Anemia Defisiensi Besi Tutor
Anemia Defisiensi Besi Tutor
A. Definisi
Anemia yang terjadi akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis karena
cadangan besi kosong. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya pembentukan
hemoglobin. ADB ditandai dengan anemia hipokromuk mikrositer dan hasil laboratorium
yang menunjukkan cadangan besi kosong.
C. Patogenesis
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin
menurun. Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut iron depleted state atau negative
iron balance. Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan
absorbsi hesi dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila
kekurangan besi berlanjut terus maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali,
penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada
bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut sebagai iron
deficient erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai ialah peningkatan
kadar free protophorphyrin atau zinc protophorphyrin dalam eritrosit. Saturasi transferin
menurun dan total iron binding capacity (TIBC) meningkat. Akhir-akhir ini parameter
yang sangat spesifik ialah peningkatan reseptor transferin dalam serum. Apabila jumlah
besi menurun terus maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai
menurun, akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut sebagai iron deficiency
anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim
yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala
lainnya.
Sindrom Plummer Vinson atau disebut juga sindrom Paterson Kelly adalah kumpulan
gejala yang terdiri dari anemia hipokromik mikrositer, atrofi papil lidah, dan disfagia.
Anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab
anemia defisiensi besi tersebut. Sebagai contoh, pada anemia akibat penyakit cacing
tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna
kuning seperti jerami. Pada anemia karena perdarahan kronik akibat kanker kolon
dijumpai gejala gangguan kebiasaan buang besar atau gejala lain tergantung dari lokasi
kanker tersebut.
E. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kadar hemoglobin dan index eritrosit menurun : MCV < 70 fl, peningkatan anisositosis
ditandai oleh peningkatan RDW (red cell distribution width), hapusan darah tepi
menujukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, dan poikilositosis. Dijumpai
Leukosit dan trombosit pada umumnya normal. Tetapi granulositopenia ringan dapat
dijumpai pada ADB yang berlangsung lama. Pada ADB karena cacing tambang
dijumpai eosinofilia. Trombositosis dapat dijumpai pada ADB dengan episode
perdarahan akut.
2) Konsentrasi Besi Serum Menurun pada Anemia defisiensi besi, dan TIBC (total iron
binding capacity) Meningkat : TIBC menunjukkan tingkat kejenuhan apotransferin
terhadap besi, sedangkan saturasi transferin dihitung dari besi serum dibagi TIBC
dikalikan 100%. Untuk kriteria diagnosis ADB, kadar besi serum menurun < 50 ug/ di,
total iron binding capacity (TIBC) meningkat > 350 ug/ dl, dan saturasi transferin <
15%. Ada juga yang memakai saturasi transferin < 16 % , atau < 18%. Harus diingat
bahwa besi serum menunjukkan variasi diurnal yang sangat besar, dengan kadar puncak
pada jam 8 sampai 10 pagi.
3) Feritin serium merupakan indicator cadangan besi yang sangat baik, kecuali pada
keadaan inflamasi dan keganasan tertentu : titik pemilah untuk ferritin serum pada ADB
dipakai angka < 12µg/l. ada juga yang memakai <15 µg/l
4) Kadar reseptor transferin dalam serum meningkat pada defisiensi besi : kadar normal
dengan pemeriksaan imunologi adalah 4-9Hg/L. Pengukuran reseptor transferin
terutama dipakai untuk membedakan ADB dengan anemia akibat penyakit kronik. Akan
lebih baik lagi apabila dipakai rasio reseptor transferin dengan log feritin serum. Rasio
1,5 menunjukkan ADB dan rasio <1,5 sangat mungkin karena anemia akibat penyakit
kronik.
5) Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia normoblastik ringan sampai sedang dengan
normoblas kecil-kecil. Sitoplasma sangat sedikit dan tepi tak teratur. Normoblas ini
disebut sebagai micronormoblast. Pengecatan besi sumsum tulang dengan biru prusia
(Perl's stain) menunjukkan cadangan besi yang negatif (butir hemosiderin negatif).
Dalam keadaan normal 40-60% normoblas mengandung granula feritin dalam
sitoplasmanya, disebut sebagai sideroblas. Pada defisiensi besi maka sideroblas negatif.
Di klinik, pengecatan besi pada sumsum tulang dianggap sebagai baku emas (gold
standard) diagnosis defisiensi besi, namun akhir-akhir ini perannya banyak diambil alih
oleh pemeriksaan feritin serum yang lebih praktis.
F. Diagnosis
Tahap pertama adalah menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar hemoglobin
atau hematocrit. Tahap kedua adalah memastikan adanya defisiensi besi. Tahap ketiga
adalah menentukan penyebab defisiensibesi yang terjadi.
Kriteria diagnosis anemia defisiensi besi :
Anemia hipokromik mikrositer pada hapusan darah tepi, atau MCV <80 fl dan MCHC
<31% dengan salah satu dari a, b, c, atau d
a. Dua dari tiga parameter di bawah ini:
Besi serum <50 mg/dl
TIBC 350 mg/dl
Saturasi transferin: <15 % , atau
b. Feritin serum <20 mg/l, atau
c. Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (Perl's stain) menunjukkan cadangan
besi (butir-butir hemosiderin) negatif, atau
d. Dengan pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg/hari (atau preparat besi lain yang setara)
selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2 g/dl.
G. Terapi
Setelah diagnosis ditegakkan maka dibuat rencana nemberian terapi. Terapi terhadap
anemia defisiensi besi adalah:
a. Terapi kausal: terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya pengobatan cacing
tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menorhagia. Terapi kausal harus
dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali
b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh (iron
replacemen therapy):
Terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama oleh karena efektif, murah dan aman.
Preparat yang tersedia adalah ferrous sulphat (sulfas ferosus) yang merupakan preparat
pilihan pertama karena paling murah tetapi efektif. Dosis anjuran adalah 3 x 200 mg. Setiap
200 mg sulfas ferosus mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfas ferosus 3 x 200
mq memberikan absorpsi besi 50 mg per hari yang dapat meningkatkan eritropoesis dua
sampai tiga kali normal. Pengobatan besi diberikan 3 sampai 6 bulan, ada juga yang
menganjurkan sampai 12 bulan, setelah kadar Hb normal untung mengisi cadangan besi
tubuh.
Indikasi pemberian besi parenteral adalah: (1) intoleransi terhadap pemberian besi oral; (2)
kepatuhan terhadap obat yang rendah; (3) gangguan pencernaan seperti kolitis ulseratif
yang dapat kambuh jika diberikan besi; (4) penyerapan besi terganggu, seperti misalnya
pada gastrektomi; (5) keadaan di mana kehilangan darah yang banyak sehingga tidak cukup
dikompensasi oleh pemberian besi oral, seperti misalnya pada hereditary hemorrhagic
teleangiectasia; (6) kebutuhan besi yang besar dalam waktu pendek, seperti pada kehamilan
trimester tiga atau sebelum operasi; (7) defisiensi besi fungsional relatif akibat pemberian
eritropoetin pada anemia gagal ginjal kronik atau anemia akibat penyakit kronik.
Preparat yang tersedia ialah iron dextran complex (mengandung 50 mg besi/ml), iron
sorbitol citric acid complex dan yang terbaru adalah iron ferric gluconate dan iron sucrose
yang lebih aman. Besi parenteral dapat diberikan secara intramuskular dalam atau intravena
pelan. Pemberian secara intramuskular memberikan rasa nyeri dan memberikan warna
hitam pada kulit. Efek samping yang dapat timbul adalah reaksi anafilaksis, meskipun
jarang (0,6%). Efek samping lain adalah flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah, nyeri
perut dan sinkop.
Pengobatan Lain
1) diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang berasal
dari protein hewani
2) vitamin c: vitamin c diberikan 3 x 100 mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi
3) transfusi darah: ADB jarang memerlukan transfusi darah. Indikasi pemberian transfusi
darah pada anemia kekurangan besi adalah:
a) Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman gagal jantung
b) Anemia yang sangat simptomatik, misalnya anemia dengan gejala pusing yang
sangat menyolok
c) Pasien memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat seperti pada
kehamilan trimester akhir atau preoperasi.
Jenis darah yang diberikan adalah PRC (packed red cell) untuk mengurangi bahaya
overload. Sebagai premedikasi dapat dipertimbangkan pemberian furosemid
intravena.