Anda di halaman 1dari 11

Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p.

22-32
E-ISSN: 2549-0354; P-ISSN: 2252-6641

Modul Peninggalan Sejarah Hindu-Buddha Sebagai Bahan


Ajar Alternatif Bagi Siswa SMA Kabupaten Semarang
Eko Sulistiawan, Jayusman, R. Suharso

Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kebutuhan bahan ajar materi perkembangan dan pengaruh Hindu-
Buddha di Indonesia bagi siswa SMA Kabupaten Semarang; mengetahui pengembangan bahan ajar modul
tentang peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Kabupaten Semarang; dan mengetahui kelayakan dari bahan
ajar modul tentang peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Kabupaten Semarang yang dikembangkan. Metode
penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau RnD (Research and Development).
Tahap penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan yaitu mencari potensi dan masalah, pengumpulan data
atau informasi, mendesain produk, validasi desain dan perbaikan desain. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Ungaran menggunakan bahan ajar berupa buku paket, LKS dan modul
yang dikembangkan oleh guru sedangkan di SMA Kanisius Bhakti Awam hanya menggunakan buku paket saja.
Semua bahan ajar tersebut kurang dalam hal desain yang kurang menarik serta belum terdapat materi yang
bersifat lokal’ Pengembangan bahan ajar modul dilakukan melalui beberapa tahapan yang baik; Hasil validasi
tahap I materi mendapatkan hasil 73,3% dan validasi tahap II mendapatkan hasil 82,63%. Hasil validasi tahap
I media mendapatkan hasil 68,5% dan validasi tahap II mendapatkan 89,5%. Sementara itu, hasil validasi oleh
praktisi mendapatkan hasil 87,76% dan hasil tanggapan siswa mendapatkan hasil 84,12%. Sehingga bahan ajar
modul peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Kabupaten Semarang baik dan layak digunakan dalam proses
pembelajaran sejarah.

Kata kunci: pengembangan, modul, peninggalan Hindu-Buddha

ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the needs of developmental material teaching materials and the influ-
ence of Hindu-Buddha in Indonesia for Semarang District High School students; knowing the development of
module teaching materials about the relics of Hindu-Buddhist history in Semarang Regency; and to find out the
feasibility of module teaching materials about the Hindu-Buddhist heritage in Semarang Regency that was de-
veloped. This research method uses research and development methods or Research and Development. The
research and development phase that is carried out is to look for potential and problems, data collection or
information, product design, design validation and design improvement. The results showed that historical
learning in SMA 2 Ungaran used teaching materials in the form of textbooks, student worksheets and modules
developed by teachers while in SMA Kanisius Bhakti Awam only used textbooks only. All the teaching materials
are lacking in terms of less attractive design and there are no local material yet. 'The development of module
teaching materials is done through several good stages; The results of the first stage material validation got
73.3% results and the second stage validation got 82.63% results. The results of stage I media validation got
68.5% results and stage II validation received 89.5%. Meanwhile, the results of validation by practitioners get
87.76% results and the results of student responses get 84.12%. So the teaching materials of the relics of Hindu-
Buddhist history in Semarang Regency are good and appropriate to use in the process of learning history.

Keywords: development, module, hindu buddhist heritage

Korespondensi penulis:
Email: ekosulistiawan15@gmail.com

22
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 22-32

PENDAHULUAN kelompok serta menggunakan berbagai


Pendidikan sejarah merupakan suatu media ajar seperti slide presentasi, film,
proses internalisasi nilai-nilai, penge- maupun gambar, siswa masih mudah bo-
tahuan, dan keterampilan kesejarahan se- san dengan materi dan mengeluhkan ma-
rangkaian dari peristiwa yang dirancang teri yang dirasa kurang relevan dengan
dan disusun sedemikian rupa untuk men- situasi masa kini.
dukung terjadinya proses belajar siswa. Dapat disimpulkan bahwa ham-
Sejarah mengandung arti kejadian yang batan yang paling menonjol adalah ham-
dibuat manusia atau yang mempengaruhi batan terkait materi pelajaran sejarah.
manusia, perubahan, atau kejadian yang Siswa memiliki akses yang terbatas ter-
berubah dari satu keadaan ke keadaan hadap sumber bahan ajar dan materi yang
yang lainnya (Wasino, 2007). Pembelaja- terkandung dalam bahan ajar itu sendiri
ran sejarah itu sangat penting bagi ke- dikemas dengan cara yang kurang
hidupan siswa. Tujuan dari pelajaran se- menarik. Akibatnya siswa mudah bosan
jarah sendiri adalah agar siswa dapat me- dan merasa tidak menemukan relevansi
mahami apa yang terjadi dimasa lampau, materi pelajaran dengan kehidupanya di
sehingga dapat menarik hikmah dari apa masa kini (Maria Felicia, 2015). Oleh ka-
yang telah dipelajari dari peristiwa masa rena itu, pembelajaran sejarah harus
lampau untuk dijadikan pandangan dan berkembang dan inovatif dengan men-
pedoman hidup dimasa yang akan datang. transformasikan dari pembelajaran kon-
Selain itu, pelajaran sejarah juga berperan vensional dan bosan menjadi pembelaja-
dalam pendidikan karakter karena mem- ran yang menyenangkan dan mengasyikan
iliki nilai-nilai yang dapat diaplikasikan (Nafi’ah & Utami, 2017). Dalam hal ini so-
dalam materi-materinya (Ahmad, 2014). lusi yang dapat ditempuh adalah dengan
Pengajaran sejarah sangat dituntut untuk cara mengembangkan bahan ajar sejarah
dapat memberikan pengajaran yang mu- inovatif yang bisa mengakomondasi kebu-
dah untuk dipahami. tuhan dan kondisi siswa untuk bisa men-
Pada kenyataanya pengajaran se- galami pembelajaran sejarah yang
jarah di sekolah-sekolah di Indonesia menarik serta relevan bagi hidupnya. Da-
mengalami banyak sekali hambatan. Di- lam penelitian ini akan difokuskan untuk
mana hambatan tersebut sangat menyulit- mengembangkan bahan ajar berupa
kan untuk mewujudkan pembelajaran se- modul.
jarah yang ideal. Berdasarkan penelitian Modul merupakan bahan ajar yang
dari Maria Felicia (2015) dalam skripsinya ditulis dengan tujuan agar siswa dapat
yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar belajar secara mandiri tanpa atau dengan
Sejarah Yang Inovatif mengungkapkan bimbingan guru. Siswa yang memiliki ke-
bahwa terdapat dua kesulitan utama yang cepatan belajar yang rendah dapat berkali-
dialami dalam proses pembelajaran se- kali mempelajari setiap kegiatan tanpa
jarah. Pertama, keterbatasan akses siswa terbatas oleh waktu sedangkan siswa yang
terhadap sumber bahan ajar karena buku kecepatan belajarnya tinggi akan lebih ce-
paket sejarah hanya bisa digunakan saat pat mempelajari satu kompetensi dasar.
berada di sekolah dan tidak bisa dibawa Pada intinya modul sangat mewadahi ke-
pulang. Kedua, meski guru pengampu su- cepatan belajar siswa yang berbeda-beda
dah menggunakan metode yang bervariasi (Lestari, 2013).
saat mengajar dengan meminimalisasi ce- Pengembangan bahan ajar berupa
ramah dan menggiatkan presentasi modul sejarah tentang peninggalan

23
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 22-32

sejarah Hindu-Buddha di Kabupaten Se- sejarah di tingkat lokal tersebut. Untuk


marang merupakan wujud inovasi dalam menunjang minat siswa terhadap sejarah
pembelajaran sejarah. Dengan me- sekaligus menanamkan nilai-nilai kearifan
manfaatkan peninggalan sejarah yang ter- lokal yang terdapat di setiap jejak sejarah
dapat di lingkungan siswa sebagai bukti lokal. Selain itu, sudah semestinya pula
sejarah, maka akan menambah wawasan pendidikan dan pembelajaran sejarah
dan pengetahuan siswa terhadap pening- menjadikan siswa untuk bisa sedekat
galan sejarah lokal di daerahnya (Sapriya, mungkin dengan masyarakat, karena se-
2012). Mereka nantinya akan tahu bahwa jarah yang diajarkan beserta nilai-nilai
di lingkungan sekitar mereka terdapat yang terkandung dari suatu peristiwa di-
bukti sejarah yang seharusnya mereka jaga ambil dari kisah yang terjadi di masyara-
dan lestarikan. kat. Oleh karena itu sudah seharusnya lu-
Dalam wawancara dengan Guru se- aran dari pembelajaran sejarah adalah
jarah di SMA Kanisius Bhakti Awam Am- bagaimana siswa yang merupakan bagian
barawa, beliau menjelaskan bahwa dari masyarakat dapat menghargai dan
mengaitkan peninggalan-peninggalan se- melestarikan nilai-nilai tersebut, terutama
jarah yang bersifat lokal ke dalam materi lingkungan di mana siswa itu tinggal
pokok pembelajaran sejarah akan mem- (Amin, 2011).
buat peserta didik tertarik dan akan mem- Menurut Utomo (2015) Untuk mem-
buat mereka sadar sejarah terutama peduli buat siswa yang kreatif dan inovatif diper-
terhadap peninggalan-peninggalan se- lukan guru yang lebih kreatif dan inovatif
jarah di daerahnya. Kemudian Dalam wa- dalam menyiapkan materi. Pada Kuriku-
wancara dengan Guru sejarah di SMA lum 2013 guru juga dituntut untuk lebih
Negeri 2 Ungaran juga menjelaskan bahwa kreatif dan inovatif dalam upaya pengem-
pembelajaran sejarah jika dikaitkan bangan bahan ajar. Akan tetapi para pen-
dengan suatu peristiwa sejarah yang be- didik tampaknya juga kurang mengem-
rada atau terjadi didekat tempat tinggal bangkan kreativitas mereka untuk me-
peserta didik itu biasanya lebih menum- rencanakan, menyiapkan dan membuat
buhkan sisi emosional atau rasa memiliki bahan ajar secara matang yang kaya ino-
terhadap sejarahnya dari peserta didik ter- vasi sehingga menarik bagi peserta didik.
sebut, dan juga nantinya akan menarik Menurut Prastowo (2015) para guru pada
perhatian peserta didik terhadap sejarah umumnya hanya menyediakan bahan ajar
yang bersifat lokal didaerahnya. yang monoton, yaitu bahan ajar yang su-
Dalam satu pembelajaran di da- dah tersedia dan tinggal pakai, serta tidak
lamnya dapat terintegrasi dengan materi harus bersusah payah membuatnya.
yang lain. Sebagai bahan acuan belajar, Berdasarkan hasil observasi yang
dapat dipergunakan berbagai sumber se- dilaksanakan oleh peneliti di SMA Negeri
jarah lokal yang ada di lingkungan seki- 2 Ungaran dan SMA Kanisius Bhakti
tarnya, sehingga siswa aktif mencari sum- Awam dengan menyebarkan angket kebu-
ber yang diperlukan (Atno, 2010). tuhan ke siswa kelas X IPS dan juga wa-
Menurut Suharso (2017) generasi baru ha- wancara dengan tiga guru sejarah di SMA
ruslah dibekali pemahaman mengenai se- tersebut, peneliti menemukan potensi dan
jarah di tingkat lokal. Proses transmisi masalah. Potensi yang ditemukan yaitu
nilai ini dapat secara efektif dilakukan di ketersediaan sumber belajar terutama
sekolah, terlebih saat ini Sekolah membu- terkait materi Hindu-Buddha di per-
tuhkan inovasi terhadap bahan ajar pustakaan sudah cukup memadai, Akan

24
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 22-32

tetapi masih bersifat umum dan masih memanfaatkan peninggalan sejarah yang
sangat minim yang menyinggung ataupun bersifat lokal yaitu peninggalan-peningga-
membahas tentang sejarah lokal terutama lan sejarah Hindu-Buddha yang terdapat
mengenai peninggalan-peninggalan se- di Kabupaten Semarang.
jarah Hindu-Buddha yang terdapat di Ka- Kabupaten Semarang merupakan
bupaten Semarang. Guru juga sudah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang
mengembangkan bahan ajar sejarah ber- memiliki obyek-obyek peninggalan se-
bentuk modul. Namun masalahnya, modul jarah dan purbakala dengan rentan waktu
yang dikembangkan tersebut menurutnya yang sangat panjang yaitu dari jaman
kurang menarik dan terkesan monoton di- prasejarah sampai sekarang. Obyek-obyek
mana hanya berisi ringkasan materi dan peninggalan sejarah tersebut merupakan
soal tanpa di sertai gambar-gambar yang asset yang penting bagi Kabupaten Sema-
menarik. Kemudian dari hasil observasi rang. Tetapi dalam kenyataanya banyak
yang dilaksanakan peneliti juga peninggalan sejarah yang tidak terjaga
menemukan beberapa masalah. dengan sungguh-sungguh. Banyak pening-
Masalah yang pertama adalah ku- galan sejarah yang telah rusak, berserakan
rangnya minat membaca peserta didik. baik karena faktor alam, usia bangunan
Hal ini disebabkan karena kurang atau benda itu sendiri maupun karena
menariknya tampilan bahan ajar yang pe- faktor manusia. (Dinas Pendidikan Kabu-
serta didik gunakan dalam pembelajaran paten Semarang, 2001)
sejarah, sehingga mereka kurang tertarik Beberapa Kecamatan di Kabupaten
dan malas untuk membaca. Padahal mem- Semarang memiliki banyak peninggalan
baca sangat penting untuk meningkatkan sejarah Hindu-Buddha. Banyak peningga-
penguasaan siswa terhadap materi pem- lan-peninggalan Sejarah yang di temukan
belajaran. Selama ini bahan ajar yang ser- di kabupaten Semarang diantaranya Candi
ing digunakan oleh guru sejarah di SMA Gedong Songo, Arca Ganesha, Candi
Negeri 2 Ungaran masih terbatas Buku pa- Ngempon, Candi Dukuh, Candi Klero, Si-
ket guru dan siswa yang sudah ditetapkan tus Candi Asu Bandungan, Yoni Kerep dan
oleh pemerintah serta ditambah Lembar masih banyak lagi peninggalan-peningga-
Kerja Siswa, Selain itu juga terkadang lan Hindu-Buddha lain yang kurang begitu
menggunakan modul yang dikembangkan diketahui secara luas, Sangat disayangkan
oleh guru. Sedangkan di SMA Kanisius bila warisan sejarah ini tidak dimaksimal-
Bhakti Awam hanya berpedoman pada kan dengan baik. Pengembangan bahan
Buku paket yang sudah ditetapkan oleh ajar perlu disesuaikan dengan kebutuhan
pemerintah saja dan tidak memperkenan- siswa. Selain itu, pengembangan materi
kan menggunakan Lembar Kerja Siswa. sejarah yang penuh dengan nilai lebih co-
Kemudian masalah yang kedua yaitu be- cok untuk mata pelajaran sejarah Indone-
lum tersedianya bahan ajar yang bersifat sia (Wajib) (Kurniawan, 2017).
lokal. Padahal pembelajaran sejarah lokal Peneliti sadar pentingnya upaya
itu sangat penting untuk diajarkan dengan penyediaan bahan ajar inovatif dengan
tujuan agar peserta didik lebih mencintai cara pengembangan materi dan juga me-
daerah mereka dan lebih tertarik dalam manfaatkan potensi yang ada pada suatu
pembelajaran sejarah. Berdasarkan perso- daerah, maka diperlukan pengembangan
alan-persoalan diatas peneliti tertarik un- bahan ajar inovatif yang sesuai dengan ku-
tuk mengembangkan bahan ajar tentang rikulum yang ada sehingga mempermu-
materi Hindu-Buddha dengan dah peserta didik dalam belajar. Oleh

25
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 22-32

karena itu, Berdasarkan latar belakang ter- (3) Analisis kebutuhan siswa terhadap ba-
sebut, peneliti tertarik untuk mengem- han ajar, tanggapan siswa terhadap bahan
bangkan bahan ajar berupa modul tentang ajar modul dan hasil penilaian atau vali-
peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Ka- dasi modul oleh ahli materi dan ahli media
bupaten Semarang dengan judul dengan menggunakan teknik angket. Guna
penelitian “Modul Peninggalan Sejarah memeriksa keabsahan data, dalam
Hindu-Buddha sebagai Bahan Ajar Alter- penelitian ini menggunakan teknik trian-
natif bagi Siswa SMA Kabupaten Sema- gulasi sumber dan triangulasi waktu.
rang”. Teknik analisi data yang digunakan adalah
teknik analisis mengalir dan interaktif
METODE Miles dan Huberman, dengan langkah-
Metode penelitian ini menggunakan langkah pengumpulan data, reduksi data,
metode penelitian Research and Develop- sajian data dan penarikan simpulan atau
ment (RnD) dengan mengadaptasi model verifikasi. Selain menggunakan teknik an-
penelitian Sugiyono. Tahapan penelitian alisis model interaktif Milles and Huber-
pengembangan menurut Sugiyono dapat man, peneliti juga menggunakan teknik
dijelaskan sebagai berikut, yaitu: potensi analisis data kuantitatif. Teknik analisis
dan masalah, pengumpulan data, desain data kuantitatif digunakan untuk
produk, validasi desain, revisi desain, menganalisis hasil instrumen validasi
ujicoba produk, revisi produk, ujicoba penilaian modul oleh ahli materi dan ahli
pemakaian, revisi produk, dan produksi media.
massal (Sugiyono, 2015). Dari kesepuluh Penelitian ini dikatakan berhasil
tahapan tersebut peneliti melakukan atau modul baik dan layak digunakan se-
penyerdehanaan tahapan. Tahapan bagai bahan ajar sejarah jika: (1) hasil
penelitian tersebut peneliti sederhanakan validasi ahli materi dan media mencapai
dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga kriteria minimal baik, dan (2) tanggapan
dan biaya yang dimiliki oleh peneliti. siswa atas hasil produk modul mencapai
Tahap penelitian dan pengembangan yang kriteria minimal setuju.
dilaksanakan yaitu mencari potensi dan
masalah, pengumpulan data atau infor- HASIL DAN PEMBAHASAN
masi, mendesain produk, validasi desain Hasil Pengembangan Bahan Ajar
dan perbaikan desain. Kemudian setelah Bahan ajar yang dikembangkan peneliti
semua tahapan dilaksanakan, peneliti berbentuk modul tentang peninggalan se-
meminta tanggapan siswa kelas X ter- jarah Hindu-Buddha di Kabupaten Sema-
hadap produk modul. rang pada materi Sejarah Indonesia
Penelitian ini dilakukan di SMA (Wajib) kelas X IPS SMA/ MA Kurikulum
Negeri 2 Ungaran dan SMA Kanisius 2013. Materi di turunkan dari Kompetensi
Bhakti Awam Ambarawa. Sumber dan Dasar (KD) yang berjudul Menganalisis
metode pengumpulan data (1) observasi berbagai Teori tentang proses masuk dan
awal dengan menentukan fokus observasi Berkembangnya Agama dan Kebudayaan
yaitu proses kegiatan belajar mengajar Hindu-Buddha di Indonesia dan
mata pelajaran sejarah, keadaan fisik Menganalisis Karakteristik Kehidupan
sekolah, sarana dan prasarana mengajar Masyarakat, Pemerintahan dan Ke-
dan bahan ajar yang digunakan guru da- budayaan pada masa Kerajaan-kerajaan
lam mengajar. (2) Wawancara analisis Hindu-Buddha di Indonesia dan menun-
kebutuhan guru sejarah akan bahan ajar, jukan contoh bukti-bukti yang masih

26
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 22-32

berlaku pada Kehidupan Masyarakat In- dan dua samudera, serta berada didekat
donesia masa kini. selat malaka memiliki keuntungan yaitu
Modul peninggalan sejarah Hindu- sering dikunjungi bangsa-bangsa asing
Buddha di Kabupaten Semarang dibagi seperti India, Cina, Arab dan Persi. Kesem-
menjadi tiga bab yang didalamnya ter- patan melakukan hubungan perdagangan
dapat dua kegiatan belajar. Bab I merupa- internasional terbuka lebar. Pergaulan
kan pendahuluan (deskripsi singkat, peta dengan bangsa-bangsa lain semakin luas;
modul, peta konsep, petunjuk penggunaan pengaruh asing masuk ke Indonesia sep-
modul, manfaat modul dan tujuan pem- erti Hindu-Buddha. Keterlibatan bangsa
belajaran). Bab II merupakan kegiatan Indonesia dalam kegiatan perdagangan
belajar I mengulas tentang perkembangan dan pelayaran internasional menyebabkan
dan pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia timbulnya akulturasi budaya. India meru-
yaitu proses masuknya agama dan ke- pakan Negara pertama yang memberikan
budayaan Hindu-Buddha di Indonesia, pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam
dilihat dari berbagai macam teori sampai bentuk Agama dan Kebudayaan Hindu.
bentuk-bentuk akulturasi kebudayaan Pada saat itu terdapat dua jalur per-
Hindu-Buddha yang masuk di Indonesia. niagaan internasional yang dilakukan oleh
Bab III merupakan kegiatan belajar II para pedagang, yaitu Jalur perniagaan me-
mengulas tentang peninggalan-peningga- lalui darat atau lebih dikenal dengan “jalur
lan Hindu-Buddha yang terdapat di Kabu- sutra” (silkroad) yang dimulai dari dara-
paten Semarang, bab ini bertujuan untuk tan Tiongkok (Cina) melalui Asia Tengah,
menambah wawasan dan pengetahuan Turkistan hingga ke Laut Tengah. Jalur
pembaca (peserta didik) tentang pening- perniagaan melalui laut yang dimulai dari
galan Hindu-Buddha di Kabupaten Sema- Cina melalui Laut Cina kemudian Selat
rang serta untuk menunjukan arti pent- Malaka, Calicut (India), lalu ke Teluk Per-
ingnya peninggalan sejarah Hindu-Bud- sia melalui Syam (Syuria) sampai ke Laut
dha di lingkungan mereka. Tengah atau melalui Laut Merah sampai
Kegiatan belajar I berjudul Perkem- ke Mesir lalu menuju Laut Tengah.
bangan dan Pengaruh Hindu-Buddha di Agama Buddha pertama kali masuk
Indonesia. Membahas mengenai proses ke Nusantara sekitar pada abad ke 2
masuknya agama dan kebudayaan Hindu- Masehi. Hal tersebut dapat dibuktikan
Buddha di Indonesia, dilihat dari berbagai dengan penemuan patung Buddha dari
macam teori sampai bentuk-bentuk akul- perunggu di Jember dan Sulawesi Selatan.
turasi kebudayaan Hindu-Buddha yang Informasi agama Buddha di Nusantara be-
masuk di Indonesia. rasal dari laporan seorang pengelana Cina
Pada permulaan tarikh masehi, sejak bernama Fa Hsien pada awal abad ke 5
abad ke-2 M di Benua Asia terdapat dua Masehi. Dalam laporan tersebut, Fa Hsien
negeri besar yang tingkat peradabannya menceritakan bahwa selama bermukim di
dianggap sudah tinggi yaitu India dan Jawa, ia mencatat adanya komunitas Bud-
Cina. Kedua negara ini menjalin hubungan dha yang tidak begitu besar di antara
ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus penduduk pribumi.
lalu lintas perdagangan dan pelayaran ber- Kerajaan Buddha pertama kali yang
langsung melalui darat dan laut. Salah satu berkembang di Nusantara adalah Kerajaan
jalur lalu lintas laut yang dilewati India- Sriwijaya yang berdiri pada abad ke-7 sam-
Cina adalah selat Malaka. Indonesia yang pai ke tahun 1377. Kerajaan Sriwijaya
terletak di jalur posisi silang dua benua pernah menjadi salah satu pusat

27
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 22-32

pengembangan agama Buddha di Asia Masuknya kebudayaan India ke In-


Tenggara. Hal ini terlihat pada catatan donesia telah membawa pengaruh ter-
seorang sarjana dari China bernama I- hadap perkembangan kebudayaan di In-
Tsing yang melakukan perjalanan ke India donesia. Kebudayaan yang datang dari In-
dan Nusantara serta mencatat perkem- dia mengalami proses penyesuaian dengan
bangan agama Buddha disana. Di Indone- kebudayaan yang ada di Indonesia yang
sia aliran keagamaan Buddha yang disebut dengan proses akulturasi ke-
berkembang adalah Buddha Hinayana dan budayaan. Kontak antara kebudayaan In-
Mahayana. donesia dengan kebudayaan Hindu-Bud-
Proses penyebaran agama Buddha dha yang berasal dari India telah
sendiri dilakukan oleh para Dharmaduta menghasilkan kekayaan seni Indonesia
yang bertugas untuk menyebarkan yang beraneka ragam. Beberapa unsur ke-
Dharma ajaran Buddha ke seluruh dunia. budayaan yang berkembang pada jaman
Penyebaran agama Buddha di Indonesia kerajaan Hindu-Buddha antara lain, seni
sendiri juga dilakukan oleh bangsa Indo- bangunan, seni ukir, seni sastra, pertun-
nesia yang belajar di India dan menjadi jukan dan seni patung. Hasil kebudayaan
Bhiksu setelah itu menyebarkan ajarannya pengaruh Hindu-Buddha yang paling
di Nusantara. Untuk di Jawa agama Bud- menonjol dan menjadi ciri khas budaya
dha datang pada Abad ke 5 dilakukan oleh periode tersebut adalah bangunan Candi
pangeran Khasmir (bernama Gun- yang indah dan megah sebagai hasil karya
adharma). Pada abad ke 9 penyebaran arsitektural yang monumental. Candi
Agama Buddha dilakukan pendeta- merupakan istilah yang digunakan untuk
pendeta dari wilayah India yang berbeda menyebut semua bangunan peninggalan
yaitu Gaudidwipa (benggala) dan Guja- di Indonesia yang dipengaruhi oleh arsi-
radesa (Gujarat). Setelah keruntuhan ke- tektur Hindu-Buddha.
rajaan Majapahit yang merupakan kera- Kegiatan belajar II dari buku terse-
jaan Hindu-Buddha terakhir di Indonesia but diberi judul Peninggalan Sejarah
dan juga setelah berkembangnya kera- Hindu-Buddha di Kabupaten Semarang.
jaan-kerajaan Islam di Indonesia, jumlah Membahas mengenai peninggalan-pen-
pemeluk agama Buddha semakin berku- inggalan sejarah Hindu-Buddha yang ter-
rang karena tergantikan oleh agama Islam dapat di Kabupaten Semarang. Bab ini
baru yang dibawa masuk ke Nusantara bertujuan untuk menambah wawasan dan
oleh pedagang-pedagang yang bermukim pengetahuan pembaca (peserta didik) ten-
di daerah pesisir. tang peninggalan Hindu-Buddha di Kabu-
Untuk memahami bagaimana proses paten Semarang serta untuk menunjukan
masuk dan berkembangnya agama dan ke- arti pentingnya peninggalan sejarah
budayaan Hindu-Buddha di Indonesia, Hindu-Buddha di lingkungan mereka.
lebih lanjut pada bab ini akan mengkaji be- Peninggalan-peninggalan tersebut yaitu
berapa pendapat yang dikemukakan oleh Candi Ngempon, Candi Dukuh, Candi
para ahli seperi teori sudra, teori waisya, Klero, Situs Candi Asu Bandungan, Arca
teori brahmana, teori ksatria dan teori Ganesha Mbah Dul Jalal, Candi Gedong
arus balik. Lebih lanjut lagi pada kegiatan Songo dan Yoni Kerep Ambarawa. Modul
belajar 1 ini juga akan membahas tentang tersebut selain adanya materi juga
bentuk-bentuk kebudayaan Hindu Bud- dilengkapi dengan kata pengantar, daftar
dha yang masuk ke Indonesia. isi, rangkuman, latihan dan tugas, glosar-
ium, kunci jawaban, sumber pusataka dan

28
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 22-32

sumber gambar. Selain itu pada setiap 1 menyarankan agar menghilangkan dan
pembahasan materi peninggalan didalam menambahkan beberapa materi dalam
modul terdapat QR code yang dapat modul agar lebih sesuai dengan kompe-
digunakan sebagai penunjuk arah dimana tensi dasar yang digunakan, catatan lain
lokasi peninggalan tersebut berada. yaitu menyempurnakan dan me-
nyesuaikan soal latihan dengan kompe-
Kelayakan Modul tensi dasar, penambahan rangkuman,
Penilaian validasi Modul dari ahli materi penambahan QR code, tata letak info-
dan ahli media dalam penelitian ini terdiri grafik, menyempurnakan kunci jawaban
dari dua tahap, hal ini dilakukan agar ba- dan menghilangkan gambar yang kurang
han ajar modul peninggalan sejarah sesuai. Selain itu, validator 1 juga
Hindu-Buddha di Kabupaten Semarang menyarankan untuk petunjuk penggunaan
yang dikembangkan peneliti dapat mem- modul dibuat dua kegiatan belajar saja.
perlihatkan hasil yang lebih baik sehingga Kemudian catatan dari validator 2 ahli ma-
nantinya modul tersebut dapat diketahui teri yaitu seperti dari segi ejaan masih
kelayakannya sebagai bahan ajar. Ahli ma- perlu adanya perbaikan, penambahan be-
teri terdiri dari dua validator yaitu satu berapa materi hindu-buddha di modul dan
dosen jurusan sejarah di Universitas memperjelas gambaran salah satu tokoh
negeri Semarang serta satu guru sejarah di dalam materi selain itu glosarium perlu
SMA Kanisius Bhakti Awam, Ambarawa. ditambahkan dalam modul untuk mem-
Sedangkan ahli media juga terdiri dari dua permudah pembaca memahami istilah.
validator yaitu satu dosen jurusan sejarah Hasil validasi tahap I dari segi media
di Universitas Negeri Semarang sejarah menunjukan ditinjau dari aspek kelayakan
serta satu guru sejarah di SMA Negeri 2 kegrafikan dari validator 1 mendapatkan
Ungaran. Validasi I berfungsi sebagai ma- skor 67,7% dengan kriteria kelayakan baik
sukan terhadap produk modul untuk per- dan dari validator 2 mendapatkan skor
baikan selanjutnya. Sedangkan Validasi II 69,3% dengan kriteria kelayakan baik Se-
berfungsi sebagai legitimasi bahwa produk hingga dari keseluruhan skor didapatkan
sudah benar-benar baik karena sudah ada hasil rata-rata skor 68,5% yang menun-
revisi atas saran dari validasi I. jukan kriteria penilaian kelayakan baik.
Hasil validasi tahap I dari segi materi Penilaian validasi ahli media tahap I
menunjukan ditinjau dari aspek kelayakan tersebut masih mendapatkan beberapa
isi mendapatkan rata-rata skor 76,75% catatan dari para ahli seperti dari validator
dengan kriteria kelayakan baik. Ditinjau 1 yang menyarankan untuk memperbaiki
dari aspek kelayakan penyajian mendapat- gambar cover yang lebih jelas, catatan lain
kan rata-rata skor 68,25% dengan kriteria yaitu perbaikan tata letak layout, dan men-
kelayakan baik. Serta ditinjau dari aspek gurangi jenis font yang terlalu banyak
penilaian bahasa mendapatkan rata-rata dibagian sampul awal modul. Sedangkan
skor 75% dengan kriteria kelayakan baik. dari validator 2 menyarankan untuk mem-
Sehingga dari keseluruhan aspek didapat- perbaiki konsistensi tata letak tulisan dan
kan hasil rata-rata skor 73,3% yang gambar, memperbanyak warna vintage,
menunjukan kriteria penilaian kelayakan penyesuaian ukuran modul, perbaikan
baik. cover, pengaturan dan penyesuaian uku-
Penilaian validasi tahap I ahli materi ran gambar, dan mengurangi halaman-
tersebut masih mendapatkan beberapa halaman kosong.
catatan dari para ahli seperti dari validator

29
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 22-32

Setelah dilaksanakanya validasi mendapatkan rata-rata skor 89,5% dengan


tahap I, peneliti melakukan perbaikan ter- kriteria kelayakan sangat baik.
hadap produk modul yang peneliti kem- Penilaian validasi ahli media tahap
bangkan. Kemudian peneliti melakukan II tersebut masih memiliki sedikit catatan
validasi tahap II guna mendapatkan legiti- dari para ahli seperti dari validator 1 yang
masi bahwa revisi pada validasi tahap I te- menyarankan penyesuaian gambar yang
lah selesai. Hasil validasi tahap II dari segi terbelah pada salah satu halaman,
materi ditinjau dari aspek kelayakan isi kemudian dari validator 2 yang
mengalami perbaikan dan peningkatan menyarankan perbaikan pada center point
dari validasi tahap I dengan mendapatkan judul dan juga pemadatan materi sesuai
rata-rata skor 85,1% dengan kriteria ke- kompetensi dasar. Namun, menurut
layakan sangat baik. Ditinjau dari aspek kedua validator ahli media tersebut modul
kelayakan penyajian mengalami perbaikan sudah layak digunakan dilapangan tanpa
dari validasi I dengan mendapatkan rata- revisi. Hasil dari validasi modul tahap II
rata skor 80,7% dengan kriteria kelayakan dari segi media dan materi menunjukan
baik. Serta dari aspek penilaian bahasa ada perbaikan nilai dibandingkan dengan
juga mengalami perbaikan dari validasi I validasi tahap I setelah peneliti melakukan
dengan mendapatkan rata-rata skor 82,1% perbaikan berdasarkan catatan dan ma-
dengan kriteria kelayakan sangat baik. Se- sukan dari para ahli media dan ahli materi.
hingga dari keseluruhan aspek didapatkan Setelah produk modul selesai di validasi
hasil rata-rata skor 82,63% yang menun- oleh ahli materi dan ahli media dan dinya-
jukan kriteria penilaian kelayakan sangat takan layak digunakan dilapangan.
baik. Validasi tahap II tersebut masih Peneliti mencoba melakukan uji coba
memiliki beberapa catatan dari para ahli terbatas untuk memperoleh tanggapan
seperti validator 1 yang menyarankan sedi- atau respon siswa terhadap kelayakan dan
kit perbaikan pada pembenahan materi penggunaan bahan ajar modul peningga-
dan penataan halaman akan tetapi bahan lan sejarah Hindu-Buddha di Kabupaten
ajar modul dinilai sudah layak digunakan Semarang dalam proses pembelajaran se-
dilapangan sebagai bahan ajar. Sedangkan jarah.
catatan dari validator 2 menyarankan un-
tuk menambahkan sedikit materi lagi Tanggapan Siswa Terhadap Modul
mengenai definisi candi, akan tetapi Tanggapan siswa atas hasil produk modul
menurutnya modul sudah layak dilakukan untuk mengetahui apakah
digunakan dilapangan tanpa ada revisi. modul peninggalan sejarah Hindu-Bud-
Sedangkan hasil validasi tahap II dha di Kabupaten Semarang sudah sesuai
dari segi media menunjukan ditinjau dari dengan keinginan siswa. Pada penelitian
aspek kelayakan kegrafikan dari validator yang dilakukan oleh peneliti memperoleh
1 mengalami perbaikan dibandingkan val- skor sebagai berikut: Respon siswa
idasi I dimana mendapatkan skor 85,5% dengan jumlah responden 31 orang yang
dengan kriteria kelayakan sangat baik. terdiri dari siswa kelas X IPS 4 SMA Negeri
Kemudian dari validator 2 juga mengalami 2 Ungaran tahun pelajaran 2018/2019
perbaikan dan peningkatan dibandingkan memperoleh skor rata-rata sebesar
validasi tahap I dengan mendapatkan skor 82,54% dengan kriteria sangat setuju. Re-
93,5% dengan kriteria kelayakan sangat spon siswa dengan jumlah responden 13
baik sehingga dari keseluruhan skor orang yang terdiri dari siswa kelas X IPS
SMA Kanisius Bhakti Awam tahun

30
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 22-32

pelajaran 2018/2019 memeperoleh skor dan dinyatakan sangat baik dan layak
rata-rata sebesar 85,71% dengan kriteria digunakan sebagai bahan ajar di lapangan.
sangat setuju. Sehingga dari keseluruhan Modul peninggalan sejarah Hindu-
hasil respon total 44 orang siswa dari dua Buddha di Kabupaten Semarang merupa-
SMA di Kabupaten Semarang mendapat- kan bahan ajar yang dibuat sebagai bahan
kan rata-rata skor 84,12% dengan kriteria ajar pelengkap atau alternatif untuk
sangat setuju. menunjang proses pembelajaran sejarah.
Berdasarkan hasil dari tanggapan Modul peninggalan sejarah Hindu-Bud-
siswa juga ditemui kelebihan dan keku- dha di Kabupaten Semarang di desain
rangan bahan ajar modul yang dikem- dengan kaidah dan prosedur yang telah
bangkan peneliti. Kelebihannya dari segi ditetapkan dan melalui tahap-tahap yang
penyajian materi pada bahan ajar modul telah ditentukan, sehingga kevalidannya
peninggalan sejarah Hindu-Buddha di Ka- sudah teruji. Dengan demikian bahan ajar
bupaten Semarang didesain serta modul peninggalan sejarah Hindu-Bud-
dilengkapi dengan gambar-gambar yang dha di Kabupaten Semarang dapat
menarik sehingga meningkatkan minat dikatakan sangat baik dan layak untuk
membaca siswa serta terdapatnya materi digunakan dalam proses pembelajaran se-
yang bersifat lokal mengenai peninggalan jarah terutama di kelas X.
Hindu-Buddha di Kabupaten Semarang, Saran yang dapat disampaikan
dimana materi ini tidak ditemukan di peneliti, yaitu, guru sejarah hendaknya
buku-buku pembelajaran yang digunakan mulai mengembangkan bahan ajar baik
di sekolah. Kekurangannya dari segi pen- modul atau yang lainya dengan me-
yampaian materi dalam modul masih sedi- maksimalkan potensi yang ada pada
kit sulit dipahami dan dikuasai siswa se- suatau daerah ditingkat lokal. Bahan ajar
hingga dalam penyampaiannya masih modul peninggalan sejarah Hindu-Bud-
membutuhkan bimbingan guru. dha di Kabupaten Semarang diharapkan
dapat digunakan sebagai media oleh guru
SIMPULAN dan siswa untuk memperkenalkan dan
Dengan melihat hasil penelitian yang menyampaikan arti pentingnya menjaga
didapat, peneliti dapat menarik kes- peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-
impulan bahwa: pengembangan bahan Buddha yang terdapat di Kabupaten Se-
ajar modul sejarah peninggalan Hindu- marang. Modul ini dapat digunakan oleh
Buddha di Kabupaten Semarang materi guru untuk mempermudah dalam
pokok perkembangan dan pengaruh melaksanakan pembelajaran sejarah.
Hindu-Buddha di Indonesia sudah sesuai Modul ini diharapkan dapat memfasilitasi
dengan panduan penulisan bahan ajar siswa dengan tambahan sumber belajar
yang baik dan benar serta sudah memen- sejarah. Modul sejarah ini dapat
uhi keinginan siswa SMA Negeri 2 Un- digunakan untuk memperoleh pengala-
garan dan SMA Kanisius Bhakti Awam man belajar baru dalam pembelajaran se-
berdasarkan angket respon siswa. Dari jarah serta dapat membantu siswa belajar
hasil tersebut juga memperlihatkan bahan secara mandiri. Modul ini dapat dijadikan
ajar yang dikembangkan peneliti sudah sebagai masukan dalam menentukan ke-
melalui beberapa tahap dalam penelitian bijakan dalam memilih inovasi pembelaja-
dan pengembangan (research and devel- ran untuk membuat bahan ajar yang
opment) serta melalui penilaian validasi sesuai dengan potensi yang ada di daerah
lingkungan sekitar sekolah. Dengan

31
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 22-32

digunakannya modul ini dalam pembela- Nafi’ah, U. dan Indah W.P.U. (2017).
jaran sejarah disekolah, diharapkan pem- Development Of Sigil Based E-Book As
belajaran akan lebih menarik dan berdam- Media For Technology And Information
pak pada meningkatnya pemahaman For History Learning Course. Paramita:
Historical Studies Journal Vol.27 No.1.
siswa.
Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif
DAFTAR PUSTAKA Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Ahmad, T.A. (2014). Kendala Guru dalam Yogyakarta: DIVA Press.
Internalisasi Nilai Karakter Pada
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan
Pembelajaran Sejarah. Jurnal Ilmiah
Pengembangan (Research and
Kependidikan Khasanah Pendidikan
Development). Bandung: Alfabeta.
Vol.7 No.1.
Suharso, R. (2017). Pembelajaran Sejarah
Amin, S. (2011). Pewarisan Nilai Sejarah Lokal
Lokal Pada Kelas Sejarah (Model
Melalui Pembelajaran Sejarah Jalur
Pengembangan Bahan Ajar Sejarah
Formal dan Informal Pada Siswa SMA di
Lokal Kota Kudus dalam Rangka
Kudus Kulon. Paramita: Historical
Meningkatkan Minat Siswa pada
Studies Journal Vol.21 No.1.
Sejarah). Jurnal Sejarah dan Budaya
Atno. (2010). Meningkatkan Hasil Belajar Vol.11, No.1.
Sejarah Siswa Melalui Pendekatan
Supriya. (2012). Pendidikan IPS dan
Pembelajaran Kontekstual dengan
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Media VCD Pembelajaran. Paramita:
Rosdakarya.
Historical Studies Journal Vol.20 No.1.
Utomo, C.U. (2015). Model Pengembangan
Dinas Pendidikan. 2001. Pendataan Museum
perangkat Pembelajaran Sejarah
Kepurbakalaan dan Benda Cagar
Berorientasi Metakognitif Jenjang SMA.
Budaya di Kabupaten Semarang.
Paramita: Historical Studies Journal
Semarang: Dinas Pendidikan
Vol. 25 No. 1.
Kabupaten Semarang.
Wasino. (2007). Dari Riset hingga Tulisan.
Felicia, M. (2015). Pengembangan Bahan Ajar
Semarang: UNNES Press.
Sejarah Yang Inovatif. Skripsi.
Yogyakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.

Kurniawan, H. (2017). The Role Of Chinese In


Coming Of Islam To Indonesia:
Teaching Materials Development Based
On Multiculturalism. Paramita:
Historical Studies Journal Vol.27 No.2.

Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar


Berbasis Kompetensi. Padang:
Akademia Permata.

Miles, B. Mathew dan Michael H. (1992).


Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru. Jakarta:
UIP.

32

Anda mungkin juga menyukai