembanganya cepat. Mekanisme kompensasi bekerja
menurunkan volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal,
22
kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan
tekanan intracranial yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau
serebellum. Herniasi ulkus timbul bila girus medialis lobus temporalis
tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan menensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan saraf
kranial III. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla
oblongata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain
yang terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah brakikardi
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan (Muttaqin, 2008 dan Ariani, 2012).
23
2.2.5 Web Of Caution Tumor Otak
24
2.2.6 Manifestasi Klinis Tumor Otak
Manifestasi klinis menurut Wong (2009) dan Ariani (2012) adalah:
1) Nyeri kepala.
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal
tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus.
Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut,
umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta
pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri
kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.
2) Mual dan muntah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial.
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering
dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak
disertai dengan mual.
3) Perubahan neuromuscular meliputi: gerakan yang janggal atau tidak
terkoordinasi, hilangnya keseimbangan.
4) Gangguan vokal (bicara terganggu, berdesis, afasia).
5) Perubahan perilaku meliputi: penurunan selera makan, gagal tumbuh, keletihan
(sering tidur siang), koma, perilaku ganjil (pandangan kosong, gerakan otomatis)
6) Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan
lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan
kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor
otak bila:
• Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
• Mengalami post iktal paralisis
• Mengalami status epilepsi
• Resisten terhadap obat-obat epilepsi
• Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
• Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen dengan
astrositoma, 40% pada pasen meningioma dan 25% pada glioblastoma.
25
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak
26
Yaitu zat kontras disuntikan ke arteri karotis dan arteri vertebral bertujuan untuk
mendeteksi Aneurisma serebrovaskular, trombosis cerebral, hematoma, tumor dari
peningkatan vaskularisasi, plak serebral atau spasme dan untuk mengevaluasi aliran
darah serebral.
6) EEG (elektroensefalogram)
Salah satu tes yang dilakukan untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari otak
untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak. Tindakan ini menggunakan sensor
khusus yaitu elektroda yang dipasang di kepala dan dihubungkan melalui kabel
menuju komputer. EEG akan merekam aktivitas elektrik dari otak, yang
direpresentasikan dalam bentuk garis gelombang. Hasil dari EEG tumor otak diawali
dari positioning tumor yang terdapat pada otak, pada letak tumor tersebut akan
terlihat amplitude pada bagian kanker menurun, frekuensi melambat. Namun
diagnosa pada garis tengah otak, belahan otak bagian dalam, meningioma serta
bagian infratentorialnya tidak terlalu mendukung diagnosa.
27
pada tulang tengkorak. Kemudian jarum biopsi akan dimasukkan ke arah tumor
sesuai koordinat. Sampel jaringan kemudian dikirim ke ahli patologi anatomi. Pada
keadaan peningkatan tekanan intrakranial akibatn sumbaran cairan otak, dapat
dilakukan pemasangan pi-rau ventrikuloperitoneal (VP shunt).Pada glioma derajat
rendah dilakukan reseksi tumor secara maksimal dengan tujuan utama perbaikan
gejala klinis. Pada pasien dengan total reseksi dan subtotal reseksi tanpa gejala yang
mengganggu, maka cukup dilakukan follow up MRI setiap 3 –6 bulan selama 5 tahun
dan selanjutnya setiap tahun.Bila operasi tetap menimbulkan gejala yang tidak dapat
dikontrol dengan obat simtomatik, maka radioterapi dan kemoterapi merupakan
pilihan selanjutnya. Pada glioma derajat tinggi maka operasi dilanjutkan dengan
radioterapi dan kemoterapi. Pilihan teknik anestesi untuk operasi intrakranial adalah
anestesi umum untuk sebagian besar kasus, atau sedasi dalam dikombinasikan
dengan blok kulit kepala untuk kraniotomi awake (sesuai indikasi).
b. Radiotherapy
Radioterapi memiliki banyak peranan pada berbagai jenis kanker otak.
Radioterapi diberikan pada pasien dengan keadaan inoperabel, sebagai adjuvant
pasca operasi, atau pada kasus rekuren yang sebelumnya telah dilakukan tindakan
operasiPada dasarnya teknik radioterapi yang dipakai adalah 3D conformal
radiotherapy, namun teknik lain dapat juga digunakan untuk pasien tertentu seperti
stereotactic radiosurgery / radiotherapy, dan IMRT.
c. Chemotherapy
Kemoterapi pada kasus kanker otak saat ini sudah banyak digunakan karena
diketahui dapat memperpanjang survival rate dari pasien terutama pada kasus
astrositoma derajat ganas. Glioblastoma merupakan tipe yang bersifat kemoresisten,
namun 2 tahun terakhir ini sedang berkembang penelitian mengenai kegunaan
temozolomid dan nimotuzumab pada glioblastoma. Sebelum menggunakan agen-
agen diatas, harus dilakukan pemeriksaan:
1. EGFR (epidermal growth factor receptor).
2. MGMT (methyl guanine methyl transferase).
Kemoterapi bertujuan untuk menghambat pertumbuhan tumor dan meningkatkan
kualitas hidup (quality of life) pasien semaksimal mungkin. Kemoterapi biasa
digunakan sebagai kombinasi dengan operasi dan/atau radioterapi.
28
2.2.9 Komplikasi Tumor Otak
Komplikasi tumor otak menurut Ariani (2012) :
1) Edema serebral
Edema serebral adalah kondisi di mana terjadi peningkatan jumlah air yang
terkandung di dalam otak. Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi
disekitar lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak.
2) Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau yang disebut dengan
ventrikel. yang mengakibatkan ventrikel-ventrikel di dalamnya membesar dan
menekan organ tersebut. Cairan ini akan terus bertambah sehingga ventrikel di dalam
otak membesar dan menekan struktur dan jaringan otak di sekitarnya. Jika tidak
segera ditangani, tekanan ini dapat merusak jaringan dan melemahkan fungsi otak.
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena adanya
gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa tumor akan
mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu terjadinya hidrosefalus.
3) Herniasi otak
Herniasi otak adalah kondisi medis yang sangat berbahaya di mana jaringan otak
menjadi berpindah dalam beberapa cara karena peningkatan tekanan intrakranial
(tekanan di dalam tengkorak). Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan
herniasi sentra, unkus, dan singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon
sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga
(okulomotor) (Fransisca, 2008).
a. Epilepsi
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam selaput otak
(serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor (Yustinus, 2006).
b. Metastase ketempat lain.
29
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. B
2. Umur : 63 tahun
3. Suku/ Bangsa : Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :Tamat SLTA
6. Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Banyuwangi
8. Sumber Biaya : BPJS
KELUHAN UTAMA
1.Keluhan utama: keluarga mengatakan klien muntah bercampur darah berwarna coklat kehitaman
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien mengalami muntah dan dibawa ke RS Blambangan Banyuwangi, kemudian diirujuk ke RSDS
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Klien mengalami kelemahan separuh tubuh kiri dan petot
sejak 4 bulan yang lalu. Klien terpasang NGT hari ke 11, dan keluarga mengeluh klien mengalami
muntah darah berwarna coklat kehitaman sejak pagi tanggal 7/10/2019. Klien mengeluh sakit kepala
bagian belakang, dengan skala 4, nyeri dirasakan seperti tertekan dan hilang timbul serta klien
meringis nyeri sambil memegangi kepalanya. Kesadaran klien apatis, dengan GCS 4(E) 3(V) 6(M).
7. Lain-lain:
Tidak ada
30
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ya V tidak
- Jenis : …………………........................................................................
- Genogram :
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Pasien
Meninggal
Serumah
2. Sistem Pernafasan
a. RR: 20x/menit
b. Keluhan: tidak ada sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk: tidak ada produktif V tidak produktif
Sekret:…….. Konsistensi :......................
Warna:.......... Bau :..................................
c. Penggunaan otot bantu nafas: tidak ada
d. PCH: ya tidak V
e. Irama nafas V teratur tidak teratur
f. Friction rub: tidak ada
g. Pola nafas : normal Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
h. Suara nafas V Vesikuler Bronko vesikuler
Tracheal Bronkhial Masalah Keperawatan :
Ronki Wheezing Tidak ada masalah keperawatan
Crackles
i. Alat bantu napas ya V tidak
31
j. Penggunaan (Water Seal Drainage) WSD: tidak ada
- Jenis : ......................................................................................................................
- Jumlah cairan : ......................................................................................................................
- Undulasi : ......................................................................................................................
- Tekanan : ......................................................................................................................
k. Tracheostomy: ya Vtidak
........................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
l. Lain-lain: tidak ada
4. Sistem Persyarafan
a. GCS : 4(E)3(V)5(M) Masalah Keperawatan :
c. Refleks fisiologis V patella V triceps V biceps
- Resiko perfusi serebral
d. Refleks patologis V babinsky brudzinsky kernig
tidak efektif,
e. Keluhan pusing V ya tidak
P : Tumor serebri - Nyeri akut
Q : Seperti tertekan
R : Kepala belakang
S :4
T : hilang timbul
32
f. Pemeriksaan saraf kranial:
N1 : V normal tidak Ket.: Tidak terdapat gangguan penciuman
N2 : normal tidak Ket.: Tidak terkaji
N3 : V normal tidak Ket.: Kontraksi pupil isokor +3
N4 : V normal tidak Ket.: Klien dapat melirik ke arah bawah
N5 : normal tidak Ket.: Tidak terkaji, klien puasa
N6 : V normal tidak Ket.: Klien dapat melirik ke arah atas
N7 : V normal tidak Ket.: Otot wajah normal
N8 : V normal tidak Ket.: Klien tidak ada gangguan pendengaran
N9 : V normal tidak Ket.: Klien tidak ada gangguan pada tenggorokan
N10 : V normal tidak Ket.: Klien dapat mengeluarkan suara namun serak
N11 : normal tidak Ket.: Tidak terkaji
N12 : V normal tidak Ket.: Klien dapat menggerakan lidah
5. Sistem perkemihan
Masalah Keperawatan :
a. Kebersihan genetalia: V Bersih Kotor
b. Sekret: Ada V Tidak Tidak ada masalah
c. Ulkus: Ada V Tidak keperawatan
d. Kebersihan meatus uretra: V Bersih Kotor
e. Keluhan kencing: Ada V Tidak
Bila ada, jelaskan:
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
f. Kemampuan berkemih:
V Spontan Alat bantu, sebutkan: .......................................................................
Jenis :
Ukuran :
Hari ke :
g. Produksi urine : tidak terkaji karena klien menggunakan pampers
Warna : kuning
Bau :-
h. Kandung kemih : Membesar ya V tidak
i. Nyeri tekan ya V tidak
j. Intake cairan oral : - parenteral : 500 cc/hari
k. Balance cairan:
Tidak terkaji (output tidak terkaji)
o. Lain-lain:
Klien menggunakan pampers sehingga output tidak dapat terkaji
33
6. Sistem pencernaan
a. TB :165 cm BB :60kg Masalah Keperawatan :
b. IMT : 22 Interpretasi :normal
- Konstipasi
c. LILA : tidak terkaji
7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
OD OS
Tidak terkaji Visus Tidak terkaji
34
b. Keluhan nyeri: ya V tidak
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
c. Luka operasi: ada V tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
d. Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada
e. Lain-lain: tidak ada
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: Masalah Keperawatan :
OD OS Tidak ada masalah keperawatan
Normal Aurcicula Normal
MAE
Normal Normal
Membran
Tidak terkaji Tymhani Tidak terkaji
35
9. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi: Bebas V terbatas
b. Kekuatan otot: 4 2
4 2
c. Kelainan ekstremitas: V tidak
d. Kelainan tulang belakang: ya V tidak
Frankel: ................................................................................
e. Fraktur: ya V tidak
- Jenis :...................
f. Traksi: ya Vtidak
- Jenis :...................
- Beban :...................
- Lama pemasangan :...................
g. Penggunaan spalk/gips: ya Vtidak Masalah Keperawatan :
h. Keluhan nyeri: ya Vtidak Gangguan mobilitas fisik
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
i. Sirkulasi perifer:menurun
j. Kompartemen syndrome ya V tidak
k. Kulit: normal ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Turgor baik V kurang jelek
m. Luka operasi: ada V tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
Drain : ada V tidak
- Jumlah :...................
- Warna :...................
- Kondisi area sekitar insersi :...................
n. ROM (Range of Motion) : pasif/dibantu
o. POD (Prevention of Dissability) :-
p. Cardinal Sign : tidak ada
q. Lain-lain:
Klien mengalami kelemahan otot ekstremitas bagian tubuh kiri sejak 4 bulan yang lalu. Klien bedrest total
36
b. Warna: sawo matang
c. Pitting edema: +/- grade: tidak ada
d. Ekskoriasis: ya V tidak
e. Psoriasis: ya V tidak Masalah Keperawatan :
f. Pruritus: ya V tidak Tidak ada masalah keperawatan
g. Urtikaria: ya V tidak
h. Lain-lain:
Tidak ada
37
e. Lain-lain:
Klien tampak gelisah dengan menarik-narik selang infus di tangan kiri dan tangan kiri terlihat di restrain
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN Masalah Keperawatan :
a. Kebersihan diri: Tidak ada masalah
Klien mandi dengan diseka 2x sehari, dibantu oleh keluarga. Klien ganti baju setiap hari
keperawatan
b. Kkemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan:
- Mandi : Vdibantu
ba seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Ganti pakaian:
V dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Keramas: V
badibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Sikat gigi: V dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Memotong kuku:
V di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Berhias: V
ba dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Makan: Vbadibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah Masalah Keperawatan :
- Sebelum sakit V sering kadang- kadang tidak pernah Tidak ada masalah
- Selama sakit sering V kadang- kadang tidak pernah keperawatan
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:
Tidak ada
38
• TERAPI (7/10/2019)
1. Nacl 0,9% 500 cc/24 Jam
2. Metamizole 5gr/ 8 jam (IV)
3. Omeprazole 40mg/ 6 jam (IV)
4. Sukralfat 5gr/8 jam (NGT)
Surabaya,7-10-2019
ʧ
(Mahasiswa Kelompok 14)
39
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ANALISIS DATA
Nyeri akut
40
7-10-2019 DS : Tumor serebri Konstipasi
- Keluarga klien mengatakan klien belum
BAB sejak 6 hari yang lalu
DO Menyebabkan kerusakan
- Klien bed rest total (lemah) neuromuskuler
- Terdapat distensi abdomen
- Klien mengalami hematemesis dan
dianjurkan puasa Kelemahan otot progreif
- Peristaltik usus 3x/menit
- Klien terpasang NGT hari ke 11
Kerja otot abdomen
menurun
Gangguan koordinasi
reflek defekasi
Penumpukan feses
konstipasi
7-10-2019 DS: Tumor serebri Gangguan mobilitas fisik
Keluarga klien mengatakan bahwa klien
mengalami kelemahan otot ekstremitas sebelah
kiri sejak 4 bulan yang lalu Infark jaringan serebri
DO:
4 2
- Kekuatan otot Menyebabkan kerusakan
4 2
neuromuskuler
- Klien bedrest
- ROM pasif
Kelemahan otot progresif
Hemiplegi
Mobilitas terganggu
41
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
AIRLANGGA
TANGGAL: 07/10/2019
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan tumor otak (D0017)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan mengeluh
nyeri (D0077)
3. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen ditandai dengan defekasi
kurang dari 2 kali seminggu (D0049)
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler ditandai dengan
kekuatan otot menurun (D0054)
42
RENCANA INTERVENSI
43
Senin, 11.00 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai Manajemen Nyeri (I.08238)
07/10/2019 dengan mengeluh nyeri Observasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1 x 24 jam tingkat nyer 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
menurun, dengan kriteria hasil intensitas nyeri
Tingkat Nyeri (L.08066) : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri skala 0 3. Identfikasi respon nonverbal
2. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3. Frekuensi nadi 60-100x/menit Teraupetik
4. Tekanan darah normal (140/80 mmHg) 1. Berikan teknik nonfarmakologis
2. Fasilitasi istirahat tidur
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis
2. Ajarkan memnitor nyeri secara mandiri
3. Kolaborasi pemberian analgetik
44
Senin, 11.00 Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot ditandai dengan Manajemen konstipasi (I.04155)
07/10/2019 defekasi kurang dari 2 kali seminggu Observasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam eliminasi fekal 1. Periksa tanda dan gejala abdomen
membaik, dengan Kriteria hasil 2. Periksa pergerakan usus dan karakteristik feses
Eliminasi Fekal (L.04033): 3. Identifikasi factor resiko konstipasi
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat 4. Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan atau peritonitis
2. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun Teraupetik
3. Distensi abdomen menurun 1. Anjurkan diet tinggi serat
4. Konsistensi feses lunak 2. Lakukan masase abdomen
5. Frekuensi defekasi minimal 2x seminggu 3. Lakukan evaluasi feses secara manual
6. Peristaltik usus membaik (5-35x/menit) 4. Berikan enema atau irigasi
Edukasi
1. Jelaskan etiologi masalah dan alas an tindakan
2. Anjurkan peningkatan asupan cairan
Kolaborasi
1. Konsulkan dengan tim medis tentang penurunan frekuensi
defekasi
2. Kolaborasi penggunaan obat pencahar, bila perlu.
45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Senin, 0710/2019 D0017
Pagi
11.30 1. Mengidentifikasi penyebab TIK, hasil
tumor serebri
ʧ 12.30 S:
- Klien mengatakan merasa lemah
ʧ
11.35 2. Monitor tanda dan gejala TIK, hasil P: Tumor serebri
kesadaran somnolen, GCS Q: Seperti tertekan
4(E)3(V)5(m), TD: 140/70 mmHg , N: R: Kepala belakang
91x/menit. Klien muntah bercampur S: 4
darah/hematemesis T: Hilang timbul
11.45 3. Monitor MAP, hasil 93,3 mmHg - Keluarga klien mengatakan bahwa
11.50 4. Monitor status pernafasan, hasil RR klien belum BAB sejak 6 hari
20x/menit, suara nafas vesikuler tidak O:
ada penggunaan otot bantu nafas. - Kesadaran apatis
11.55 5. Memberikan posisi awal semi fowler 30⁰ - Klien masih gelisah
D 0077 12.00 - GCS 435
6. Mengidentifikasi nyeri:
- TD: 140/70 mmHg, N; 91x /menit,
P: Tumor serebri
RR: 20x/menit, MAP: 93,3 mmHg,
Q: Seperti tertekan
Suhu: 38,6 ⁰ C
R: Kepala belakang
S: 4 - Terdapat wajah meringis nyeri
T: Hilang timbul - Klien mengalami hematemisis
- Ada distensi abdomen
12.05 7. Mengajarkan teknik nonfarmakologis
- Peristaltik usus 3x/menit
relaksasi nafas dalam
- Klien tirah baring, semi fowler 30⁰
D 0049 12.15 8. Memeriksa tanda dan gejala konstipasi
hasil klien belum BAB sejak 6 hari ini,
A:
abdomen distensi
Masalah keperawatan resiko perfusi
12.17 9. Mengidentifikasi faktor resiko serebral tidak efektif, nyeri akut, konstipasi
konstipasi, hasil klien sedang bedrest / belum teratasi
tirah baring sejak MRS
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
resiko perfusi serebral tidak efektif, nyeri
akut, dan konstipasi
46
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Selasa, 08/10/2019 D0017
Pagi
09.00 1. Memonitor tanda vital
TD: 140/80 mmHg, N: 93x/menit, RR:
Unz 10.00 S : keluarga mengatakan klien mengeluh
nyeri
Unz
20x/menit, SpO2 96%, S: 37,8⁰ c P: Tumor serebri
09.05 2. Memonitor MAP, hasil 100 mmHg Q: Seperti tertekan
09.10 3. Memonitor status pernafasan suara nafas R: Kepala belakang
vesikuler tidak ada penggunaan otot S: 4
bantu nafas T: Hilang timbul
09.15 4. Memonitor intake cairan, parenteral - Keluarga mengatakan bahwa klien
500cc/24jam NaCl belum bisa BAB sejak 6 hari
09.16 5. Memberikan posisi semi fowler 30⁰ O:
09.20 - Kesadaran apatis
D0077
6. Mengidentifikasi nyeri
- Klien masih gelisah
P: Tumor serebri
- TD 140/80 mmHg, MAP:
Q: Seperti tertekan
100mmHg, Suhu : 38 ⁰ C
R: Kepala belakang
- GCS 435
S: 4
- N 98 x/menit
T: Hilang timbul
09.25 - S: 38⁰ c
7. Menganjurkan untuk menggunakan
- RR 20x/menit
teknik nonfarmakologis relaksasi nafas
- SpO2 96%
09.30 dalam
- Terdapat wajah meringis nyeri
D0049 8. Memeriksa tanda dan gejala konstipasi - Klien mengalami hematemesis
hasil klien belum BAB sejak 6 hari ini, - Terdapat distensi abdomen
09.40 abdomen distensi - Peristaltik usus 3x/menit
9. Berkolaborasi dengan tim medis lain
tentang penurunan frekuensi defekasi
A:
Masalah keperawatan resiko perfusi
serebral tidak efektif, nyeri akut
konstipasi belum teratasi
47
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Selasa, 08/10/2019 D0017
sore
16.00 1. Memonitor tanda vital
TD: 130/80 mmHg, N: 93x/menit, RR:
Psd 19.00 S : Mengeluh nyeri
P: Tumor serebri
Psd
20x/menit, SpO2 96%, S: 38⁰ c Q: Seperti tertekan
16.05 2. Memonitor intake cairan, parenteral R: Kepala belakang
500cc/24jam NaCl S: 3
16.15 3. Memberikan posisi semi fowler 30⁰ T: Hilang timbul
16.17 4. Mempertahankan suhu tubuh normal - Keluarga klien mengatakan bahwa
dengan mengompres pada bagian ketiak klien belum BAB sejak 6 hari
O:
5. Mengidentifikasi nyeri
16.20 - TD 130/80 mmHg,
P: Tumor serebri
- N 90 x/menit
Q: Seperti tertekan
- RR 20x/menit
R: Kepala belakang
- SpO2 96%
S: 4
- Kesadaran apatis
T: Hilang timbul
D0077 - S: 37,9 ⁰ C
16.23
6. Menganjurkan untuk menggunakan
- Terdapat wajah meringis nyeri
teknik nonfarmakologis relaksasi nafas
- Klien masih mengalami
dalam
hematemesis warna coklat
7. Injeksi Obat Metamizole 5gr/ 8 jam (IV) kehitaman
18.30 dan Omeprazole 40mg/ 6 jam (IV)
- Terdapat distensi abdomen
D0049 18.35 8. Berkolaborasi dengan tim medis lain - Peristaltik usus 3x/menit
tentang penurunan frekuensi defekasi,
melaporkan ke PP bahwa klien belum A:
BAB sejak 7 hari Masalah keperawatan resiko perfusi
serebral tidak efektif, nyeri akut
konstipasi belum teratasi
48
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Selasa, 08/10/2019 D0017
Malam
22.30 1. Memonitor tanda vital
TD: 140/70 mmHg, N: 93x/menit, RR:
ʧ 04.30 S : Mengeluh nyeri
P: Tumor serebri
ʧ
20x/menit, SpO2 96%, S: 37,6⁰ c Q: Seperti tertekan
22.35 2. Memonitor MAP, hasil 93,3 mmHg R: Kepala belakang
22.36 3. Memonitor status pernafasan suara nafas S: 2
vesikuler tidak ada penggunaan otot T: Hilang timbul
bantu nafas - Keluarga klien mengatakan klien
22.40 4. Memonitor intake cairan, parenteral masih belum BAB
500cc/24jam NaCl O:
22.45 - TD 140/70 mmHg, MAP: 93,3
5. Memberikan posisi semi fowler 30⁰
22.50 mmHg
6. Mempertahankan suhu tubuh normal
- N 85 x/menit
dengan mengompres pada bagian ketiak
- RR 20x/menit
7. Mengidentifikasi nyeri - Suhu 38,4 ⁰ C
D0077 04.00 P: Tumor serebri
- SpO2 96%
Q: Seperti tertekan - Terdapat wajah meringis nyeri
R: Kepala belakang - Klien masih mengalami
S: 4
hematemesis warna coklat
T: Hilang timbul kehitaman
8. Menganjurkan untuk menggunakan - Terdapat distensi abdomen
04.05 teknik nonfarmakologis relaksasi nafas - Peristaltik usus 4x/menit
dalam
9. Melakukan evaluasi BAB, hasil keluarga A:
D0049 04.10 mengatakan klien masih belum BAB Masalah keperawatan resiko perfusi
serebral tidak efektif, nyeri akut
konstipasi belum teratasi
49
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Rabu, 09/10/2019 D0017
Pagi
09.00 1. Memonitor tanda vital:
TD: 130/80mmHg, N: 93x /menit. RR:
Asp 1100 S:
- Klien tidak mengeluh nyeri kepala
Asp
20x/menit, S: 37,8⁰ c, SpO2: 97% lagi (skala 0)
2. Memonitor tanda dan gejala TIK, hasil - Keluarga klien mengatakan klien
09.15 kesadaran somnolen , GCS 435 masih belum BAB
3. Memonitor MAP hasil 96,6 mmHg
09.16 4. Memonitor tanda gejala TIK, klien O:
09.17 masih hematemesis cairan 200-250 cc - TD 130/80 mmHg, MAP: 96,6
berwarna coklat mmHg
- N 88x/menit
5. Meminimalkan stimulus dengan
- RR 20x/menit
menyediakan lingkungan yang tenang
D0077 09.20 - SpO2 97%
6. Mengidentifikasi nyeri, hasil klien tidak
- Suhu 38,1 ⁰ C
mengeluh nyeri kepala
09.23 - Kesadaran apatis, GCS: 435
7. Menganjurkan teknik relaksasi nafas
- Klien masih hematemesis, cairan
09.25 dalam bila di rasa nyeri
lambung 200-250cc berwarna
D0049 8. Memberikan obat Metamizole 5gr/ 8 coklat
10.00 jam (IV) dan Omeprazole 40mg/ 6 jam - Tidak ada meringis nyeri
(IV) - Terdapat distensi abdomen
- Peristaltik usus 4x/menit
50
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Rabu, 09/10/2019 D0017
Sore
16.00 1. Memonitor tanda vital:
TD: 130/80mmHg, N: 93x /menit. RR:
Rf 19.00 S:
- Klien tidak mengeluh nyeri kepala
Rf
20x/menit, S: 37,6⁰ c, SpO2: 97% lagi skala 0
16.15 2. Memonitor tanda dan gejala TIK, hasil - Keluarga masih mengeluh klien
kesadaran apatis , GCS 435 belum BAB
16.16 3. Memonitor MAP hasil 96,6 mmHg
16.17 4. Meminimalkan stimulus dengan O:
D0077 16.20 menyediakan lingkungan yang tenang - TD 130/80 mmHg, MAP: 96,6
5. Mengidentifikasi nyeri, hasil klien tidak mmHg
16.23 mengeluh nyeri kepala - N 793x/menit
- RR 20x/menit
6. Menganjurkan teknik relaksasi nafas
16.25 - SpO2 97%
dalam bila di rasa nyeri
- Suhu : 38,7 ⁰ C
7. Kolaborasi obat pencahar, fleet enema
- Kesadaran apatis, GCS: 445
D0049 16.30 133 ml
- Klien masih hematemesis, cairan
18.00 8. Memberikan obat Metamizole 5gr/ 8 lambung 200-250cc
jam (IV) dan Omeprazole 40mg/ 6 jam - Terdapat distensi abdomen
(IV) - Peristaltik usus 5x/menit
- Tidak ada meringis nyeri
51
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Rabu, 09/10/2019 D0017
Malam
09.00 1. Memonitor tanda dan gejala TIK, hasil
klien tidak lagi hematemesis, kesadaran
Dr 14.00 S:
- Klien sudah tidak mengeluh adanya
Dr
compos mentis, GCS 446 nyeri kepala
09.05 2. Melakukan observasi tanda vital, hasil - Keluarga mengeluh klien belum
TD: 140/80mmzhg, N: 90x/menit, RR: BAB setelah diberikan fleet enema
20x/menit, S: 38⁰ c, SpO2 : 96% O:
09.15 3. Memonitor MAP, hasil 100mmHg - TD 140/80 mmHg, MAP:
09.20 4. Memonitor status pernafasan, hasil suara 100mmHg
nafas vesikuler tidak ada PCH - RR: 20x/menit
- N 90 x/menit
5. Mengidentifikasi nyeri hasil klien tidak
D0077 09.25 - SpO2 96%
mengeluhkan nyeri kepala
- Suhu 38,3 ⁰ C
6. Klien sudah tidak puasa
D0049 13.00 - Kesadaran apatis, GCS: 445
13.05 7. Memeriksa pergerakan usus (5x/menit)
- Peristaltik usus 7x/menit
dan karakteristik feses, hasil bising usus
- Klien masih terdapat hematemesis
normal, klien belum BAB walaupun
berwarna hitam kecoklatan
sudah dilakukan flet enema
- Masih terdapat distensi abdomen
13.10 8. Menjelaskan penyebab masalah - Tidak ada meringis nyeri
konstipasi yaitu tirah baring yang cukup
lama pada keluarganya A:
13.20 9. Berkolaborasi dengan tim medis lain - Masalah keperawatan resiko perfusi
tentang penurunan frekuensi defekasi serebral tidak efektif dan konstipasi
belum teratasi.
- Masalah keperawatan nyeri akut
teratasi
52
BAB 4
PEMBAHASAN
53
serebral tidak efektif.
Intervensi yang diberikan yaitu :
1. Monitoring vital sign
Hasil : TD : 140/80, Nadi : 93 x/menit, RR : 20 x/menit, SpO2 96%, Suhu : 37,8°C
2. Memonitoring MAP, hasil 100 mmHg
3. Memonitoring status pernapasan : suara napas vesikuler tidak ada penggunaan
otot bantu napas
4. Monitoring intake cairan, parenteral 500 cc/24 jam NaCl
5. Memposisikan pasien semi fowler 30°
54
sehingga Tn. B diberikan intervensi
1. Monitoring vital sign
Hasil : TD : 140/80, Nadi : 93 x/menit, RR : 20 x/menit, SpO2 96%, Suhu : 37,8°C
2. Menganjurkan untuk menggunakan teknik non farmakologis relaksasi napas
dalam
3. Memberikan injeksi obat santagesik 50 mg/iv, ranitidin 50 mg/iv dan
dexamethason 5 mg/iv
4.2.3 Konstipasi
Pada pasien kasus di Seruni B, Tn B dengan diagnosa medis tumor otak
mengalami konstipasi atau kesulitan dalam BAB. Hal ini dikarenakan adanya
penekanan tumor pada saraf simpatis vagus yang mengakibatkan adanya gangguan
dalam pencernaan khususnya defekasi. Data subjektif didapatkan keluarga klien
mengeluh klien belum BAB selama 6 hari dan ditemukan data objektif terdapat
distensi abdomen, klien muntah darah (hitam), serta suara peristaltik hanya
5x/menit.
Pengertian diagnosa konstipasi dalam SDKI 2016 adalah penurunan defekasi
normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta feses kering dan
banyak. Gejala dan tanda mayor yang didapatkan pada kasus ini adalalah defekasi
kurang dari 2 kali dalam seminggu serta peristaltik menurun, dan untuk tanda minor
yaitu terdapat distensi pada abdomen.
Intervensi yang diberikan yaitu :
1. Mengolaborasikan pemberian obat pencahar fleet enema 133 ml
2. Mengevaluasi dan monitor pergerakan dan karakteristik feses, bising usus
(kurang)
3. Menjelaskan mengenai konstipasi serta penyebab konstipasi yaitu adanya tirah
baring dengan jangka waktu lama serta tumor otak.
55
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Masalah keperawatan utama yang muncul
adalah risiko perfusi serebral tidak efektif, nyeri akut, konstipasi dan gangguan
mobilitas fisik. Intervensi keperawatan yang dilakukan kepada klien adalah monitor
tanda vital, monitor MAP, memberikan posisi semi fowler, mempertahankan suhu tubuh
normal dan monitor TIK.
5.2. Saran
Diharapkan perawat mampu untuk melakukan identifikasi mengenai penyakit tumor
otak dan melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai. Selain memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai perawat juga dapat memperikan informasi dan edukasi
terhadap klien yang terkena penyakit tersebut maupun keluarga klien
56
DAFTAR PUSTAKA
57