Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN KASUS
Seorang pria 44 tahun dengan Peritonitis TB dgn Ascites

I. Identitas pasien
Nama : Tn. Y.Y
Umur : 44 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Genyem
Status pernikahan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Waibron
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 03 september 2017
Tanggal anamnesa : 15 september 2017
Tanggal KRS : 17 september 2017

II. Anamnesa (15 september 2017)


1. Keluhan utama : Nyeri di perut 1 minggu SMRS.
2. Riwayat Penyait Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Yowari dengan keluhan nyeri
diseluruh perut sejak 1 minggu sebelum SMRS. Pasien mengatakan
nyeri perut yang dirasakan sudah ± 3 bulan yang lalu dan semakin
lama bertambah parah terutama 1 minggu SMRS. Nyeri perut terjadi
tiba-tiba dan terus menerus baik saat aktivitas maupun istirahat, nyeri
di seluruh perut dirasakan seperti mules, perut tampak buncit (+).
Disamping keluhan di atas, pasien juga mengeluhkan demam (+)
hilang timbul, lemas (+), mual/muntah (+/-), keringat malam (-),
pusing (-), batuk berdahak (+) sejak ± 2 minggu, warna kuning, darah
(-), sesak (+) saat pasien menarik nafas dalam dan saat beraktivitas
seperti angkat beban berat, kedua kaki bengkak (+), susah tidur (+),
minum (+), napsu makan berkurang (+), berat badan turun (+), pasien
mengeluh setiap kali makan perut terasa penuh dan ingin muntah.
Nyeri ulu hati (-), BAK normal, warna kuning, darah (-), susah BAB
(+), belum BAB 4 hari SMRS.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat darah tinggi (-), kencing manis (-), jantung (-),
kolesterol (-), asam urat (-), alergi (-), peny. Paru (-) di sangkal pasien.

4. Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat darah tinggi (-), jantung (-), kencing manis (-),
kolesterol (-), asam urat (-), alergi (-), peny. Paru (-) di sangkal pasien.

5. Riwayat Sosial Ekonomi:


Pasien bekerja sebagai buruh bangunan dan petani, namum
pasien mengalami kesulitan bekerja sejak sakit yang di derita, bila
mengangkat beban berat pasien merasa sesak. Pasien tinggal di daerah
tempat yang berbukit. Tempat tinggal yang di tempati terbuat dari
bangunan semi permanen dan tinggal di tempat yang padat penduduk
antar rumah saling berdekatan.

6. Riwayat Kebiasaan:
Merokok (+) berhenti ± 10 tahun lalu, alkohol (+) sudah dari
tahun 2007 dan berhenti minum alkohol 5 tahun yang lalu,
menggunakan narkoba atau obat-obatan terlarang (-).

III. Pemeriksaan Fisik


Dilakukan pada tanggal 15 september 2017
1. Status Generalis:
1.1 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
1.2 Kesadaran : Compos mentis
1.3 Tanda-tanda vital :
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg,
 Nadi : 72 x/m
 Respirasi : 28 x/m
 Suhu badan : 37,9°C,
 SpO2 : 94%

2. Status Interna
Kepala : Normochepal, wajah simetris, deformitas (-), pupil
isokor, refleks cayaha (+/+), konjungtiva anemis
(+/+), sklera ikterik (-/-), oral candidiasis (-)
Leher : Pembesaran getah bening (-)
Thoraks : Paru
I : simetris, ikut gerak napas
P : Vokal fremitus (Dextra = Sinistra)
P : sonor seluruh lapang paru
A : Suara napas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas kanan jantung 2 cm ke arah lateral dari
LPS-D, batas kiri jantung ICS V, 2cm ke
arah medial dari LMC-S
A : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop
(-)

Abdomen : I : Tampak Cembung, distensi (+),


A: Bunyi usus (+) menurun,
P : supel, nyeri tekan (+), hepar/lien:tidak teraba
besar
P : Tympani
Ekstremitas : Akral hangat, edema (+/+), pitting (-/-), CRT < 2”
Vegetatif : Makan/Minum: sedikit/sedikit, BAB/BAK: (-/+)

IV. Pemeriksaan Penunjang


 Laboratorium
Pemeriksaan Lab Hasil (04-09-2017) Nilai Rujukan
Hb 9,5 L : 13,3 - 16,6 g/dL
P: 11,0 - 14,7 g/dL
WBC 8,13 3,37 - 8,38 10^3/uL
PLT 224 172 – 378 10^3/uL
RBC 4,87 3,69 - 5,46 10^6/uL
HCT 32,6 L : 41,3 – 52,1%
P : 35,2 – 46,7 %
MCV 66,9 86,7 – 102,3 fL
MCH 19,5 27,1 – 32,4 pg
MCHC 29,1 29,7 – 33,1 g/dl
DDR Negatif
SGOT 25,4 8.0 – 40.0 U/L
SGPT 15.0 7.0 – 35.0 U/L
Albumin 6,2 3,5 – 5,6 g/dl
HIV Non reaktif

Pemeriksaan Serum (7/9/2017) Hasil


HBsAg Negatif (-)
PEMERIKSAAN CAIRAN ASITES/EFUSI/OTAK
(9-9-2017)
Makroskopi/fisik
 Warna : Kuning Ph : 8.0
 Kekeruhan : Bj : 1.005
 Bekuan :
Mikroskopis
 Hitung jumlah sel : 1900 sel/mm3
 Hitung jenis sel : - Polimorfonuklear : 2 %
-Mononuklear : 98 %
Kimiawi
 Protein kualitatif : - cairan otak
- Rivalta positif (+)
 Globulin kualitatif : - cairan otak
 Protein kuantitatif : 5,6 mg/dL
 Glukosa : 80 mg/dL
Kesan : Eksudat

 Pemeriksaan USG
Kesan : gambaran sirosis hepatis asites spleenomegali
 Foto Thoraks
V. Problem List:
1. Subjektif:
o Nyeri perut
o Demam hilang timbul
o Mual
o Batuk
o Sesak
o Keringat malam
o Kaki bengkak
o Napsu makan berkurang
o Berat badan turun
2. Objektif
o Anemia (Hb: 9,5 g/dl)
o Dispnea
o Luokositosis
o Anoreksia
o Asites
o Nyeri tekan di seluruh regio

VI. Diagnosis
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
maka didiagnosa:
Peritonitis TB dengan Ascites dd/ sirosis hepatis

VII. Terapi
 IVFD NS 1000 cc/24 jam
 Inj. Ceftriaxone 1x2 gr (iv)
 Inj. Furosemid 1x20 mg (IV)
 Inj. Ranitin 2x25 mg (IV)
 Dulcolax supp 1x10 mg
 Bisolvon 3x1
 Dulcolactol syr 2xII C (PO)
 Aspar k 1x300 mg (PO)
 OAT 1x3 tab (PO)
 PCT 3x500 mg k/p (PO)
 Spironolacton 1x50 mg (PO)

VIII. Planning
 Darah lengkap (HB, WBC, PLT, LED, DDR)
 Kimia darah (kalium, natrium, klorida, Gds, asam urat, ureum,
kreatinin, protein total, albumin, globulin, bilirubin total, bilirubin
direk/indirek, fosfatase aklali, gamma SG, SGOT,SGPT)
 Kultur cairan asites
 USG abdomen
 CT Scan abdomen
 Foto polos abdomen
 Laparaskopi dan laparatomi
IX. Follow Up
Tanggal 16/9/2017
Subjektif Objektif Penatalaksanaan
Sesak tiap habis Ku:TSS, kes:CM  IVFD NS 1000/24 jam
BAB, TD : 100/80 mmHg  Inj. Ceftriaxone 1x2 gr (iv)
N : 85x/m  Inj. Furosemid 1x20 mg
RR : 28x/m (iv)
SB : 36,8°C  Inj. Ranitin 2x25 mg (iv)
SpO2 : 96%  Bisolvon 3x1
Pemeriksaan Fisik  Dulcolactol syr 2xII C (po)
K/L : CA (-/-), SI (-/-),  Dulcolac supp 1x10 mg
OC (-), P>KGB (-)
(rektal)
Thoraks: Simetris, SN
 Aspar k 1x300 mg (po)
vesikuler (+/+), Rho (-/-),
 OAT 1x3 tab (po)
Whee (-/-), BJ I-II
 PCT 3x500 mg k/p (po)
reguler, murmur (-/-),
 Spironolacton 1x50 mg
gallop (-/-).
(po)
Abdomen : Cembung,
distance,BU(+)N, NT (-),
H/L:ttb/ttb
Ekstremitas : Akral
hangat, edema (-/-),
pitting edema (-/-), CRT
<2”
Makan/minum: (+/+)
BAB/BAK: (+/+)
Tanggal 17/9/2017
Subjektif Objektif Penatalaksanaan
Pusing(+), sesak Ku : TSR, Kes : CM  Furosemid 1x20 mg
( ), batuk (-) TD : 120/80 mmHg (po)
N : 89x/m  Spironolacton 1x50 mg
RR : 20x/m (po)
SB : 36,4°C  Ranitidin 2x150 mg
SpO2 : 97% (po)
Pemeriksaan Fisik  OAT 1x3 Tab (po)
K/L : CA (-/-), SI (-/-), OC  Aspar K 1x300 Tab
(-), P>KGB (-) (po)
Thoraks: Simetris,SN  Dulcolactol syr 2xII C
vesikuler (+/+), Rho (-/-),  Rujuk PKM Dosay
Whee (-/-), BJ I-II reguler, untuk OAT selanjutnya
murmur (-/-), gallop (-/-).
 BPL
Abdomen : Cembung,
distance, BU(+)N, NT (-),
H/L:ttb/ttb
Ekstremitas : Akral
hangat, edema (-/-), pitting
edema (-/-), CRT <2”

Makan/minum: (+/+)
BAB/BAK: (+/+)
BAB II
PEMBAHASAN

Tuberkulosis peritonitis merupakan suatu peradangan peritoneum atau visceral


yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dan terlihat pada penyakit
ini sering mengenai seluruh peritoneum, alat-alat sistem gastrointestinal, mesenterium
dan organ genital interna.1 Penyakit ini jarang terjadi sendiri dan biasanya merupakan
kelanjutan proses tuberkulosa dari tempat lain terutama dari tuberkulosa paru, namun
sering ditemukan bahwa pada waktu diagnosa ditegakkan proses tuberkulosa di paru
sudah tidak kelihatan lagi. Hal ini bisa terjadi karena proses tuberkulosa diparu
mungkin sudah sembuh terlebih dahulu sedangkan penyebarannya masih berlangsung
di tempat lain.2 Peritonitis TB memperlihatkan tanda dan gejala terbanyak berupa
sakit perut, pembengkakan perut, asites, dan penurunan berat badan.3
Pasien pada kasus ini di diagnosa peritonitis TB dengan asites dd/ sirosis hepatis
berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan fisik dan di bantu oleh hasil pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesa didapatkan pasien mengeluhkan nyeri perut sejak 1
minggu sebelum SMRS. Nyeri perut terus menerus baik saat aktivitas maupun
istirahat, nyeri dirasakan seperti mules dan tidak tidak dinyatakan terdapat nyeri
spesifik disuatu region di perut yang dapat merujuk kepada suatu diagnosa seperti
appendik dan sebagainya. Selain itu pasien mengeluh perut kembung dan konstipasi
yang mendukung adanya kelainan usus. Pasien juga mengeluh adanya demam hilang
timbul yang menunjukkan adanya suatu proses inflamasi. Keluhan lain seperti mual,
batuk berdahak sejak ± 2 minggu, kedua kaki bengkak, susah tidur, napsu makan
berkurang, berat badan turun, sesak nafas akibat dari tekanan intraabdomen
meningkat yang mendorong diafragma sehingga berasa sesak nafas.
Dari pemeriksaan fisik yang mendukung didapatkan adanya konjungtiva anemis.
Dari pemeriksaan fisik abdomen didapatkan perut asites, distensi, nyeri pada seluruh
regio abdomen, bissing usus yang menurun, edema pada kaki, menunjukkan pasien
telah mengalami peritonitis. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 9,5g/dl,
leukositosis, pemeriksaan analisa cairan asites memperlihatkan eksudat dengan
protein 5,6 mg/dL, dengan jumlah sel 1900 sel/mm3 dan dari hasil USG abdomen
didapatkan gambaran asites.
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis
hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar
fungsi hepar. Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian sel-sel
hepar. Penyebab terjadinya sirosis hepatis dikarenakan kolestasis, virus hepatitis,
hepatotoksin, alkoholisme, dsb.4 Gejala yang dapat timbul seperti lemas, napsu
makan menurun, perut kembung, mual berat badan menurun dan hilangnya dorongan
seksual.5 Pada kasus ini, pasien memiliki riwayat minuman alkohol sejak 2007 yang
bisa di diagnosa ke arah sirosis hepatis.
Terapi yang diberikan selama di rawat di RS adalah IVFD NS 1000 cc/24 jam,
Ceftriaxone 1x2 gr (IV), Furosemid 1x20 mg (IV), Ranitidin 2x25 mg (IV), Bisolvon
3x1, Dulcolactol syr 2xII C (PO), Dulcolac supp 1x10 mg, Aspar k 1x300 mg (PO),
OAT 1x3 tab (PO), PCT 3x500 mg k/p (PO), Spironolacton 1x50 mg (PO).
1. Ceftriaxone adalah obat golongan antibiotik cephalosporin yang dapat digunakan
untuk mengobati beberapa kondisi akibat infeksi bakteri, seperti pneumonia,
sepsis, meningitis, infeksi kulit, dan infeksi pada pasien dengan sel darah putih
yang rendah.
2. Furosemid adalah obat yang termasuk loop diuretic yang merupakan turunan asam
antranilat. Obat ini bekerja dengan cara membuang cairan berlebih di dalam tubuh.
Cairan berlebihan yang tidak bisa dikeluarkan dengan semestinya ini disebabkan
oleh penyakit-penyakit seperti gagal jantung, penyakit ginjal maupun kelainan
pada hati. Hal ini menyebabkan tubuh cepat lelah, sesak nafas, serta kaki dan
pergelangan membengkak. Kondisi inilah yang disebut edema.
3. Ranitidin merupakan obat yang dapat digunakan untuk menangani gejala atau
penyakit yang berkaitan dengan produksi asam berlebih di dalam lambung.
Peradangan ini kemudian dapat berujung pada beberapa penyakit, seperti tukak
lambung, tukak duodenum, sakit maag, nyeri ulu hati, serta gangguan pencernaan.
Ranitidin bekerja dengan cara menghambat sekresi asam lambung berlebih,
sehingga rasa sakit dapat reda dan luka pada lambung perlahan-lahan akan
sembuh. Ranitidin tidak akan menghambat sekresi enzim pepsin dan serum
gastrin, sehingga tidak mengganggu pencernaan.
4. Bisolvon bromhexine adalah derivat sintetik dari zat aktif vasicine yang terdapat
dalam tumbuh-tumbuhan. Studi preklinis menunjukkan Bromhexine dapat
meningkatkan sekresi bronkus serous. Bromhexine memperbaiki transpor mukus
dengan mengurangi viskositas mukus dan dengan mengaktifkan epitel bersilia
(klirens mukosilia) studi klinis menunjukkan bahwa Bromhexine memiliki efek
sekretolitik dan sekretomotor pada daerah saluran bronkus, yang dapat
mempermudah pengeluaran dahak dan batuk.
5. Dulcolactol syr mengandung zat aktif laktulosa yang bekerja di usus, sehingga
memudahkan buang air besar. Laktulosa tidak diabsorbsi di saluran pencernaan
dan tidak ada enzim di saluran cerna yang dapat menghidrolis disakarida ini.
Sebagai hasilnya laktulosa tidak diubah sampai ke usus besar. Di usus besar
laktulosa terutama dipecah menjadi asam laktat dan sejumlah kecil asam format
dan asam asetat oleh kerja bakteri yang ada di dalam usus besar, yang
mengakibatkan meningkatnya tekanan osmosis dan membuat suasana di usus
besar sedikit asam. Hal ini menyebabkan meningkatnya kandungan air dalam feses
sehingga feses menjadi lunak.
6. Aspar K adalah obat yang mengandung kalium l-aspatate, digunakan untuk
suplementasi kalium pada kondisi kekurangan ataupun penyakit-penyakit yang
menyebabkan kalium rendah. Penyakit hati, jantung, kelelahan fisik, masa
penyembuhan, dan muntah-muntah merupakan beberapa kondisi yang bisa
diindikasikan penggunaan Aspar-K.
7. Paracetamol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan analgesik
(pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam). Obat ini dipakai untuk meredakan
rasa sakit ringan hingga menengah, serta menurunkan demam. Untuk orang
dewasa, dianjurkan untuk mengonsumsi paracetamol 1-2 tablet sebanyak 500
miligram hingga 1 gram tiap 4-6 jam sekali dalam 24 jam.Paracetamol mengurangi
rasa sakit dengan cara menurunkan produksi zat dalam tubuh yang disebut
prostaglandin. Prostaglandin adalah unsur yang dilepaskan tubuh sebagai reaksi
terhadap kerusakan jaringan atau infeksi, yang memicu terjadinya peradangan,
demam, dan rasa nyeri. Paracetamol menghalangi produksi prostaglandin,
sehingga rasa sakit dan demam berkurang.
10. Spironolacton adalah kelompok obat antagonis aldosterone diuretik, tapi obat ini
lebih dikenal dengan nama potassium-sparing diuretik. Berbeda halnya dengan
diuretik lain, obat ini tidak menyebabkan terbuangnya potasium (kalium) dari
tubuh. Karena itu, obat ini juga bisa mengatasi kadar potasium rendah.Obat ini
berfungsi mengatasi penimbunan cairan atau edema, gangguan ginjal, gagal
jantung, aldosteronisme primer, hipertensi, penyakit hati, dan sindrom nefrotik.
Spironolactone juga berfungsi mencegah penimbunan cairan dalam tubuh dengan
meningkatkan jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Zain LH. Tuberkulosis peritonitis. Dalam : Noer S ed. Buku ajar ilmu penyakit
dalam Jakarta Balai penerbit FKUI, 1996: 403-6
2. Sulaiman A. peritonitis tuberkulosa. Dalam : Sulaiman A, Daldiyono, Akbar N,
dkk Buku ajar gastroenterology hepatologi Jakarta: Informasi 1990: 456-61
3. Chow,MK, et.al 2001. Tuberculous Peritonitis-Associated Mortality is High
among Patients Waiting for the Results of Mycobacterial Cultures of Ascitic Fluid
Sampels. Oxford Journals of Clinical Infectious : 35 (4) p 409-13.available at
http://cid.oxfordjournals.org/content/35/4/409.full. Di unduh pada tanggal 18
september 2017.
4. Arif, Azalia et al. 2014. Cara Mudah Belajar Farmakologi. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI
5. Departemen Kesehatan RI, 2012. Profil Kesehatan RI Tahun 2011.
www.depkes.go.id
6. www.alodokter.com di unduh tanggal 20 september 2017

Anda mungkin juga menyukai