b. Proses terjadi
1) Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui karnu
dorsalis yang bersinapsis dari daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan
menyilang dari garis median ke garis/ ke sisi lainnya dan berakhir dari korteks
sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2) Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis
dan merangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke
bagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi
dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
3) Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada
dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serabut saraf besar akan
mengakibatkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu
mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran
rangsangan akut terhambat. Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang
korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan dalam medula spinalis melaui
serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat
kecil akan menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu
mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan
menghantarkan rangsangan nyeri.
c. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala
1) Gangguan tidur
2) Posisi menghindari nyeri
3) Gerakan menghindari nyeri
4) Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
5) Perubahan nafsu makan
6) Tekanan darah meningkat
7) Depresi.
d. Komplikasi
1) Oedema Pulmonal
2) Kejang
3) Masalah Mobilisasi
4) Hipertensi
5) Hipertermi
6) Takikardi
7) Gangguan pola istirahat dan tidur. (Brunner &Suddarth, 2013).
(Hidayat, 2014)
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Farmakologi
a) Pemberian analgesic
Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu dan memblok
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi
nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis narkotika
digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada
fungsi vital,seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling banyak
ditemukan dimasyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan bahan antiinflamasi
nosteroid. Golongan aspirin (asetysalicylic acid) digunakan untuk memblok
rangsangan pada sentral dan perifer,kemungkinan menghambat sintesis
prostaglandin yang memiliki khasiat setelah 15-20 menit dengan efek puncak
obat sekitar 1-2 jam. Aspirin juga menghambat agregasi trombosit dan
antagonis lemah terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu
peredaran darah dan protombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi.
Golongan asetaminofen sama seperti aspirin,akan tetapi tidak menimbulkan
perubahan kadar protombin dan jenis Nonsteroid Anti Inflammatory Drugs
(NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis rendah dapat
berfungsi sebagai analgesi.Kelompok obat ini meliputi ibuprofen, mefenamic
acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac, dan lain-lain.
b) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang mengandung komponen obat analgesik seperti
gula, larutan garam/normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa
nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien
2) Non Farmakologi
a) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan setress, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Contoh tindakan relaksasi adalah nafas dalam dan relaksasi otot.
b) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio
(mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi
intelektual (merangkai puzzle, main catur).
c) Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri. Contoh
tindakan: sebelum klien menjalani prosedur pembedahan, perawat memberikan
penjelasan/informasi pada klien tentang pembedahan, dengan begitu klien
sudah punya gambaran dan akan lebih siap menghadapi nyeri.
d) Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
e) Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang
respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon
tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren,
dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
f) Stimulasi kutaneus
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara
ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa
dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan
stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus electrical nerve
stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus
listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.
b. Penatalaksanaan Operatif
Dengan melakukan pembedahan atau pengangkatan pada faktor yang menyebabkan
nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (International Association fol the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi.
Batasan Karakteristik :
b. Nyeri kronis
Definisi : Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai suatu
kerusakan (International Association fol the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang tanpa
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga (>3)
bulan.
Batasan karakteristik :
Subyektif
1) Depresi
2) Keletihan
3) Takut kembali cidera
Obyektif
1) Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
2) Anoreksia
3) Perubahan pola tidur
4) Wajah topeng
5) Perilaku melindungi
6) Iritabilitas
7) Perilaku protektif yang dapat diamati
8) Penurunan interaksi dengan orang lain
9) Gelisah
10) Berfokus pada diri sendiri
11) Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin, perubahan posisi
tubuh)
12) Perubahan berat badan
Faktor yang berhubungan :
1) Kanker metastasis
2) Cedera
3) Neurologi
4) Arthritis
3. Perencanaan
a. Nyeri akut
Tujuan yang diharapkan :
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
b. Nyeri kronis
Tujuan yang diharapkan :
1) Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah
2) Tidak ada posisi tubuh yang melindungi
3) Tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot
4) Tidak kehilangan nafsu makan
5) Frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atauringan
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
5. Evaluasi
Evaluasi dapat di bedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
dievaluasi selesai melakukan tindakan, dan evaluasi hasil berdasarkan rumusan tujuan
terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acuan tentang perencanaan lanjutan
terhadap masalah nyeri yang di alami oleh pasien.
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon
rangsangan nyeri. Diantaranya :
a. Hilang perasaan nyeri
b. Menurunnya intensitas nyeri
c. Adanya respon fisiologis yang baik
d. Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa ada keluhan nyeri (NANDA,
2015).
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Rahmawati, I. R., Widyawati, I. Y., & Hidayati, L. (2019). Kenyamanan Pasien Pre Oper
asi Di Ruang Rawat Inap Bedah Marwah Rsu Haji Surabaya. Critical, Medical an
d Surgical Nursing Journal, 4(1).
Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap tingka
t nyeri akut pada pasien abdominal pain Di IGD RSUD Karawang 2014. Jurnal Ke
perawatan BSI, 3(1).
D. WOC
Stimulus Stimulus
Psikologik Elektrik
Nociceptor menerima
rangsangan
Nyeri
Gangguan Rasa
Nyaman