A. Pengertian
Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan keadaan kurang giziyang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
atau disebabkan oleh penyakit tertentu, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan
gizi.
B. Klasifikasi
Klasifikasi Status gizi berdasarkan Indikator BB/U yang disajikan dalam Z-Skor
Status gizi
Indeks
BB/U
> +2 SD Gizi lebih
≥ - 2 SD s/d + 2 SD Gizi baik
≥ - 3 SD s/d < - 2 SD Gizi kurang
< - 3 SD Gizi buruk
Klasifikasi Status gizi berdasarkan Indikator TB/U yang disajikan dalam Z-Skor
Status gizi
Indeks
TB/U
≥ - 2 SD s/d + 2 SD Normal
< - 2 SD Pendek
Klasifikasi menurut Depkes (2000)
Klasifikasi Status gizi berdasarkan Indikator BB/TB yang disajikan dalam Z-Skor
Status gizi
Indeks
BB/U
> +2 SD Gemuk
≥ - 2 SD s/d + 2 SD Normal
≥ - 3 SD s/d < - 2 SD Kurus
< - 3 SD Sangat Kurus
Secara umum KEP terbagi menjadi 2 bagian diantaranya, KEP ringan yangsering disebut
dengan istilah kurang gizi dan KEP berat yang sering disebut denganistilah gizi buruk yang termasuk
di dalamnya adalah marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung lapar
atau HO), dan marasmik-kwashiorkor.
1. Kurang gizi
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negaraberkembang.
Gejala kurang gizi ringan relatif tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak tersebut lebih
rendah dibanding anak seusianya. Rata-rata berat badannya hanya sekitar 60-80% dari berat ideal.
Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain:
Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun
Ukuran lingkaran lengan atas menurun.
Maturasi tulang terlambat.
Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.
Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.
2. Gizi buruk
a. Marasmus
Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan protein dan kilokalori yang kronis. Anak-
anak penderita marasmus secara fisik mudah dikenali. Marasmus biasanya terjadi pada
bayi umur 6-18 bulan. Meski masih anak-anak, wajahnya terlihat tua,sangat kurus karena
kehilangan sebagian lemak dan otot-ototnya. Penderita marasmus berat akan menunjukkan
perubahan mental,bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak
umumnya jadi lebih cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa lapar. Selain itu
marasmus juga terjadi pada kelompok usila yang dirawat di RS yang terpisah. Adapun ciri-
ciri lainnya adalah:
Kurus kering
Tampak hanya tulang dan kulit
Otot dan lemak bawah kulit atropi (mengecil)
Wajah seperti orang tua
Berkerut/keriput
Layu dan kering
Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya
Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok.
Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.
Sering menderita diare atau konstipasi.
Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin
yang juga lebih rendah dari semestinya
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah istilah pertama dari Afrika, artinya sindroma perkembangan anak
dimana anak tersebut disapih tidak mendapatkan ASI sesudah satu tahun karena menanti
kelahiran bayi berikutnya. MP-ASI sebagian besar terdiri dari pati atau gula, tetapi kurang
protein baik kualitas dan kuantitasnya. Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai
busung lapar atau HO. Penampilan anak-anak penderita HO umumnya sangat khas,
terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Edema
stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita ini. Beberapa ciri lain yang
menyertai diantaranya :
Perubahan mental menyolok.
Banyak menangis, bahkan pada stadium lanjut anak terlihat sangat pasif.
Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring
Anemia.
Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya
produksi laktase dan enzim penting lainnya.
Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia
(perdarahan kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada
kulitmaupun selaput lendir.), yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah
mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas menghitam. Kelainan ini biasanya
dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan sebagainya.
Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh,
terasa licin dan kenyal
c. Marasmik-kwashiorkor
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala
yang menyertai :
Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejalakhas
kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit
dan sebagainya.
Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan
otot.Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan
gangguanmetabolik seperti gangguan pada ginjal dan pankreas.
Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya
kadarnatrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.
C. Etiologi
1. Masalah biologik dan sosial
Penyebab mendasar dari masalah ini adalah ketidakcukupan pasokan zat gizi ke dalam sel.Di
pengaruhi juga faktor penyebab yang sangat kompleks seperti, faktorpribadi, sosial, budaya,
psikologis, ekonomi, politik, dan pendidikan.
2. Masalah tingkat kekurangan gizi
Penyakit kurang gizi primer Contoh : pada kekurangan zat gizi esensial spesifik, seperti
kekurangan vitamin C, maka penderita mengalami gejala scurvy, beri-beri karena kekurangan
vitamin B1 Penyakit kurang gizi sekunder Contoh : penyakit yang disebabkan oleh adanya
gangguan absorpsi zatgizi atau gangguan metabolisme zat gizi.
3. Masalah kelaparan
4. Masalah lingkungan
Di pengaruhi oleh host, agent, environment
Agent : variabel agent sebagai penyebab malnutrisi adalah kurang makan
Host : termasuk dalam variabel ini adalah bayi, anak, dan orang dewasa. Penyebabnya
adalah adanya penyakit, tingkat pertumbuhan yangtinggi, hamil, kerja berat, cacat lahir, lahir
premature, dan faktor perorangan seperti masalah emosional.
Environment : tingkat ketersediaan pangan yang tidak mencukupi di Tk. Rumah Tangga
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2007)
PENYEBAB KEP
Ketidakcukupan
pasokan gizi Kurang gizi primer Kurang gizi
didalam sel sekunder
KEP
Masalah kelaparan
Host
Agent
environment
D. Dampak
Ada banyak hal merugikan yang diakibatkan oleh KEP, antara lain yaitu
merosotnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan, gangguan perkembangan
mental anak. Serta merupakan salah satu penyebab dari angka kematian yang tinggi
(Shadi, 2000). Anak yang menderita KEP apabila tidak segera ditangani sangat
berisiko tinggi, dan dapat berakhir dengan kematian anak. Hal ini menyebabkan
meningkatnya kematian bayi yang merupakan salah satu indikator derajat kesehatan
(Latinulu, 2000).
Menurut Jalal (1998) dikatakan bahwa dampak serius dari kekurangan gizi adalah
timbulnya kecacatan, tingginya angka kecacatan dan terjadinya percepatan kematian.
Dilaporkan bahwa lebih dari separuh kematian anak di negara berkembang
disebabkan oleh KEP. Anak-anak balita yang menderita KEP ringan mempunyai
resiko kematian dua kali lebih tinggi dibandingkan anak normal. Hal ini didukung
oleh Sihadi (1999) yang menyatakan bahwa kekurangan gizi diantaranya dapat
menyebabkan merosotnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan, gangguan
perkembangan mental anak, serta merupakan salah satu sebab dari angka kematian
yang tinggi pada anak-anak.
Hal tersebut didukung oleh Astini (2001) yang menyatakan bahwa pada masa
pascanatal sampai dua tahun merupakan masa yang amat kritis karena terjadi
pertumbuhan yang amat pesat dan terjadi diferensiasi tinggi pada semua organ tubuh.
Gangguan yang terjadi pada masa ini akan menyebabkan perubahan yang menetap
pada struktur anatomi, biokimia, dan fungsi organ. Jadi setiap gangguan seperti
buruknya status gizi dapat menghambat beberapa aspek pertumbuhan organ.
Kekurangan gizi juga dapat mempengaruhi bayi secara psikologis, menyebabkan
apatis, depresi, keterlambatan perkembangan, dan menarik diri dari lingkungan.
KEP menimbulkan efek pada perkembangan mental dan fungsi intelegensia (Jalal
dan Atmaja, 1998). Hal ini didukung oleh penelitian Husaini (1997) yang menyatakan
bahwa keadaan kurang gizi pada waktu dalam kandungan dan masa bayi akan
menyebabkan perkembangan intelektual rendah. Fakta menunjukkan bahwa bayi KEP
berat mempunyai ukuran besar otak 15-20% lebih kecil dibandingkan dengan bayi
normal. Apabila terjadi kurang gizi sejak dalam kandungan, maka defisit volume otak
bisa mencapai 50%. Hasil penelitian Azwar (2001) menemukan bahwa pada anak
sekolah yang mempunyai riwayat gizi buruk pada masa balita IQ-nya rendah sekitar
13-15 poin dibandingkan dengan yang normal.