Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

B
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA RISIKO PERFUSI SEREBRAL
TIDAK EFEKTIF DAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR OTAK
DI RUANG SERUNI B RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Oleh:
Kelompok 14/Angkatan 2015
Rifki Fauzi Maulida, S.Kep. 131913143104
Dyah Puddya Haningtyas, S.Kep. 131913143002
Unza Noor Ramadhanti, S.Kep. 131913143016
Dyah Rohmatussolichah, S.Kep. 131913143035
Prisdamayanti Ayuningsih, S.Kep. 131913143053
Asti Pratiwi., S.Kep. 131913143055

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. B


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA RISIKO PERFUSI SEREBRAL
TIDAK EFEKTIF DAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR OTAK
DI RUANG SERUNI B RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Oleh:
Kelompok 14/Angkatan 2015
Rifki Fauzi Maulida, S.Kep. 131913143104
Dyah Puddya Haningtyas, S.Kep. 131913143002
Unza Noor Ramadhanti, S.Kep. 131913143016
Dyah Rohmatussolichah, S.Kep. 131913143035
Prisdamayanti Ayuningsih, S.Kep. 131913143053
Asti Pratiwi., S.Kep. 131913143055

LAPORAN SEMINAR KASUS INI TELAH DISETUJUI

21 Oktober 2019

Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dr. Andri Setiya Wahyudi, S.Kep.Ns,M.Kep Agus Abadi, S.Kep.,Ns


NIP. 198206192015041001 NIP. 197408081996031002

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER….................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN …......................................................................... ii
DAFTAR ISI…................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN…................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang…............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum…....................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus…...................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 4


2.1 Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf Pusat......................................... 4
2.1. Konsep Teori Tumor Otak.............................................................................12
2.1.1. Definisi Tumor Otak............................................................................12
2.1.2. Klasifikasi Tumor Otak........................................................................13
2.1.3. Etiologi Tumor Otak............................................................................20
2.1.4. Patofisiologi Tumor Otak.....................................................................22
2.1.5.Web Of Caution.....................................................................................23
2.1.6. Manifestasi Klinis Tumor Otak............................................................25
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak…...............................................26
2.1.8. Penatalaksanaan Tumor Otak...............................................................27
2.1.9. Komplikasi Tumor Otak…...................................................................29

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS…...............................................30

BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................53

BAB 5 PENUTUP.................................................................................................56
5.1. Kesimpulan......................................................................................................56
5.2. Saran................................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................57

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik jinak
(benigna) maupun ganas (maligna). Tumor ganas di susunan saraf pusat
adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intrakranial atau
dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat
proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel
epitel pembulug darah, dan selaput otak (Padmosantjojo, 2002). Diagnosa
tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Pemeriksaan
tersebut terkadang masih sulit untuk menegakkan diagnosa tumor otak.
Tumor otak merupakan penyebab kematian kedua pada kasus kanker yang
terjadi pada anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun. Tumor otak juga
merupakan penyebab kematian yang kedua dari semua kasus kanker yang
terjadi pada pria berusia 20-39 tahun. Selain itu tumor otak merupakan
penyebab kematian nomor lima dari seluruh pasien kanker pada wanita yang
berusia 20-39 tahun (American Brain Tumor Association (ABTA), 2012).
Jumlah penderita kanker otak masih tergolong rendah, yakni hanya enam per
100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit
tersebut masih menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Hal
ini dikarenakan meskipun tumor yang menyerang adalah jenis tumor jinak,
apabila menyerang otak maka tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya
lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain. Tumor susunan
saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan
frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di
Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden
tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia
30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun.
Tumor otak terjadi akibat proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal
secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan
terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya,
mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan

1
peningkatan tekanan intrakranial). Hal ini ditandai dengan nyeri kepala,
nausea, muntah dan papil edema. Penyebab dari tumor belum diketahui,
namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agen bertanggung
jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agen tersebut meliputi faktor
herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang
mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma
cerebral dan penyakit peradangan (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams
dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).

Penatalaksanaan yang tepat untuk tumor otak yaitu perlu diperhatikan


terlebih dahulu usia, general health, ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis
tumor. Metode yang dapat digunakan antara lain; pembedahan, radioterapi,
dan kemoterapi. Seorang Perawat berperan untuk membuat asuhan
keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor otak serta
mengimplementasikannya secara langsung mulai dari pengkajian, diagnosa,
hingga intervensi yang harus diberikan atau setidaknya medis diharapkan bisa
memberikan informasi kepada mayarakat tentang bagaimana cara pencegahan
dan cara hidup sehat sebagai upaya pencegahan dari tumor otak.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, web of caution ,
pemeriksaan diagnostik dan komplikasi dari tumor otak?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisa dan menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan
tumor otak dengan masalah keperawatan risiko perfusi serebral tidak efektif di
ruang Seruni B RSUD Dr. Soetomo Surabaya
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi tumor otak
2. Menjelaskan klasifikasi tumor otak
3. Menjelaskan manifestasi klinis tumor otak
4. Menjelaskan etiologi tumor otak

2
5. Menjelaskan patofisiologi tumor otak
6. Menggambarkan Web of Caution tumor otak
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang tumor otak
8. Menjelaskan penatalaksanaan tumor otak
9. Menjelaskan komplikasi tumor otak
10. Menjelaskan pencegahan tumor otak
11. Menjelaskan asuhan keperawatan kasus pada pasien dengan tumor otak di
ruang Seruni B RSUD Dr. Soetomo Surabaya

1.4 Manfaat Penulisan


1. Makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara mendalam
tentang asuhan keperawatan pada pasien tumor otak.
2. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan informasi bagi
para pembaca khususnya tentang asuhan keperawatan pada penyakit tumor
otak.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anatomi dan Fisiologi Otak


Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh
mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan dura mater
disingkirkan, di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater
kranialis terlihat gyrus, sulkus, dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fisura
korteks serebri membagi hemisfer serebri menjadi daerah lebih kecil yang
disebut lobus (Moore & Argur, 2007).

Gambar bagian-bagian otak

Tabel bagian-bagian otak


NO Bagian Otak Fungsi
1. Cerebrum
a. Lobus frontal a. Lobus frontal berperan sebagai pusat fungsi
b. Lobus oksipital intelektual yang lebih tinggi, seperti
c. Lobus temporal kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara
d. Lobus parietal (area broca di hemisfer kiri), pusat penghidu,
dan emosi.

4
b. Lobus oksipital berfungsi untuk pusat
penglihatan dan area asosiasi
penglihatan:menginterpretasi dan memproses
rangsang penglihatan dari nervus optikus dan
mengasosiasikan rangsang ini dengan
informasi saraf lain & memori
c. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat
verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm
pembentukan dan perkembangan emosi.
d. Lobus parietalis berfungsi dalam sensasi umum
dan perasaan.
2. Cerebellum Serebelum adalah pusat tubuh dalam mengontrol
kualitas gerakan. Serebelum juga mengontrol
banyak fungsi otomatis otak, diantaranya : mengatur
sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan,
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Selain itu,
serebelum berfungsi menyimpan dan melaksanakan
serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari.
3. Brainstem
a. Otak tengah a. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol
b. Medulla oblongata respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran
c. Pons pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran
b. titik awal dimulainya saraf yang akan menuju
ke tulang belakang sehingga seterusnya akan
dilanjutkan ke seluruh tubuh. Medulla
oblongata berhubungan dengan pengontrolan
fungsi otomatis organ-organ pada manusia.
c. bagian batang otak yang terletak di bawah
medulla oblongata dan mengatur serta
meneruskan segala informasi ke bagian otak
yang lain.

5
Gambar bagian-bagian saraf cranial
Tabel Saraf Cranial
Saraf ke - Nama Jenis Fungsi
I Olfaktori Sensori Menerima rangsang dari hidung dan
menghantarkannya ke otak untuk di proses
sebagai sensasi bau
II Optik Sensori Menerima rangsang dari mata dan
menghantarkannya ke otak untuk diproses
sebagai persepsi visual
III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besar otot mata
IV Toklear Motorik Menggerakkan otot mata
V Trigeminal Gabungan Sensori : Menerima rangsangan dari wajah untuk
diproses di otak sebagai sentuhan
Motorik : Menggerakkan rahang
VI Abdusen Motorik Abduksi mata
VII Fasial Gabungan Sensori : Menerima rangsang dari bagian anterior
lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik : Mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah
VIII Vestibuloko Sensori Sensori sistem vestibular : mengendalikan
klear keseimbangan

6
Sensori koklea : Menerima rangsang untuk
diproses di otak sebagai suara
IX Glosofaring Gabungan Sensori : Menerima rangsang dari bagian
eal posterior lidah untuk di proses di otak sebagai
sensasi rasa
Motorik : Mengendalikan organ-organ dalam
X Vagus Gabungan Sensori : Menerima rangsang dari organ dalam
Motorik : Mengendalikan organ-organ dalam
XI Aksesori Motorik Mengendalikan pergerakan kepala
XII Hipoglosal Motorik Mengendalikan pergerakan lidah

7
Gambar bagian-bagian saraf spinal

Tabel bagian-bagian saraf spinal


No. Nama Medulla Spinalis Fungsi
1. Nervus hipoglossus (C1) Nervus yang mempersarafi lidah dan
sekitarnya.
2. Nervus occipitalis minor Nervus yang mempersarafi bagian
(C2) otak belakang dalam trungkusnya.

3. Nervus thoracicus (C3) Nervus yang mempersarafi otot

8
serratus anterior.
4. Nervus radialis (C4) Nervus yang mempersyarafi otot
lengan bawah bagian
posterior,mempersarafi otot triceps
brachii, otot anconeus, otot
brachioradialis dan otot ekstensor
lengan bawah dan mempersarafi kulit
bagian posterior lengan atas dan
lengan bawah. Merupakan saraf
terbesar dari plexus.
5. Nervus thoracicus longus Nervus yang mempersarafi otot
(C5) subclavius, Nervus thoracicus longus.
berasal dari ramus C5, C6, dan C7,
mempersarafi otot serratus anterior.
6. Nervus thoracodorsalis Nervus yang mempersarafi otot
(C6) deltoideus dan otot trapezius, otot
latissimus dorsi.
7. Nervus axillaris (C7) Nervus ini bersandar pada collum
chirurgicum humeri.
8. Nervus subciavius (C8) Nervus subclavius berasal dari ramus
C5 dan C6, mempersarafi otot
subclavius.
9. Nervus supcapulari (T1) Nervus ini bersal dari ramus C5,
mempersarafi otot rhomboideus major
dan minor serta otot levator scapulae.
10. Nervus supracaplaris Berasal dari trunkus superior,
(T2) mempersarafi otot supraspinatus dan
infraspinatus.
11. Nervusphrenicus (T3) Nervus phrenicus mempersyarafi
diafragma.

12. Nervus intercostalis (T4)

9
13. Nervus Mempersyarafi kelenjar getah bening.
intercostobrachialis (T5)
14. Nervus cutaneus brachii Nervus ini mempersarafi kulit sisi
medialis (T6) medial lengan atas.
15. Nervus cutaneus Mempersarafi kulit sisi medial lengan
antebrachii medialis (T6) bawah.
16. Nervus ulnaris (T7) Mempersarafi satu setengah otot
fleksor lengan bawah dan otot-otot
kecil tangan, dan kulit tangan di
sebelah medial.
17. Nervus medianus (T8) Memberikan cabang C5, C6, C7 untuk
nervus medianus.
18. Nervus musculocutaneus Berasal dari C5 dan C6, mempersarafi
(T9) otot coracobrachialis, otot brachialis,
dan otot biceps brachii. Selanjutnya
cabang ini akan menjadi nervus
cutaneus lateralis dari lengan atas.
19. Nervus dorsalis scapulae Nervus dorsalis scapulae bersal dari
(T10) ramus C5, mempersarafi otot
rhomboideus.
20. Nervus transverses colli
(T11)
21. Nervus nuricularis (T12) Nervus auricularis posterior berjalan
berdekatan menuju foramen,
Letakanatomisnya: sebelah atas
dengan lamina terminalis.
22. Nervus Subcostalis (L1) Mempersarafi sistem kerja ginjal dan
letaknya.

23. Nervus Nervus iliohypogastricus berpusat


Iliochypogastricus (L2) pada medulla spinalis.
24. Nervus Iliongnalis (L3) Nervus yang mempersyarafi system

10
genetal, atau kelamin manusia.
25. Nervus Genitofemularis Nervus genitofemoralis berpusat pada
(L4) medulla spinalis L1-2, berjalan ke
caudal, menembus m. Psoas major
setinggi vertebra lumbalis ¾.
26. Nervus Cutaneus Mempersyarafi tungkai atas, bagian
Femoris Lateralis (L5) lateral tungkai bawah, serta bagian
lateral kaki.
27. Nervus Femoralis (S1) Nervus yang mempersyarafi daerah
paha dan otot paha.
28. Nervus Gluteus Superior Nervus gluteus superior (L4, 5, dan
(S2) paha, walaupun sering dijumpai
percabangan dengan letak yang lebih
tinggi.
29. Nervus Ischiadicus (S3) Nervus yang mempersyarafi pangkal
paha
30. NervusCutaneus Femoris Nervus yang mempersyarafi bagian
Inferior (S4) (s2 dan s3) pada bagian lengan bawah.
31. Nervus Pudendus (S5) Letak nervus pudendus berdekatan
dengan ujung spina ischiadica. Nervus
pudendus, Nervus pudendus menyarafi
otot levator ani, dan otot perineum (ke
kiri / kanan ), sedangkan letak
kepalanya dibuat sedikit lebih rendah.

2.2 Konsep Teori Tumor Otak


2.2.1 Definisi Tumor Otak
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma
pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun

11
matastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut
tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti;
kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak
sekunder (Ginsberg, 2011).

Gambar 3 : Tumor Otak

Gambar 4 : Tumor Otak

Tumor otak intrakranial dapat diklasifikasikan menjadi tumor otak


benigna dan maligna. Tumor otak benigna umumnya ektra-aksial, yaitu
tumbuh dari meningen, saraf kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan
kompresi ekstrinsik pada substansi otak. Meskipun dinyatakan benigna secara
histologis, tumor ini dapat mengancam nyawa karena efek yang ditimbulkan.

12
Tumor maligna sendiri umumnya terjadi intra-aksial yaitu berasal dari
parenkim otak. Tumor maligna dibagi menjadi tumor maligna primer yang
umumnya berasal dari sel glia dan tumor otak maligna sekunder yang
merupakan metastasis dari tumor maligna di bagian tubuh lain (Ginsberg,
2011).
Neoplasma intracranial dapat timbul dari berbagai struktur atau tipe sel di
dalam kubah cranial, meliputi cerebrum, selaput otak, kelenjar pituitary,
tengkorak dan bahkan residual jaringan embrionik. Brain tumor memiliki
rentang usia yang dapat diibaratkan seperti sebuah piramida dengan
puncaknya yang kecil pada populasi anak dan jumlahnya meningkat dimulai
pada rentang usia 20 tahun dan mencapai jumlah maximum 20 kasus per
100000 populasi antara usia 75 hingga 84 tahun. Pengobatan yang dapat
dilakukan untuk penderita dapat berupa Supportive Therapy maupun
Definitive Theraphy.

2.2.2 Klasifikasi Tumor Otak


1. Klasifikasi stadium (Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat
dilakukan berdasarkan grading) :
a. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas
pasca reseksi cukup baik.
b. WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah,
namun sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat
progresif ke arah derajat keganasan yang lebih tinggi.
c. WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan
infiltrasi tinggi, dan terdapat anaplasia.
d. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya
berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post
operasi

13
14
15
2. Berdasarkan Lokasi
Tumor otak memiliki berbagai macam tipe yang menyerang anak-anak
maupun orang dewasa.
Tabel berikut menunjukan tipe-tipe tumor otak berdasarkan lokasinya
:

3. Berdasarkan Jenis Tumor


1. Jinak
Pertumbuhan tumor jinak lambat dan biasanya berkapsul sehingga
mudah dibedakan dengan jarinngan sekitarnya karena berbatas tegas.
Pembesaran tumor akan menekan jaringan di dekatnya dan dapat
menyebabkan obstruksi atau atrofi.
1) Acoustic Neuroma
Tumor jinak dan sebaiknya disebut sebagai schwannoma, tumbuh dari sel
selubung saraf pada kompleks nervus VIII pada region meatus
auditorius internus. Manifestasi awal yang khas adalah gangguan

16
pendengaran sensorineural unilateral, yang disebabkan oleh kerusakan
nervus delapan dalam meatus (lesi intrakanalikular). Ekspansi tumor
lebih lanjut ke sudut serebelopontin melibatkan nervus kranialis yang
berdekatan (nervus V dan VII). Pertumbuhan tumor lebih lanjut
menyebabkan ataksia ipsilateral akibat kompresi batang otak-
serebelum dan palsi nervus kranialis bagian bawah (bulbar). Akhirnya,
terjadi gambaran peningkatan tekanan intracranial, terutama jika
terjadi hidrosefalus akibat ostruksi pada tingkat ventrikel keempat.
tumor lain yang dapat mengenai sudut serebelopontin termasuk
meningioma dan metastasis.

Gambar 5 : Acoustic Neuroma

2) Meningioma
Meningioma biasanya melekat pada bagian dalam permukaan dura mater.
Kebanyakan meningioma jinak dan sesuai dengan WHO kelas I. Tertentu
subtipe histologis atau meningioma dengan kombinasi spesifik dari
morfologi parameter yang terkait dengan kurang hasil klinis yang
menguntungkan dan sesuai WHO nilai II (atipikal) dan III (anaplastik atau
ganas) (Louis et al., 2007). Tumor ini berkaitan dengan hilangnya
sebagian atau seluruh kromosom 22 yang menyebabkan delesi gen NF2.
Massa tumor terdiri dari sel-sel bentuk oval sampai lonjong; tumbuh

17
hiperplastis membentuk struktur kisaran dan pada bagian tengah tampak
pembentukan psammoma bodies (massa kalsifikasi konsentris); diantara
kelompok-kelompokan sel-sel tumor dibatasi jaringan ikat dan proliferasi
pembuluh darah (Kumar et al., 2007).

Gambar 6 : Meningioma
3) Pitiutary Adenoma
Jika terjadi ekspansi tumor hipofisis, maka tumor dapat mengenai struktur
di atas maupun di sekeliling fosa hipofisis (ekstensi suprasela dan
parasela). Manifestasi neurologis klasik dari lesi ini adalah hemianopia
bitemporal yang disebabkan oleh kompresi kiasma optikum oleh ekstensi
suprasela suatu adenoma. Keadaan patologis lainnya yang dapat
menyebabkan kompresi kiasma, sehingga menyerupai adenoma hipofisis
adalah aneurisma karotis, meningioma suprasela, dan kraniofaringioma
(tumor yang berasal dari sel perkembangan epitel bukan yang secara
embriologis dekat dengan tangkai hipofisis).
Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gangguan endokrin bersamaan
dengan atau tanpa gangguan lapang pandang. sel tumor dapat bersifat
fungsional, yaitu mensekresi hormone hipofisis anterior (akromgeali yang
disebabkan oleh kelebihan hormone, prolaktinoma, penyakit Cushing
akibat tumor yang mensekresi kortikortropin). selain itu, dapat terjadi
hipopituitarisme akibat supresi sel normal kelenjar oleh tumor. Terkadang
adenoma hipofisis dapat mengalami infark akut. pasien menunjukkan
gejala nyeri kepala akut dan muntah-muntah (menyerupai perdarahan

18
subarachnoid) dan hipopituitarisme akut (aplopeksi hipofisis).
Pembengkakan jaringan tumor nekrotik menyebabkan hemianopia
bitemporal yang berkemebang cepat dengan oftalmoplegia bilateral akibat
ekstensi paraselar ke sinus kavernosus.

Gambar 7: Pitiutary Adenoma


4) Astrocytoma (Grade 1)

Astrositoma adalah sekelompok neoplasma heterogen yang berkisar dari


lesi berbatas tegas tumbuh lambat seperti astrositoma pilositik hingga
neoplasma infiltratif yang sangat ganas seperti glioblastoma multiforme.
Tumor Astrositik dapat dibagi menjadi astrositik fibriler (infiltratif),
astrositoma pilositik dan beberapa varian yang jarang (Kumar et al., 2007).
Tumor astrositoma merupakan tipe tumor SSP yang paling banyak
(38,6%) dan berlokasi di korteks frontoparietal (G. Aryal, 2011).
Astrositoma merupakan tumor tersering pada anak 18 thn dengan
insidensi puncak usia 5–9 tahun pada laki-laki dan 10–14 tahun untuk
wanita (Katchy et al., 2013).

2. Malignan (Ganas)
Tumor ganas sering disebut juga kanker, tumbuh dengan cepat dan
cenderung berinvasi ke jaringan sekitarnya sehingga batasnya tidak tegas dan
jarang berkapsul. Pada umumnya, tumor ganas diberi nama sesuai dengan
asal jaringan saat embrio. Tumor ganas yang berasal dari ectoderm dan

19
endoderm disebut karsinoma, dan yang berasal dari mesoderm disebut
sebagai sarcoma. Jika jaringan tumor ganas sangat menyerupai jaringan
embrio, tumor ini disebut sebagai blastoma, sepertipada neuroblastoma. Jika
tumor tersebut berasal dari dua lapis jaringan embrio, disebut
karsinosarkoma. Jika berasal dari tiga lapis jaringan embrio disebut sebagai
teratoma.
1) Astrocytoma (Grade 2,3,4)
2) Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat
muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan
merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
3) Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi
tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Dua faktor utama
yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan
hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda
usia pasien maka makin buruk progmosisnya.
4) Metastase Tumor Otak
Tumor dengan lokasi utama di luar otak. Kanker paru, payudara, dan
ginjal, serta melanoma ganas adalah sumber utama kanker otak metastasis.
Tumor metastasis pada otak umumnya multiple yang membuatnya lebih
sulit ditangani. Lokasi tumor dapat terletak di dalam otak itu sendiri atau
di meningen yang melapisi otak itu sendiri atau di meningen yang melapisi
otak.

2.2.3 Etiologi Tumor Otak


Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor
yang perlu ditinjau, yaitu
1. Herediter

20
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-
Weberyang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat
terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
6. Trauma Kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak
massa otak akhirnya terjadi tumor otak.

21
2.2.4 Patofisiologi Tumor Otak
Tumor intracranial atau tumor otak menyebabkan gangguan neurologis
progresif. Gangguan neurologis pada tumor intrakranial biasanya disebabkan
oleh dua faktor, yaitu gangguan fokal yang disebabkan oleh tumor dan
kenaikan tekanan intracranial.
1) Gangguan fokal
Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau
infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer. Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal, seperti bicara terganggu,berdesis, dan
afasia.
2) Peningkatan tekanan intracranial
Dapat diakibatkan oleh beberapa factor, yaitu bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena
tumor akan mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruang
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak
sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga
disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema
yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak sehingga menimbulkan
kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan
subaraknoid menimbulkan hidrosefalus. Peningkatan tekanan intrakranial akan
membahayakan jika perkembanganya cepat. Mekanisme kompensasi bekerja
menurunkan volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal,

22
kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan
tekanan intracranial yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau
serebellum. Herniasi ulkus timbul bila girus medialis lobus temporalis
tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan menensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan saraf
kranial III. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla
oblongata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain
yang terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah brakikardi
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan (Muttaqin, 2008 dan Ariani, 2012).

23
2.2.5 Web Of Caution Tumor Otak

Proliferasi sel otak


abnormal

24
2.2.6 Manifestasi Klinis Tumor Otak
Manifestasi klinis menurut Wong (2009) dan Ariani (2012) adalah:
1) Nyeri kepala.
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal
tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus.
Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut,
umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta
pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri
kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.
2) Mual dan muntah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial.
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering
dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak
disertai dengan mual.
3) Perubahan neuromuscular meliputi: gerakan yang janggal atau tidak
terkoordinasi, hilangnya keseimbangan.
4) Gangguan vokal (bicara terganggu, berdesis, afasia).
5) Perubahan perilaku meliputi: penurunan selera makan, gagal tumbuh, keletihan
(sering tidur siang), koma, perilaku ganjil (pandangan kosong, gerakan otomatis)
6) Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan
lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan
kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor
otak bila:
• Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
• Mengalami post iktal paralisis
• Mengalami status epilepsi
• Resisten terhadap obat-obat epilepsi
• Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
• Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen dengan
astrositoma, 40% pada pasen meningioma dan 25% pada glioblastoma.

25
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak

Pemeriksaan penunjang menurut Batticaca (2008) :


1) MRI (Magnetic Resonance Imaging).
Diagnosis terbaik pada brain tumor adalah dengan penggunaan cranial MRI.
MRI harus menjadi pemeriksaan pertama pada pasien dengan tanda dan gejala
kelainan pada intracranial. MRI menggunakan magnetic field bertenaga untuk
menentukan nuclear magnetic spin dan resonansi yang tepat pada sebuah jaringan
bervolume kecil. Jaringan yang berbeda memiliki nuclear magnetic spin dan
resonansi yang berbeda pula.
2) CT Scan
CT Scan adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar-X dan dengan
penggunaan komputer yang akan menghasilkan gambar organ-organ tubuh manusia.
CT Scan dapat digunakan apabila MRI tidak tersedia. Namun, low-grade tumor pada
posterior fossa dapat terlewatkan oleh CT Scan.
CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen yang
diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor yang
berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran CT Scan
pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang
mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem
yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan
atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang
hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu
pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras.
3) Foto polos kepala
Pada foto polos kepala terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial
yang berupa hyperostosis tulang, peningkatan vaskularitas, kalsifikasi tipe dan
destruksi tulang (jarang).
4) Biopsi stereotatik
Biopsi stereotaktik adalah sebuah biopsi penentuan, biasanya pada payudara atau
otak, yang menggunakan peralatan spesifik untuk menentukan koordinat dari tumor
yang akan dibiopsi.
5) Angiografi serebral

26
Yaitu zat kontras disuntikan ke arteri karotis dan arteri vertebral bertujuan untuk
mendeteksi Aneurisma serebrovaskular, trombosis cerebral, hematoma, tumor dari
peningkatan vaskularisasi, plak serebral atau spasme dan untuk mengevaluasi aliran
darah serebral.
6) EEG (elektroensefalogram)
Salah satu tes yang dilakukan untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari otak
untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak. Tindakan ini menggunakan sensor
khusus yaitu elektroda yang dipasang di kepala dan dihubungkan melalui kabel
menuju komputer. EEG akan merekam aktivitas elektrik dari otak, yang
direpresentasikan dalam bentuk garis gelombang. Hasil dari EEG tumor otak diawali
dari positioning tumor yang terdapat pada otak, pada letak tumor tersebut akan
terlihat amplitude pada bagian kanker menurun, frekuensi melambat. Namun
diagnosa pada garis tengah otak, belahan otak bagian dalam, meningioma serta
bagian infratentorialnya tidak terlalu mendukung diagnosa.

2.2.8 Penatalaksanaan Tumor Otak


Penatalaksanaan medis menurut widagdo (2012) dan Harsono (2011) :
a. Pembedahan
Operasi pada kanker otak dapat bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang
tepat, menurunkan tekanan intrakranial, mengurangi kecacatan, dan meningkatkan
efektifitas terapi lain. Reseksi tumor pada umumnya direkomendasikan untuk hampir
seluruh jenis kanker otak yang operabel. Kanker otak yang terletak jauh di dalam
dapat diterapi dengan tindakan bedah kecuali apabila tindakan bedah tidak
memungkinkan (keadaan umum buruk, toleransi operasi rendah). Teknik operasi
meliputi membuka sebagian tulang tengkorak dan sela-put otak pada lokasi tumor.
Tumor diangkat sebanyak mungkin kemudian sampel jaringan dikirim ke ahli
patologi anatomi untuk diperiksa jenis tumor. Biopsi stereotaktik dapat dikerjakan
pada lesi yang letak dalam.
Pada operasi biopsi stereotaktik dilakukan penentuan lokasi target dengan
komputer dan secara tiga dimensi (3D scanning).Pasien akan dipasang frame
stereotaktik di kepala kemudian dilakukan CT scan. Hasil CT scan diolah dengan
software planning untuk ditentukan koordinat target. Berdasarkan data ini, pada saat
operasi akan dibuat sayatan kecil pada kulit kepala dan dibuat satu lubang (burrhole)

27
pada tulang tengkorak. Kemudian jarum biopsi akan dimasukkan ke arah tumor
sesuai koordinat. Sampel jaringan kemudian dikirim ke ahli patologi anatomi. Pada
keadaan peningkatan tekanan intrakranial akibatn sumbaran cairan otak, dapat
dilakukan pemasangan pi-rau ventrikuloperitoneal (VP shunt).Pada glioma derajat
rendah dilakukan reseksi tumor secara maksimal dengan tujuan utama perbaikan
gejala klinis. Pada pasien dengan total reseksi dan subtotal reseksi tanpa gejala yang
mengganggu, maka cukup dilakukan follow up MRI setiap 3 –6 bulan selama 5 tahun
dan selanjutnya setiap tahun.Bila operasi tetap menimbulkan gejala yang tidak dapat
dikontrol dengan obat simtomatik, maka radioterapi dan kemoterapi merupakan
pilihan selanjutnya. Pada glioma derajat tinggi maka operasi dilanjutkan dengan
radioterapi dan kemoterapi. Pilihan teknik anestesi untuk operasi intrakranial adalah
anestesi umum untuk sebagian besar kasus, atau sedasi dalam dikombinasikan
dengan blok kulit kepala untuk kraniotomi awake (sesuai indikasi).
b. Radiotherapy
Radioterapi memiliki banyak peranan pada berbagai jenis kanker otak.
Radioterapi diberikan pada pasien dengan keadaan inoperabel, sebagai adjuvant
pasca operasi, atau pada kasus rekuren yang sebelumnya telah dilakukan tindakan
operasiPada dasarnya teknik radioterapi yang dipakai adalah 3D conformal
radiotherapy, namun teknik lain dapat juga digunakan untuk pasien tertentu seperti
stereotactic radiosurgery / radiotherapy, dan IMRT.
c. Chemotherapy
Kemoterapi pada kasus kanker otak saat ini sudah banyak digunakan karena
diketahui dapat memperpanjang survival rate dari pasien terutama pada kasus
astrositoma derajat ganas. Glioblastoma merupakan tipe yang bersifat kemoresisten,
namun 2 tahun terakhir ini sedang berkembang penelitian mengenai kegunaan
temozolomid dan nimotuzumab pada glioblastoma. Sebelum menggunakan agen-
agen diatas, harus dilakukan pemeriksaan:
1. EGFR (epidermal growth factor receptor).
2. MGMT (methyl guanine methyl transferase).
Kemoterapi bertujuan untuk menghambat pertumbuhan tumor dan meningkatkan
kualitas hidup (quality of life) pasien semaksimal mungkin. Kemoterapi biasa
digunakan sebagai kombinasi dengan operasi dan/atau radioterapi.

28
2.2.9 Komplikasi Tumor Otak
Komplikasi tumor otak menurut Ariani (2012) :
1) Edema serebral
Edema serebral adalah kondisi di mana terjadi peningkatan jumlah air yang
terkandung di dalam otak. Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi
disekitar lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak.
2) Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau yang disebut dengan
ventrikel. yang mengakibatkan ventrikel-ventrikel di dalamnya membesar dan
menekan organ tersebut. Cairan ini akan terus bertambah sehingga ventrikel di dalam
otak membesar dan menekan struktur dan jaringan otak di sekitarnya. Jika tidak
segera ditangani, tekanan ini dapat merusak jaringan dan melemahkan fungsi otak.
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena adanya
gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa tumor akan
mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu terjadinya hidrosefalus.
3) Herniasi otak
Herniasi otak adalah kondisi medis yang sangat berbahaya di mana jaringan otak
menjadi berpindah dalam beberapa cara karena peningkatan tekanan intrakranial
(tekanan di dalam tengkorak). Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan
herniasi sentra, unkus, dan singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon
sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga
(okulomotor) (Fransisca, 2008).
a. Epilepsi
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam selaput otak
(serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor (Yustinus, 2006).
b. Metastase ketempat lain.

29
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Tanggal MRS :27/09/2019 Jam Masuk : 04.30
Tanggal Pengkajian :7/10/2019 No. RM : 12.78.xx.xx
Jam Pengkajian : 10.00 Diagnosa Masuk : susp.
Tumor serebri AVM + hematemesis
Hari rawat ke :11

IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. B
2. Umur : 63 tahun
3. Suku/ Bangsa : Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :Tamat SLTA
6. Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Banyuwangi
8. Sumber Biaya : BPJS

KELUHAN UTAMA
1.Keluhan utama: keluarga mengatakan klien muntah bercampur darah berwarna coklat kehitaman
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien mengalami muntah dan dibawa ke RS Blambangan Banyuwangi, kemudian diirujuk ke RSDS
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Klien mengalami kelemahan separuh tubuh kiri dan petot
sejak 4 bulan yang lalu. Klien terpasang NGT hari ke 11, dan keluarga mengeluh klien mengalami
muntah darah berwarna coklat kehitaman sejak pagi tanggal 7/10/2019. Klien mengeluh sakit kepala
bagian belakang, dengan skala 4, nyeri dirasakan seperti tertekan dan hilang timbul serta klien
meringis nyeri sambil memegangi kepalanya. Kesadaran klien apatis, dengan GCS 4(E) 3(V) 6(M).

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat: V ya tidak kapan : 4 bulan yang lalu diagnosa : stroke
2. Riwayat penyakit kronik dan menular V ya tidak jenis : diabetes mellitus dan hipertensi
3. Riwayat kontrol : tidak rutin kontrol
4. Riwayat penggunaan obat : tidak rutin minum obat
5. Riwayat alergi: tidak ada alergi
6. Riwayat operasi:
- Kapan : …………………… Ya V Tidak
- Jenis operasi : ……………………

7. Lain-lain:
Tidak ada

30
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ya V tidak
- Jenis : …………………........................................................................
- Genogram :

Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Pasien
Meninggal
Serumah

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN Masalah Keperawatan :


Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan:
Alkohol ya tidak Tidak ada masalah keperawatan
keterangan…………………….........................................................
Merokok ya tidak
keterangan…………………….........................................................
Obat ya tidak
keterangan…..............................................................………………
Olahraga ya tidak
keterangan…..........................................................…………………

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital
S : 38 C N : 91x/mnt TD : 140/70 mmHg RR : 20x/menit SpO2 : 96%
Kesadaran Compos Mentis Apatis V Somnolen Sopor Koma

2. Sistem Pernafasan
a. RR: 20x/menit
b. Keluhan: tidak ada sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk: tidak ada produktif V tidak produktif
Sekret:…….. Konsistensi :......................
Warna:.......... Bau :..................................
c. Penggunaan otot bantu nafas: tidak ada
d. PCH: ya tidak V
e. Irama nafas V teratur tidak teratur
f. Friction rub: tidak ada
g. Pola nafas : normal Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
h. Suara nafas V Vesikuler Bronko vesikuler
Tracheal Bronkhial Masalah Keperawatan :
Ronki Wheezing Tidak ada masalah keperawatan
Crackles
i. Alat bantu napas ya V tidak

Jenis Simple Mask Flow ...........lpm

31
j. Penggunaan (Water Seal Drainage) WSD: tidak ada
- Jenis : ......................................................................................................................
- Jumlah cairan : ......................................................................................................................
- Undulasi : ......................................................................................................................
- Tekanan : ......................................................................................................................
k. Tracheostomy: ya Vtidak
........................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
l. Lain-lain: tidak ada

3. Sistem Kardio vaskuler


a. TD: 140/ 70 mmHg Masalah Keperawatan :
b. N: 91x/menit
c. HR: 91x/menit Tidak ada masalah keperawatan
d. Keluhan nyeri dada: ya V tidak
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
e. Irama jantung: V reguler ireguler
f. Suara jantung: V normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....
g. Ictus Cordis: tidak terlihat
h. CRT : <2 detik
i. Akral: V Hangat Vkering V merah basah pucat
panas dingin
j. Sikulasi perifer: normal menurun
k. JVP (Jugularis Venous Pressure) : tidak ada
l. CVP (Central Venous Pressure) : tidak ada
m. CTR (Cardio Thoracic Rasio) : tidak ada
n. ECG & Interpretasinya:
Sinus Rytm
o. Lain-lain :
MAP : 93,3 mmHg

4. Sistem Persyarafan
a. GCS : 4(E)3(V)5(M) Masalah Keperawatan :
c. Refleks fisiologis V patella V triceps V biceps
- Resiko perfusi serebral
d. Refleks patologis V babinsky brudzinsky kernig
tidak efektif,
e. Keluhan pusing V ya tidak
P : Tumor serebri - Nyeri akut
Q : Seperti tertekan
R : Kepala belakang
S :4
T : hilang timbul

32
f. Pemeriksaan saraf kranial:
N1 : V normal tidak Ket.: Tidak terdapat gangguan penciuman
N2 : normal tidak Ket.: Tidak terkaji
N3 : V normal tidak Ket.: Kontraksi pupil isokor +3
N4 : V normal tidak Ket.: Klien dapat melirik ke arah bawah
N5 : normal tidak Ket.: Tidak terkaji, klien puasa
N6 : V normal tidak Ket.: Klien dapat melirik ke arah atas
N7 : V normal tidak Ket.: Otot wajah normal
N8 : V normal tidak Ket.: Klien tidak ada gangguan pendengaran
N9 : V normal tidak Ket.: Klien tidak ada gangguan pada tenggorokan
N10 : V normal tidak Ket.: Klien dapat mengeluarkan suara namun serak
N11 : normal tidak Ket.: Tidak terkaji
N12 : V normal tidak Ket.: Klien dapat menggerakan lidah

g. Pupil Anisokor V isokor Diameter: +3/+3


h. Sclera ikterus V anikterus
i. Konjunctiva V ananemis anemis
j. Isitrahat/Tidur :................. Jam/Hari Gangguan tidur : tidak ada gangguan tidur
k. IVD (Internal Ventricular Drainage ): tidak ada
l. EVD (Eksternal Ventricular Drainage): tidak ada
m. ICP (Intracranial Pressure) : Tidak dikaji
n. Lain-lain:
Klien tampak gelisah dengan menarik-narik selang infus di tangan kiri dan tangan kiri terlihat di restrain. -
Klien meringis nyeri

5. Sistem perkemihan
Masalah Keperawatan :
a. Kebersihan genetalia: V Bersih Kotor
b. Sekret: Ada V Tidak Tidak ada masalah
c. Ulkus: Ada V Tidak keperawatan
d. Kebersihan meatus uretra: V Bersih Kotor
e. Keluhan kencing: Ada V Tidak
Bila ada, jelaskan:
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................

f. Kemampuan berkemih:
V Spontan Alat bantu, sebutkan: .......................................................................
Jenis :
Ukuran :
Hari ke :
g. Produksi urine : tidak terkaji karena klien menggunakan pampers
Warna : kuning
Bau :-
h. Kandung kemih : Membesar ya V tidak
i. Nyeri tekan ya V tidak
j. Intake cairan oral : - parenteral : 500 cc/hari
k. Balance cairan:
Tidak terkaji (output tidak terkaji)
o. Lain-lain:
Klien menggunakan pampers sehingga output tidak dapat terkaji

33
6. Sistem pencernaan
a. TB :165 cm BB :60kg Masalah Keperawatan :
b. IMT : 22 Interpretasi :normal
- Konstipasi
c. LILA : tidak terkaji

d. Mulut: V bersih kotor berbau


e. Membran mukosa: V lembab kering stomatitis
f. Tenggorokan: tidak ada gangguan
sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
g. Abdomen: V tegang kembung ascites
h. Nyeri tekan: ya V tidak
i. Luka operasi: ada V tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
Drain : ada V tidak
- Jumlah :...................
- Warna :...................
- Kondisi area sekitar insersi :...................
j. Peristaltik: 3 x/menit
k. BAB: - x/hari Terakhir tanggal : klien belum BAB sejak 6 hari
l. Konsistensi: V keras lunak cair lendir/darah
m. Diet: padat lunak V cair
n. Diet Khusus: Klien puasa karena mengalami hematemesis sejak tanggal 7/9/2019
o. Nafsu makan: baik menurun Frekuensi: - x/hari
p. Porsi makan: habis tidak Keterangan :puasa
q. Lain-lain:
Pasien terpasang selang NGT hari ke 11. Klien puasa karena mengalami hematemesis, cairan lambung berwarna
coklat kehitaman. Keluarga mengatakan bahwa klien mengalami konstipasi selama 6 hari dan terdapat distensi
abdomen

7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
OD OS
Tidak terkaji Visus Tidak terkaji

Normal Palpebra Normal

Ananemis Conjunctiva Ananemis

Tidak terkaji Kornea Tidak terkaji

Tidak terkaji BMD Tidak terkaji

Isokor +3 Pupil Isokor +3

Tidak terkaji Iris Tidak terkaji

Jernih Lensa Jernih

Tidak terkaji TIO Tidak terkaji

Tidak terkaji Fundus Tidak terkaji

34
b. Keluhan nyeri: ya V tidak
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
c. Luka operasi: ada V tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
d. Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada
e. Lain-lain: tidak ada

8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: Masalah Keperawatan :
OD OS Tidak ada masalah keperawatan
Normal Aurcicula Normal
MAE
Normal Normal
Membran
Tidak terkaji Tymhani Tidak terkaji

Tdak Terkaji Rinne Tdak Terkaji

Tidak Terkaji Weber Tidak Terkaji

Tidak Terkaji Swabach Tidak Terkaji

b. Tes Audiometri: tidak dilakukan

c. Keluhan nyeri: ya V tidak


P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
d. Luka operasi: ada V tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
e. Alat bantu Dengar: tidak ada
f. Lain-lain: Tidak ada

35
9. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi: Bebas V terbatas
b. Kekuatan otot: 4 2
4 2
c. Kelainan ekstremitas: V tidak
d. Kelainan tulang belakang: ya V tidak
Frankel: ................................................................................
e. Fraktur: ya V tidak
- Jenis :...................
f. Traksi: ya Vtidak
- Jenis :...................
- Beban :...................
- Lama pemasangan :...................
g. Penggunaan spalk/gips: ya Vtidak Masalah Keperawatan :
h. Keluhan nyeri: ya Vtidak Gangguan mobilitas fisik
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
i. Sirkulasi perifer:menurun
j. Kompartemen syndrome ya V tidak
k. Kulit: normal ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Turgor baik V kurang jelek
m. Luka operasi: ada V tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
Drain : ada V tidak
- Jumlah :...................
- Warna :...................
- Kondisi area sekitar insersi :...................
n. ROM (Range of Motion) : pasif/dibantu
o. POD (Prevention of Dissability) :-
p. Cardinal Sign : tidak ada
q. Lain-lain:
Klien mengalami kelemahan otot ekstremitas bagian tubuh kiri sejak 4 bulan yang lalu. Klien bedrest total

10. Sistem integumen


a. Penilaian risiko decubitus:
ASPEK YANG KRITERIA PENILAIAN
DINILAI 1 2 3 4 NILAI
PERSEPSI TERBATAS SANGAT KETERBATASAN TIDAK ADA
SENSORI SEPENUHNYA TERBATAS RINGAN GANGGUAN 2
TERUS
MENERUS SANGAT 4
KELEMBABAN LEMBAB KADANG2 BASAH JARANG BASAH
BASAH
LEBIH SERING
AKTIVITAS BEDFAST CHAIRFAST KADANG2 JALAN JALAN 1
IMMOBILE SANGAT KETERBATASAN TIDAK ADA
MOBILISASI SEPENUHNYA TERBATAS RINGAN KETERBATASAN 1
SANGAT KEMUNGKINAN
NUTRISI ADEKUAT SANGAT BAIK 2
BURUK TIDAK ADEKUAT
TIDAK
GESEKAN & POTENSIAL MENIMBULKAN 2
PERGESERAN BERMASALAH BERMASALAH MASALAH
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan bahwa pasien berisiko
mengalami dekubitus (pressure ulcers).
TOTAL NILAI
12
(15 or 16 = low risk; 13 or 14 = moderate risk; 12 or less = high risk)

36
b. Warna: sawo matang
c. Pitting edema: +/- grade: tidak ada
d. Ekskoriasis: ya V tidak
e. Psoriasis: ya V tidak Masalah Keperawatan :
f. Pruritus: ya V tidak Tidak ada masalah keperawatan
g. Urtikaria: ya V tidak
h. Lain-lain:
Tidak ada

11. Sistem Endokrin


a. Pembesaran tyroid: ya V tidak Masalah Keperawatan : tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening: ya V tidak ada masalah keperawatan
c. Hipoglikemia: ya V tidak
d. Hiperglikemia: ya V tidak
e. Kondisi kaki DM:
- Luka gangren : ya V tidak
Jenis..................................................................
- Lama luka :...................
- Warna :...................
- Luas luka :...................
- Kedalaman :...................
- Kulit kaki :...................
- Kuku kaki :...................
- Telapak kaki :...................
- Jari kaki :...................
- Infeksi : ya V tidak
- Riwayat luka sebelumnya : ya V tidak
Jika ya:
- Tahun :...................................
- Jenis Luka :...................................
- Lokasi :...................................
- Riwayat amputasi sebelumnya : ya V tidak
Jika ya:
Jika ya:
- Tahun :...................................
- Lokasi :...................................
f. ABI (Ankle Brachial Index):...................................
g. Lain-lain:
Tidak ada

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL Masalah keperawatan :


a. Persepsi klien terhadap penyakitnya: Tidak ada masalah
Klien banyak diam tidak banyak berbicara keperawatan

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya


V Murung/diam gelisah tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi V kooperatif tidak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri:
Tidak ada masalah gangguan konsep diri, klien merupakan kepala rumah tangga sebagai ayah dan suami serta kakek.

37
e. Lain-lain:
Klien tampak gelisah dengan menarik-narik selang infus di tangan kiri dan tangan kiri terlihat di restrain
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN Masalah Keperawatan :
a. Kebersihan diri: Tidak ada masalah
Klien mandi dengan diseka 2x sehari, dibantu oleh keluarga. Klien ganti baju setiap hari
keperawatan
b. Kkemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan:
- Mandi : Vdibantu
ba seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Ganti pakaian:
V dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Keramas: V
badibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Sikat gigi: V dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Memotong kuku:
V di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Berhias: V
ba dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Makan: Vbadibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri

PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah Masalah Keperawatan :
- Sebelum sakit V sering kadang- kadang tidak pernah Tidak ada masalah
- Selama sakit sering V kadang- kadang tidak pernah keperawatan
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:
Tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)


• Pemeriksaan Laboratorium (Kimia klinik dan Gula darah) (10/10/2019)
Gdp : 115 mg/dL (Normal = <100 mg/dL)
Kalium : 3,3 mmol/L (Normal = 3,5-5,1)
Natrium : 144 mmol/L (Normal = 136-145)
SGOT : 64 U/L (0-50)
SGPT : 173 U/L (0-50)
HbsAg : non reactif
• MRI Kepala
Hasil MRI menunjukkan adanya les intraaxial batas tegas tapi irregular ukuran 10,5 x 5,5 x 5,4 cm dengan central
necrotic area di lobus parietal kanan, tampak restricted difussion area pada DWI yang pada pemberian kontras
tampak heterogenus kontras enhancement, lesi tampak meluas ke corpus colosua dan mendesak ventrikel lateralis
kanan dan menyebabkan midline shist ke sisi kiri sejauh 1,5 cm dan non communicsating hidrocefalus dengan
feeding arteri dari A2, A3, M2 dan M3. Massa intraaaxial di lobus parietal kanan necrotic, dengan detail perluasan
diatas dapat merupakan d.d malignan limfoma, high grade astrocitoma 3 metastasis.

38
• TERAPI (7/10/2019)
1. Nacl 0,9% 500 cc/24 Jam
2. Metamizole 5gr/ 8 jam (IV)
3. Omeprazole 40mg/ 6 jam (IV)
4. Sukralfat 5gr/8 jam (NGT)

DATA TAMBAHAN LAIN : Tidak ada

Surabaya,7-10-2019

ʧ
(Mahasiswa Kelompok 14)

39
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS DATA

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH


07-10-2019 DS : Tumor serebri Risiko perfusi serebral tidak
- Keluarga mengatakan bahwa klien muntah efektif
darah berwarna coklat kehitaman
DO Perubahan suplai darah
- Kesadaran : apatis ke otak
- GCS 435
- Klien tampak gelisah menarik selang infus
- Cairan lambung berwarna coklat kehitaman Penurunan O2 ke
- Hasil CT Scan kepala tampak gambaran jaringan otak
AVM diperiventrikuler dextra
- Klien didiagnosa tumor serebri

Resiko perfusi serebral


tidak efektif

07-10-2019 DS : Tumor serebri Nyeri akut


- Ada keluhan pusing/ sakit kepala
- P : tumor serebri
- Q : seperti tertekan Kerusakan saraf diotak
- R : kepala belakang
- S:4
- T : hilang timbul Obstruksi pembuluh
darah
DO :
- Klien meringis nyeri
- TD 140/70 mmHg Edema otak
- N : 91x/menit
- RR : 20x/menit
- Klien tampak gelisah dengan menarik-narik Peningkatan TIK
selang infus di tangan kiri dan tangan kiri
terlihat di restrain
Rasa sakit dikepala

Nyeri akut

40
7-10-2019 DS : Tumor serebri Konstipasi
- Keluarga klien mengatakan klien belum
BAB sejak 6 hari yang lalu
DO Menyebabkan kerusakan
- Klien bed rest total (lemah) neuromuskuler
- Terdapat distensi abdomen
- Klien mengalami hematemesis dan
dianjurkan puasa Kelemahan otot progreif
- Peristaltik usus 3x/menit
- Klien terpasang NGT hari ke 11
Kerja otot abdomen
menurun

Gangguan motilitas usus

Gangguan koordinasi
reflek defekasi

Penumpukan feses

konstipasi
7-10-2019 DS: Tumor serebri Gangguan mobilitas fisik
Keluarga klien mengatakan bahwa klien
mengalami kelemahan otot ekstremitas sebelah
kiri sejak 4 bulan yang lalu Infark jaringan serebri

DO:
4 2
- Kekuatan otot Menyebabkan kerusakan
4 2
neuromuskuler
- Klien bedrest
- ROM pasif
Kelemahan otot progresif

Hemiplegi

Mobilitas terganggu

Gangguan mobilitas fisik

41
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
AIRLANGGA

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

TANGGAL: 07/10/2019

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan tumor otak (D0017)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan mengeluh
nyeri (D0077)
3. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen ditandai dengan defekasi
kurang dari 2 kali seminggu (D0049)
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler ditandai dengan
kekuatan otot menurun (D0054)

42
RENCANA INTERVENSI

HARI/ DIAGNOSIS KEPERAWATAN


WAKTU INTERVENSI
TANGGAL (Tujuan, Kriteria Hasil)
Senin, 11.00 Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan tumor otakManajemen PTIK (I.06194)
07/10/2019 setelah dilakukan intervensi keperawatan 1x24 jam perfusi Observasi
serebral meningkat dengan kriteria hasil 1. Identifikasi penyebab TIK
Perfusi Serebral (L.02014): 2. Monitor tanda dan gejala TIK
1. Tingkat kesadaran meningkat (GCS E:4, V:5, M:6, Compos 3. Monitor MAP
mentis) 4. Monitor status penafasan
2. Sakit kepala menurun 5. Monitor intake dan output cairan
3. Gelisah menurun Teraupetik
4. Suhu tubuh normal (36,5 – 37,5 C) 1. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
2. Berikan posisi semi Fowler
3. Hindari pemberian cairan IV Hipotorik
4. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi & anti konvulsan bila perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretic osmosis

43
Senin, 11.00 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai Manajemen Nyeri (I.08238)
07/10/2019 dengan mengeluh nyeri Observasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1 x 24 jam tingkat nyer 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
menurun, dengan kriteria hasil intensitas nyeri
Tingkat Nyeri (L.08066) : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri skala 0 3. Identfikasi respon nonverbal
2. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3. Frekuensi nadi 60-100x/menit Teraupetik
4. Tekanan darah normal (140/80 mmHg) 1. Berikan teknik nonfarmakologis
2. Fasilitasi istirahat tidur
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis
2. Ajarkan memnitor nyeri secara mandiri
3. Kolaborasi pemberian analgetik

44
Senin, 11.00 Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot ditandai dengan Manajemen konstipasi (I.04155)
07/10/2019 defekasi kurang dari 2 kali seminggu Observasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam eliminasi fekal 1. Periksa tanda dan gejala abdomen
membaik, dengan Kriteria hasil 2. Periksa pergerakan usus dan karakteristik feses
Eliminasi Fekal (L.04033): 3. Identifikasi factor resiko konstipasi
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat 4. Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan atau peritonitis
2. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun Teraupetik
3. Distensi abdomen menurun 1. Anjurkan diet tinggi serat
4. Konsistensi feses lunak 2. Lakukan masase abdomen
5. Frekuensi defekasi minimal 2x seminggu 3. Lakukan evaluasi feses secara manual
6. Peristaltik usus membaik (5-35x/menit) 4. Berikan enema atau irigasi
Edukasi
1. Jelaskan etiologi masalah dan alas an tindakan
2. Anjurkan peningkatan asupan cairan
Kolaborasi
1. Konsulkan dengan tim medis tentang penurunan frekuensi
defekasi
2. Kolaborasi penggunaan obat pencahar, bila perlu.

45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Senin, 0710/2019 D0017
Pagi
11.30 1. Mengidentifikasi penyebab TIK, hasil
tumor serebri
ʧ 12.30 S:
- Klien mengatakan merasa lemah
ʧ
11.35 2. Monitor tanda dan gejala TIK, hasil P: Tumor serebri
kesadaran somnolen, GCS Q: Seperti tertekan
4(E)3(V)5(m), TD: 140/70 mmHg , N: R: Kepala belakang
91x/menit. Klien muntah bercampur S: 4
darah/hematemesis T: Hilang timbul
11.45 3. Monitor MAP, hasil 93,3 mmHg - Keluarga klien mengatakan bahwa
11.50 4. Monitor status pernafasan, hasil RR klien belum BAB sejak 6 hari
20x/menit, suara nafas vesikuler tidak O:
ada penggunaan otot bantu nafas. - Kesadaran apatis
11.55 5. Memberikan posisi awal semi fowler 30⁰ - Klien masih gelisah
D 0077 12.00 - GCS 435
6. Mengidentifikasi nyeri:
- TD: 140/70 mmHg, N; 91x /menit,
P: Tumor serebri
RR: 20x/menit, MAP: 93,3 mmHg,
Q: Seperti tertekan
Suhu: 38,6 ⁰ C
R: Kepala belakang
S: 4 - Terdapat wajah meringis nyeri
T: Hilang timbul - Klien mengalami hematemisis
- Ada distensi abdomen
12.05 7. Mengajarkan teknik nonfarmakologis
- Peristaltik usus 3x/menit
relaksasi nafas dalam
- Klien tirah baring, semi fowler 30⁰
D 0049 12.15 8. Memeriksa tanda dan gejala konstipasi
hasil klien belum BAB sejak 6 hari ini,
A:
abdomen distensi
Masalah keperawatan resiko perfusi
12.17 9. Mengidentifikasi faktor resiko serebral tidak efektif, nyeri akut, konstipasi
konstipasi, hasil klien sedang bedrest / belum teratasi
tirah baring sejak MRS
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
resiko perfusi serebral tidak efektif, nyeri
akut, dan konstipasi

46
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Selasa, 08/10/2019 D0017
Pagi
09.00 1. Memonitor tanda vital
TD: 140/80 mmHg, N: 93x/menit, RR:
Unz 10.00 S : keluarga mengatakan klien mengeluh
nyeri
Unz
20x/menit, SpO2 96%, S: 37,8⁰ c P: Tumor serebri
09.05 2. Memonitor MAP, hasil 100 mmHg Q: Seperti tertekan
09.10 3. Memonitor status pernafasan suara nafas R: Kepala belakang
vesikuler tidak ada penggunaan otot S: 4
bantu nafas T: Hilang timbul
09.15 4. Memonitor intake cairan, parenteral - Keluarga mengatakan bahwa klien
500cc/24jam NaCl belum bisa BAB sejak 6 hari
09.16 5. Memberikan posisi semi fowler 30⁰ O:
09.20 - Kesadaran apatis
D0077
6. Mengidentifikasi nyeri
- Klien masih gelisah
P: Tumor serebri
- TD 140/80 mmHg, MAP:
Q: Seperti tertekan
100mmHg, Suhu : 38 ⁰ C
R: Kepala belakang
- GCS 435
S: 4
- N 98 x/menit
T: Hilang timbul
09.25 - S: 38⁰ c
7. Menganjurkan untuk menggunakan
- RR 20x/menit
teknik nonfarmakologis relaksasi nafas
- SpO2 96%
09.30 dalam
- Terdapat wajah meringis nyeri
D0049 8. Memeriksa tanda dan gejala konstipasi - Klien mengalami hematemesis
hasil klien belum BAB sejak 6 hari ini, - Terdapat distensi abdomen
09.40 abdomen distensi - Peristaltik usus 3x/menit
9. Berkolaborasi dengan tim medis lain
tentang penurunan frekuensi defekasi
A:
Masalah keperawatan resiko perfusi
serebral tidak efektif, nyeri akut
konstipasi belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi keperawatan


resiko perfusi serebral tidak efektif,
nyeri akut, dan konstipasi

47
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Selasa, 08/10/2019 D0017
sore
16.00 1. Memonitor tanda vital
TD: 130/80 mmHg, N: 93x/menit, RR:
Psd 19.00 S : Mengeluh nyeri
P: Tumor serebri
Psd
20x/menit, SpO2 96%, S: 38⁰ c Q: Seperti tertekan
16.05 2. Memonitor intake cairan, parenteral R: Kepala belakang
500cc/24jam NaCl S: 3
16.15 3. Memberikan posisi semi fowler 30⁰ T: Hilang timbul
16.17 4. Mempertahankan suhu tubuh normal - Keluarga klien mengatakan bahwa
dengan mengompres pada bagian ketiak klien belum BAB sejak 6 hari
O:
5. Mengidentifikasi nyeri
16.20 - TD 130/80 mmHg,
P: Tumor serebri
- N 90 x/menit
Q: Seperti tertekan
- RR 20x/menit
R: Kepala belakang
- SpO2 96%
S: 4
- Kesadaran apatis
T: Hilang timbul
D0077 - S: 37,9 ⁰ C
16.23
6. Menganjurkan untuk menggunakan
- Terdapat wajah meringis nyeri
teknik nonfarmakologis relaksasi nafas
- Klien masih mengalami
dalam
hematemesis warna coklat
7. Injeksi Obat Metamizole 5gr/ 8 jam (IV) kehitaman
18.30 dan Omeprazole 40mg/ 6 jam (IV)
- Terdapat distensi abdomen
D0049 18.35 8. Berkolaborasi dengan tim medis lain - Peristaltik usus 3x/menit
tentang penurunan frekuensi defekasi,
melaporkan ke PP bahwa klien belum A:
BAB sejak 7 hari Masalah keperawatan resiko perfusi
serebral tidak efektif, nyeri akut
konstipasi belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi keperawatan


resiko perfusi serebral tidak efektif,
nyeri akut, dan konstipasi

48
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Selasa, 08/10/2019 D0017
Malam
22.30 1. Memonitor tanda vital
TD: 140/70 mmHg, N: 93x/menit, RR:
ʧ 04.30 S : Mengeluh nyeri
P: Tumor serebri
ʧ
20x/menit, SpO2 96%, S: 37,6⁰ c Q: Seperti tertekan
22.35 2. Memonitor MAP, hasil 93,3 mmHg R: Kepala belakang
22.36 3. Memonitor status pernafasan suara nafas S: 2
vesikuler tidak ada penggunaan otot T: Hilang timbul
bantu nafas - Keluarga klien mengatakan klien
22.40 4. Memonitor intake cairan, parenteral masih belum BAB
500cc/24jam NaCl O:
22.45 - TD 140/70 mmHg, MAP: 93,3
5. Memberikan posisi semi fowler 30⁰
22.50 mmHg
6. Mempertahankan suhu tubuh normal
- N 85 x/menit
dengan mengompres pada bagian ketiak
- RR 20x/menit
7. Mengidentifikasi nyeri - Suhu 38,4 ⁰ C
D0077 04.00 P: Tumor serebri
- SpO2 96%
Q: Seperti tertekan - Terdapat wajah meringis nyeri
R: Kepala belakang - Klien masih mengalami
S: 4
hematemesis warna coklat
T: Hilang timbul kehitaman
8. Menganjurkan untuk menggunakan - Terdapat distensi abdomen
04.05 teknik nonfarmakologis relaksasi nafas - Peristaltik usus 4x/menit
dalam
9. Melakukan evaluasi BAB, hasil keluarga A:
D0049 04.10 mengatakan klien masih belum BAB Masalah keperawatan resiko perfusi
serebral tidak efektif, nyeri akut
konstipasi belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi keperawatan


resiko perfusi serebral tidak efektif,
nyeri akut, dan konstipasi

49
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Rabu, 09/10/2019 D0017
Pagi
09.00 1. Memonitor tanda vital:
TD: 130/80mmHg, N: 93x /menit. RR:
Asp 1100 S:
- Klien tidak mengeluh nyeri kepala
Asp
20x/menit, S: 37,8⁰ c, SpO2: 97% lagi (skala 0)
2. Memonitor tanda dan gejala TIK, hasil - Keluarga klien mengatakan klien
09.15 kesadaran somnolen , GCS 435 masih belum BAB
3. Memonitor MAP hasil 96,6 mmHg
09.16 4. Memonitor tanda gejala TIK, klien O:
09.17 masih hematemesis cairan 200-250 cc - TD 130/80 mmHg, MAP: 96,6
berwarna coklat mmHg
- N 88x/menit
5. Meminimalkan stimulus dengan
- RR 20x/menit
menyediakan lingkungan yang tenang
D0077 09.20 - SpO2 97%
6. Mengidentifikasi nyeri, hasil klien tidak
- Suhu 38,1 ⁰ C
mengeluh nyeri kepala
09.23 - Kesadaran apatis, GCS: 435
7. Menganjurkan teknik relaksasi nafas
- Klien masih hematemesis, cairan
09.25 dalam bila di rasa nyeri
lambung 200-250cc berwarna
D0049 8. Memberikan obat Metamizole 5gr/ 8 coklat
10.00 jam (IV) dan Omeprazole 40mg/ 6 jam - Tidak ada meringis nyeri
(IV) - Terdapat distensi abdomen
- Peristaltik usus 4x/menit

A: Masalah keperawatan resiko perfusi


serebral tidak efektif, konstipasi belum
teratasi.
Masalah keperawatan nyeri akut teratasi

P : Lanjutkan intervensi keperawatan


resiko perfusi serebral tidak efektif, dan
konstipasi . Intervensi nyeri akut
dihentikan

50
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Rabu, 09/10/2019 D0017
Sore
16.00 1. Memonitor tanda vital:
TD: 130/80mmHg, N: 93x /menit. RR:
Rf 19.00 S:
- Klien tidak mengeluh nyeri kepala
Rf
20x/menit, S: 37,6⁰ c, SpO2: 97% lagi skala 0
16.15 2. Memonitor tanda dan gejala TIK, hasil - Keluarga masih mengeluh klien
kesadaran apatis , GCS 435 belum BAB
16.16 3. Memonitor MAP hasil 96,6 mmHg
16.17 4. Meminimalkan stimulus dengan O:
D0077 16.20 menyediakan lingkungan yang tenang - TD 130/80 mmHg, MAP: 96,6
5. Mengidentifikasi nyeri, hasil klien tidak mmHg
16.23 mengeluh nyeri kepala - N 793x/menit
- RR 20x/menit
6. Menganjurkan teknik relaksasi nafas
16.25 - SpO2 97%
dalam bila di rasa nyeri
- Suhu : 38,7 ⁰ C
7. Kolaborasi obat pencahar, fleet enema
- Kesadaran apatis, GCS: 445
D0049 16.30 133 ml
- Klien masih hematemesis, cairan
18.00 8. Memberikan obat Metamizole 5gr/ 8 lambung 200-250cc
jam (IV) dan Omeprazole 40mg/ 6 jam - Terdapat distensi abdomen
(IV) - Peristaltik usus 5x/menit
- Tidak ada meringis nyeri

A: Masalah keperawatan resiko perfusi


serebral tidak efektif, konstipasi belum
teratasi.
Masalah keperawatan nyeri akut teratasi

P : Lanjutkan intervensi keperawatan


resiko perfusi serebral tidak efektif, dan
konstipasi

51
Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi dan respon tiap tindakan Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Rabu, 09/10/2019 D0017
Malam
09.00 1. Memonitor tanda dan gejala TIK, hasil
klien tidak lagi hematemesis, kesadaran
Dr 14.00 S:
- Klien sudah tidak mengeluh adanya
Dr
compos mentis, GCS 446 nyeri kepala
09.05 2. Melakukan observasi tanda vital, hasil - Keluarga mengeluh klien belum
TD: 140/80mmzhg, N: 90x/menit, RR: BAB setelah diberikan fleet enema
20x/menit, S: 38⁰ c, SpO2 : 96% O:
09.15 3. Memonitor MAP, hasil 100mmHg - TD 140/80 mmHg, MAP:
09.20 4. Memonitor status pernafasan, hasil suara 100mmHg
nafas vesikuler tidak ada PCH - RR: 20x/menit
- N 90 x/menit
5. Mengidentifikasi nyeri hasil klien tidak
D0077 09.25 - SpO2 96%
mengeluhkan nyeri kepala
- Suhu 38,3 ⁰ C
6. Klien sudah tidak puasa
D0049 13.00 - Kesadaran apatis, GCS: 445
13.05 7. Memeriksa pergerakan usus (5x/menit)
- Peristaltik usus 7x/menit
dan karakteristik feses, hasil bising usus
- Klien masih terdapat hematemesis
normal, klien belum BAB walaupun
berwarna hitam kecoklatan
sudah dilakukan flet enema
- Masih terdapat distensi abdomen
13.10 8. Menjelaskan penyebab masalah - Tidak ada meringis nyeri
konstipasi yaitu tirah baring yang cukup
lama pada keluarganya A:
13.20 9. Berkolaborasi dengan tim medis lain - Masalah keperawatan resiko perfusi
tentang penurunan frekuensi defekasi serebral tidak efektif dan konstipasi
belum teratasi.
- Masalah keperawatan nyeri akut
teratasi

P : Intervensi resiko perfusi serebral


tidak efektif dan konstipasi dilanjutkan

52
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian Keperawatan


Tn. B berusia 63 tahun datang ke RSUD Dr.Soetomo dengan keluhan muntah serta
rujukan dari RS Blambangan Banyuwangi. Klien mengalami kelemahan separuh
tubuh kiri sejak 4 bulan yang lalu. Klien mengalami muntah darah berwarna
kehitaman & terpasang Nasogastrik Tube hari ke 11. Klien memiliki riwayat
penyakit stroke 4 bulan yang lalu dan memiliki riwayat diabetes mellitus serta
hipertensi. Setelah dilakukan pengkajian di ruang Seruni B RSUD Dr. Seotomo
didapatkan data bahwa keluarga klien mengeluh klien terus muntah darah berwarna
kehitaman. Klien mengatakan dengan bahasa non-verbal terdapat nyeri di bagian
kepala belakang dengan skala 4 serta hilang timbul.

4.2 Asuhan Keperawatan dan Teori


4.2.1 Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Pasien dengan tumor otak pada kasus Tn. B di Ruang Seruni B RSUD Dr.
Soetomo Surabaya menandakan adanya tumor otak yang sudah metastase sehingga
pasien mengalami penurunan suplai oksigen ke jaringan otak. Tn. B mengalami
penurunan kesadaran sehingga kadar oksigen dalam darah menjadi berkurang.
Tumor otak terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi
atau infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis pada jaringan otak. Gangguan suplai darah darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer. Serangan kejang sebagai
manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan
perubahan suplai darah ke jaringan otak.
Diagnosa tersebut ditegakkan karena risiko perfusi jaringan serebral tidak
efektif berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak. Alasan diagnosa
tersebut di tegakkan karena klien mengalami penurunan kesdaran. Diagnosa
tersebut dijadikan prioritas masalah utama pada Tn. B karena kondisi Tn. B yang
mengalami penurunan kesadaran sehingga memperkuat diagnosa risiko perfusi

53
serebral tidak efektif.
Intervensi yang diberikan yaitu :
1. Monitoring vital sign
Hasil : TD : 140/80, Nadi : 93 x/menit, RR : 20 x/menit, SpO2 96%, Suhu : 37,8°C
2. Memonitoring MAP, hasil 100 mmHg
3. Memonitoring status pernapasan : suara napas vesikuler tidak ada penggunaan
otot bantu napas
4. Monitoring intake cairan, parenteral 500 cc/24 jam NaCl
5. Memposisikan pasien semi fowler 30°

4.2.2 Nyeri Akut


Pasien dengan tumor otak akan mengalami nyeri yang hebat karena adanya
kerusakan saraf diotak yang membuat rangsangan nyeri pada kepala semakin hebat.
Tn. B merasakan nyeri apabila menggerakkan badannya dan nyeri pada kepala
bagian belakang. Dari data obyektif menandakan wajah yang meringis pada Tn. B
karena nyeri.
P : tumor serebri
Q : nyeri seperti tertekan
R : nyeri pada bagian kepala belakang
S : skala nyeri 4
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul
Definisi nyeri akut pada SDKI, 2016 merupakan pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan. Gejala dan tanda minor yang terjadi pada pasien adalah
frekuensi nadi meningkat dan pola napas yang berubah. Tumor otak menyebabkan
nyeri karena adanya kerusakan saraf diotak yang menyebabkan obstruksi pada vena
otak dan otak menjadi edema, sehingga rentan mengalami peningkatan TIK dan
menyebabkan rasa sakit di kepala.
Pada diagnosa nyeri akut diambil karena adanya tanda minor yaitu
peningkatan nadi, dan wajah terlihat meringis. Diagnosa nyeri akut ditegakkan
karena pada kasus tumor otak pasien rentan mengalami nyeri kepala sehingga
wajah tampak meringis dan peningkatan nadi memperkuat diagnosa nyeri akut.

54
sehingga Tn. B diberikan intervensi
1. Monitoring vital sign
Hasil : TD : 140/80, Nadi : 93 x/menit, RR : 20 x/menit, SpO2 96%, Suhu : 37,8°C
2. Menganjurkan untuk menggunakan teknik non farmakologis relaksasi napas
dalam
3. Memberikan injeksi obat santagesik 50 mg/iv, ranitidin 50 mg/iv dan
dexamethason 5 mg/iv

4.2.3 Konstipasi
Pada pasien kasus di Seruni B, Tn B dengan diagnosa medis tumor otak
mengalami konstipasi atau kesulitan dalam BAB. Hal ini dikarenakan adanya
penekanan tumor pada saraf simpatis vagus yang mengakibatkan adanya gangguan
dalam pencernaan khususnya defekasi. Data subjektif didapatkan keluarga klien
mengeluh klien belum BAB selama 6 hari dan ditemukan data objektif terdapat
distensi abdomen, klien muntah darah (hitam), serta suara peristaltik hanya
5x/menit.
Pengertian diagnosa konstipasi dalam SDKI 2016 adalah penurunan defekasi
normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta feses kering dan
banyak. Gejala dan tanda mayor yang didapatkan pada kasus ini adalalah defekasi
kurang dari 2 kali dalam seminggu serta peristaltik menurun, dan untuk tanda minor
yaitu terdapat distensi pada abdomen.
Intervensi yang diberikan yaitu :
1. Mengolaborasikan pemberian obat pencahar fleet enema 133 ml
2. Mengevaluasi dan monitor pergerakan dan karakteristik feses, bising usus
(kurang)
3. Menjelaskan mengenai konstipasi serta penyebab konstipasi yaitu adanya tirah
baring dengan jangka waktu lama serta tumor otak.

55
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Masalah keperawatan utama yang muncul
adalah risiko perfusi serebral tidak efektif, nyeri akut, konstipasi dan gangguan
mobilitas fisik. Intervensi keperawatan yang dilakukan kepada klien adalah monitor
tanda vital, monitor MAP, memberikan posisi semi fowler, mempertahankan suhu tubuh
normal dan monitor TIK.
5.2. Saran
Diharapkan perawat mampu untuk melakukan identifikasi mengenai penyakit tumor
otak dan melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai. Selain memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai perawat juga dapat memperikan informasi dan edukasi
terhadap klien yang terkena penyakit tersebut maupun keluarga klien

56
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Ariani, TA. 2012. Sistem neurobehavior. Jakarta : Salemba Medika.


Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Saraf.
Jakarta : Salemba Medika.
Widagdo, 2012.Tata Lakasana Penyakit Tumor.Jakarta : CV Sagung Seto.
Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
http://eprints.ums.ac.id/30929/13/naskah_publikasi_.pdf diakses pada 10 Oktober
2019
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/brain-tumor-diagnosis/
diakses pada 10 Oktober 2019
Wilkinson.J.M & Ahern.N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta: ECG.
Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI
Tim Pokja SLKI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI
Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI

57

Anda mungkin juga menyukai