Anda di halaman 1dari 19

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Pengertian Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik,
sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan listrik. Larutan elektrolit dapat dibedakan menjadi elektrolit
kuat dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat mempunyai daya hantar yang relatif
tinggi walaupun konsentrasinya relatif kecil, sedangkan elektrolit lemah
mempunya daya hantar yang relatif rendah walaupun konsentrasinya relatif
besar.
Lihat juga materi lainnya:
Larutan Penyangga
Laju Reaksi
Aki (akumulator) sebagai sumber arus listrik yang dapat diisi ulang adalah
komponen yang penting dalam kendaraan bermotor. Sebagai sel elektrokimia,
aki terdiri dari komponen elektroda dan larutan elektrolit. Larutan elektrolit
yang terdapat dalam aki adalah larutan asam sulfat yang biasanya dikenal
sebagai air aki accuzuur.

Hasil uji hantaran listrik dari larutan elektrolit kuat (kiri), elektrolit lemah
(tengah), dan larutan non elektrolit (kanan)
(Sumber: Kotz, John C., Treichel, Paul M., & Townsend, John R. 2012.
Chemistry & Chemical Reactivity (8th edition). California: Brooks/Cole)

Mekanisme Hantaran Listrik Melalui Larutan


Menurut teori ionisasi Arrhenius, larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik
karena terdapat ion-ion yang bergerak bebas dalam larutan. Ion-ion tersebut
yang berperan dalam menghantarkan arus listrik melalui larutan. Sebagai
contoh, larutan NaCl merupakan larutan elektrolit. Zat terlarut NaCl di dalam
pelarut air akan terdisosiasi (terurai) menjadi ion Na+ dan ion Cl−. Dalam
eksperimen hantaran listrik larutan elektrolit dengan menggunakan sumber arus
listrik searah, lampu, dan dua elektroda, ion-ion bermuatan positif akan
bergerak ke arah elektroda yang terhubung ke kutub negatif (katoda) sedangkan
ion-ion bermuatan negatif akan bergerak ke arah elektroda yang terhubung ke
kutub positif (anoda).
Pada larutan non elektrolit, zat non elektrolit yang terlarut tidak dapat terurai
menjadi ion-ion, sehingga tidak terdapat ion-ion bebas yang dapat
menghantarkan arus listrik. Sebagai contoh, larutan gula sukrosa (C12H22O11)
merupakan larutan non elektrolit. Zat terlarut sukrosa di dalam pelarut air tidak
dapat terurai menjadi ion, sehingga tidak terdapat ion bebas yang dapat
menghantarkan listrik.
Daya Hantar Listrik dan Ikatan Kimia
Kemampuan menghantarkan listrik dari suatu larutan bergantung pada zat
terlarut. Jenis ikatan kimia pada zat terlarut merupakan faktor utama yang
mempengaruhi daya hantarnya. Ditinjau dari ikatan kimia, senyawa kimia dapat
dibedakan menjadi senyawa ionik dan senyawa kovalen.
1. Senyawa ionik
Senyawa ionik adalah senyawa yang terdiri dari ion-ion positif dan negatif yang
bergabung oleh karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatis. Contoh
senyawa ionik antara lain NaCl, KBr, CuCl2, Ca(NO3)2, (NH4)2S, NaOH,
BaSO4, dan AgCl. Dalam bentuk padat (kristal), ion-ion tersebut berada dalam
posisi tetap pada kisi kristalnya sehingga tidak dapat bergerak bebas. Oleh
karena itu, padatan senyawa ionik tidak dapat menghantarkan listrik. Jika
padatan tersebut dilelehkan atau dilarutkan dalam air, maka ion-ion tersebut
dapat terurai dari kisinya dan bergerak bebas sehingga dapat menghantarkan
arus listrik. Ketika senyawa ionik dilarutkan dalam air, ion-ion positif dan ion-
ion negatif akan dikelilingi oleh molekul-molekul air sehingga terjadi stabilisasi
muatan oleh proses pelarutan (solvasi) oleh air. Berikut beberapa contoh
persamaan reaksi yang dapat dituliskan dari proses pelarutan beberapa senyawa
ionik oleh air.
Ilustrasi pelarutan padatan senyawa ionik (kiri) dalam air: ion positif dan ion
negatif dari senyawa ionik tersebut dikelilingi oleh molekul-molekul air (kanan)
(Sumber: Petrucci, Ralph H. et al. 2017. General Chemistry: Principles and
Modern Applications (11th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.)

Pada umumnya semua senyawa ionik yang mudah larut dalam air, seperti NaCl,
KBr, CuCl2, Ca(NO3)2, (NH4)2S, dan NaOH adalah elektrolit kuat. Namun,
untuk senyawa ionik yang cenderung sukar larut dalam air seperti CaC2O4,
SrCO3, BaSO4 dan AgCl, daya hantarannya akan cenderung lebih lemah.

2. Senyawa kovalen
Senyawa kovalen adalah senyawa yang terdiri dari satuan-satuan diskrit yang
disebut molekul-molekul, yang terdiri dari beberapa atom nonlogam yang
berikatan kovalen. Senyawa kovalen ada yang bersifat polar dan adapula yang
nonpolar. Senyawa kovalen polar ada yang dapat mengalami ionisasi bila
dilarutkan dalam air, sehingga membentuk ion-ion bebas yang dapat
menghantarkan listrik misalnya HCl, H2SO4, H2C2O4, CH3COOH, dan NH3.
Senyawa-senyawa tersebut merupakan zat elektrolit. Berikut beberapa contoh
persamaan reaksi yang dapat dituliskan dari proses pelarutan beberapa senyawa
kovalen polar terionisasi oleh air.

Namun, adapula senyawa kovalen polar yang tidak dapat terionisasi, misalnya
aseton, sehingga tidak dapat menghantarkan listrik. Semua senyawa kovalen
nonpolar, seperti Br2 dan CH4, juga tidak dapat terionisasi. Jadi, senyawa
kovalen polar yang tidak terionisasi dan senyawa kovalen nonpolar merupakan
zat non elektrolit.
Larutan Elektrolit Kuat dan Larutan Elektrolit
Lemah
Perbedaan utama larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah adalah daya
hantarnya ketika konsentrasi kedua jenis elektrolit sama. Pada elektrolit kuat,
elektrolit dapat terurai sempurna atau hampir sempurna menjadi ion-ion dalam
pelarutnya. Contoh larutan elektrolit kuat yaitu senyawa-senyawa garam mudah
larut dalam air, basa kuat, dan asam kuat, seperti NaCl, KBr, CuCl2, Ca(NO3)2,
(NH4)2S, NaOH, Ba(OH)2, HCl, dan H2SO4. Sedangkan, pada elektrolit lemah,
elektrolit hanya dapat terurai sebagian kecil menjadi ion-ion dalam pelarutnya.
Contoh larutan elektrolit lemah yaitu senyawa-senyawa asam lemah dan basa
lemah, seperti H2C2O4, CH3COOH, N2H4, dan NH3. Secara kuantitatif, kuat
lemahnya elektrolit dapat dinyatakan sebagai derajat ionisasi / derajat disosiasi,
α.

Pada larutan elektrolit kuat yang terionisasi/terdisosiasi sempurna, nilai α = 1,


sedangkan yang terionisasi hampir sempurna, nilai α mendekati 1. Pada larutan
non elektrolit, nilai α = 0. Jadi, batas nilai α untuk larutan elektrolit lemah
adalah 0 < α <
............................ 23
1. Simpulan....................................................................................................... 23
2. Saran............................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 25

BAB I
PENDAHULUAN
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut

adalah zat yang terdispersi ( tersebar secara merata ) dalam zat pelarut. Zat terlarut

mempunyai jumlah yang lebih sedikit dalam campuran. Ini biasa di sebut dengan

solute. Sedangkan zat pelarut adalah zat yang mendispersi atau ( fase pendispersi )

komponen – komponen zat terlarut. Zat pelarut mempunyai jumlah yang lebih banyak

dalam campuran. Zat pelarut di sebut solvent. Pelarut tidak harus cairan, tetapi dapat

berupa padatan atau gas asal dapat melarutkan zat lain. Sistem semacam ini

disebut sistem dispersi. Untuk sistem dispersi, zat yang berfungsi seperti pelarut

disebut medium pendispersi, sementara zat yang berperan seperti zat terlarut disebut

dengan zat terdispersi (dispersoid).

Jika memungkinkan semua reaksi kimia sebaiknya dilakukan dalam larutan

cair sebab reaksi kimia dalam keadaan padat atau gas memerlukan energi dan

teknologi yang relatif mahal karena terjadi pada suhu dan tekanan tinggi. Adapun

reaksi kimia dalam larutan relative murah karena dapat terjadi pada suhu dan tekanan

relatif rendah, sehingga tidak memerlukan perangkat alat yang berteknologi tinggi.

Zat-zat yang dilarutkan dapat memiliki sifat-sifat yang sama atau berbeda

dengan sifat-sifat zat sebelum dicampurkan. Contoh, NaCl adalah zat padat ionic yang

jika dilarutkan dalam pelarut air, sifat kovalennya hilang yang kemudian berubah

menjadi ionik.

Beberapa sifat yang terkait dengan pencampuran zat untuk membentuk larutan

diantaranya adalah larutan elektrolit dan non elektrolit, sifat koligatif larutan yang
bergantung pada molaritas zat bukan pada jenisnya, dan sifat yang lebih penting

adalah kesamaan atau kebebasan suatu larutan.

Ada beberapa alasan praktis untuk membuat larutan. Pertama, banyak reaksi-

reaksi kimia berlangsung dalam larutan. Reaksi-reaksi biokimia dalam organisme

hidup semuanya berlangsung dalam bentuk larutan. Reaksi-rekasi organic dan

anorganik semuanya berlangsung dalam larutan. Kedua, reaksi kimia dalam larutan

tidak memerlukan reaktor yang tahan terhahadap suhu dan tekanan tinggi sebab

reaksi dalam larutan berlangsung pada suhu relatif rendah dan tekanan atmosfer.[1]

Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem

homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya

tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang

heterogen disebut campuran. Biasanya istilah larutan dianggap sebagai cairan yang

mengandung zat terlarut, misalnya padatan atau gas dengan kata lain larutan

tidak hanya terbatas pada cairan saja.

Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat terlarut, yang

dapat dipertukarkan tergantung jumlahnya. Pelarut merupakan komponen yang

utama yang terdapat dalam jumlah yang banyak, sedangkan komponen minornya

merupakan zat terlarut. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih

zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur.

Semua gas bersifat dapat bercampur dengan sesamanya, karena itu campuran gas

adalah larutan.

Jenis-jenis larutan

1. Gas dalam gas – seluruh campuran gas

2. Gas dalam cairan – oksigen dalam air

3. Cairan dalam cairan – alkohol dalam air

4. Padatan dalam cairan – gula dalam air

5. Gas dalam padatan – hidrogen dalam paladium


6. Cairan dalam padatan – Hg dalam perak

7. Padatan dalam padatan – alloys

Pada larutan ataupun sistem dispersi, zat terlarut dapat berupa padatan, cairan

atau gas. Bahkan bila zat terlarut adalah cairan, tidak ada kesulitan dalam

membedakan peran pelarut dan zat terlarut bila kuantitas zat terlarut lebih kecil dari

pelarut. Namun, bila kuantitas zat terlarut dan pelarut, sukar untuk memutuskan

manakah pelarut mana zat terlarut. Dalam kasus yang terakhir ini, Anda dapat sebut

komponen 1, komponen 2, dst.

Tabel 1.1

Zat terlarut Pelarut Contoh

Gas Gas Udara, semua campuran gas

Gas Cair Karbon dioksida dalam air

Gas Padat Hidrogen dalam platina

Cair Cair Alkohol dalam air

Cair Padat Raksa dalam tembaga

Padat Padat Perak dalam platina

Padat Cair Garam dalam air

Suatu zat dikatakan larutan jika campuran antara zat terlarut dan pelarutnya

bersifat homogen. Artinya tidak terdapat batas antar komponennya, sehingga tidak

dapat dibedakan lagi antara zat pelarut (air) dan terlarutnya. Beda halnya dengan air

kopi, masih terdapat perbedaan antara keduanya, walaupun secara kasat mata, airnya

sudah berubah warna menjadi hitam. Hal ini juga berlaku untuk campuran antara

pasir dan air. Anda bisa menambahkan sendiri contoh-contonya. Untuk air kopi kita

menyebutnya sebagai larutan heterogen/campuran .


BAB II
PEMBAHASAN
1. Larutan Elektrolit dan Larutan Non-Elektrolit
Dalam pelarut air, zat padat dapat berada dalam keadaan ion-ion maupun molekul-

molekulnya. Jika NaCl terlarut dalam air, masing-masing ion Na+ dan ion Cl- terhidrasi

oleh molekul-molekul air dan bergerak secara bebas keseluruh medium larutan. Jika

glukosa atau etanol larut dalam air, zat-zat tersebut tidak terdapat dalam bentuk ion,

melainkan sebagai molekul. Zat-zat yang didalam air membentuk ion-ion dinakan zat

elektrolit, dan larutannya dinamakan larutan elektrolit, sebaliknya, zat-zat yang

didalam pelarut air berupa molekul disebut zat nonelektrolit dan larutan yang

terbentuk dinamakan larutan nonelektrolit.[2]

Alat untuk menguji apakah larutan itu bersifat elektrolit atau tidak disebutelektrolit

tester.

Masukan dua batang logam, (misalkan tembaga) kedalam larutan. Keduanya tidak

bersentuhan dan masing-masing dihubungkan dengan katub arus listrik searah.[3]

Secara eksperimen berdasarkan daya hantar listriknya, Larutan dapat dibedakan

menjadi Larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan

yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non elektrolit adalah

larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.

1. Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan

memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung

gas dalam larutan .Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian

tergolong ke dalam larutan elektrolit.

Setelah semua alat(kabel, larutan elektrolit,elektroda, lampu holder dan bola

lampu) disusun, dan kemudian dihubungkan ke sumber listrik, terlihat lampu menyala.

Ini membuktikan bahwa pada gambar listrik mengalir melalui larutan elektrolit.

Beberapa macam larutan elektrolit yaitu berupa asam, basa kuat dan garam.

Dalam keadaan murni, asam merupakan senyawa kovalen tetapi jika dilarutkan

didalam air akan terurai menjadi ion-ion.


HCl(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + Cl-(aq)

Umumnya, basa merupakan senyawa ionic, kecuali NH3 adalah basa yang dalam

keadaan murni berupa senyawa kovalen dan didalam air terurai menjadi ion-ionnya.

NH3(g) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH-(aq)

Semua garam merupakan merupakan senyawa ionic. Jika garam dilarutkan

didalam air, ion-ion garam akan melepaskan diri dari kisi-kisi Kristal yang selanjutnya

terhidrasi di dalam pelarut air.

NaCl-(s) + H2O(l) → Na+(aq) + Cl-(aq) [4]

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan elektrolit dapat dibedakan menjadi

larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Elektrolit kuat dengan daya hantar

yang besar. Contohnya larutan asam kuat, basa kuat dan garam. Dan elektrolit lemah,

yaitu larutan dengan daya hantar yang lemah.

Tabel contoh larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit.

Elektolit Kuat Elektrolit lemah

HCl CH2COOH

H2SO4 HF

HNO3 HNO2

HClO4 NH3

a. Larutan Elektrolit Kuat

Pada larutan elektrolit kuat, seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion

(terionisasi sempurna). Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik,

maka daya hantarnya kuat. pada persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat ditandai

dengan anak panah satu arah ke kanan, dengan harga derajat ionisasi adalah satu (α

= 1).

Yang tergolong elektrolit kuat adalah :

1) Asam kuat, antara lain: HCl, HClO3, HClO4, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
2) Basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, antara lain : NaOH,

KOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.

3) Garam-garam yang mempunyai kelarutan tinggi, antara lain : NaCl, KCl, KI,

Al2(SO4)3 dan lain-lain.

Ciri – ciri larutan elektrolit kuat :

1. Nyala lampu terang

2. Menghasilkan banyak ion

3. Molekul netral pada larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali

4. Penghantar listrik yang baik

5. Gelembung gas banyak

6. α = 1 atau terionisasi dengan sempurna

Contoh : NaCl → Na+ + Cl-

b. larutan Elektrolit Lemah

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat memberikan nyala redup

ataupun tidak menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya. Hal

ini disebabkan tidak semua terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak sempurna) sehingga

dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Dalam

persamaan reaksi, ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah (bolak-

balik), dengan harga derajat ionisasi lebih dari nol tetapi kurang dari satu (0 < α < 1).

Yang tergolong elektrolit lemah adalah:

1) Asam lemah, antara lain: CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S

2) Basa lemah, antara lain: NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.

3) Garam-garam yang sukar larut, antara lain: AgCl, CaCrO4, PbI2

Ciri – ciri larutan elektrolit kuat :

1. Nyala lampu redup

2. Menghasilkan sedikit ion

3. Molekul netral dalam larutan banyak


4. Terionisasi hanya sebagian kecil

5. Penghantar listrik yang buruk

6. Gelembung gas sedikit

7. 0 < α < 1 atau terionisasi sebagian

Contoh : CH3COOH CH3COO- + H+

2. Larutan Non-Elektrolit

Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik

dengan memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu

tidak menyala pada alat uji. Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada

pengujian tergolong ke dalam larutan nonelektrolit.

Setelah semua alat(kabel, larutan elektrolit,elektroda, lampu holder dan bola

lampu) disusun, dan kemudian dihubungkan ke sumber listrik, terlihat lampu tidak

menyala. Ini membuktikan bahwa pada gambar tidak mengalir melalui larutan non

elektrolit.

Larutan non elektrolit merupakan larutan yang dibentuk dari zat non elektrolit.

Sedangkan zat non elektrolit itu sendiri merupakan zat-zat yang di dalam air tidak

terurai dalam bentuk ion-ionnya, tetapi terurai dalam bentuk molekuler.

Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:

1. Larutan urea

2. Larutan sukrosa

3. Larutan glukosa

4. Larutan alkohol dan lain-lain

Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Tidak menghasilkan ion

2. Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya


3. Tidak terionisasi

4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung, dan lampu

tidak menyala

5. Derajat ionisasi = 0

Tabel pengujian daya hantar listrik beberapa larutan

Nyala Lampu Gelembung Gas


Larutan
Ada Tidak ada Ada Tidak Ada

Larutan Ureautan – √ – √
Larutan Anomia – √ √ –
Laruran HCL √ – √ –
Larutan Cuka – √ √ –
Air aki √ – √ –
Larutan alcohol – √ – √
Air laut √ – √ –
Larutan H2S – √ √ –
Air Kapur √ – √ –
Larutan Glukosa – √ – √

2. Sifat Daya Hantar Listrik dalam Larutan


Larutan tergolong ke dalam campuran homogen yang terdiri dari
pelarut dan zat terlarut. Pelarut -pelarut yang biasa digunakan adalah air.
Sedangkan zat terlarut terdiri dari berbagai senyawa ion maupun kovalen.
sifat daya hantar listrik zat yang terlarut dalam air dapat diketahui dengan
uji nyala

Gambaran Bentuk Molekul Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah, dan


Nonelektrolit.
Jenis Sifat dan Pengamatan
Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi
Larutan Lain

- Terionisasi sempurna NaCl —> Na+ + Cl-


- Menghantarkan arus NaOH —> Na+ +
listrik OH-
Elektrolit NaCl, NaOH, H2SO4,
- Lampu menyala H2SO4 —> H+ +
Kuat HCl, dan KCl
terang SO42-
- Terdapat gelembung HCl —> H+ + Cl-
gas KCl —> K+ + Cl-

- Terionisasi sebagian
- Menghantarkan arus CH3COOH –> H+ +
listrik CH3COOH-
Elektolit CH3COOH, N4OH,
- Lampu menyala HCN –> H+ + CN-
Lemah HCN, dan Al(OH)3
redup Al(OH)3 –> Al3+ +
- Terdapat gelembung OH-
gas

- Tidak terionisasi
- Tidak menghantarkan C6H12O6 C6H12O6
Non arus listrik C12H22O11 C12H22O11
Elektrolit - Lampu tidak menyala CO(NH2)2 CO(NH2)2
- Tidak terdapat C2H5OH C2H5OH
gelembung gas

3. Cara Larutan Elektrolit Menghantarkan Arus listrik

Teori ionisasi

Pada Tahun 1887, seorang ilmuwan Swedia yang bernama Svante August

Arrhenius mengemukakan sebuah teori yang menjelaskan mengapa larutan elektrolit


dapat menghantarkan arus listrik. Menurutnya, larutan elektrolit dapat

menghantarkan arus listrik, karena dalam larutan elektrolit tersebut terdapat ion-ion

yang dapat bergerak bebas. Ion-ion inilah yang dapat menghantarkan arus listrik.

Untuk lebih memahami teori Arhennius ini, coba perhatikan gambar di atas!

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa arus listrik mengalir melalui larutan

elektrolit(CuCl2) yang ditandai dengan bergeraknya jarum amperemeter. Hal ini

dikarenakan larutan tersebut terion menjadi ion Ca2+ yang bergerak menuju katoda

dan ion Cl- yang bergerak menuju anoda.

Berdasarkan gambar pertama terlihat bahwa larutan elektrolit kuat (NaCl)


terion sempurna menjadi ion Na+ dan Cl- sehingga dapat menghidupkan
lampu dengan terang karena jumlah ion yang banyak. Sedangkan pada
gambar ke dua terlihat larutan elektrolit lemah(CH3COOH) terion sebagian
menjadi ion CH3COO- dan ion H+ dan sebagian dalam bentuk CH3COOH
Karena jumlah ion yang sedikit maka lampu menyala dengan redup.
Daya hantar listrik pada larutan elektrolit kuat, lemah dan non elektrolit
merupakan kekuatan elektrolit yang dinyatakan dengan derajat ionisasi (α).
Secara matematis dinyatakan dengan persamaan berikut
α = mol zat yang terionisasi
mol zat mula-mula.
Berdasarkan persamaan diatas dan kegiatan sebelumnya :
Jika α = 1, maka zat terionisasi sempurna dan merupakan latutan elektrolit
kuat.
Jika 0< α <1, maka zat terionisasi sebagian dan merupakan larutan elektrolit
lemah.
Jika α = 0, maka zat tidak terionisasi dan merupakan larutan non elektrolit
Larutan elektrolit dapat menghantarkanarus listrik sedangkan larutan

nonelektrolit tidak menghantarkan arus listrik. Hantaran listrik larutan disebabkan

oleh partikel bermuatan yang disebut ion. Ion positif tertarik ke katoda (-) dan ion

negative ke anoda (+). Totalnya merupakan perpindahan muatan dari suatu kutub ke

kutub lain. Karena adanya perbedaan muatan. Aliran ion inilah yang menyebabkan

larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik.

Listrik dapat mengalir dari dua medium, yaitu logam dan larutan. Dalam

logam, listrik diantarkan oleh electron bermuatan negatif yang bergerak sehingga

disebut penghantar elektronik. Dalam larutan, listrik dihantrakan oleh ion yang

bergerak dan disebut penghantar elektronik.[5]

Perubahan suatu senyawa menjadi ion-ion dalam suatu larutan disebut proses

ionisasi. Proses ionisasi merupakan salah satu cara menunjukan pembentukan ion-ion,

umumnya ditulis tanpa melibatkan molekul air atau pelarut, namun terkadang molekul

air dituliskan juga. Misalnya HCl yang dilarutkan dalam air dapat ditulis dalam dua

persamaan:

HCl →H+ + Cl–

HCl + H2O →H3O+ + Cl–

CH3COOH →H+ + CH3COO–

CH3COOH + H2O →H3O+ + CH3COO–

Pada mulanya hantaran listrik larutan ditentukan dengan mengukur kuat arus

yang melalui larutan. Kemudian diketahui bahwa cara ini mengandung kesalahan,

karena arus listrik dalam larutan menimbulkan polariasi, yaitu penumpukan ion pada

elektroda. Ini dapat diatasi dengan arus bolak balik dan mengukur tahanan larutan.

Senyawa seperti glukosa, etanol, gula tebu dan larutan urea dalam bentuk

padatan, lelehan maupun larutan tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak

mengalami ionisasi atau tetap dalam bentuk molekul.


4. Sumber Ion Dalam Larutan Elektrolit
Ion-ion yang timbul dalam larutan elektrolit terdiri dari dua sumber yaitu

senyawa ionik dan senyawa kovalen polar.

a. Senyawa ionik

Senyawa ionik tersusun atas ion-ion sekalipun dalam dalam bentuk padat atau

kering.Misalnya NaCl dan NaOH. NaCl tersusun dari ion Na+ dan ion Cl¯ sedangkan

NaOH tersusun dari ion Na+dan ion OH–.

Senyawa-senyawa ionik dalam keadaan padat tidak dapat menghantarkan arus

listrik karena ion-ion yang terikata dengan kuat, sehingga tidak ion-ion tersebut tidak

mengalami mobilisasi ketika diberi beda potensial. Namun apabila senyawa ionik

dilarutkan dalam pelarut polar misalnya air, maka senyawa ionik adalah suatu

elektrolit. Hal ini disebabkan ion-ion yang awalnya terikat kuat pada kisi terlepas

kemudian segera masuk dan menyebar dengan air sebagai medium untuk bergerak.

Perlu diketahui bahwa semua senyawa ionik yang yang dapat larut dalam

pelarut polar seperti air dan lelehan senyawa ionik merupakan suatu elektrolit.Tetapi

lelehan senyawa ionik memiliki daya hantar listrik yang lebih baik dibanding

larutannya.

Hal ini disebabkan susunan ion-ion dalam lelehan senyawa ionik lebih rapat

dibanding dalam bentuk larutan, sehingga ion-ion yang ada lebih mudah atau lebih

cepat bergerak menuju anoda dan katoda ketika diberi beda potensial.

Ion dalam air dapat dibentuk dengan tiga cara, yaitu :


1. Zat terlarut adalah senyawa ion, seperti NaCl dan K2SO4

2. Zat terlarut senyawa kovalen, tetapi dalam air terurai menjadi ion, seperti HCl dan

H2SO4

3. Zat terlarut senyawa kovalen, tetapi bereaksi dengan air sehingga membentuk ion

positif dan negatif, seperti NH3 dan CO2.

b. Senyawa Kovalen Polar

Senyawa-senyawa kovalen baik kovalen polar maupun nonpolar dalam keadaan

murni tidak dapat menghantarkan arus listrik.Tetapi senyawa kovalen polar dapat

menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.Hal ini

disebabkan senyawa kovalen polar dalam pelarut yang sesuai mampu membentuk ion-

ion.

Misalnya senyawa kovalen polar mampu membentuk ion di dalam air sehingga

dapat menghantar arus listrik.Tetapi senyawa kovalen polar tidak mampu membentuk

ion di dalam benzena sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.HCl, NH3 dan

CH3COOH merupakan beberapa contoh senyawa kovalen polar.

BAB III
PENUTUP

11. Simpulan

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT


1. Larutan yang dapat menghantarkan listrik disebut larutan elektrolit,

sedangkan larutna yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan

non elektrolit.

2. Berdasarkan daya hantarnya larutan elektrolit dibedakan menjadi

larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah.

3. Jika diuji dengan elektrolit, maka pada larutan elektrolit kuat akan

terlihat gejala yaitu lampu menyala terang dan banyak gelembung gas.

Sedangkan larutan elektrolit lemah akan memperlihatkan gejala lampu yang

redup dan terdapat gelembung gas atau hanya terdapat gelempbung gas tanpa

nyala lampu. Larutan non elektrolit mempunyai gelembung gas dan tidak

membuat lampu menyala.

4. Kekuatan elektrolit dapat diukur dengan menggunakan derajat ionisasi

(α). Jika

5. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena adanya ion-

ion yang bergerak bebas.

6. Zat elektrolit kuat dalam air menggion secara sempurna, sedangkan zat

elektrolit lemah hanya mengion sebagian.

7. Zat elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar yang

mengalami pengionan.

22. Saran

 Untuk Kampus

Diharapkan penambahan buku lebih banyak lagi dalam pembahasan larutan elektrolit

dan non elektrolit.

 Untuk Dosen

Diharapkan ibu/bapak bisa menjelaskan rinci lagi mengenai larutan elektrolit dan non-

elektrolit.
 Untuk Mahasiswa

Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari lebih dalam tentang larutan elektrolit

dan larutan non-elektrolit.

Anda mungkin juga menyukai