Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di dunia semakin lama semakin
pesat. Munculnya globalisasi yang cepat menuntut adanya kemudahan dalam berkomunikasi,
kemudahan penyebaran informasi baik dari segi efisiensi biaya, atau kefektifitasan
komunikasi. Perkembangan teknologi komunikasi seperti internet membuat manusia semakin
meningkatkan frekuensi komunikasinya antar sesama dengan tanpa melihat jarak dan waktu.
New media dapat di sebut juga dengan internet. Internet dinilai sebagai alat pencarian
informasi yang paling penting untuk dikembangkan. Internet memiliki kemampuan untuk
mengkode, menyimpan, memanipulasi dan menerima pesan (Ruben, 1998:110).
Media sosial adalah tren yang sangat popular sampai detik ini, khususnya bagi
masyarakat Indonesia. Merujuk pada laporan bagan riset Tetra Pak Index pada akhir tahun
2017 mencatat ada sekitar 132 juta pengguna internet aktif di Indonesia. hampir setengah dari
pengguna tersebut adalah pengguna media sosial yang aktif. Data pengguna media sosial di
Indonesia mencapai 40%.(Yudhianto, 2017). menurut data lembaga riset we are social dari
tahun ke tahun pengguna internet bertumbuh hingga 7,6%. Pertumbuhan pengguna internet
ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan pengguna media sosial2.
Media sosial adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas
dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-
generated content (Kaplan dan Haenlein, 2010). Media sosial dan social messaging
merupakan inovasi dari perkembangan kemunculan internet yang merupakan media baru dan
sangat diminati oleh masyarakat. Terdapat enam jenis media sosial diantaranya; Proyek
Kolaborasi, blog dan micro blogs, komunitas konten, situs jaringan sosial, virtual game, dan
virtual social (Kaplan dan Haenlein, 2012).
1
Muhammad Al Assad Rahimakumullah S.Ikom, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, West java, Indonesia,
riesresha@gmail.com, muhammad17113@mail.unpad.ac.id
2
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/09/berapa-pengguna-instagram-dari-indonesia di
akses pada tanggal 4 May 2018
Salah satu dari bagian new media adalah “Network Society”, dimana dapat diartikan
sebagai formasi sosial yang berinfrastruktur dari kelompok, organisasi dan komunitas
khalayak yang menegaskan bentuk awal dari organisasi dari segala seg (Individu, Grup,
organisasi, dan kelompok). Dengan kata lain, aspek mendasar dari formasi teori ini adalah
semua yang memiliki hubungan yang luas secara kolektivitas (Van Dijk, 2006:20) Berbicara
mengenai penggunaan media sosial sebenarnya merupakan salah satu aspek dari kajian
komunikasi yang meliputi perilaku komunikator atau komunikan, efektifitas media atau
pesan, penggunaan media, kemasan pesan, konteks komunikasi, situasi komunikasi, kerangka
tujuan (frame of reference), bidang pengalaman (field of experience), termasuk motivasi
dalam pemilihan media sebagai sumber informasi (Hamidi, 2010:47)
Internet yang telah menawarkan media sosial atau instant massaging seperti twitter,
instagram, facebook, line, dan Beetalk. Beetalk adalah sebuah aplikasi mobile yang ditujukan
untuk memudahkannya akses pengguna aplikasi tersebut kepada social media beetalk. Dalam
seminar yang telah dilakukan oleh Head of Beetalk Indonesia, Handhika Wiguna,
mengatakan bahwa Beetalk memiliki banyak fitur yang dibutuhkan pengguna aplikasi
chatting di Indonesia. “orang Indonesia senang mencari teman baru dan
berkomunitas.Beetalk memiliki fitur-fitur unggulan untuk mencari temanm baru berdasarkan
minat dan lokaso pengguna,” ungkap Handhika3. Selain aktivitias pertemanan pada aplikasi
Beetalk ini juga mulai menjadikan sebagai alat untuk menunjukan eksistensi diri secara
individu, berpasangan, dan berkelompok.
Aplikasi instant messenger Beetalk resmi diluncurkan di Indonesia pada tanggal 5
maret 2014. Beetalk merupakan aplikasi mobile yang memudahkan penggunanya untuk
berkenalan dengan teman baru. Sejak launching pertamakalinya, aplikasi Beetalk telah
menduduki peringkat satu di App Store dan salah satu top app di Google Play di Thailand.
Peneliti dapat mengatakan fitur beetalk adalah gabungan dari berbagai sosial media yang
telah di ciptakan oleh pendahulunya, berikut fitur aplikasi Beetalk yang peneliti temui; Look
Around, Shake, Whisper, Doodle, Buzz, Flip, Free call, Forum, Club, Group chat, Video
share, dan banyak lainnya.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti
ingin menggambarkan fakta, keadaan, ataupun gejala yang tampak dalam aplikasi media
3
https://www.liputan6.com/tekno/read/2136603/beetalk-incar-10-juta-pengguna-chatting-di-indonesia. Di
akses pada tanggal 5 May 2018
sosial Beetalk sebagaimana penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan (Mukhtar 2013: 28). Pada teknik pengumpulan data
peneliti telah melakukan observasi dan wawancara kepada 8 orang pengguna aplikasi Beetalk
yang telah aktif menggunakan aplikasi tersebut dengan jangka waktu lebih dari 2 tahun,
peneliti memilih pengguna Beetalk yang telah menggunakannya lebih dari 2 tahun karena
dapat diasumsikan bahwa pengguna tersebut telah mengetahui seluk beluk mengenai aplikasi
Beetalk. Peneliti melakukan observasi selama kurang lebih 3 minggu dalam pelaksanaannya
dan mendapatkan infroman melalui observasi pada bagian forum dan club.
Dalam penelitian ini juga penulis menggunakan analisis data kualitatif dengan
melakukan analisis secara langsung pada fakta, hasil observasi dan hasil wawancara yang
telah dilakukan oleh peneliti. Demi keabsahan data penelitian ini Peneliti melakukan
tringulasi data dengan melihat profile demografis informan, dan wawancara dengan kerabat
informan. Berikut sekilas mengenai data informan yang telah diwawancarai.
4
Hasil wawancara dengan key informan Ibu Nina
untuk berkenalan dengan kenalan baru. Fitur flip ini merupakan fitur mirip yang telah di
ciptakan oleh aplikasi Tinder. Pada fitur ini pengguna aplikasi Beetalk dapat memilih kenalan
baru dengan melihat dan menyeleksi melalui foto.
Fenomena menarik yang diamati oleh peneliti dari semua hasil wawancara
mengungkapkan bahwa mereka telah mendapatkan teman baru atau pasangan melalui
aplikasi ini. Dengan memperkenalkan diri melalui aplikasi kemudian melanjukan dengan
saling bertemu dengan waktu dan tempat yang dijanjikan.
Dalam bukunya Nasrullah (2015) yang menjelaskan mengenai tindakan online dan
offline antar pengguna dalam berkomunikasi sebagaimana;
“Karakter media sosial adalah membentuk jaringan di antara penggunanya. Tidak
peduli apakah di dunia nyata (offline) antarpengguna itu saling kenal atau tidak,
namun kehadiran media sosial memberikan medium bagi pengguna untuk terhubung
secara mekanisme teknologi. Jaringan yang terbentuk antarpengguna ini pada
akhirnya membentuk komunitas atau masyarakat yang secara tidak sadar maupun
tidak akan memunculkan nilai-nilai yang ada di masyarakat sebagaimana ciri
masyarakat dalam teori-teori sosial”.
Berdasarkan kutipan diatas, dapat dilihat bhwa melalui aplikasi media sosial Beetalk
dapat menciptakan suatu komunitas dan hubungan dengan berbagai tindakan online dan
berujung kepada tindakan offline.
Fitur lainnya dari aplikasi Beetalk adalah club. Club adalah fitur yang dibuat oleh
pengguna untuk mengumpulkan pengguna lainnya dalam satu tempat. Dalam club setiap
orang dapat melakukan instant messaging yang dapat dilihat oleh semua anggotanya. Club
pada Beetalk mempunyai system yang mendukung dalam membangun relasi antar
anggotanya. Club mempunyai tingkatan club yang dapat memperbanyak isi anggotanya,
semakin tinggi tingkat club, maka semakin banyak pengguna yang dapat menjadi
anggotanya.
Pada saat melakukan instant messaging pengguna aplikasi Beetalk diberikan fitur-
fitur menarik, diantaranya; pesan singkat, Photo share, Video Share, Voice Chat, sticker, dan
doodle. Doodle adalah gambar sederhana yang dapat merepresentasikan suatu makna yang
konkrit. Akan tetapi fiture doodle di aplikasi tersebut adalah fitur yang memfasilitasi
pengguna untuk menggambar pada satu frame yang selanjutnya dapat di simpan pada
penyimpanan smartphone atau di kirimkan melalui pesan berupa format jpeg.
Keunggulan lain dalam aplikasi beetalk yang memudahkan pengguna dalam hal
penyimpanan ialah system storage yang tidak memberatkan pengguna dalam penyimpanan
file gambar atau video yang telah di kirimkan oleh orang lain kepada penyimpanan
smartphone pengguna, akan tetapi tetap di simpan dalam server Beetalk itu sendiri. Walaupun
membutuhkan lebih banyak quota dikarenakan harus mengunduh berkali-kali, akan tetapi hal
tersebut bukanlah masalah bagi pengguna Beetalk, hal tersebut di perkuat oleh salah satu
informan yang mengatakan bahwa “saya senang aplikasi Beetalk tidak auto-save di
handphone…..lebih baik download lagi dibandingkan save di memory handphone seperti
aplikasi whatsapp”5
5
Hasil wawancara dengan key informan, ibu Ai
6
Hasil Wawancara dengan ibu Liza
7
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”)
mencantumkan gambar-gambar yang cukup sensual atau tulisan-tulisan yang menarik
perhatian akan tetapi tetap berbau pornografi.
Dalam UU ITE, Pasal 27 ayat (1) UU ITE mengatur larangan mendistribusikan,
mentransmisikan, dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi atau dokumen elektronik
yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan8. Telah dijelaskan dengan jelas melalui
UU ITE bahwa menfasilitasi atau membiarkan penggunanya menyebarkan hal yang
melanggar kesusilaan dapat dijatuhi hukuman. Pengaplikasiannya pada aplikasi Beetalk,
peneliti mengharapkan tim beetalk lah yang bertanggung jawab untuk mengatur atau
berperan sebagai penjaga penggunanya dari hukum tersebut.
Hal mengenai menfasilitasi juga telah di atur pada Pasal 7 UU 44/2008 yang
mengatur bahwa setiap orang dilarang mendanai atau menfasilitasi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4. Apabila di kaji kembali mengenai pelanggaran hukum, maka konten dan
Produsen Aplikasi Beetalk tersebut telah melanggar hukum dengan dilihat dari berbagai
pelanggaran undang-undang di Negara Indonesia.
Pelanggaran mengenai pornografi pada aplikasi ini ternyata bukan hal yang baru,
sudah menjadi benak beberapa orang bahwa aplikasi beetalk adalah aplikasi untuk mencari
hal yang berbau pornografi, atau bahkan prostitusi. Hal tersebut di kuatkan oleh salah satu
key informan yang mengatakan bahwa “saya awal instal beetalk untuk mencari informasi
mengenai prostitusi yang berada di dekat saya……. Karena di aplikasi tersebut memang
banyak kok, dan mereka tidak di banned……kalau tidak di banned ya semakin banyak aja”9
Pada sisi pengguna Beetalk yang mempunyai kepentingan hanya untuk membangun
relasi, hal tersebut cukup mengganggu dalam proses perkenalannya. Pengguna aplikasi
Beetalk wanita telah menjadi target para pria dalam mencari berbagai tujuannya, salah
satunya adalah hal-hal yang menyangkut asusila. Peneliti menemukan kesamaan dari 5 orang
wanita yang di wawancarai mempunyai pengalaman yang sama mengenai perbuatan pria
yang berawal dari mengajak untuk berkenalan hingga bertujuan untuk melakukan aksi
asusila. Hal tersebut di perkuat oleh perkataan informan saat ditanya mengenai pengalaman
buruk,
“ada orang mesum, ngajak mesum, melecehkan, kirim foto alat kelamin, berpura-pura
mengajak untuk menjalani hubungan, berpura-pura untuk mengajak menikah,
mengajak selingkuh, ngajak BO, nawar harga, dan lainnya….yang paling
8
Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi (“UU 44/2008”)
9
Hasil wawancara dengan bapak Rendy
menyeramkan adalah pria yang drama, bermuka dua, pencitraan, berpura-pura
mendekati tapi bohong”10
Dapat di lihat bahwa banyak pria yang stereotype-kan wanita yang menggunakan
aplikasi beetalk adalah wanita yang tidak baik, menjual harga dirinya dan lain-lain. hal
tersebut apabila dikaitkan dengan sudut pandang gender, dimana konsep gender adalah hasil
konstruksi sosial yang diciptakan oleh manusia yang sifatnya tidak tetap, berubah-ubah serta
dapat dialihkan dapat dialihkan dan dipertukarkan menurut waktu tempat dan budaya
setempat dari satu jenis kelamin, kepada jenis kelamin lainnya (Rinusu, 2007).
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Bonnie Nardi dan Tom Boelstroff
mengenai etnografi visual di Indonesia bahwa di dalam dunia virtual dikenal juga aspek-
aspek baru seperti technological Embodiment atau penjelmaan badan. Technological
Embodiment dibagi menjadi tiga bagian yaitu; 1) Droid, 2) Cyborg, dan 3) Avatar (Boelstroff
dkk, 2012). Pada aplikasi Beetalk, terdapat Technological Embodiment yang berbentuk avatar
yang berupa foto atau illustrasi yang merepresentasi penggunanya mengenai dirinya sendiri
yang dapat disebut juga sebagai profile picture.
Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti menemukan banyak dari pengguna
aplikasi Beetalk terutama wanita yang mengunggah foto pribadi sebagai profile picture
mereka dengan berpakaian yang cukup terbuka. Pada forum selfie/OOTD juga ditemukan
banyak ruang diskusi yang banyak di gemari oleh pengguna aplikasi dimana ruang diskusi
tersebut terdapat ilustrasi mengenai foto wanita yang menggunakan pakaian terbuka. Dan
dapat dikatakan juga semakin terbuka, maka akan semakin banyak penontonnya. Hal tersebut
memungkinkan sebagai alasan mengapa terjadinya perlakuan pria yang men-stereotype kan
wanita pengguna beetalk sebagai wanita yang tidak senonoh.
Kesimpulan
Kemajuan teknologi dalam pengembangan aplikasi sosial media sangat meningkat
pesat, dikarenakan juga pengguna tersebut tidak pernah hilang. Hasil penelitian ini telah
mengindikasi bahwa salah satu aplikasi baru yang bernama Beetalk ini adalah aplikasi yang
sangat lengkap dengan fitur-fitur yang beraneka-ragam. Kemudahan pembagian informasi
yang dilakukan melalui aplikasi tidak terbatas hanya dengan text saja, akan tetapi secara
audio visual. Aplikasi ini juga menfasilitasi penggunanya dalam berkomunikasi dan
berdiskusi dengan nyaman dan mendapatkan kejelasan informasi antar saling penggunanya.
10
Hasil wawancara dengan ibu Philophobia (Nama Samaran)
Akan tetapi tim pengembang aplikasi beetalk ini terlihat kurang dalam masalah pengawasan
konten forum, penggunaan filter kata, dan hal lainnya yang dapat mengurangi terjadinya
tindakan asusila virtual. Hal tersebut sangat diharapkan untuk segera di tindaklanjuti oleh tim
Beetalk dikarenakan memungkinkan adanya timbul citra yang negatif bagi pengguna atau
calon pengguna kepada aplikasi Beetalk.
Daftar Pustaka
Boellstroff Tom, dkk. 2012. Ethnography and Virtual Worlds: A Handbook of Method.
Princeton University Press: New Jersey.
D. Ruben, Brent, and Lea P. Stewart. 1998. Communication and Human Behavior. USA: Allyn &
Bacon.
Yudhianto. 2017. 132 Juta Pengguna Internet Indonesia, 40% Penggila Medsos. inet.detik.com.
https://inet.detik.com/cyberlife/d-3659956/132-juta-pengguna-internet-indonesia-40-
penggila-medsos. Di akses pada tanggal 6 May 2018
Katadata Indonesia. 2018. Berapa Pengguna Instagram dari Indonesia?. databoks.katadata.co.id.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/09/berapa-pengguna-instagram-dari-
indonesia diakses pada tanggal 4 May 2018
Kaplan, A.M. and Haenlein, M. 2010. Users of the world, unite! The challenges and opportunities of
social media, Business Horizons, Vol. 53 No. 1, Halaman: 59-68.
Kaplan, A.M. 2012. If you love something, let it go mobile: mobile marketing and mobile social media
4x4, Business Horizons, Vol. 55 No. 2.
Kaplan, A.M. and Haenlein, M. 2009. Consumer use and business potential of virtual worlds: the
case of second life. The International Journal on Media Management, Vol. 11 Nos 3/4,
Halaman: 93-101.
Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif. Jakarta : GP Press Group
Wiguna, Handika. 2014. Beetalk Incar 10 Juta Pengguna Chatting di Indonesia. Portal news
liputan6.com. didapat dari: https://www.liputan6.com/tekno/read/2136603/beetalk-incar-10-
juta-pengguna-chatting-di-indonesia. di akses pada tanggal 5 May 2018.
Nasrullah, Ruli. 2015. Media Sosial, Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media. hal. 17
Indonesia, Undang Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-undang No.
11 Tahun 2008. Didapat dari:
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt540b73ac32706/sanksi-bagi-pembuat-
dan-penyebar-konten-pornografi diakses pada tanggal 5 May 2018
Indonesia, Undang-Undang tentang Pornografi, Undang-Undang No. 44 Tahun 208. Didapat
dari http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt540b73ac32706/sanksi-bagi-
pembuat-dan-penyebar-konten-pornografi diakses pada tanggal 5 may 2018
Rinusu (Ed). 2007. Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di Indonesia: Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Kerjasama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik
Indonesia dan United National Development Program (UNDP), 2007.