Anda di halaman 1dari 43

BAB 1 PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya. Unsur dan senyawa adalah
zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia. Untuk mengetahui ciri suatu senyawa, kita perlu
mengetahui sifat-sifat fisisnya, yang dapat diamati tanpa mengubah identitasnya,dan sifat-sifat
kimia, yang dapat ditunjukkan hanya melalui perubahan kimia. Unsur-unsur dapat dikelompokkan
berdasarkan sifat-sifat fisis dan kimianya di dalam suattu tabel yang disebut dengan tabel periodik
atau sistem periodik. Sistem periodik memungkinkan kita untuk menggolongkan unsur-unsur
(seperti logam, metalloid, dan non logam) dan menghubungkan sifat-sifatnya dengan cara yang
sistematis. Tabel periodik merupakan sumber informasi kimia yang paling berguna. Jumlah unsur
yang terdapat pada tabel sistem periodik adalah sebanyak 118 unsur. Jumlah unsur yang terdapat
di alam lebih dari 118 unsur. Hal ini disebabkan karena atom-atom dapat bereaksi antara satu atom
dengan atom yang lain membentuk substansi baru yang disebut dengan senyawa. Bila dua atau
lebih atom-atom berikatan dan membentuk ikatan kimia menghasilkan senyawa yang unik yaitu
memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang berbeda dari sifat asalnya (sifat dari unsur-unsur sebelum
bereaksi).

Ada beberapa hal yang dapat kita perhatikan, yaitu terdapat banyak contoh penerapan
unsur-unsur kimia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah air. Air merupakan materi
yang penting bagi kehidupan. Sebagian besar kebutuhan pokok kita menggunakan air. Bahkan
dalam tubuh, air penting untuk menjaga DNA dari kerusakan, menghantarkan nutrisi ke seluruh
bagian tubuh, dan menjaga keseimbangan suhu tubuh. Kita mengetahui air memiliki rumus
senyawa H2O.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk dapat mengetahui dan mempelajari tentang
sistem periodik dan ikatan kimia. Karena dalam kehiudpan sehari-hari, kita tidak akan pernah lepas
dari hal-hal yang berhubungan dengan ikatan kimia dan senyawa organic.untuk itu, maka disini
kami akan membahas mengenai materi sistem periodik dan ikatan kimia.

1
b. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan sistem periodik dan ikatan kimia ?


2. Apa saja macam-macam jenis dari ikatan kimia ?
3. Bagaimana proses terbentuknya ikatan kimia ?

c. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami pengertian ikatan kimia serta sistem periodik


2. Untuk mengetahhui seluruh jenis-jenis ikatan kimia
3. Untuk memahami dan mengetahui proses terbentuknya iktan kimia

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem Periodik

a. Perkembangan Tabel Periodik

Di abad kesembilan belas, ketika para kimiawan masih samar-samar dalam memahami
gagasan tentang atom dan molekul, dan belum mengetahui adanya electron dan proton. Mereka
menyusun tabel periodik dengna menggunakan pengetahuannya tentang massa atom. Mereka telah
melakukan pengukuran massa atom dari sejumlah unsur dengan teliti. Pemyususnan unsur-unsur
menurut massa atomnya dalam tabel periodik tampak logis bagi para kimiawan yang berpendapat
bahwa perilaku kimia bagaimanapun juga harus berhubungan dengan massa atom.
Pada tahun 1864 kimiawan inggris Jhon Newlands memperhatikan bahwa jika unsur-unsur yang
telah dikenal pada waktu itu disusun menurut massa atom, maka setiap uunsur kedelapan memiliki
sifat-sifat yang mirip. Newlands menyebut hubungan yang istimewa ini sebagai hukum oktaf. Akan
tetapi, “hukum” ini tidak cocok untuk unsur-unsur setelah kalsium, dan karya Newlands tidak
diterima oleh masyarakat ilmiah.
Lima tahun kemudian kimiawan Rusia Dmitri Mendeleev dan kimiawan jerman lothar
Meyer secara terpisah mengusulkan penyusunan tabulasi unsur-unsur lebih luas berdasarkan
keteraturannya, sifat yang berulang secara periodik. Penggolangan yang disusun oleh Mendeleev
lebih baik dibandingkan yang disusun oleh Newlands karena disebabkan dua hal. Pertama, ia
menggolongkan unsur-unsur dengan lebih tepat menurut sifat-sifatnya. Selain itu yang sama
pentingnya yaitu adanya kemungkinan meramal sifat-sifat beberapaunsur yang belum ditemukan.
Namun demikian, versi awal tabel periodik jelas memiliki ketidakkonsistenan. Misalnya, massa
atom argon (39,95 sma) lebih besar dari massa atom kalium (39,10 sma). Jika unsur-unsur ini
semata-mata disusun berdasarkan kenaikan massa atom, argon akan menempati posisi yang
ditempati kalium dalam tabel periodik modern. Tetapi tidak ada kimiawan yang menempatkan
argon, suatu gas inert, dalam golongan yang sama dengan litium dan natrium, dua logam yang
sangat reaktif. Hal ini dan perbedaan lainnya menyarankan adanya beberapa sifat mendasar lainnya
selain massa atom yang merupakan dasar sifat periodik yang teramati. Sifat ini akhirnya ditemukan
berkaitan dengan nomor atom.
Dengan menggunakan data dari percobaan hambaran sinar-α, Ruttherford dapat
memperkirakan jumlah muatan positif dalam inti untuk beberapa unsur, tetapi sampai tahun 1913
tidak terdapat cara umum untuk menentukan nomor atom. Pada tahun yang sama, seorang

3
fisikawan muda inggris, Henry Moesseley, menemukan keterkaitan antara nomor atom dan
frekuensi sinar-x yang dihasilkan dari penembakan unsur yang sedang dikaji dengan electron
berenergi tinggi. Dengan sedikit pengecualian, Moesley menemukan bahwa urutan kenaikan nomor
atom sama dengan urutan kenaikan massa atom..
Tabel periodic modern biasanya menampilkan nomor atom bersama dengan lambing
unsurnya. Seperti telah diketahui, nomor atom juga menunjukkan jumlah electron dalam atom suatu
unsur. Konfigurasi electron unsur membantu menjelaskan munculnya sifat-sifat fisika dan kimia.
Kegunaan dan pentingnya tabel periodik terletak pada fakta bahwa kita dapat menggunakan
pemahaman tentang sifat-sifat umum dan kecenderungan dalam golongan atau periode untuk
meramalkan sifat-sifat unsur apa pun dengan cukup tepat, walaupun unsur itu tidak kita kenal
dengan baik.

b. Penggolongan Periodik Unsur-Unsur

Gambar 8.2 menunjukkan tabel periodik unsur-unsur bersama dengan konfigurasi


elektronnya dalam keadaan-dasar pada kulit terluar. Menurut jenis subkulit yang terisi, unsur-unsur
dapat dibagi menjadi beberapa golongan-unsur utama, gas mulia, unsur transisi, lantanida, dan
aktinida. Merujuk pada gambar, unsur-unsur utama (representative elements) adalah unsur-unsur
dalam golongan IA hingga 7A, yang semuanya mempunyai memiliki subkulit s atau p dengan
bilangan kuantum utama tertinggi yang belum terisi penuh. Dengan pengecualian pada helium,
seluruh gas mulia (noble gas) (unsur-unsur golongan 8A) mempunyai subkulit p yang terisi penuh.
(Konfigurasi elektronnya adalah 1s2 untuk helium dan ns2 dan np6 untuk gas mulia yang lain,
dimana n adalah bilangan kuantum utama untuk kulit terluar).

4
Logam transisi adalah unsur-unsur dalam golongan 1B dan 3B hinnga 8B, yang
mempunyai subkulit d yang tidak terisi penuh atau mudah menghasilkan kation dengan subkulit d
yang tak terisi penuh. (Logam-logam ini kadang-kadang disebut dengan unsur-unsur transisi blok
d). unsur-unsur golongan 2B adalah Zn, Cd, dan Hg, yang bukan merupakan unsur utama maupun
unsur transisi. Lantanida dan aktinida kadangkala disebut unsur transisi blok f karena kedua
golongan ini memiliki subkulit f yang tidak terisi penuh.
Pola yang jelas akan muncul ketika kita mengkaji konfigurasi elektron unsur-unsur dalam
golongan tertentu. Konfigurasi elektron untuk unusr-unsur golongan IA, yaitu logam ditunjukkan
dalam tabel 8.1. Kita lihat bahwa semu anggota golongan IA, yaitu logam alkali memiliki
konfigurasi elektron terluar yang mirip; masing-masing memiliki inti gas mulia dan konfigurasi
ns1 untuk elektron terluarnya. Demikian pula golongan 2A, yaitu logam alkali tanah juga
mempunyai inti gas mulia dan konfigurasi elektron terluar ns2.

Elektron terluar suatu atom, yang terlibat dalam ikatan kimia, sering disebut elektron
valensi (valence electron). Jumlah elektron valensi yang sama menentukan kemiripan perilaku
kimia diantara unsur-unsur dalam setiap golongan. Pengamatan ini juga berlaku untuk halogen
(unsur-unsur golongan 7A), yang memiliki konfigurasi elektron terluar ns2 np5 dan menunjukkan
sifat-sifat yang sangat mirip. Tetapi kita harus berhati-hati dalam meramalkan sifat-sifat golongan
3A hingga 6A. sebagai contoh, unsur-unsur dalam golongan 4A memiliki konfigurasi elektron
terluar yang sama, ns2 np4, tetapi terdapat lebih banyak keragaman dalam sifat-sifat kimia di antara
unsur–unsur ini: Karbon adalah nonlogam, silikon dan germanium adalah metaloid, dan timah dan
timbal adalah logam.

5
Sebagai satu golongan, gas mulia berperilaku sangat mirip. Dengan pengecualian kripton
dan xenon, unsur-unsur ini secara kimia bersifat inert. Alasannya adalah bahwa seluruh unsur ini
subkulit terluarnya ns2 np6, terisi penuh yaitu suatu keadaan yang menggambarkan kestabilan
tinggi. Walaupun konfigurasi elektron terluar logam transisi tidak selalu sama dalam satu golongan
dan tidak ada pola yang teratur dalam perubahan konfigurasi elektron dari satu logam ke logam
lain dalam periode yang sama, seluruh logam transisi memiliki ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dari unsur-unsur lainnya. Alasannya adalah bahwa seluruh logam-logam ini
memiliki subkulit d yang tidak terisi penuh. Demikian pula unsur-unsur lantanida dan aktinida
menyerupai satu sama lain dalam deretnya karena mempunyai subkulit f yang tidak terisi penuh.

Konfigurasi Elektron Kation dan Anion


Oleh karena banyak senyawa ionik yang terbentuk dari anion dan/atau kation
monoatomik, akan sangat membantu untuk mengetahui bagaimana menulis konfigurasi elektron
spesi-spesi ion ini. Prosedur untuk menulis konfigurasi elektron ion-ion memerlukan metode yang
hanya sedikit diperluas dari metode yang digunakan untuk atom netral. Dalam pembahasan kita,
ion-ion ini akan dibagi dalam dua kelompok.

1. Ion yang Dihasilkan dari Unsur Golongan Utama

6
Pada pembentukan kation dari atom netral unsur golongan utama, satu elektron atau lebih
dikeluarkan dari kulit n terluar yang masih terisi. Di bawah ini adalah konfigurasi elektron
beberapa atom netral dan kation-kationnya yang terkait:
Na: [Ne] 3s1 Na+ : [Ne]
Ca: [Ar] 4s2 Ca2+: [Ar]
Al: [Ne] 3s2 3p1 Al3+ : [Ne]

Perhatikan bahwa setiap ion mempunya konfigurasi gas mulia yang stabil. Dalam pembentukan
anion, satu elektron atau lebih ditambahkan ke kulit n terluar yang terisi sebagian. Perhatikan
contoh-contoh berikut:
H: 1s1 H- : 1s2 [He]
F: 1s2 2s2 2p5 F- : 1s2 2s2 2p6 [Ne]
O: 1s2 2s2 2p4 O2- : 1s2 2s2 2p6 [Ne]
2 2 3 3- 2 2 6
N: 1s 2s 2p N : 1s 2s 2p [Ne]
Sekali lagi, semua anion mempunyai konfigurasi elektron gas mulia yang stabil. Jadi satu
ciri khusus dari hampir semua unsur golongan utama ialah bahwa ion-ion yang dihasilkan dari
atom-atom netralnya mempunyai konfigurasi elektron terluar gas mulia ns2 np6. Ion-ion, atau atom-
atom dan ion-ion, yang mempunyai jumlah elektron yang sama, dan oleh karena itu konfigurasi
elektron tingkat dasarnya sama disebut isoelektron (isoelectronic). Jadi, H- dan He adalah
isoelektron, F-, Na+, dan Ne adalah isoelektron, dan seterusnya.

2. Kation yang Dihasilkan dari Logam Transisi


Pada baris pertama logam transisi (Sc sampai Cu), orbital 4s selalu diisi lebih dulu
sebelum orbital 3d. Perhatikan mangan, yang konfigurasi elektronnya adalah [Ar] 4s2 3d5. Jika
terbentuk ion Mn2+, kita mungkin menduga bahwa dua electron dikeluarkan dari orbital 3d untuk
menghasilkan [Ar] 4s2 3d3. Pada kenyataannya, konfigurasi Mn2+ adalah [Ar] 3d5! Alasannya
ialah interaksi elektron-elektron dan elektron-inti pada atom netral agak berbeda dengan interaksi
pada ionnya. Jadi, meskipun dalam Mn orbital 4s selalu terisi lebih dulu sebelum orbital 3d,
elektron dikeluarkan dari 4s pada pembentukan Mn2+, karena orbital 3d lebih stabil daripada
orbital 4s dalam ion logam transisi. Oleh karena itu, jika kation terbentuk dari atom logam
transisi, elektron yang dilepaskan pertama-tama selalu dari orbital ns dan kemudian baru dari
orbital (n-1)d. Harap diingat bahwa kebanyakan logam transisi dapat membentuk lebih dari satu
kation dan bahwa seringkali kation tersebut tidak isoelektron dengan gas mulia sebelumnya.

7
c. Keragaman Periodik Dalam Sifat-Sifat Fisika

 Muatan inti Efektif


Adanya electron-elektron perisai penyaring mengurangi gaya Tarik elektrostatik antara
proton yang bermuatan positif dalam inti dengan inti dengan electron-elektron pada kulit luar.
Tambah lagi, gaya tolak menolak antar electron dalam atom berelektron banyak akan lebih
mengimbangi gaya tarik yang dilakukan oleh inti. Konsep muatan inti efektif memungkinkan kita
untuk menjelaskan efek perisai pada sifat-sifat periodic.
Perhatikan misalnya atom helium yang mempunyai konfigurasi electron 1s2. Kedua
proton helium memberikan muatan +2 kepada inti, tetapi gaya tarik penuh dari muatan ini
terhadap dua electron 1s sebagian diimbangi oleh tolak menolak electron-elektron. Akibatnya,
dapat dikatakan bahwa setiap electron 1s diperisai dari inti oleh electron 1s lainnya. Muatan inti
efektif, Zeff, dinyatakan dengan :

Zeff = Z - σ
Dengan Z adalah muatan inti sebenarnya (yaitu =, nomor atomnya) dan σ disebut konstanta perisai.
σ lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari Z.
Salah satu contoh pengaruh dari perisai electron adalah energy yang diperlukan untuk
mengeluarkan satu electron dari atom berelektron banyak. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
diperlukan energi sebesar 2373 kJ untuk mengelluarkan electron pertama dari satu mol atom He
dan energy sebesar 5251 kJ untuk mengeluarkan elektron kedua dari 1 mol ion He+. Alasan
diperlukannya lebih banyak energy untuk mengeluarkan elektron kedua adlah bahwa dengan hanya
terdapat satu elektron, maka tidak ada perisai, dan elektron itu merasakan sekuruh pengaruh dari
muatan inti +2.

 Jari-Jari Atom
Jari-jari atom yaitu jarak dari inti atom ke orbital elektron yang paling luar yang stabil pada
suatu atom dalam keadaan setimbang. Biasanya jarak itu diukur kedalam satuan pikometer atau
angstrom. hal itu karna elektron-elektron senantiasa bergerak, maka untuk mengukur jarak dari inti
atom kepadanya begitu sulit. Untuk itu digunakan beberapa cara yang lebih akurat.
Terdapat beberapa jenis jari-jari atom yang dipaka untuk menyatakan jarak dari inti atom
ke lintasan stabil yang paling luar dari elektronnya, di antaranya yaitu :
1. Jari-jari Kovalen

8
Jari-jari atom diukur memakai jari-jari kovalen untuk elemen-elemen yang mempunyai jenis ikatan
kovalen. Pada umumnya elemen-elemen ini merupakan elemen-elemen non-logam. Secara teknis
jarak yang diukur yaitu setengah dari jarak internuklir antara dua atom bertetangga terdekat dalam
kisi kristal. Jari-jari kovalen untuk elemen-elemen yang tidak bisa berikatan bisa diperkirakan
dengan cara melakukan kombinasi jari-jari dari elemen-elemen yang bisa berikatan pada molekul
untuk atom yang berbeda atau tak sama.
2. Jari-jari Logam
Jari-jari atom diukur memakai jari-jari logam untuk elemen-elemen yang termasuk pada elemen-
elemen logam. Jari-jari logam yaitu setengah jarak dari jarak internuklir terdekat dari atom-atom
dalam kristal logam.
3. Jari-jari Van Der Waals
Jari-jari atom diukur memakai jari-jari van der Waals untuk elemen yang atom-atomnya tak bisa
saling berikatan. Contoh dari kelompok ini yaitu gas mulia, di mana dikatakan bahwa atom-atom
dari elemen ini tidak termampatkan atau terpadatkan.
Dalam tabel periodik, jari-jari atom bertambah nilainya palu satu golongan ke bawah
sejalan dengan bertambahnya lintasan elektron, dan berkurang kiri ke kanan karena dengan
bertambahnya muatan inti – dengan perkecualian untuk golongan gas mulia.

Beberapa faktor yang mempengaruhi panjang jari-jari atom adalah :


1. Jumlah kulit atom

9
Semakin banyak jumlah kulit yang dimiliki pada suatu atom, maka jari-jari atomnya juga semakin
panjang. Nilai senyama atom Natrium lebih panjang daripada Litium, dikarenakan jumlah kulit
yang dimiliki atom Natrium itu lebih banyak daripada atom Litium itu sendiri.
2. Muatan inti atom
Apabila jumlah kulit dari dua atom adalah sama banyak, maka yang berpengaruh pada panjangnya
yaitu muatan inti atom. Makin banyak inti atom berarti makin besar juga muatan intinya dan gaya
tarik inti atom pada elektron lebih kuat hingga elektron lebih mendekat ke inti atom.
Dalam tabel periodik bisa diamati bahwa:
 Didalam satu periode dari kiri kekanan semakin pendek, sedangkan unsur satu golongan dari atas
kebawah semakin panjang. Hal ini bisa dijelaskan bahwasanya kecenderungan tersebut di
akibatkan karna adanya gaya tarik inti terhadap suatu elekltron dan jumlah kulit elektron.
 Pada satu periode dari kiri ke kanan muatan inti semakin bertambah, sedangkan jumlah kulit
elektronnya tetap, akibatnya yaitu gaya tarik inti pada elektron terluar makin kuat hingga
menngakibatkan jarak elektron kulit terluar dengan inti makin dekat.
 Dalam satu golongan semakin kebawah jumlah kulit semakin banyak walaupun dalam hal ini
jumlah muatan inti semakin banyak, Akan tetapi pengaruh bertambahnya jumlah kulit itu lebih
besar daripada pengaruh muatan inti, mengakibatkan jarak elektron kulit terluar terhadap inti
semakin jauh.

 Jari-Jari ion
Jari-jari ion adalah jari-jari kation atau anion. Jari-jari ion mempengaruhi sifat-sifat fisika
dan kimia suatu senyawa ionik. Misalnya, struktur berdimensi tiga dari suatu senyawa ionik
bergantung pada ukuran relative kation dan anionnya. Jika atom netral diubah menjadi suatu ion,
diharapkan ukurannya berubah. Jika atom membentuk anion, ukurannya (jari-jarinya) bertambah,
oleh karena muatan inti tetap sama tetapi tolak-menoolak yang dihasilkan dari elektron yang
ditambahkan akan memperbesar daerah awan elektron. Disisi lain, kation lebih kecil dari atom netral,
oleh karena pelepasan satu elektron atau lebih mengurangi tolak-menolak elektron-elektron etapi
muatan inti tetap sama, sehingga awan elektron mengkerut.
Jarak antara dua ion dalam kristal ionik dapat ditentukan dengan kristalografi sinar-X, yang
memberi panjang sisi-sisi unit sel kristal. Misalnya, panjang setiap tepi sel unit natrium
klorida terukur 564,02 pm. Setiap tepi sel unit natrium klorida dapat dianggap memiliki atom yang
tertata sebagai Na+∙∙∙Cl−∙∙∙Na+, jadi panjang tepinya dua kali jarak Na-Cl. Oleh karena itu, jarak antara
ion Na+ dan Cl− adalah setengah dari 564,02 pm, yaitu 282.01 pm. Namun, meski kristalografi sinar-

10
X memberi gambaran jarak antar ion, ia tidak menunjukkan letak batasnya di antara ion-ion tersebut,
sehingga tidak secara langsung memberikan jari-jari ion.

d. Energi Ionisasi
Energi ionisasi (IE) adalah energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron dari tiap
mol spesies dalam keadaan gas. Energi untuk mengeluarkan satu elektron pertama (dari atom
netralnya) disebut sebagai energi ionisasi pertama dan untuk mengeluarkan satu elektron ke dua
disebut energi ionisasi kedua, dan begitu seterusnya untuk pengeluaran satu elektron berikutnya.
Mudah dipahami bahwa mengeluarkan satu elektron pertama dari atom netralnya akan lebih mudah
daripada mengeluarkan satu elektron kedua dan seterusnya dari kation yang bersangkutan karena
pengaruh muatan inti menjadi semakin lebih efektif terhadap elektron yang semakin berkurang
jumlahnya.
Betapapun lemahnya, pasti ada interaksi ikatan antara elektron valensi dengan inti atom,
sehingga untuk mengeluarkan selalu diperlukan energi ; dengan demikian, energi ionisasi selalu
berharga positif. Energi ionisasi ini dapat ditentukan secara eksperimen dengan menempatkan
spesies gas di dalam tabung. Kemudian tegangan (voltase) dalam tabung dinaikkan secara perlahan,
praktis tidak ada arus listrik sampai dengan harga voltase tertentu pada saat sebuah elektron dilepas
oleh spesies yang bersangkutan. Harga voltase pada saat mulai terjadinya arus listrik inilah yang
didefinisikan sebagai energi ionisasi; oleh karena itu, energi ionisasi biasanya dinyatakan dalam
satuan SI, elektron volt, eV (1 eV = 1,60 × 10–19 J = 96,485 kJ.mol–1, dan sering pula disebut
sebagai potensial ionisasi.
Dengan batasan tersebut berarti bahwa energi ionisasi bergantung pada seberapa kuat
elektron terikat oleh atomnya atau seberapa kuat muatan inti efektif Zef berpengaruh terhadap
elektron terluar yang akan dikeluarkan. Dengan demikian, energi ionisasi bervariasi seiring dengan
bervariasinya gaya tarik elektrostatik Coulomb, yaitu mempunyai harga terendah untuk Zef terkecil
dan r (jari-jari atom) terbesar.

11
Gambar diatas menunjukkan keragaman energy ionisasi pertama terhadap nomor atom.
Plot ini jelas menunjukkan keperiodikkan dalam kesetabilan elektron yang terikat lemah.
Perhatikan, bahwa selain dari ketidakteraturan yang sedikit, energy ionisasi unsur dalam satu
periode bertambah dengan bertambhanya muatan inti efektif dari kiri ke kanan. Muatan inti efektif
yang lebih besar artinya elektron dibagian luar terikat lebih erat, dan oleh karena itu energy ionisasi
pertamanya lebih besar. Satu keistimewaan dari gambar di atas adalah puncak-puncak yang
berkaitan dengan gas-gas mulia. Energy ionisasi yang sangat tinggi itu bersesuaian dengan fakta
bahwa hamper semua gas mulia tidak reaktif secara kimia. Pada kenyataanya, helium mempunyai
energy ionisasi pertama terbesar di antara semua unsur.
Unsur-unsur golongan 1A(logam alkali) pada bagian bawah grafik dalam gambar di atas
mempunyai energy ionisasi terendah. Masing-masing logam ini memiliki satu elektron valensi
(konfigurasi elektron terluarnya adala ns1), yang terperisai secara efektif oleh kulit bagian dalam
yang terisi penuh. Akibatnya, secara energetika akan mudah untuk melepaskan satu elektron dari
atom logam alkali membentuk ion unipositif (Li+, Na+, K+…).
Unsur-unsur golongan 2A (logam alkali tanah) memiliki energy ionisasi pertama yang
lebih tinggi daripada logam alkali. Logam alkali tanah mmiliki dua elektron valensi (konfigurasi
elektron terluarnya adalah ns2). Karena kedua elektron s ini tidak saling memrisai satu sama lain
secara baik, muatan inti efektif untuk atom logam alkali tnah lebih besar daripada atom alkali yang
telah dibahas sebelumnya. Kebanyakan senyawa alkali tanah mengandung ion dipositif, yang
isoelektron dengan ion-ion logam alkali yang terletak di sebelah kirinya dalam periode yang sama.
Dapat dilihat bahw, logam-logam memiliki energi ionisasi yang relattif rendah, sedangkan
non logam memiliki energy ionisasi yang jauh lebih besar. Energi ionisasi metalloid biasanya berda
diantara logam dan non logam. Perbedaan dalam energy ionisasi menjelaskan mengapa logam-
logam selalu membentuk kation dan non logam membentuk anion dalam senyawa ionic. Untuk
golongan tertentu,energy ionisasi menurun dengan bertmabahnya nomor atom (yaitu, dari atas ke

12
bawah dalam golongan itu). Unsur-unsur dalam golongan yang sama memiliki konfigurasi elektron
terluar yang mirip. Tetapi, dengan meningkatnya bilangan kuantum utama n, bertambah pula jarak
rata-rata elektron valensi dari inti. Makin jauh jarak antara elektron dan inti berarti gaya tariknya
lebih lemah, sehingga elekton menjadi lebih mudah dilepaskan dari atas ke bawah dalam satu
golongan.

e. Afinitas Elektron
Afinitas Elektron adalah negatif dari perubahan energi yang terjadi saat satu elektron
diterima oleh atom suatu unsur dalam keadaan gas. Dalam hal lain dinyatakan juga dalam kJ mol–
1. Unsur yang mempunyai afinitas elektron bertanda negatif, berarti mempunyai kecenderungan
lebih besar dalam menyerap elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif.
Semakin negatif nilai afinitas elektron, maka makin besar kecenderungan unsur tersebut dalam
menyerap elektron (kecenderungan membentuk ion negatif. Afinitas elektron merupakan
perubahan entalpi ketika suatu atom pada keadaan gas menerima elektron dari luar membentuk
suatu anion. Nilai afinitas elektron dinyatakan dalam per mol atom atau mol ion.
Nilai Afinitas elektron dapat berharga positif atau negatif. Perubahan entalpi bernilai
positif ketika elektron ditambahkan kepada suatu atom yang memiliki konfigurasi elektron stabil.
Misalnya jika elektron ditambahkan pada unsur- unsur golongan IIA dengan konfigurasi ns2 atau
kepada unsur gas mulia dengan konfigurasi ns2 np6.
Elektron dapat masuk ke orbital suatu atom karena ditarik oleh inti yang bermuatan positif.
Di sekitar inti terdapat elektron yang menolak elektron lain yang akan masuk. Jika daya tarik inti
lebih besar daripada daya tolak elektron, maka dikeluarkan energi saat elektron masuk.
Sebaliknya, bila daya tarik inti lebih kecil, maka akan dibutuhkan sejumlah energi agar dapat
memasukkan elektron ke orbital. Jika ada energi yang dikeluarkan, maka afinitas bertanda negatif
(biasa disebut sebagai eksotermik) dan bila ada energi yang diperlukan bertanda positif (atau
endotermik).
Apabila lebih dari satu elektron ditambahkan kepada kulit terluar suatu atom, misal pada
pembentukan ion O-2, elektron pertama diterima oleh atom oksigen yang bermuatan netral pada
subkulit 2p4 membentuk ion O–, sedangkan elektron kedua akan diterima oleh ion yang sudah
bermuatan negatif membentuk O–2. Untuk itu diperlukan energi, sebab ada tolakan dari ion O–,
akibatnya afinitas elektron kedua berharga negatif.
Jari-atom mempunyai pengaruh terhadap nilai afinitas elektron. Secara umum,
kecenderungan periodik dari afinitas elektron kebalikan dari jari- jari atom. Semakin kecil jari-
jari suatu atom, maka afinitas elektronnya semakin besar. Sebaliknya semakin besar ukuran suatu

13
atom, maka afinitas elektron makin kecil. Jika jari- jari atom kecil, maka elektron valensi lebih
dekat ke inti dan akan merasakan pengaruh muatan inti efektif lebih kuat, akibatnya jika elektron
ditambahkan akan ditarik lebig kuat disertai pelepasan kalor yang relatif besar.Dengan demikian,
dalam golongan yang sama pada susunan berkala dari atas ke bawah, umumnya nilai afinitas
elektron makin kecil.
Dalam periode yang sama dari kiri ke kanan, jari- jari atom makin kecil akibat muatan inti
efektif yang makin tinggi. Hal ini menyebabkan pada afinitas elektron yang semakin berharga
negatif. Pengecualian untuk unsur- unsur golongan IIA dan VI A yang memiliki konfigurasi
elektron stabil (terisi penuh). Dengan kata lain, dalam periode sama dari kiri ke kanan, afinitas
elektron semakin tinggi.

f. Keragaman Sifat-Sifat Kimia Dalam Unsur-Unsur Golongan Utama

 Hidrogen (1s1)
Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa. Hidrogen memiliki sifat sangat mudah terbakar dan membakar dengan api tak
terlihat. Hidrogen akan menyebabkan Luka bakar ketika terjadi kontak dengan oksigen. Hasil reaksi
dari hidrogen dan oksigen adalah air atau H2O. Gas hidrogen terdiri dari molekul diatomik
ditunjukan dengan simbol H2.

14
 Unsur-Unsur Golongan 1A
Unsur-unsur golongan IA disebut juga unsur-unsur logam alkali. Unsur-unsur golongan
alkali semuanya bersifat logam yang sangat reaktif. Kereaktifan unsur-unsur alkali disebabkan
memiliki energi ionisasi kecil sehingga cenderung melepaskan elektron valensinya dan membentuk
suatu kation bermuatan +1. Semua unsur alkali bewarna putih. Pada suhu kamar, semua unsur alkali
berwujud padat kecuali cesium yang berwujud cair. Kereaktifan logam alkali dengan air menjadi
lebih dahsyat dari atas ke bawah dalam tabel periodik. Sepotong logam litium jika ditambahkan ke
dalam air akan bereaksi dengan air disertai nyala api. Kalium bereaksi lebih dahsyat lagi yang
disertai ledakan dan nyala bewarna ungu.

 Unsur-Unsur Golongan 2A
Unsur-unsur golongan IIA disebut juga dengan logam alkali tanah. Unsur golongan ini
cukup reaktif, tetapi kurang reaktif jika dibandingkan dengan unsur-unsur logam alkali. Logam
alkali tanah memiliki energi ionisasi yang cukup rendah sehingga mudah melepaskan kedua
elektron valensinya membentuk kation bermuatan positif +2.

 Unsur-Unsur Golongan 3A
Unsur golongan IIIA sering disebut juga unsur golongan Boron-Aluminium. Unsur
aluminium memiliki konfigurasi elektron 2, 8, 3. Oleh karena memiliki 3 elektron valensi maka
aluminium dapat membentnuk kation bermuatan +3. Di alam, aluminium terdapat dalam bentuk
oksidanya. Corundum adalah mineral keras yang mengandung aluminium oksida, Al2O3. Oksida
aluminium murni tak bewarna, tetapi akibat adanya pengotor dapat menghasilkan berbagai warna
seperti safir (bewarna biru) dan ruby (bewarna merah tua). Aluminium dapat bereaksi dengan gas
klorin membentnuk aluminium klorida, AlCl3. Aluminium klorida dapat membentuk polimer yang
disebut polialuminium klorida (PAC). Senyawa ini dapat dipakai untuk menjernihkan air.

 Unsur-Unsur Golongan 4A
Unsur golongan IVA disebut juga unsur golongan karbon. Contoh unsur golongan IVA
adalah karbon dan silikon yang memiliki konfigurasi elektron yaitu C = 2, 4 dan Si = 2, 8, 4. Karbon
membentuk kristal seperti grafit dan intan. Ada juga yang nonkristal atau disebut amorf. Grafit
bersifat lunak, bewarna hitam mengkilap dengan struktur berlapis dan dapat menghantarkan listrik
(konduktor). Intan merupakan padatan berikatan kovalen paling keras, tidak bewarna dan
transparan terhadap cahaya. Tetapi intan tidak dapat menghantarkan arus listrik (isolator).

15
 Unsur-Unsur Golongan 5A dan 6A
Unsur golongan VA disebut juga unsur golongan nitrogen sedangkan unsur golongan VIA
disebut unsur golongan kalkogen. Unsur nitrogen memiliki konfigurasi elektron 2, 5, unsur oksigen
memiliki konfigurasi elektron 2, 6 dan unsur belerang memiliki konfigurasi elektron 2, 8, 6.
Nitrogen dan oksigen berupa gas diatom, sedangkan belerang berupa zat padat dengan rumus
molekul S8. Oksigen merupakan gas tidak bewarna, tidak berasa dan berwujud gas pada keadaan
normal. Molekul oksigen merupakan gas reaktif dan dapat bereaksi dengan banyak zat. Umumnya
menghasilkan oksida. Hampir semua logam bereaksi dengan oksigen membentuk oksida logam.

 Unsur-Unsur Golongan 7A
Unsur-unsur yang menempati golongan VIIA dinamakan unsur-unsur halogen,
artinya pembentuk garam. Unsur-unsur halogen sangat reaktif sehingga di alam tidak pernah
ditemukan dalam keadaan atomnya, tetapi membentuk senyawa dengan berbagai unsur maupun
dengan unsur sejenis. Unsur-unsur halogen mudah dikenali dari bau dan warnanya. Halogen
umumnya berbau menyengat, terutama klorin dan bromin (bromos, artinya pesing). Kedua gas ini
bersifat racun sehingga penanganannya harus hati-hati. Jika uap bromin keluar dari wadahnya maka
dalam beberapa saat ruangan akan tampak cokelat-kemerahan. Kereaktifan halogen dapat juga
dipelajari dari afinitas elektron. Makin besar afinitas elektron, makin reaktif unsur tersebut. Dari
atas ke bawah dalam tabel periodik, afinitas elektron unsurunsur halogen makin kecil sehingga
kereaktifan F > Cl > Br > I.

 Usur-Unsur Golongsn 8A
Oleh karena unsur-unsur golongan VIIIA (gas mulia) konfigurasi elektron valensi penuh
(8 elektron) maka unsur-unsur gas mulia bersifat stabil. Kestabilan unsur-unsur ini menimbulkan
pandangan di kalangan para ilmuwan bahwa unsur-unsur gas mulia sukar membentuk senyawa
sehingga gas mulia mendapat julukan gas lembam (inert).
Selain konfigurasi elektron yang terisi penuh, ketidakreaktifan gas mulia juga dapat dilihat
dari data energi ionisasinya. Makin besar energi ionisasi gas mulia, makin sukar gas tersebut untuk
bereaksi. Gas mulia merupakan gas tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Argon, kripton,
dan xenon sedikit larut dalam air. Helium dan neon tidak dapat larut dalam air.

B. Ikatan Kimia I : Ikatan Kovalen

16
a. Lambang Titik Lewis
Perkembangan tabel periodic dan konsep mengenai konfigurasi elektron telah memberikan
suatu landasan untuk pembentukan molekul dan senyawa. Penjelasan yang diberikan oleh Gilbert
lewis ini yaitu bahwa atom bergabung untuk mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil.
Kestabilan maksimum tercapai jika atom telah memiliki konfiguras elektron yang sama
(isoelektron) dengan konfigurasi elektron gas mulia.
Ketika atom berinteraksi untuk membentuk ikatan kimia, hanya bagian terluarnya yang
bersinggungan dengan atom lain. Oleh karena itu, unutk mempelajari ikatan kimia kita hanya perlu
membahas terutama elektron valensi dari atom-atom yang terlibat. Sistem titik yang disusun oleh
lewis digunakan untuk menggambarkan elektron valensi dari atom-atom yang terlibat dalam
pembentukan ikatan kimia dan untuk meyakinkan bahwa jumlah total elektron yang terlibat tidak
mengalami perubahan. Lambang titik lewis terdiri dari lambing unsur dan titik-titik yang setiap
titiknya menggambarkan setiap elektron valensi dari atom-atom unsur. Lambing titik lewis untuk
beberapa unsur dan gas mulia diperlihatkan pada gambar berikut :

Perhatikan bahwa jumlah elektron valensi dalam setiap atom, kecuali helium, sama dengan nomor
golongan dari unsur tersebut. unsur-unsur dalam satu golongan yang sama mempunyai konfigurasi
elektron terluar yang mirip sehingga memiliki lambing titiklewis yang mirip. Logam transisi,

17
lantanida, dan aktinida mempunyai kulit dalam yang tidak terisi penuh. Sehingga secara umum
lambing titik lewis dari unsur-unsur ini tidak dapat dituliskan secara sederhana.

b. Ikatan Kovalen
Ikatan Kovalen merupakan salah satu ikatan yang terbentuk karena pemakaian dari
pasangan elektron bersama. Pasangan elektron ini dapat berasal dari masing-masing atom yang
saling berkaitan, dan ikatannya disebut ikatan kovalen. Sedangkan bila pasangan elektron yang
akan digunakan ini berasal dari salah satu atom yang berkaitan disebut dengan ikatan kovalen
koordinasi atau kovalen dativ.
Ikatan kovalen merupakan salah satu bentuk dari ikatan yang terbentuk karena adanya
pemakaian bersama pasangan elektron oleh atom-atom antar sesama unsur nonlogam yang saling
berikatan. Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk
melepaskan elektron menjadi ion positif khususnya terjadi pada atom nonlogam yang cenderung
menerima elektron. Ikatan kovalen ini juga terbentuk diantara dua atom yang sama-sama ingin
menangkap elektron. Dua atom unsur nonlogam saling menyumbangkan elektron agar tersedia satu
atau lebih pasangan elektron yang dijadikan milik bersama. Artinya, pasangan elektron ditarik oleh
inti kedua atom yang berikatan.
Jenis – Jenis Ikatan Kovalen

1. Jenis Ikatan Kovalen Berdasarkan Jumlah PEI-nya Ikatan Kovalen

 Ikatan Kovalen Tunggal, Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan yang terbentuk dari penggunaan
bersama satu pasang elektron (setiap atom memberikan satu elektron valensi untuk digunakan
bersama). Dengan kata lain jumlah PEI=1.
Contoh : H2, H2O (konfigurasi elektron H = 1; O = 2, 6)
 Ikatan Kovalen Rangkap Dua. Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan yang terbentuk dari
penggunaan bersama dua pasang elektron (setiap elektron memberikan dua elektron valensi untuk
digunakan bersama). Dengan kata lain jumlah PEI=2.
Contoh : O2, CO2 (konfigurasi elektron O = 2, 6; C = 2, 4)
 Ikatan Kovalen Rangkap Tiga. Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan yang terbentuk dari
penggunaan bersama tiga pasang elektron (setiap elektron memberikan tiga elektron valensi untuk
digunakan bersama). Dengan kata lain jumlah PEI=3.
Contoh : N2 (Konfigurasi elektron N = 2, 5)

18
2. Jenis Ikatan Kovalen Berdasarkan Sumber Pasangan Elektron Ikatan
 Ikatan Kovalen. Ikatan kovalen (yang sedang kita bahas sekarang) adalah ikatan yang terbentuk
apabila pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari masing-masing atom yang
berikatan dengan kata lain PEI berasal dari dua atom yang berikatan.
 Ikatan Kovalen Koordinasi. Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terbentuk apabila
pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu dari dua atom yang berikatan.
Dengan kata lain PEI berasal dari salah satu atom yang berikatan.

3. Jenis Ikatan Kovalen Berdasarkan Sifat Kepolaran Ikatan


 Ikatan Kovalen Polar. Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen yang PEI-nya cenderung
tertarik ke salah satu atom yang berikatan sehingga menyebabkan bentuk molekulnya asimetris
(tidak proporsioanal).
 Ikatan Kovalen Nonpolar. Ikatan kovalen nonpolar merupakan salah satu jenis ikatan kovalen
yang PEI-nya tertarik sama kuat ke arah atom-atom yang saling berikatan sehingga dapat
menyebabkan bentuk molekulnya simetris (proporsional).

c. Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah kecenderungan/kemampuan atom untuk menarik elektron
dalam suatu ikatan kimia. Semakin besar keelektronegatifan suatu atom berarti dalam ikatan kimia
atom tersebut cenderung menarik elektron dari atom yang lain.
Dalam satu golongan yang sama, keelektronegatifan unsur dari atas ke bawah semakin berkurang.
Jumlah muatan inti bertambah positif jumlah kulit bertambah maka kemampuan inti untuk menarik
electron menjadi lemah. Akibatnya keelektronegatifan unsur semakin lemah.
Dalam satu periode yang sama, keelektronegatifan unsur dari kiri ke kanan cenderung naik. Muatan
inti bertambah positif jumlah kulit tetap, menyebabkan gaya tarik inti terhadap elektron makin kuat.
Akibatnya kemampuan atom untuk menarik electron makin besar.
Keelektronegatifan adalah suatu konsep relative, yang berarti bahwa keelektronegatifan
suatu unsur dapat diukur hanya dalam kaitannya dengan keelektronegatifan unsur-unsur yang lain.
Nilai keelektronegatifan unsur-unsur ini ditampilkan pada gambar berikut ini :

19
Secara umum, keelektronegatifan meningkat dari kiri ke kanan dalam satu periode dalam tabel
periodik, seirng dengan berkurangnya sifat logam dari unsur-unsur tersebut. dalam satu golongan,
keelektronegatifan berkurang dengan bertambahnya nomor atom, yang menunjukkan semakin
bertambahnya sifat logam dari unsur-unsur tersebut.
Atom-atom dengan beda keelektronegatifan yang besar cenderung untuk membentuk
ikatan ionic (seperti pada senyawa NaCl dan CaO) karena atom unsur dengan keelektronegatifan
lebih rendah memberikan elektronnya kepada atom unsur dengan keelektronegatifan yang lebih
tinggi.ikatan ionik terbentuk jika perbedaan keelektronegatifan di antara kedua atom yang berikatan
sama dengan atau lebih dari 2,0.

d. Penulisan Struktur Lewis


Penulisan struktur lewis mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tulislah kerangka struktur dari senyawa bersangkutan, yang teridiri dari lambang kimia atom-atom
yang terlibat dan menempatkan atom-atom yang berikatan secara berdekatan satu sama lain. Tahap
ini cukup mudah dikerjakan untuk senyawa yang sederhana, tetapi untuk senyawa yang lebih rumit
harus ada informasi yang sudah diketahui atau dengan membuat kerangka yang paling mungkin.
Secara umum, atom dengan keelektronegatifan terkecil menempati posisi di tengah (pusat).
Hidrogen dan fluorin biasanya menempati posisi ujung pada struktur lewis.
2. Hitunglah jumlah total elektron valensi dari semua atom yang terlibat. Untuk anion poliatomik,
tambahkan juga perlu muatan negatifnya ke dalam jumlah elektron valensi. (misalnya, untuk ion
CO32- kita tambahkan 2 elektron karena muatan 2- menunjukan bahwa terdapat dua elektron
tambahan daripada yang diberikan oleh atom netral). Untuk kation poliatomik jumlah elektron
valensi dikurangi jumlah muatan positifnya. (misalnya, untuk kation NH4+ jumalh elektron valensi
dikurangi satu karena muatan 1+ menandakan lepasnya satu elektron dari atom netral).
3. Gambarlah ikatan kovalen tunggal antara atom pusat dengan semua atom di sekitarnya. Lengkapi
oktet dari semua atom yang terikat pada atom pusat. (ingat bahwa kulit valensi atom hidrogen
maksimum ditempati hanya oleh dua elektron.) elektron dari atom pusat atau atom sekitar harus

20
dituliskan sebagai pasangan elektron bebas jika elektron tersebut tidak terlibat dalam
pembentukaan ikatan. Jumlah total elektron yang digunakan untuk ikatan adalah jumlah yang telah
dihitung pada tahap 2 di atas.
4. Jika aturan oktet belum tercapai pada atom pusat, gunakan pasangan elektron bebas dari atom-atom
di sekitarnya untuk menambahkan ikatan rangkap dua atau rangkap tiga di antara atom pusat dan
atom di sekitarnya sampai aturan terpenuhi

e. Muatan Formal dan Strukktur Lewis


Muatan formal adalah suatu alat imajinatif (artifisial/buatan) yang ada dalam benak para
ahli kimia yang kemudian digunakan untuk mempelajari sifat-sifat senyawa. Aslinya dalam
molekul itu tidak ada yang disebut muatan formal ;) . Muatan formal ini digunakan untuk
membantu melacak bagaimana konfigurasi elektron dalam ikatan. Muatan formal adalah muatan
suatu atom dalam molekul atau ion poliatomik jika semua elektron yang digunakan berikatan
itu dibagi rata di antara atom-atom yang berikatan itu. Muatan formal ini digunakan untuk
memprediksi manakah struktur molekul yang dianggap "terbaik", yang lebih stabil di antara
kemungkinan yang ada. Muatan formal dari atom-atom yang berikatan sama dengan nol atau yang
paling mendekati nol ini akan dianggap paling stabil. Secara normal andai terdapat muatan negatif
biasanya akan dimiliki oleh atom yang elektronegativitasnya lebih tinggi.
Aturan perhitungan muatan formal suatu atom dalam molekul:
1) elektron yang berupa pasangan elektron bebas suatu atom menjadi milik atom itu sendiri,
2) elektron yang berupa pasangan elektron berikatan dibagi 2 sama rata,
3) total muatan formal molekul netral harus sama dengan nol, total muatan pada ion poliatomik
sama dengan muatannya.
Muatan formal = elektron valensi - Σ elektron bebas - ½ Σ elektron berikatan.
atau dapat disederhanakan :
Muatan formal = elektron valensi - Σ elektron bebas - Σ ikatan di sekitar atom
Contoh penerapan perhitungan muatan formal pada ion NCS- :

21
f. Konsep Resonansi
Struktur resonansi adalah salah satu dari dua atau lebih struktur Leweis untuk satu molekul
yang tidak dapat dinyatakan secara tepat dengan hanya menggunakan satu struktur Lewis. Tanda
panah dua arah menyatakan bahwa struktur-struktur yang diberikan merupakan struktur resonansi.
Istilah resonansi berarti penggunaan dua atau lebih struktur Lewis untuk menggambarkan molekul
tertentu. Seperti seorang Eropa pada abad pertengahan yang melakukan perjalanan ke Afrika, yang
menjelaskan bahwa badak adalah hasil persilangan antara griffin dan unicorn, dua binatang yang
terkenal tetapi hanya khayalan, kita menggambarkan ozon yang merupakan molekul nyata, dalam
dua struktur yang terkenal tetapi tidak nyata.
Masing-masing struktur resonan dapat melambangkan struktur Lewis, dengan hanya satu
ikatan kovalen antara masing-masing pasangan atom. Beberapa struktur Lewis digunakan bersama-
sama untuk menjelaskan struktur molekul. Namun struktur tersebut tidak tetap, melainkan ada
sebuah osilasi antara ikatan rangkap dengan elektron, saling berbolak-balik. Maka dari itu disebut
dengan resonansi. Struktur yang sebenarnya mungkin saja adalah peralihan dari dua struktur
resonan. Bentuk peralihan (intermediet) dari struktur resonan disebut dengan hibrida resonan.
Molekul atau ion yang dapat beresonansi mempunyai sifat-sifat berikut:
1. Dapat dituliskan dalam beberapa struktur Lewis yang disebut dengan struktur resonan. Tetapi tidak
satupun struktur tersebut melambangkan bentuk asli molekul yang bersangkutan.
2. Di antarastruktur yang saling beresonansi bukanlah isomer.
3. Masing-masing struktur struktur Lewis harus mempunyai jumlah elektron valensi dan elektron tak
berpasangan yang sama.
4. Ikatan yang mempunyai orde ikatan yang berbeda pada masing-masing struktur tidak mempunyai
panjang ikatan yang khas.

22
5. Struktur yang sebenarnya mempunyai energi yang lebih rendah dibandingkan energi masing-
masing struktur resonan.

Aturan penting yang digunakan untuk menggambarkan struktur resonansi adalah Posisi
elektron dapat diubah-ubah untuk menghasilkan struktur resonansi yang lain, tanpa mengubah
posisi atom-atomnya. Dengan kata lain, atom-atom yang saling berikatan harus tetap dalam semua
struktur resonansi untuk satu spesi tertentu. Akhirnya, perhatikan bahwa walaupun suatu ion atau
senyawa dapat digambarkan secara lebih akurat dengan menyertakan dengan menyertakan semua
struktur resonansinya, tetapi supaya sederhana biasanya hanya satu struktur Lewis saja yang
dipergunakan.

g. Pengecualian Aturan Oktet


 Pengecualian Aturan Oktet
a) Senyawa yang tidak mencapai aturan oktet
Meliputi senyawa kovalen biner sederhana dari Be, B dan Al yaitu atom-atom yang elektron
valensinya kurang dari empat (4).
Contoh : BeCl2, BCl3 dan AlBr3
b) Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil
Contohnya : NO2 mempunyai jumlah elektron valensi (5 + 6 + 6) = 17

c) Senyawa dengan oktet berkembang


Unsur-unsur periode 3 atau lebih dapat membentuk senyawa yang melampaui aturan oktet / lebih
dari 8 elektron pada kulit terluar (karena kulit terluarnya M, N dst dapat menampung 18 elektron
atau lebih).
Contohnya : PCl5, SF6, ClF3, IF7 dan SbCl5

 Kegagalan Aturan Oktet


Aturan oktet gagal meramalkan rumus kimia senyawa dari unsur transisi maupun post transisi.
Contoh :

23
-atom Sn mempunyai 4 elektron valensi tetapi senyawanya lebih banyak dengan tingkat oksidasi
+2
-atom Bi mempunyai 5 elektron valensi tetapi senyawanya lebih banyak dengan tingkat oksidasi
+1 dan +3
Penyimpangan dari Aturan Oktet dapat berupa :
1) Tidak mencapai oktet
2) Melampaui oktet ( oktet berkembang )

Penulisan Struktur Lewis


Langkah-langkahnya :
1) Semua elektron valensi harus muncul dalam struktur Lewis
2) Semua elektron dalam struktur Lewis umumnya berpasangan
3) Semua atom umumnya mencapai konfigurasi oktet (khusus untuk H, duplet)
4) Kadang-kadang terdapat ikatan rangkap 2 atau 3 (umumnya ikatan rangkap 2 atau 3 hanya
dibentuk oleh atom C, N, O, P dan S)

Langkah alternatif : ( syarat utama : kerangka molekul / ion sudah diketahui )


1) Hitung jumlah elektron valensi dari semua atom dalam molekul / ion
2) Berikan masing-masing sepasang elektron untuk setiap ikatan
3) Sisa elektron digunakan untuk membuat semua atom terminal mencapai oktet
4) Tambahkan sisa elektron (jika masih ada), kepada atom pusat
5) Jika atom pusat belum oktet, tarik PEB dari atom terminal untuk membentuk ikatan rangkap
dengan atom pusat.

h. Energi Ikatan
Energi ikatan didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk memutuskan
satu mol ikatan suatu spesi dalam keadaan gas. Energi akan dilepas bila atom-atom bergabung
bersama-sama membentuk suatu ikatan kimia. Dengan kata lain reaksi pembentukan suatu senyawa
selalu berlangsung eksoterm sedangkan reaksi penguraian sengawa menjadi unsur-unsurnya
berlangsung secara endoterm.
Satuan SI (standar internasional) energi ikatan adalah kilojoule permol ikatan
(kJ/mol). Dengan demikian kekuatan suatu ikatan kimia ditentukan oleh energi ikatan yang besarnya
bergantung pada sifat ikatan antara atom-atom yaitu : ikatan ganda tiga lebih kuat ikatan rangkap
dua dan ikatan rangkap dua lebih kuat ikatan tunggal. Jarak ikatan atau panjang ikatan ganda tiga

24
lebih pendek dibanding ikatan ganda dua dan lebih pendek dibanding tunggal. Semakin pendek
suatu ikatan kimia, maka ikatan tersebut semakin kuat. Jadi kekuatan ikatan kimia mulai dari terkuat
ke yang paling lemah adalah ikatan ganda tiga > ikatan rangkap 2 > ikatan tunggal.
Walaupun demikian perlu diperhatikan bahwa ikatan ion lebih kuat dari ikatan kovalen kecuali intan
dan beberapa senyawa kovalen lain. Intan walaupun memiliki ikatan kovalen namun ikatannya
sangat kuat. Hal ini dapat dilihat dari titik didih dan titih lelehnya yang sangat tinggi. Ikatan ion dan
kovalen disebut ikatan primer, sedangkan ikatan van der waals, ikatan hidrogen termasuk ikatan
sekunder. ikatan primer lebih kuat dibanding ikatan sekunder.
Energi ikatan dalam molekul diatomik tidak sulit dipahami karena hanya terdapat satu
ikatan permolekul. Namun pada molekul poliatomik seperti H2O keadaannya berbeda. Energi yang
diperlukan untuk memisahkan satu mol atom H dengan pemecahan satu ikatan H-OH permolekul
berbeda dengan energi yang diperlukan untuk memisahkan mol kedua dari atom H dari pemecahan
ikatan OH.
H-OH(g) → H(g) + OH(g) ΔH = +492 kJ/mol
OH(g) → H(g) + O(g) ΔH = +428 kJ/mol
Hal ini terjadi karena energi ikatan tergantung pada pada lingkungan yaitu bagian dari molekul yang
berdekatan dengan ikatan, biasanya digunakan nilai rata-rata. Kebanyakan molekul energi ikatan
rata-rata bersifat aditif yaitu jumlah seluruh energi ikatan merupakan penjumlahan dari energi
masing-masing ikatan. Secara spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan jarak ikatan dan
beberapa energi ikatan. Energi ikatan lainnya dapat ditentukan secara tidak langsung melalui hukum
Hess dan data seperti kalor pembentukan dan kalor pembakaran. Energi ikatan dalam kJ/mol
beberapa ikatan sebagai berikut.

25
C. Ikatan Kimia II

a. Geometri Molekul

Geometri molekul adalah susunan tiga dimensi dari atom-atom sehingga membentuk molekul.
Geometri molekul juga disebut sebagai posisi atom inti pada sebuiah molekul. Geometri molekul
berhubungan dengan orientasi spesifik atom-atom yang saling berikatan satu dengan yang lainnya. Sudut-
sudut ikatan antar atom tergantung dari kekuatan seluruh bagian molekul. Analisis distribusi elektron
pada suatu orbital dapat digunakan untuk determinasi geometri molekul.

Ada banyak teknik instrumental untuk mengetahui geometri molekul, di antaranya adalah kristalografi
sinar X. Teknik ini dapat digunakan untuk mengetahui dimana posisi atom dalam sebuah molekul.
Bahkan versi lanjutan dari teknik dapat untuk mengetahui struktur yang sangat rumit seperti DNA, RNA,
protein dan enzim. Gemometri molekul sangat erat kaitannya dengan reaktivitas, polaritas, fase material,
warna, sifat magnet (paramagnetik dan diamagnetik), dan aktivitas biologi.

Jenis jenis Struktur Molekul

Molekul sederhana mempunyai struktur dan bentuk molekul sebagai berikut:

LINIER

Pada model linier, atom-atom terhubung pada sebuah garis lurus. Sudut ikatan yang terbentuk adalah
180°. Sudut ikatan yang terbentuk adalah antara atom-atom yang saling berdekatan. Contoh molekul
linier adalah karbondioksida (CO2).

TRIGONAL PLANAR
Seperti namanya, molekul ini membentuk sebuah segitiga sama sisi. Sudut yang terbentuk adalah 120°.
Contoh molekul trigonal planar adalah boron trifluorida (BF3).

BENGKOK

26
Bentuk bengkok suatu molekul mempunyai sudut tidak sama dengan 180°. Contoh dari molekul bengkok
adalah air (H2O).

TETRAHEDRAL
Tetra berarti empat, sedangkan hedral berarti sisi. Jadi molekul tetrahedral mempunyai empat sisi muka.
Sudut yang terbentuk adalah 109,47°. Contoh molekul tetrahedral adalah metana (CH4).

OKTAHEDRAL
Okta berarti delapan, sedangkan hedral berarti sisi. Jadi molekul tetrahedral mempunyai delapan sisi
muka. Sudut yang terbentuk adalah 90°. Contoh molekul tetrahedral adalah belerang heksafluorida (SF6).

PIRAMIDA
Bentuk molekul ini mirip dengan piramida (limas segi empat). Contoh molekul piramida adalah amonia
(NH3).

27
Teori domain elektron adalah suatu cara untuk meramalkan geometri molekul berdsarkan teori tolak
menolak elektron pada kulit luar atom pusat. Teori ini menyempurnakan teori VSEPR ( Valence Shell
Electron Pair Repulsion, biasa di baca vesper). Domain elektron berarti daerah yang ada elektronnya.
Jumlah domainnya dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Setiap elektron ikatan baik tunggal / rangkap merupakan satu domain.
2 Setiap pasangan elektron bebas dihitung satu domain.

Teman-teman masih ingat kan gimana cara menggunakan struktur lewis? Contohnya H2O, jumlah
domain elektronnya ada 4, yaitu 2 pasang elektron ikatan (PEI) dan 2 pasang elektron bebas (PEB),
masing masing pasangan tunggal . Kalau CO2 jumlah domain elektronnya ada 2. Yaitu 2 PEI dan tidak
ada PEB. Tetapi pasangan rangkap dua.Coba teman-teman tentukan jumlah domain elektron NH3 dan
XeF4!
Prinsip-prinsip dasar dari teori domain elektron adalah :
1. Antardomain elektron pada kulit luar atom pusat saling tolak menolak, sehingga domain elektron akan
mengatur diri (membentuk formasi) sedekimian rupa hingga tolak menolak jadi minimum. ini gambarnya

28
2. PEB lebih besar gaya tolak menolaknya dibanding dengan PEI.Hal itu erjadi karena peb hanya terikat
pada satu atom sehingga geraknya leluasa.Urutan gaya tolak menolak nya begini ; PEB-PEB > PEI -PEB
> PEI-PEI. Akibat dari bedanya besar gaya tolak menolak adalah mengecilnya sudut pei karena
desakan dari peb. Jadi jarak pei itu deketan sedangkan peb itu jauh-jauhan. Demikian juga domain yang
terdiri dari dua atau tiga pasang domain elektron lebih besar gaya tolak menolaknya daripada yang
punya satu domain.
3. Bentuk molekul hanya ditentukan pasangan elektron terikat.Jadi nanti kalau udah ditentuin peb dan pei,
peb nya abaikan aja, bentuknya kamu tentuin denga atom pusat dan pei saja.

Tipe molekul adalah suatu notasi atau lambang yang menyatakan jumlah domain di sekitar atom pusat
suatu molekul, baik peb dan peinya. Lambangnya :

29
1. Atom pusat dinyatakan dengan lambang A
2. PEI dinyatakan dengan X
3. PEB dinyatakan dengan E.

Contohnya AX5E, artinya atom pusat dengan domain pei 5 dan domain peb 1.

Tipe molekul dapat ditentukan sebagai berikut:

I. Senyawa biner berikatan tunggal

Jika atom pusat berikatan tunggal maka setiap ikatan menggunakan satu elektron dari atom pusat.
(rangkap 1 struktur lewisnya). Cara mencari peb nya adalah E = (EV – X) /2. E adalah peb, EV adalah
elektron valensi atom pusat dan X adalah jumlah domain pei.

Contoh : CH4.

pertama kita harus mengetahui jumlah valensi atom pusatnya yaitu C adalah 4. Lalu pei nya diketahui ada
4 dari ikatannya dengan atom H. Setelah itu kita bisa tau pebnya dengan rumus tadi yaitu 4 -4/2 = 0 jadi
CH4 tidak unya peb. Tipe molekul AX4. Bentuk ruangnya bagaimana??
seperti ditabel CH4 adalah tetrahedral.
Coba teman-teman cari tipe molekul dari BF3, SF4, NCL3 dan IF3 !!

II. Senyawa biner berikatan rangkap atau kovalen koordinasi.


Kalau ikatan tunggal akan menggunakan satu elektron dari atom pusat, rangkap menggunakan dua. Ingat
kembali pengertian kovalen koordinasi kalau belum mengerti ya? cara mencari pebnya dengan rumus E =
(EV – X’)/2 dengan EV elektron valensi, X’ jumlah elektron yg digunakan atom pusat.

Contoh : SO3. Pusatnya adalah sulfur. pertama kita cari jumlah valensi atom pusat yaitu 6, karena pei ada
3 (yaitu O3) maka, jumlah elektron yang digunakan atom pusat adalah 3 x 2 = 6. (dua didapat dari
pengertian awal ya!) sehingga E = 6-6/2 =0. tidak punya peb, tipe molekul AX3, bentuknya segitiga
planar.

b. Momen Dipol

Momen Dipol adalah ketika suatu molekul membentuk pusat muatan negatif dan pusat muatan positif.

Molekul yang membentuk pusat muatan negatif dan pusat muatan positif disebut sebagai molekul dipolar,
atau molekul yang memiliki momen dipol. Sifat dipolar dari sebuah molekul ini, biasanya digambarkan
dengan adanya panah yang menunjukkan ujung negatifnya, kemudian bagian ekor(belakang) panah
menggambarkan tanda positif(+).

Momen Dipol Senyawa Diatomik dan Poliatomik


Momen dipol ini tidak hanya untuk molekul dengan dua atom, tetapi juga molekul poliatomik. Seperti
momen dipol pada molekul berikut ini:

30
Pada H2O yang memiliki persebaran elektron lebih banyak ke atom O, maka Air (H2O memiliki sifat
dipolar ketika berada di medan listrik. Maka Air memiliki momen dipol.

Beberapa molekul, memang memiliki ikatan polar, tetapi tidak memiliki momen dipol. Ini disebabkan
karena persebaran elektronnya terdapat pada posisi yang berlawanan sehingga muatannya saling
menetralisir. Hal ini terjadi pada molekul CO2. CO2 memiliki bentuk molekul linier yang persebaran
elektronnya dapat dilihat pada gambar diatas. Karena posisi pusat elektronnya saling berlawanan, maka
tidak terbentun momen dipol pada molekul CO2.

Satu Ikatan kovalen biasanya dibentuk oleh 2 atom dari unsur-unsur yang elektronegatif. Berdasarkan
jenis atom yang membentuk ikatan tersebut, maka ikatan kovalen dibagi menjadi dua, yaitu:

1.Ikatan kovalen polar, adalah ikatan kovalen yang dibentuk oleh dua unsur berbeda. Akibat perbedaan
keelektronegatifan, maka distribusi elektron ikatan menjadi tidak merata, di mana elektron ikatan lebih
banyak terdistribusi ke atom yang lebih elektronegatif, sehingga atom tersebut cenderung bermuatan
negatif, sedangkan atom yang kurang elektronegatif cenderung bermuatan positif dan terbentuklah
kutub/dipol atau momen ikatan.

2.Ikatan kovalen non-polar, adalah senyawa kovalen yang dibentuk oleh dua unsur sama, dimana
keelektronegatifan pasti sama. Sehingga distribusi elektron tetap merata dan tidak ada atom yang
cenderung bermuatan negatif maupun positif.

31
Satu Ikatan polar atau momen ikatan bisa kita anggap sebagai sebuah vektor ikatan, arahnya dari muatan
negatif ke muatan positif, sedangkan ikatan nonpolar tidak ada vektor ikatan. Suatu molekul tersusun atas
1 atau lebih ikatan dan menentukan kepolaran suatu molekul berbeda dengan kepolaran ikatan,

Tingkat kepolaran molekul dinyatakan dalam momen dipol. Sederhananya momen dipol adalah resultan
dari vektor ikatan dalam suatu molekul. Senyawa dengan molekul molekul yang non-polar memiliki
momen dipol nol, sedangkan senyawa dengan molekul molekul polar memiliki momen dipol lebih dari
nol. Berikut ini cara menentukan kepolaran dari suatu molekul

 Molekul diatomik merupakan molekul yang hanya tersusun atas 1 ikatan saja,
1.Jika molekul tersebut tersusun atas ikatan nonpolar seperti O_2, N_2, H_2, Cl_2O2,N2,H2,Cl2 berarti
tidak terdapat vektor ikatan, sehingga pasti momen dipolnya nol dan termasuk dalam molekul nonpolar.

2.Jika molekul tersebut tersusun atas ikatan polar seperti H-Cl, H-Br, H-IH−Cl,H−Br,H−I, maka dalam
molekul tersebut hanya terdapat 1 vektor ikatan dan mengakibatkan resultan vektor ikatan atau momen
dipolnya tidak akan nol, maka termasuk molekul polar

 Molekul poliatomik AXn, di mana dalam molekul tersebut terdapat beberapa ikatan A-X yang merupakan
ikatan polar, tetapi molekul tersebut belum tentu bersifat polar. Kepolaran molekul tersebut ditentukan
oleh bentuknya, apakah simetris atau asimetris
a.Bentuk molekul yang simetris akan mengakibatkan resultan vektor dari beberapa ikatan A-X menjadi
seolah saling meniadakan atau nilai resultan vektor ikatan atau momen dipolnya nol, molekul ini bersifat
nonpolar contohnya CO_2, BCl_3, CH_4, PCl_5CO2,BCl3,CH4,PCl5
b.Bentuk molekul yang asimetris akan mengakibatkan resultan vektor dari beberapa ikatan A-X tidak
akan pernah saling meniadakan atau nilai resultan vektor ikatan atau momen dipolnya tidak akan nol,
molekul ini bersifat polar contohnya NH_3, H_2O, SF_2NH3,H2O,SF2

Berikut beberapa bentuk simetris dan asimetris

Molekul AX_mY_nAXmYn merupakan molekul yang tersusun atas beberapa ikatan A-X dan ikatan A-Y,
besar vektor ikatan A-X tentu berbeda dengan vektor ikatan A-Y, maka dari itu resultan vektor ikatan
atau momen dipol dari molekul tersebut tidak akan nol, dan molekul akan bersifat polar,
contohnya CH_3Cl, POCl_3, SOCl_2CH3Cl,POCl3,SOCl2.

c. Teori dan Ikatan Valensi


teori ikatan valensi merupakan teori mekanika kuantum pertama yang muncul pada masa awal
penelitian ikatan kimia yang didasarkan pada percobaan W. Heitler dan F. London pada tahun 1927
mengenai pembentukkan ikatan pada molekul hidrogen. Selanjutnya, teori ini kembali diteliti dan
dikembangkan oleh Linus Pauling pada tahun 1931 sehingga dipublikasikan dalam jurnal ilmiahnya yang
berjudul “On the Nature of the Chemical Bond”. Dalam jurnal ini dikupas hasil kerja Lewis dan teori

32
ikatan valensi oleh Heitler dan London sehingga menghasilkan teori ikatan valensi yang lebih sempurna
dengan beberapa postulat dasarnya, sebagai berikut:

1. Ikatan valensi terjadi karena adanya gaya tarik pada elektron-elektron yang tidak berpasangan
pada atom-atom.
2. Elektron - elektron yang berpasangan memiliki arah spin yang berlawanan.
3. Elektron-elektron yang telah berpasangan tidak dapat membentuk ikatan lagi dengan elektron-
elektron yang lain.
4. Kombinasi elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili oleh satu persamaan gelombang untuk
setiap atomnya.
5. Elektron-elektron yang berada pada tingkat energi paling rendah akan membuat pasangan ikatan-
ikatan yang paling kuat.
6. Pada dua orbital dari sebuah atom, orbital dengan kemampuan bertumpang tindih paling
banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat dan cenderung berada pada orbital yang
terkonsentrasi itu.

Ke enam postulat dasar di atas disimpulkan dari sejumlah penelitian terhadap pembentukkan ikatan pada
molekul hidrogen berdasarkan persamaan fungsi gelombang elektron pada masing-masing orbital yang
berikatan. Pembahasan selanjutnya diadaptasi dari buku Inorganic Chemistry karangan Shriver dan
Atkins mengenai ikatan valensi dalam molekul hidrogen, sebagai berikut:

Ikatan valensi pada molekul Hidrogen


Dalam teori ikatan valensi, yang menjadi titik tekannya yaitu fungsi gelombang elektron-elektron yang
berpasangan dibentuk dari tumpang tindih fungsi gelombang pada masing-masing orbital dari atom-atom
yang berkontribusi dan saling terpisah.
Jika terdapat satu elektron pada masing-masing dua atom H yang berlainan maka kemungkinan fungsi
gelombang pada tiap sistem adalah sebagai berikut:
Ψ = χA(1)χB(2)...
Ψ = χA(2)χB(1)...

keterangan: χA dan χB adalah orbital-orbital 1s pada atom A dan B. Sementara angka 1 dan 2
merepresentasikan elektron yang berikatan dengan proton pada masing-masing atom A dan B.

Ketika kedua atom H berada pada keadaan yang sangat dekat, kita tidak dapat mengetahui apakah
elektron 1 terikat pada atom A dan elektron 2 terikat pada atom B atau justru sebaliknya, sehingga
deskripsi yang paling mungkin adalah membuat dua fungsi gelombang pada kedua sistem yang mungkin
terjadi. Saat kedua kemungkinan ini disatukan dalam gelombang superposisi maka penjelasan yang lebih
baik adalah kombinasi linear dari keduanya.
Ψ = χA(1)χB(2) + χA(2)χB(1)...

Fungsi di atas merupakan fungsi gelombang untuk ikatan H-H. Kedua fungsi ini berinterferensi
konstruktif sehingga terjadi kenaikkan amplitudo di daerah fungsi gelombang dalam nukleus (inti). Untuk
menjelaskan lebih rinci digunakan prinsip Pauli yang menyatakan bahwa hanya elektron-elektron dengan
spin berpasangan yang dapat dideskripsikan oleh fungsi gelombang di atas. Dari penjabaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa pada teori ikatan valensi, fungsi gelombang dibentuk oleh pasangan spin dari
elektron-elektron pada kedua orbital atom-atom yang berikatan. Ikatan yang terjadi dari tumpang tindih

33
ini adalah ikatan sigma (б).
Berikut merupakan contoh formasi ikatan sigma dari orbital s dan p yang saling tumpang tindih:

Penerapan Teori Ikatan Valensi

A. Penerapan Teori Ikatan Valensi pada Molekul Diatomik


Teori ikatan valensi mengasumsikan bahwa sebuah ikatan kimia terbentuk ketika dua valensi elektron
bekerja dan menjaga dua inti atom bersama. Oleh karena efek penurunan energi sistem, teori ini berlaku
dengan baik pada molekul diatomik. Menurut teori ini, elektron-elektron dalam molekul menempati
orbital-orbital atom dari masing-masing atom.

Penerapan teori ikatan valensi pada molekul diatomik dapat dilihat pada pembentukan molekul H2 dari
atom H seperti yang telah dijabarkan di atas.

B. Penerapan Teori Ikatan Valensi pada Molekul Poliatomik


Teori ikatan valensi dapat juga diterapkan dalam molekul poliatomik beriringan dengan teori hibridisasi
molekul[3]. Dalam contoh ini disajikan penerapan teori ikatan valensi untuk menjelaskan mengenai
hibridisasi sp3 pada molekul metana (CH4).

34
Metana memiliki atom pusat sebuah karbon yang berkoordinasi secara terahedral. Oleh karena itu, atom
karbon pusat haruslah memiliki orbital-orbital yang simetri tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi
dasar dari karbon adalah:

Dengan teori ikatan valensi, maka dapat diprediksi bahwa berdasarkan pada keberadaan dua orbital yang
terisi setengah, atom C akan membentuk dua buah ikatan kovalen membentuk CH2. Namun CH2
merupakan molekul yang sangat reaktif sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan
terbentuknya molekul CH4. Untuk itu, digunakan teori hibridisasi, dimana langkah awal adalah eksitasi
satu atau lebih elektron valensi C.

Proton yang membentuk inti hidrogen akan akan menarik salah satu elektron valensi karbon sehingga
menyebabkan eksitasi (pemindahan elektron 2s ke orbital 2p) dan terbentuklah ikatan berhibrid sp3.

d. Hibridisasi Orbital Atom

Hibridisasi adalah serangkaian proses penggabungan orbital dari suatu atom dengan atom lain ketika
terjadinya pemaknaan ikatan kimia sehingga mencapai energi yang lebih rendah atau kestabilan yang
tinggi.

Ketika dua atom akan berikatan secara kimia, maka dua atom ini membutuhkan sebuah orbital kosong
untuk ditempati elektron dari masing masing atom tersebut sehingga setelah berikatan maka kedua atom
akan menempati orbital yang sama pada elektron valensinya.

Oleh karena itu dalam proses hibridisasi ini melibatkan konfigurasi elektron terutama pada elektron
valensi yang digunakan untuk berikatan. Untuk mempelajari tentang elektron dan konfigurasi elektron
dapat anda baca lebih lengkap pada pengertian konfigurasi elektron.

Teori Hibridisasi
Ketika suatu molekul tidak mengalami hibridisasi orbital pada pembentukan ikatannya, maka yang teradi
yaitu panjang dan sudut ikatan yang terbentuk akan berbeda beda dan tingkat energinya pun berbeda.

35
Akibatnya akan menghasilkan bentuk yang tak beraturan, namun pada kenyataannya molekul kimia
memiliki panjang dan sudut ikatan yang seragam serta bentuk yang beraturan dan dapat ditentukan.

Sebagai contoh pada molekul metana (CH4) dimana atom karbon memiliki elektron valensi sebanyak 4
yang digunakan dapat untuk berikatan dengan atom lain dan terdapat pada orbital 2s dan 2p.

Ketika karbon membentuk ikatan misalnya dengan hidrogen, secara teoritis orbital 2s dan 2p yang
memiliki tingkat energi berbeda maka akan menghasilkan ikatan dengan panjang, sudut dan tingkat energi
yang berbeda pula karena jenis orbital yang berbeda.

Namun pada kenyataannya, senyawa CH4 memiliki panjang ikatan untuk setiap ikatan C-H yang sama,
selain itu sudut ikatan yang terbentuk dan energinya pun sama menghasilkan bentuk geometri tetrahedral.
Sehingga dipastikan bahwa terjadi sesuatu yang membuat orbital itu menghasilkan tingkat energi yang
setara, karena tidak mungkin karbon dan hidrogen berikatan dengan orbital 2s dan 2p yang berbeda
menghasilkan panjang, sudut, dan energi ikatan yang sama.

Peristiwa itu yang dinamakan hibridisasi orbital dimana orbital 2s bergabung dengan orbital 2p yang
terdiri dari 3 orbital p sehingga membentuk orbital sp3 yang mampu menghasilkan bentuk geometri
molekul CH4 sebagai tetrahedral.

Macam Hibridisasi
Pada atom karbon, dapat terjadi bebera jenis hibridisasi orbital yang menghasilkan panjang ikatan, sudut
ikatan, kekuatan ikatan serta energi ikatan yang berbeda untuk tiap hibridisasi. Materi tentang
hidrokarbon juga dapat anda pelajari secara lebih lengkap pada artikel pengertian hirdokarbon. Berikut ini
merupakan jenis jenis hibridisasi orbital pada atom karbon.

36
1. Hibridisasi sp3
Hibridisasi sp3 merupakan hibridisasi yang melibatkan penggabungan 1 orbital s dengan 3 orbital p yang
terdiri dari px, py, dan pz menghasilkan sp3 yang dapat digunakan untuk berikatan dengan 4 atom lain.

Hibridisasi sp3 memiliki jenis ikatan tunggal atau satu ikatan sigma dimana kekuatan ikatan pada
hibridisasi ini paling lemah diantara hibridisasi lainnya, sedangkan panjang ikatan pada hibridisasi ini
yang paling besar diantara lainnya. Molekul dengan hibridisasi sp3 akan menghasilkan bentuk geometri
tetrahedral. Contoh hibridisasi sp3 adalah pada molekul CH4.

2. Hibridisasi sp2
Pada hibridisasi sp2, sesuai namanya merupakan penggabungan 1 orbital s dengan 2 orbital p sehingga
terdapat 1 orbital p bebas yang tidak digunakan untuk hibridisasi. Hibridisasi sp2 menghasilkan jenis
ikatan rangkap 2 sehingga kekutan ikatannya lebih tinggi daripada ikatan tunggal dan panjang ikatan yang
dihasilkan juga lebih pendek.

Dalam hibridisasi ini ikatan rangkap dapat terjadi karena adanya 1 orbital p bebas yang dapat membentuk
ikatan phi dengan orbital dari atom lain. Hibridisasi sp2 akan menghasilkan bentuk geometri planar
dengan sudut ikatan 120. Contoh molekul yang memiliki hibridisasi sp2 adalah C2H4.

37
3. Hibridisasi sp
Hibridisasi sp merupakan penggabungan antara 1 orbital s dengan 1 orbital p sehingga terdapat 2 orbital p
bebas yang tidak digunakan. Hibridisasi sp menghasilkan jenis ikatan rangkap 3 karena terdapat 2 orbital
p bebas yang masing masing dapat menghasilkan ikatan phi dengan orbital atom lain sehingga secara
keseluruhan hibridisasi ini memiliki 1 ikatan sigma dan 2 ikatan phi.

Akibatnya, kekuatan ikatan menjadi kuat lebih kuat daripada dua hibridisasi lainnya dan jarak ikatan juga
paling pendek. Bentuk molekul yang dihasilkan hibridisasi sp adalah linear dengan sudut 180. Contoh
molekul dengan hibridisasi sp adalah C2H2.

Contoh Molekul dengan Hibridisasi Orbital


Adapun untuk memperjelaskanya berikut ini merupakan beragam contoh melekul dengan hibridisasi
orbital, antara lain adalah sebagai berikut;

1.Metana (CH4)
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa pada senyawa metana memiliki hibridisasi sp3 yang
menyebabkan tiap ikatan C-H memiliki panjang, sudut, dan energi ikatan yang setara. Molekul
CH4 umumnya memiliki sudut ikatan 109.5 dengan bentuk geometri tetrahedral. Hal itu merupakan hasil
dari hibridisasi orbital yang terjadi pada atom karbon tersebut.

2.Etilena (C2H4)
Etilena yang juga merupakan senyawa hidrokarbon memiliki hibridisasi orbital sp2 dimana antara atom C
pada senyawa tersebut dihubungkan melalui ikatan rangkap 2 yang terdiri dari satu ikatan sigma dan satu
ikatan phi.

Selain mengikat karbon yang lain, karbon pada senyawa etilena juga mengikat dua atom hidrogen dengan
sudut ikatan yang sama yaitu 120. Akibatnya didapatkan bentuk geometri berupa planar atau datar pada
senyawa etilena ini.

3.Asetilena (C2H2)
Berbeda dengan kedua senyawa di atas, asetilena merupakan senyawa hirdokarbon dengan ikatan rangkap
3 yang terdiri dari 1 ikatan sigma dan 2 ikatan phi. Hal ini akibat dari hibridisasi orbital yang merupakan
hibridisasi sp sehingga menghasilkan 2 orbital p bebas.

Bentuk geometri dari senyawa ini adalah linear atau berupa garis lurus karena selain mengikat karbon
yang lain, karbon pada asetilena mengikat satu atom hidrogen lain.

e. Teori Orbital Molekul

Teori orbital molekul (OM) menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital molekul
yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan
molekul secara keseluruhan (lischer, 2009). Konstruksi orbital molekul dari orbital atom, ibagian dalam
pembentukan molekul. Separuh dari orbital molekul mempunyai energi yang lebih besar daripada energi
orbital atom. Orbital yang dibentuk yaitu orbital molekul pengikatan (bonding) dan orbital molekul
antiikatan (anti bonding). Elektron yang tidak mengambil bagian dalam pengikatan disebut elektron tidak

38
berikatan (nonbonding) dan mempunyai energy yang sama dengan energy yang dimiliki atom-atom yang
terpisah. Energi –energi relatif dari setiap jenis orbital secara umum terlihat pada gambar 2 berikut ini
(Dogra, 1990):

Gambar 2. Kombinasi orbital atom yang membentuk orbital atom

Orbital atom yang mengambil bagian dalam pembentukan orbital molekul harus memenuhi persyaratan
sebgai berikut:
1. Orbital atom yang membentuk orbital molekulm harus mempunyai energi yang dapat dibandingkan.
2. Fungsi gelombang dari masing-masing orbital atom harus bertumpang tindih dalam ruangan sebanyak
mungkin..
3. Fungsi gelombang orbital atom harus mempunyai simetri yang relatif sama dengan sumbu molekul.

Yang paling umum membentuk orbital molekul adalah σ (sigma) dan orbital π (pi). Orbital sigma simetris
disekitar sumbu antarnuklir. Penampang tegak lurus terhadap sumbu nuklir (biasanya sumbu x)
memberikan suatu bentuk elips. Ini terbentuk dari orbital s maupun dari p dan orbital d yang mempunyai
telinga sepanjang sumbu antar nuklir. Orbital π terbentuk ketika orbital p pada setiap atom mengarah
tegak lurus terhadap sumbu antarnuklir. Daerah tumpang tindih ada di atas dan di bawah sumbu ikatan
(lihat gambar 3).

Gambar 3. Bentuk orbital molekul yang terbentuk dari orbital atom

Pembahasan Mengenai Diagram Korelasi Orbital Molekul HCl


Molekul HCl merupakan molekul heteronuklir, dimana kedua atom berasal dari unsur yang berbeda.
Atom Cl memiliki nomor atom 17 dengan konfigurasi elektron: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5, sedangkan atom H
memiliki nomor atom 1 dengan konfigurasi elektron: 1s1. Atom Cl lebih elektronegatif daripada atom H.
Diagram korelasi orbital molekul menunjukkan bahwa tingkat-tingkat energi dari atom Cl yang lebih
elektronegatif bergeser ke arah bawah, karena atom Cl menarik elektron-elektron valensi lebih kuat dari
pada atom H. Seperti gambar 4 diagram korelasi orbital molekul HCl.

39
Gambar 4. Diagram korelasi orbital molekul HCl
Orbital-orbital atom bercampur secara signifikan membentuk orbital molekul hanya jika energi orbital-
orbital ini cukup berdekatan dan mempunyai simetri yang benar. Pada molekul HCl, orbital 1s dari atom
Cl energinya terlalu rendah untuk bisa bercampur dengan orbital 1s dari atom H. Hal yang sama juga terjadi
untuk orbital 2s atom Cl. Berdasarkan teori hibridisasi sebelum atom Cl berikatan dengan atom H
membentuk molekul maka akan terjadi hibridisasi orbital atau pencampuran orbital atom Cl. Pada atom Cl
dapat dilihat bahwa orbital 3s bercampur dengan orbital 3p (karena berada dalam satu kulit) sebelum
membentuk orbital molekul. Hal ini dikarenakan semua elektron pada kulit terluar memiliki kesempatan
yang sama untuk berikatan dengan elektron pada atom H, sehingga terjadi pencampuran orbital 3s dan 3p
pada atom Cl.
Interaksi antara 3s pada atom Cl membentuk ikatan sigma, biasanya apabila terjadi interaksi membentuk
ikatan maka akan terbentuk 2 orbital yaitu orbital σ dan σ*. Namun, karena orbital ikatan 4sb lebih rendah
energinya dari nonbonding maka tidak terbentuk ikatan anti sigma (σ *). Tumpang tindih total dari orbital
1s hidrogen dengan orbital 3Px atau 3Py (terletak di atas 5sb pada gambar 4) atom Cl adalah nol, sebab fasa
positif dan negatif dari fungsi gelombang gabungan bila dijumlahkan menjadi nol. Atom Cl hanya
meninggalkan orbital 3Pz (4sb), yang bergabung dengan orbital 1s hidrogen menghasilkan orbital σ dan σ*.
Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa orbital 3Px (2πnb), dan 3Py(2πnb) dari klor tidak bercampur dengan
orbital 1s dari hidrogen dan dengan demikian tetap berada dalam keadaan atomic (nonpengikatan).
Elektron-elektron dalam orbital ini tidak berkontribusi secara signifkan dalam pengikatan kimia. Karena
klor lebih elektronegatif daripada hidrogen, energi orbital 3p nya terletak dibawah energi orbital 1s dari
hidrogen. Bila kedelapan elektron valensi digunakan untuk HCl, maka konfigurasi orbital molekul yang
dihasilkan adalah:
(3sCl)2 (σ)2 (3pCl)4

40
Orde ikatan totalnya adalah 1 sebab elektron-elektron dalam orbital atom nonpengikatan tidak
mempengaruhi orde ikatan. elektron-elektron dalam orbital σ akan lebih cenderung ditemukan dekat dengan
atom klorin daripada didekat atom hidrogen, dan dengan demikian HCl memiliki momen dipol Hδ+Cl δ-.

41
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengenai kembali dari latar belakang penulisan sampai pada pembahasan mengenai Ikatan Kimia Dan
Senyawa Organik dalam kehidupan sehari–hari telah ditunjukkan penulis tentang berbagai kimia organik
yang berasal dari senyawa–senyawa yang terdapat di dalam dan juga sintesi dari penelitian laboratorium.

Berasal dari sekian banyak senyawa dan gugus–gugus karbon yang ada memiliki peranan penting dalam
kehidupan sehari–hari tertutama dalam bidang trasportasi, kesehatan juga dalam bidang–bidang lain yang
bersangkutan dengan kebutuhan hidup manusia.

B. Saran

Makalah ini masih banyak kekurangannya, baik segi penulisan dan isi makalah. Oleh sebab itu penulis
harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

42
DAFTAR PUSTAKA

Elida Tety. 1996. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Gunadarma.


Lianawati Lucia, 1999. Bimbingan Pemantapan Kimia. Penerbit: CV Yrama Widya, Bandung

Mukti Agus. 2013. Peningkatan Pemahaman Konsep Ikatan Kimia Melalui Perbaikan Bahan Ajar. Aceh:
Chimica Didactica Acta.
Nigel, Saunders. 2007. Chemistry eBook for AQA. New York: Oxford University Press.
Rufaida, Anis Dyah., Wulandari, Erna Tri, dan Waldjinah. 2013. Detik-detik Ujian Nasional Kimia Tahun
Pelajaran 2013/2014. Klaten: Intan Pariwara.
Saidah, Aas, dan Purba, Michael. 2013. Kimia Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

43

Anda mungkin juga menyukai