Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1
Pengendalian hayati dan pengembangan praktik bercocok tanam untuk
peningkatan supresivitas tanah merupakan komponen penting dalam IPM pada
patogen bawaan tanah (Dijst et al., 2004). Borneman dan Becker (2007)
menambahkan bahwa tanah supresif berpotensi dipertimbangkan dalam
pengelolaan penyakit tumbuhan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui penggunaan dan
perhitungan aras keputusan ekonomi dan ambang ekonomi dalam pengendalian
penyakit.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pestisida. Tindakan pengendalian dapat dibenarkan apabila jumlah biaya
pengendalian lebih rendah dari pada besarnya nilai kehilangan potensial yang
diderita tanaman karena adanya penyakit.
4
Dengan bertambahnya intensifikasi, maka biaya input biasanya ikut naik.
Salah satu input adalah biaya pengendlian penyakit dan pengembalian yang
berkurang harus diperhitungkan di dalam penentuan seberapa jauh pengendalian
dapat dilakukan.
5
ambang kerusakan dapat berubah – ubah dari satu lahan ke lahan lain, sehingga
ambang peringatan dapat ditentukan secara lokal dan regional.
Perkembangan
Penyakit
Tingkat Serangan
Waktu
2. Model ambang kritis adalah model yang didasarkan pada asumsi yang
kurang tepat yaitu bahwa produk hasil secara perlahan-lahan berhenti
dimana saat tingkat penyakit mencapai titik kritis. Kehilangan hasil
ditentukan dengan cara mengukur hasil berdasarkan kurva waktu
pertanaman tanaman sehat, sehingga kehilangan hasil yang diperkirakan
merupakan perbedaan hasil akhir tanaman sehat dengan hasil yang telah
ada pada saat titik kritis tercapai.
3. Model Periode bebas penyakit adalah menghubungkan kehilangan hasil
yang akan datang terhadap lamanya periode bebas penyakit. Tidak ada
tingkatan yang jelas dari akhir bebas penyakit kecuali secara kasar dengan
ambang kendali yang dianggap sebagai titik akhir.
6
Contoh Kasus:
Dalam suatu kebun di dataran rendah terdapat sekelompok perdu yang mati
karena jamur akar merah (Ganoderma pseudoferreum), maka penyakit akan meluas
ke semua arah dari bulan ke bulan atau dari tahun ke tahun. Jika pada saat itu
terdapat 100 perdu yang mati dan sakit, sedangkan untuk lokasi itu setiap bulannya
terjadi infeksi baru sebanyak 8 %, maka setelah satu tahun jumlah tanaman yang
sakit menjadi 100 + 100 x 8% x (12 bulan) = 196 perdu. Jumlah tanaman sakit
setelah jangka waktu tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Xt = Xo (1+rt)
Keterangan:
Xt = jumlah tanaman sakit setelah waktu
Xo= jumlah tanaman sakit pada permulaan (t=0)
r= laju infeksi atau jumlah tanaman baru yang terinfeksi setelah jangka waktu
t=jangka waktu berkembangnya penyakit
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab 2, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa:
1. Konsep aras ekonomi terdiri atas konsep Kerusakan Ekonomi
(Economic Damage), Aras Luka Ekonomi (Economic Injury Level),
Ambang Ekonomi (Economic Threshold) dan Aras Keseimbangan
Umum.
2. Luka adalah setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai
akibat aktivitas atau serangan OPT, jadi terpusat pada OPT dan
aktivitasnya. Kerusakan adalah kehilangan yang dirasakan oleh
tanaman akibat serangan OPT antara lain dalam bentuk penurunan
kuantitas dan kualitas produksi, jadi terpusat pada tanaman dan
tanggapannya terhadap pelukaan oleh OPT. Luka tanaman dapat
mengakibatkan kerusakan.
3. Penentuan ambang kerusakan yang betul merupakan bagian dari
penyesuaian manajemen lokal dan tidak tergantung pada informasi
biologi saja akan tetapi juga pada pengetahuan biaya input yang tepat
pada system, nilai output, nilai perawatan yang diperlukan.
8
DAFTAR PUSTAKA