Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

1. Buat kurva pertumbuhan sampai pertumbuhannya menurun agar bisa


tahu kapan waktu penambahan bakteri dilakukan untuk sistem kontinu

Days Xconsortium
t cell/mL
0 1,00
15 2,37
21 3,75
27 4,56
33 4,89
38 5,04
40 4,95
42 4,47
44 3,98
46 3,56

6.00
Xkonsorsium x 10^7 (sel/mL)

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
0 15 21 27 33 38 40 42 44 46
Hari (t)

Berdasarkan kurva pertumbuhan, dapat dilihat bahwa semakin meningkat


waktu proses, maka semakin meningkat pula populasi bakteri selama makanannya
masih terdapat di dalam bioreaktor. Bakteri yang sedang ditumbuhkan adalah
Bacillus toyonensis strain BCT-7112 (KAN 1) dan Stenotrophomonas rhizophila
strain e-p1 (KP 1.2). Bakteri KAN 1 bersifat anaerob, methanogenik, proteolitik
dan selulotik dimana bakteri menguraikan protein dan selulosa dalam LCPKS yang
menghasilkan metabolisme berupa gas metan dalam kondisi anaerob. Bakteri KP
1.2 berifat anaerob, methanogenik, dan lipolitik dimana bakteri menguraikan lemak
dalam LCPKS yang menghasilkan metabolisme berupa gas metan dalam kondisi
anaerob.
Secara umum populasi bakteri meningkat pada hari ke-15 hingga hari ke-
38, dimana bakteri membelah diri menjadi dua kali lipat dengan laju yang konstan.
Pada hari ke-15 sampai hari ke-21 terjadi kenaikan populasi bakteri, namun masih
pada adaptasi yang disebut fase lag. Pada hari ke-21 sampai hari ke-38 pertumbuhan
bakteri naik drastis yang disebut fase eksponensial. Kurva pertumbuhan bakteri
diatas tidak menunjukkan terjadinya fase stasioner (konstan) tetapi setelah hari ke-
38 terjadi penurunan populasi bakteri yang bisa disebabkan karena nutrisi dari
substrat yang ada dalam digester sudah semakin berkurang sehingga makanan
untuk bakteri juga semakin berkurang. Untuk itu bisa ditambahkan substrat dan
nutrisi kembali jika diperlukan untuk mempertahankan produksi biogas yang akan
dihasilkan.

2. Dasar-dasar pemilihan rasio substrat dan bakteri


Mikroorganisme memerlukan hara seperti karbohidrat, lemak, protein, dan
fosfor agar proses perombakan anaerob berlangsung efisien dan mampu
menghasilkan metan (Adams, 1981). Namun demikian bahan berserat seperti
limbah padat pengolahan kelapa sawit mengandung lignin yang merupakan
senyawa inhibitor.
Perbandingan komposisi bahan baku dan bahan campuran biogas sangat
mempengaruhi produk biogas yang dihasilkan. Penambahan air sampai kekentalan
yang di inginkan bervariasi antara 1:1 sampai 1:2. Jika terlalu pekat, partikel-
partikel akan menghambat aliran gas yang terbentuk pada bagian bawah digester.
Sebagai akibatnya, produksi gas akan lebih sedikit. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Triyatno (2011) didapatkan hasil bahwa kecepatan produksi oleh
bakteri untuk melakukan proses pembentukan biogas pada perbandingan 1:1,3 yang
menghasilkan 0,033465 kg/m3 /jam gas metana.
Sel mikroorganisme mengandung karbon, nitrogen, fosfor, dan sulfur
dengan perbandingan 100:10:1:1. Untuk pertumbuhan mikroorganisme, unsur-
unsur diatas harus ada pada sumber makanannya (substrat). Konsentrasi substrat
dapat mempengaruhi proses kerja mikroorganisme. Kondisi yang optimum dicapai
jika jumlah mikroorganisme sebanding dengan konsentrasi substrat. Kandungan air
dalam substrat dan homogenitas sistem juga mempengaruhi proses kerja
mikroorganisme. Karena kandungan air yang tinggi akan memudahkan proses
penguraian, sedangkan homogenitas sistem membuat kontak antar mikroorganisme
dengan substrat menjadi lebih intim.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Andika dan Riski (2017) melakukan
pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) dengan perbandingan rasio substrat dan
bakteri sebesar 2:1 dihasilkan pembentukan gas metana sebesar 41,05% selama 18
hari. Gas metana yang terbentuk merupakan hasil samping dari bakteri yang
mendegradasi zat organik dan zat anorganik pada limbah cair pabrik kelapa sawit
yang terdapat dalam bioreaktor. Semakin bertambah waktu proses, semakin
meningkat populasi bakteri, semakin banyak enzim lipase yang dihasilkan untuk
mendegradasi limbah cair kelapa sawit, sehingga akan semakin banyak gas metana
yang dihasilkan.

3. Dasar penambahan nutrisi


Proses biokonversi metanogenik merupakan proses biologi yang sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama suhu, pH, dan senyawa toksik. Secara
keseluruhan faktor yang mempengaruhi proses perombakan anaerob bahan organik
pada pembentukan biogas, mencakup faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik berupa
mikrobia dan jasad aktif, sedang faktor abiotik meliputi pengadukan, suhu, pH,
kadar substrat, kadar air, rasio C/N dan P dalam substrat, dan kehadiran bahan
toksik (M. Edwi dkk, 2008).
Untuk mengkoversi zat organik menjadi biogas secara efektif,
mikroorganisme membutuhkan nutrisi dan kondisi lingkungan yang sesuai. Nutrisi
dan sintesis kimia yang diperlukan untuk penguraian anaerobik meliputi (Rahayu,
A. S. dkk, 2015):
 Makronutrisi seperti C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg untuk makanan bagi bakteri
 Mikronutrisi seperti Fe, Ni, Zn, Mn, Mo, dan Co untuk menjaga bakteri tetap
sehat
 Vitamin kadang-kadang diperlukan dalam jumlah kecil untuk memenuhi
kebutuhan katalitik spesifik dalam biosintesis
 Enzim (katalis protein yang dihasilkan oleh sel-sel hidup) untuk mempercepat
reaksi seluler dari mikroorganisme
 Suhu sekitar 35oC untuk mesofilik dan 55oC untuk termofilik
 pH sekitar 7
Biodegradasi yang efisien membutuhkan nutrisi seperti nitrogen, fosfor, dan
unsur lainnya dalam jumlah yang cukup (mikronutrisi). Nutrisi membangun sel-sel
yang membentuk mikroorganisme dan menghasilkan biogas. Unsur-unsur kimia
yang membentuk mikroorganisme antara lain karbon (50%), oksigen (20%),
nitrogen (12%), hidrogen (8%), fosfor (2%), sulfur (1%), dan kalium (1%). Proses
pembentukan biogas membutuhkan rasio karbon terhadap nitrogen minimal 25:1
(Gerardi, 2003).
POME umumnya memiliki nitrogen dan fosfor dalam kadar yang cukup.
Kebutuhan nutrisi bakteri anaerob lebih rendah dibandingkan dengan bakteri aerob,
karena laju pertumbuhan bakteri anaerob lambat. Proses pembentukan biogas harus
mempertahankan rasio COD:nitrogen:fosfor pada tingkat yang memadai, oleh
karena itu operator harus memantau rasio dan melakukan penyesuaian yang
diperlukan selama proses berlangsung. Pompa dosis dapat digunakan untuk
menambahkan nutrisi secara berkala. Selama proses, kadar mikronutrien seperti
nikel dan kobalt juga harus dijaga untuk mendukung proses metanogenesis (Draste,
1997).

Anda mungkin juga menyukai