Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DEMOGRAFI

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

Dosen Pembimbing : Dra.Yurni Suasti,M.Si

Disusun oleh:

AFIS RAMADANUS (17037001)


LISEHAKIKI (17037027)
NURKAMILA (17037041)
PUTRI ANESTIA AMIR (17037047)
SUCI RAHMADANI (17037067)

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
kami selaku penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Perkawinan/Perceraian”
ini dengan baik.

Makalah ini ditulis dari hasil kerja kelompok dan sumber-sumber buku panduan yang kami
peroleh dan yang berkaitan dengan pembelajaran kali ini. Serta tak lupa kami sebagai penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang terlibat pada pembuatan makalah ini.

Penulis masih menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk
perbaikan selanjutnya menuju arah yang lebih baik. Akhir kata, penulis berharap bahwa makalah ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua dalam hal untuk menambah wawasan.

Padang, 3 April 2018

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
1. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1. Tujuan ......................................................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
1. Istilah-istilah dalam Perkawinan dan Perceraian ........................................................................ 3
2. Ukuran Perkawinan dan Perceraian ............................................................................................ 5
3. Determinan Perkawinan dan Perceraian ..................................................................................... 7
4. Hukum Perkawinan, Perceraian dan Perlindungan Anak .......................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Yang dimaksud dengan perkawinan adalah merupakan suatu perubahan dari
status perkawinan lain menjadi status “kawin”. Sedangkan perceraian merupakan
perubahan dari status kawin menjadi status cerai sedangkan janda merupakan
perubahan dari status kawin karena salah satu pasangan meninggal.

5 kategori status perkawinan (WHO):


1. Belum kawin
2. Kawin
3. Cerai
4. Janda
5. Berpisah

Tapi di indonesia hanya mengenal 4 status. Kecuali berpisah.

Dalam demografi pertumbuhan penduduk antara lain dipengaruhi oleh


fertilitas. Perkawinan dan perceraian merupakan variabel yang ikut mempengaruhi
tinggi rendahnya tingkat fertilitas, yang secara tidak langsung mempengaruhi
pertumbuhan penduduk. Dalam perencanaan pembangunan seperti penyediaan
fasilitas perumahan bagi keluarga-keluarga muda, fasilitas pelayanan kesehatan, dan
pelayanan dasar lainnya.

Apabila perkawinan dilakukan pada umur yang tepat, maka akan membawa
kebahagiaan bagi keluarga dan pasangan suami dan isteri yang menjalankan
perkawinan tersebut. Perkawinan yang dilakukan pada usia yang terlalu dini akan
membawa banyak konsekuensi pada pasangan suami dan isteri, antara lain adalah
dalam hal kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Dalam hal kejiwaan, perkawinan yang
dilakukan pada usia dini akan mudah berakhir dengan kegagalan karena kurangnya
kesiapan mental menghadapi dinamika kehidupan berumah tangga dengan semua
tanggung jawab, seperti antara lain tanggung jawab mengurus dan mengatur rumah
tangga, mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak.

Sedangkan perceraian justru akan mengurangi jumlah fertilitas, karena dengan


adanya perceraian maka jumlah rumah tangga yang produktif berkurang dan tingkat
hubungan suami isteri pun berkurang, sehingga tingkat fertilitas menurun.

1. Tujuan
1. Menjelaskan istilah-istilah perkawinan dan perceraian
2. Menjelaskan ukuran perkawinan dan perceraian

1
3. Menjelaskan determinan perkawinan perceraian
4. Menjelaskan hukum perkawinan, perceraian dan perlindungan anak

2. Rumusan Masalah
1. Apa saja istilah dalam perkawinan dan perceraian?
2. Apa ukuran perkawinan dan perceraian?
3. Apa itu determinan perkawinan dan perceraian?
4. Bagaimana hukum perkawinan, perceraian dan perlindungan anak?

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Istilah-istilah dalam Perkawinan dan Perceraian
Pengertian perkawinan menurut Undang-undang No.1 tahun 1974 disebutkan :
perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhana Yang Maha Esa. (Undang-undang No.1 tahun 1974
tentang perkkawinan Bab II Pasal 6) perkawinan yang sah adalah perkawinan yang
berdasarkan hukum perkawinan nasional, yaitu perkawinan yang dilaksanakan
menurut tata tertib aturan hukum yag berlaku dalam agama islam, kristen, katolik,
hindu dan buddha.

Perceraian adalah pengakhiran suatu perkawinan karena sesuatu sebab dengan


keputusan hakim atas tuntutan dari salah satu pihak dalam perkawinan
(simanjuntak,2009:53). Perceraian adalah berakhirnya perkawinan yang telah dibina
oleh pasangan suami isteri yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kematian dan
atas keputusan pengadilan.

Berikut beberapa istilah yang ada dalam perkawinan dan perceraian:

 Peminangan ialah kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara


seorang pria dengan seorang wanita.
 Wali hakim ialah wali nikah yang ditunjuk oleh Menteri Agama atau pejabat yang
ditunjuk olehnya, yang diberi hak dan kewenangan untuk bertindak sebagai wali
nikah.
 Akad nikah ialah rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan kabul yang diucapkan
oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua orang saksi.
 Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita,
baik berbentuk barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
 Taklik-talak ialah perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria setelah akad nikah
yang dicantumkan dalam Akta Nikah berupa Janji talak yang digantungkan kepada
suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang.
 Harta kekayaan dalam perkawinan atau Syirkah adalah harta yang diperoleh baik
sendiri-sendiri atau bersama suami-isteri selama dalam ikatan perkawinan
berlangsung selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas
nama siapapun.
 Pemeliharaan anak atau hadhonah adalah kegiatan mengasuh, memelihara dan
mendidik anak hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri.
 Perwalian adalah kewenangan yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan hukum sebagai wakil untuk kepentingan dan atas nama anak yang
tidak mempunyai kedua orang tua, orang tua yang masih hidup, tidak cakap
melakukan perbuatan hukum.
 Khuluk adalah perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan memberikan
tebusan atau iwadl kepada dan atas persetujuan suaminya.
 Mutah adalah pemberian bekas suami kepada isteri, yang dijatuhi talak berupa benda
atau uang dan lainnya.

3
 Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.
 Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah
satu sebab putusnya perkawinan, . Setelah keputusannya mempunyai kekuatan hukum
tetap suami mengikrarkan talaknya didepan sidang Pengadilan Agama, dihadiri oleh
isteri atau kuasanya.
 Talak Raj`I adalah talak kesatu atau kedua, dimana suami berhak rujuk selama isteri
dalam masa iddah
 Talak Ba`in Shughraa adalah talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah
baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah.
 Talak Ba`in Shughraa adalah:
a). talak yang terjadi qabla al dukhul
b). talak dengan tebusan atahu khuluk
c). talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama.
 Talak Ba`in Kubraa adalah talak yang terjadi untuk ketiga kalinya. Talak jenis ini
tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan kembali, kecuali apabila pernikahan itu
dilakukan setelah bekas isteri, menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi
perceraian ba`da al dukhul dan hadis masa iddahnya.
 Talak sunny adalah talak yang dibolehkan yaitu talak yang dijatuhkan terhadap isteri
yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu suci tersebut.
 Talak bid`I adalah talak yang dilarang, yaitu talak yang dijatuhkan pada waktu isteri
dalam keadaan haid atau isteri dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada waktu
suci tersebut.
 Li`an adalah sumpah disertai dengan perkataan/tuduhan suami bahwa isterinya telah
berzina.
 Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan
harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli
waris dan berapa bagiannya masing-masing.
 Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal
berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta
peninggalan.
 Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah
atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang
karena hukum untuk menjadi ahli waris.
 Harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa
benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya.
 Harta waris adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah
digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya
pengurusan jenazah (tajhiz), pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat.
 Wasiat adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga
yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia.
 Hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari
seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki.
 Anak angkat adalah anak yang dalam pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya
pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada
orang tua angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan.
 Baitul Mal adalah Balai Harta Keagamaan.

4
2. Ukuran Perkawinan dan Perceraian
1) Angka Perkawinan Kasar

𝑀
M= 𝑥 1000
𝑃

Di mana:

M = angka perkawinan kasar

M = jumlah perkawinan dalam satu tahun

P = jumlah penduduk pertengahan tahun

Contoh :

Data BPS th 2000 menunjukan bila jumlah penduduk Indonesia di tahun 2000 sebesar
210.241.999 orang. Jika penduduk yang berstatus kawin berjumlah 91.274.893.
hitung angka perkawinan kasar!

𝑀
M = 𝑥 1000
𝑃
91274893
= 𝑥1000 = 434,14
210241999

Angka perkawinan kasar Indonesia di tahun 2000 adalah 434 per 1000 penduduk
Indonesia

2) Angka Perkawinan Umum


𝑀
Mu = 𝑥1000
𝑃15

Dimana:

Mu = angka perkawinan umum

M = jumlah perkawinan dalam satu tahun

P15 = jumlah penduduk umur 15 tahun keatas

Contoh :

Jumlah penduduk Indonesia usia 15 th keatas pada tahun 2000 adalah 139.991.880.
Jika penduduk status kawin berjumlah 91.274.893, hitunglah angka perkawinan
umum!

5
𝑀
Mu = 𝑃15 𝑥1000
91274893
= 𝑥1000 = 652
139991880
Angka perkawinan umum Indonesia tahun 2000 adalah 652 per 1000 penduduk
Indonesia.

3) Angka Perkawinan Spesifik

1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝
𝑀𝑎
ma = 1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝 𝑥 1000
𝑝𝑎

Dimana:
ma = Angka perkawinan umur a
1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝
𝑀𝑎 = jumlah perkawinan laki-laki atau perempuan umur a
1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝
𝑝𝑎 = penduduk pertengahan tahun laki laki atau perempuan umur a

Contoh
Jumlah penduduk laki-laki di Indonesia usia 15-19 tahun pada tahun 2000 adalah
10.649.348. jika penduduk status kawin pada kelompok usia yang sama sebesar
247.152, hitung angka perkawinan spesifik!

1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝
𝑀𝑎
ma = 1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝 𝑥 1000
𝑝𝑎
1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝
𝑀15−19
m15-19 = 1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝 𝑥 1000
𝑝15−19
247152
= 𝑥1000 = 23,21
10649348
Dari seribu penduduk laki-laki Indonesia usia 15-19 tahun 23 berstatus kawin.
4) Angka perceraian kasar

𝐷
d= 𝑥1000
𝑃

dimana:
d = angka perceraian kasar
D= jumlah perceraian selama satu tahun
P = jumlah penduduk pertengahan tahun

Contoh :

6
Perceraian di swedia tahun 1990 dimana jumlah perceraiannya 8958 orang dengan
penduduk pertengahan tahun sebesar 7485615. Maka..

𝐷
d= 𝑥1000
𝑃
8958
= 𝑥1000 = 1,2
7458615
5) Angka perceraian umum

𝐷
d= 𝑥1000
𝑃15

dimana:
d = angka perceraian umum
D = perceraian dalam satu tahun
P15= jumlah penduduk 15 tahun keatas

3. Determinan Perkawinan dan Perceraian


Faktor penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut :

1. Ketidakharmonisan dalam rumah tangga


Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis
keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah
keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang lebih
mendetail.
2. Krisis moral dan akhlak
Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering
memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat
dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang
tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang
dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, berzinah, terlibat tindak
kriminal, bahkan utang piutang.
3. Perzinahan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian
adalah perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik
oleh suami maupun istri.
4. Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk
mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah
berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat
sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus merefleksi diri untuk
memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk mencoba
menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
7
5. Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang namanya masalah.
Masalah dalam perkawinan itu merupakan suatu hal yang biasa, tapi
percekcokan yang berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi secara
otomatis akan disusul dengan pisah ranjang.

Berikut beberapa faktor penyebab pernikahan dini :


1. Faktor Ekonomi
Biasanya ini terjadi ketika keluarga si gadis berasal dari keluarga kurang
mampu. Orang tuanya pun menikahkan si gadis dengan laki-laki dari keluarga
mapan. Hal ini tentu akan berdampak baik bagi si gadis maupun orang tuanya.
Si gadis bisa mendapat kehidupan yang layak serta beban orang tuanya bisa
berkurang.
2. Faktor Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan orang tua, anak dan masyarakat membuat
pernikahan dini semakin marak. Menurut saya, Wajib Belajar 9 Tahun bisa
dijadikan salah satu 'obat' dari fenomena ini, dimisalkan seorang anak mulai
belajar di usia 6 tahun, maka saat dia menyelesaikan program tersebut, dia
sudah berusia 15 tahun.
Di usia 15 tahun tersebut, seorang anak pastilah memiliki kecerdasan dan
tingkat emosi yang sudah mulai stabil. Apalagi bila bisa dilanjutkan hingga
Wajib Belajar 12 tahun. Jika program wajib belajar tersebut dijalankan dengan
baik, angka pernikahan dini pastilah berkurang.
3. Faktor Orang tua
Entah karena khawatir anak menyebabkan aib keluarga atau takut anaknya
melakukan 'zina' saat berpacaran, maka ada orang tua yang langsung
menikahkan anaknya dengan pacarnya. Niatnya memang baik, untuk
melindungi sang anak dari perbuatan dosa, tapi hal ini juga tidak bisa
dibenarkan.
4. Faktor Media Massa dan Internet
Disadari atau tidak, anak di jaman sekarang sangat mudah mengakses segala
sesuatu yang berhubungan dengan seks dan semacamnya, hal ini membuat
mereka jadi "terbiasa" dengan hal-hal berbau seks dan tidak menganggapnya
tabu lagi.
Memang pendidikan seks itu penting sejak dini, tapi bukan berarti anak-anak
tersebut belajar sendiri tanpa didampingi orang dewasa.
5. Faktor Biologis
Faktor biologis ini muncul salah satunya karena Faktor Media Massa dan
Internet diatas, dengan mudahnya akses informasi tadi, anak-anak jadi
mengetahui hal yang belum seharusnya mereka tahu di usianya.
Maka, terjadilah hubungan di luar nikah yang bisa menjadi hamil di luar
nikah. Maka, mau tidak mau, orang tua harus menikahkan anak gadisnya.

8
6. Faktor Hamil di Luar Nikah
Kenapa saya pisahkan dengan faktor biologis? Karena hamil di luar nikah
bukan hanya karena "kecelakaan" tapi bisa juga karena (maaf) diperkosa
sehingga terjadilah hamil di luar nikah. Orang tua yang dihadapkan dalam
situasi tersebut pastilah akan menikahkan anak gadisnya, bahkan bisa dengan
orang yang sama sekali tidak dicintai orang si gadis.
Hal ini semakin dilematis karena ini tidak sesuai dengan UU Perkawinan.
Rumah tangga berdasarkan cinta saja bisa goyah, apalagi karena keterpaksaan.
7. Faktor Adat
Faktor ini sudah mulai jarang muncul, tapi masih tetap ada.

4. Hukum Perkawinan, Perceraian dan Perlindungan Anak


1. Perkawinan
Ketentuan dalam pasal 1 UUP menyatakan:
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Perumusan yang diberikan pasal 1 UUP, bukan saja memuat pengertian atau
arti perkawinan itu sendiri, melainkan juga mencantumkan tujuan dan dasar
perkawinan. Pengertian perkawinan ialah ikatan lahir batin anata seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri, sedangkan tujuannya membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal yang didasarkan kepada
ketuhanan Yang Maha Esa atau jika dihubungkan dengan pasal 2 ayat (1)
UUP didasarkan kepada hukum agamanya atau kepercayaan agamanya
masing-masing.
Berbeda dengan kompilasi hukum Islam yang secara spesifik meletakan
perkawinan itu sebagai salah satu ibadah muamalah. Ketentuan dalam pasal 2
dan pasal (3) Kompilasi Hukum Islam menyatakan: “Perkawinan menurut
hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaqon
ghaalidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah yang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah, dan rahmah.”
Dengan demikian bila dibandingkan dengan pengertian dan tujuan perkawinan
yang dirumuskan dalampasal 1 UUP, pengertian dan tujuan dalam Kompilasi
Hukum Islam ini lebih lengkap. Sebaliknya hukum perdata barat melalui
ketentuan dalam pasal 26 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menganggap

9
perkawinan hanya sebagai perjanjian lahiriyah/keperdataan belaka sama
seperti perjanjian keperdataan lainnya, yang tidak mengandung nilai atau
ikatan bathiniyah/rohaniah/agama. Dalam pasal 26 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata dinyatakan: “Undang-undang memandang soal perkawinan
hanya dalam hubungan-hubungan perdata.”
Berdasarkan ketentuan dalam pasal 26 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
ini, perkawinan hanya sah dan dianggap mempunyai kekuatan hukum bila
dapat dibuktikan dengan adanya suatu akta perkawinan yang dibuat oleh
pegawai pencatat perkawinan pada kantor pencatatan sipil.
2. Perceraian
Undang-undang yang mengatur kasus perceraian adalah UU no 1 thaun 1974:
PUTUSNYA PERKAWINAN SERTA AKIBATNYA
Pasal 38
Perkawinan dapat putus karena :
a. kematian,
b. perceraian dan
c. atas keputusan Pengadilan.
Pasal 39
(1). Perceraian hanya dapat dilakukan didepan Sidang Pengadilan setelah
Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan
kedua belah pihak.
(2). Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami
isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.
(3). Tatacara perceraian didepan sidang Pengadilan diatur dalam peraturan
perundangan tersendiri.
Pasal 40
(1). Gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan.
(2). Tatacara mengajukan gugatan tersebut pada ayat (1) pasal ini diatur dalam
peraturan perundangan tersendiri.
Pasal 41
Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah :
a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-
anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana ada

10
perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi
keputusannya;
b. Bapak yang bertanggung-jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak
dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu
ikut memikul biaya tersebut;
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya
penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri.
Undang-undang atau peraturan yg digunakan dalam proses perceraian di
pengadilan :

1. UU No. 1 Tahun 1974, Undang-undang Perkawinan


Mengatur tentang perceraian secara garis besar (kurang detail krn tidak
membedakan cara perceraian agama Islam dan yg non-Islam) bagi yg
non-Islam maka peraturan tata cerai-nya berpedoman pada UU No.1
Th 74 ini

2. Kompilasi Hukum Islam bagi pasangan nikah yg beragama Islam,


maka dlm proses cerai peraturan yg digunakan adalah Kompilasi
Hukum Islam)
3. PP No. 9 Tahun 1975, Tentang Pelaksanaan UU No. 1 Th. 74
mengatur detail tentang pengadilan mana yg berwenang memproses
perkara cerai mengatur detail tentang tatacara perceraian secara praktik
4. UU No. 23 Tahun 1974, Penghapusan Kekerasan Dalam
RumahTangga (KDRT) bagi seseorang yg mengalami
kekerasan/penganiyaan dalam rumah tangganya maka kuasailah UU
ini.

c. Perlindungan anak

Perlindungan hukum bagi anak mempunyai spektrum yang cukup luas.


Dalam berbagai dokumen dan pertemuan internasional terlihat bahwa perlunya
perlindungan hukum bagi anak dapat meliputi berbagai aspek, yaitu:
 Perlindungan terhadap hak-hak asasi dan kebebasan anak.
 Perlindungan anak dalam proses peradilan.
 Perlindungan kesejahteraan anak (dalam lingkungan keluarga,
pendidikan dan lingkungan sosial).

11
 Perlindungan anak dalam masalah penahanan dan perampasan
kemerdekaan.
 Perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi (perbudakan,
perdagangan anak, pelacuran, pornografi, perdagangan/
penyalahgunaan obat-obatan, memperalat anak dalam melakukan
kejahatan dan sebagainya).
 Perlindungan terhadap anak-anak jalanan.
 Perlindungan anak dari akibat-akibat peperangan/konflik bersenjata.
 Perlindungan anak terhadap tindakan kekerasan
Menurut Hukum Perdata pada hakikatnya perlindungan anak meliputi
banyak aspek hukum, diantaranya :
 Kedudukan Anak.
 Pengakuan Anak.
 Pengangkatan Anak.
 Pendewasaan.
 Kuasa Asuh (hak dan kewajiban orang tua terhadap anak).
 Pencabutan dan pemulihan kuasa asuh orang tua.
 Perwalian (termasuk balai harta peninggalan).
 Tindakan untuk mengatur yang dapat diambil guna perlindungan anak.
 Biaya hidup anak yang ditanggung orang tua akibat perceraian
(alimentasi).

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhana Yang Maha Esa.

Perceraian adalah berakhirnya perkawinan yang telah dibina oleh pasangan suami
isteri yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kematian dan atas keputusan
pengadilan.

B. Saran
Dalam hal ini kami sebagai penulis menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan terdapat banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, diharapkan kepada para pembaca untuk memberi saran ataupun kritik kepada
makalah kami sehingga kedepannya akan lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1981. Dasar – dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Demografi FEUI

http://genbagus.blogspot.com/2014/05/faktor-penyebab-pernikahan-dini.html

http://hanyblush.blogspot.co.id/2011/01/hukum-perlindungan-anak-dalam-hukum.html

http://indohukum.blogspot.co.id/2011/04/undang-undang-perceraian.html

http://munasya.com/perkawinan-dan-perceraian/

http://slideplayer.info/slide/2342260/

https://sp1r1tgr4zy.wordpress.com/2013/03/21/tugas-demografi-perkawinan-dan-perceraian/

14

Anda mungkin juga menyukai