Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Dokumentasi Keperawatan

Disusun oleh:

Kelompok 11

 Ika Nur Samsiah


 Johan Rikianto
 Vinka Mutia Santika

AKADEMI KEPERAWATAN BHAKTI HUSADA CIKARANG

Jl.RE.Martadinata (By Pass) Cikarang-Bekasi

Telp.(021)8902577 Fax :(021)8900570

Tahun ajaran 2018/2019


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt. Yang maha pengasih lagi maha penyayang, serta
segala puji syukur atas kehadiran nya yang telah melimpahkan rahmat,hidayah dan inayahnya,
sehingga dapat menyelesaikan makalah pemeriksaan diagnostik.

Penulisan makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu banyak terima
kasih pantas terpanjatkan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, disadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
sususan kalimat maupun kata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka menerima saran
dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata semoga makalah tentang pemeriksaan diagnostik dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca..

Cikarang , Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .........................................................................................................


B. Tujuan penulisan .....................................................................................................
C. Sistematika penulisan ..............................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi ...................................................................................................................
B. Macam macam pemeriksaan diagnostik .................................................................
C. Persiapan pemeriksaan diagnostik ..........................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHALUAN

A. Latar belakang
Pemeriksaan diagnostik merupakan penilaian klinis tentang respon
individu terhadap suatu masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan sangat
penting dalam membantu diagnosa. Memantau perjalanan penyakit serta
menentukan prognosa. Pemeriksaan sistem respirasi merupakan satu dari sistem-
sistem yang ada pada tubuh manusia. Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan
data objektif yang dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
Pemeriksaan juga dilakukan dengan prosedur diagnostic, dengan adanya
pemeriksaan prosedur diagnostik dapat membantu dalam pengkajian klien.
Penting untuk mengklarifikasi kapan pemeriksaan diagnostik diperlukan sehingga
tindakan yang dilakukan pada pasien akan lebih terarah dan tidak merugikan
karena harus mengeluarkan biaya untuk hal yang sebenarnya dapat dihindari
(Effendi & Niluh, 2002).
Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu
terhadap suatu masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan sangat penting dalam
membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa
(Effendi & Niluh, 2002).
Prosedur diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi gangguan pada
sistem pernafasan dibagi menjadi 2 metode, yaitu: metode morfologis,
(diantaranya adalah teknik radiologi, endoskopi, pemeriksaan biopsy, dan
sputum) dan metode fisiologis (misalnya pengukuran gas darah dan uji fungsi
ventilasi).

A. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat memahami tentang pemeriksaan
diagnostik

2. Tujuan khusus
a. Definisi
b. Macam macam pemeriksaan diagnostik
c. Persiapan pemeriksaan diagnostik

B. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan ilmiah ini terdiri dari 3 BAB. BAB I : Pendahuluan terdiri
dari latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. BAB II: definisi, macam-
macam pemeriksaan diagnostik, Persiapan pemeriksaan diagnostik BAB III : Penutup
terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pemeriksaan diagnostik

1. Pengertian
Diagnostik keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat mampu dan mempunyai
kewenangan standar praktik keperawatan dan kode etik keperawatan yang berlaku di
Indonesia(Gordon,1976 dalam nursalam,2004;59)

2. Persiapan pemeriksaan diagnostik


Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa,
memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa, karena itu perlu diketahui
faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.(Ambarwati, 2010)
Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium
yaitu:
a. Pra instrumentasi
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi:
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
Pengisian formulir dilakukan secara lengkap, hal ini penting untuk
tertukarnya hasil ataupun dapat membantu interpretasi hasil terutama pada
pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.
2. Persiapan penderita
a) Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan
mengakibatkan peningkatan volume plasma
b) Obat
Penggunanan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi
misalnya: asam folat, vit B12, dll
c) Waktu pengambilan
Bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari terutama pada
pasien rawat inap.
d) Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri dapat mengurangi volume plasma
10%

b. Interpretasi data
a) Menentukan aspek positif klien
b) Menentukan masalah klien
c) Menentukan masalah klien yang pernah dialami
d) Menentukan keputusan
e) Masalah yang akan muncul
f) Masalah kolaborasi

c. Validasi data
Perawat memvalidasi data yang telah diperoleh agar akurat dan dilakukan
bersama klien, keluarga, dan masyarakat. Validasi dilakukan dengan
mengerjakan pertanyaan dan pernyataan yang reflektif kepada klien / keluarga
tentang kejelasan interpretasi data.

3. Macam macam pemeriksaan diagnostik


a. Pemeriksaan sinar-x
Pemeriksaan sinar-x penting untuk mengevaluasi kelaian musculoskeletal. Sinar-x
menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang.
Sinar-x multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang
diperiksa. Sinar-x korteks tulang dapat menunjukan adanya pelebaran, penyempitan,
dan tanda iregurutas. sinar-x sendi dapat menunjukan adanya cairan,iregularitas,
penyempitan, dan perubahan struktur sendi. Pemeriksaan sinar-x tulang tidak
memerlukan persiapan khusus bagi pasien, tetapi perawat perlu menjelaskan tujuan
dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien.
Persiapan dan pelaksanaan
1. Lakukan informend consent
2. Tidak ada pembatasan makanan / cairan
3. Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (Posterior Anterior) dapat
dilakukan dengan posisi berdiri dan PA lateral dapat juga dilakukan.
4. Anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada waktu pengambilan
foto sinar-x.
5. Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk mengevaluasi
ukuran dan bentuk jantung.
6. Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan gunakan baju kain, pasien tidur
terlentang dengan tangan menjauh dari tubuh serta testis harus dilindungi
7. Pada tengkorak, penjepit rambut, kacamata, dan gigi palsu harus dilepaskan
sebelum pelaksanaan foto
8. Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur maka anjurkan puasa dan immobilisasi
pada daerah fraktur

b. Mielografi
Pemeriksaan mielografi dilakukan dengan penyuntikan zat kontras ke dalam rongga
subaraknoid spinal lumbal. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya:
1. Herniasi diskus
2. Stenosis spinal(penyempitan kanalis spinal)
3. Adanya tumor
Persiapan pasien pada pemeriksaan:
1. Mulai malam sampai pagi sebelum pemeriksaan, perawat meningkatkan
kebutuhan cairan secara oral atau intravena untuk mempertahankan hidrasi. Jika
setelah pemeriksaan pasien muntah, dibutuhkan cairan kurang lebih 3000 cc
untuk mencegah dehidrasi.
2. Fenotiazin dan obat-obat depresan atau stimulant tidak boleh diberikan 48 jam
sebelum pemeriksaan dilakukan.
3. Kaji adanya riwayat alergi terhadap iodin atau makanan laut karena dapat
menimbulkan anafilaksis. Riwayat gangguan hepar atau ginjal juga perlu dikaji
karena metabolisme dan eksresi zat kontras bergantung pada fungsi ginjal dan
hati.
4. Jelaskan prosedur selama dan setelah pemeriksaan.
Perawatan setelah pemeriksaan, meliputi:
1. Posisi tidur pasien lurus telentang 8-24 jam
2. Monitor status neurologis selama 24 jam(tiap 4 jam).

c. Computed tomography(CT scan)


Prosedur ini menunjukan rincian bidang tertentu dari tulang yang sakit dan dapat
memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligamen atau tendon. Pemeriksaan
ini digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah
yang sulit dievakuasi, misalnya asetabulum. Pemeriksaan dilakukan dengan atau
tanpa zat kontras dan berlangsung sekitar 1 jam. Pasien perlu diberi penjelasan bahwa
akan terdengar suara mesin CT scan, dan bunyi ini tidak berbahaya sehingga pasien
tidak merasa takut saat pemeriksaan dilakukan.

d. Pap smear (papanicolqou smear)


Papsmear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya
kanker serviks atau pra kanker, mengkaji efek pemberian hormon seks serta mengkaji
respon terhadap kemoterapi dan radiasi.

e. Mamografi
Pemeriksaan dengan bantuan sinar-x yang dilakukan pada bagian payudara untuk
mendeteksi adanya kista atau tumor dan menilai payudara secara periodik.
Persiapan dan pelaksanaan
1. Lakukan informed consent
2. Tidak ada pembatasan makanan / cairan
3. Baju di lepas sampai pinggang dan perhiasaan pada leher
4. Gunakan pakaian kertas / gaun bagian depan terbuka
5. Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu persatu diatas meja kaset
sinar x
6. Lalu lakukan pemeriksaan

f. Endoskopi
Prosedur medis yang dilakukan untuk melihat organ tertentu, menggunakan alat
khusus yang dimasukan ke dalam tubuh. Prosedur ini memungkinkan dokter untuk
mendeteksi gangguan atau masalah di dalam tubuh, sehingga dapat mengobatinya
dengan tepat.

g. Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah suatu pemeriksaan kolon (usus besar) mulai dari anus, rectum,
sigmoid, kolon desendens, kolon transversum, kolon asendens, sampai dengan sekum
dan ileum terminale.

h. Biopsi
Spesimen pada biopsi tulang diambil secara mikroskopik. Ada dua teknik, yaitu
tertutup dan menggunakan jarum dan terbuka dengan insisi. Biopsy dilakukan untuk
menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, sinovium untuk membantu
menentukan penyakit tertentu. Persiapan pasien meliputi pemberian penjelasan
tentang prosedur yang digunakan.
Perawatan setelah pemeriksaan:
1. Observasi perdarahan dan edema. Jika terjadi perdarahan dan edema, beri
kompres es.
2. Pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri atau tidak nyaman
3. Observasi tanda-tanda vital tiap 4-24 jam
4. Ganti balutan tiap hari, sekaligus observasi tanda-tanda infeksi

i. Elektroensefalografi (EEG)
EEG adalah sebuah alat tes medic yang digunakan untuk mengukur aktivitas listrik
dari otak dengan cara menempelkan elektroda di kulit kepala. Alat ini dapat
mendeteksi adanya epilepsi atau kelainan otak lainnya berdasarkan fenomena yang
terjadi pada gelombang sinyal pada otak.

j. Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram adalah pemeriksaan jantung untuk mendeteksi kelainan dengan
mengukur aktivitas listrik yang dihasilkan oleh jantung sebagaimana jantung
berkontraksi. Pemeriksaan jantung EKG dapat membantu mendiagnosis berbagai
kondisi penyakit jantung seperti aritmia jantung, pembesaran jantung, peradangan
jantung (perikarditis atau miokarditis) dan penyakit jantung koroner.

k. Elektromiografi (EMG)
Pemeriksaan ini memberi informasi mengenai potensi listrik otot dan sarafnya.
Tujuan prosedur ini adalah menentukan setiap abnormalitas fungsi unit. Pasien perlu
dijelaskan bahwa prosedur ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman karena jarum
electrode masuk ke otot.
Perawatan setelah pemeriksaan:
1. Beri kompres hangat, dapat membantu mengatasi rasa nyeri.
2. Jika terjadi hematoma pada bekas tusukan jarum, beri kompres dingin

l. Ultrasonografi (USG)
Prosedur USG dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada jaringan lunak(adanya
massa, dll). Pemeriksaan USG menggunakan sistem gelombang suara yang
menghasilkan gambaran jaringan yang diperiksa. Kulit diatas jaringan yang akan
diperiksa diolesi gel untuk memudahkan gerakan alat. USG tidak memerlukan
persiapan khusus dan perawatan khusus setelah pemeriksaan.
Persiapan dan pelaksanan:
1. Lakukan informed consent
2. Anjurkan pasien untuk berpuasa makan dan minum 8-12 jam sebelum
pemeriksaan USG aorta abdomen, kantung empedu, hepar, limpa, dan pankreas
3. Oleskan jelly konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG
4. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan ke belakang diatas
permukaan kulit
5. Lakukan antara 10-30 menit
6. Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan gelisah
7. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah masuknya
udara
8. Pada pemeriksaan obstruktif ( Trisemester pertama & kedua) pelvis dan ginjal
pasien ketiga, pemeriksaan dilakukan pada saat kandung kemih kosong
9. Bila pemeriksaan pada jantung anjurkan untuk bernafas secara perlahan-lahan
10. Bila pemeriksaan pada otak, lepaskan semua perhiasaan dari leher dan jepit
rambut dari kepala

m. Artroskopi
Artroskopi merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan
langsung ke dalam sendi. Prosedur ini dilakukan di kamar operasi dalam kondisi steril
dan perlu injeksi anestesi lokal atau anestesi umum. Jarum dengan lubang besar
dimasukan dan sendi diregangkan dengan memasukan cairan salin. Artroskop
kemudian dimasukan. Struktur sendi, sinovium, dan permukaan sendi dapat dilihat
melalui artroskop. Setelah prosedur dilakukan, luka ditutup dengan balutan steril.
Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk menghindari terjadinya pembengkakan.
Jika perlu, kompres dengan es untuk mengurangi edema dan rasa tidak nyaman.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi, hematrosis, tromboflebitis, bengkak
sendi, dan penyembuhan luka yang lama.

n. Magnetic resonance imaging(MRI)


MRI adalah teknik pencitraan khusus yang non-invasif, menggunakan medan magnet,
gelombang radio, dan computer untuk melihat abnormalitas berupa tumor atau
penyempitan jalur jaringan lunak, seperti otot, tendon, dan tulang rawan. Oleh karena
yang digunakan electromagnet, pasien yang mengenakan implan logam, brace atau
pacemaker tidak dapat menjalani pemeriksaan ini. Perhiasan harus dilepas. Pasien
yang menderita klaustrofobia biasanya tidak mampu menghadapi ruangan tertutup
pada peralatan MRI tanpa penerangan.

o. Angiografi
Angiografi pemeriksaan struktur vaskular. Arteriografi adalah pemeriksaan sistem
arteri. Suatu bahan kontras radioopaque diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan
alirannya diftoto dengan sinar-x. prosedur ini sangat bermanfaat untuk mengkaji
perfusi arteri dan untuk tingkat amputasi yang dilakukan. Setelah dilakukan prosedur
ini, pasien dibiarkan berbaring selama 12-24 jam untuk mencegah perdarahan pada
tempat penusukan arteri. Perawat memantau tanda vital, tempat penusukan (adanya
pembengkakan, perdarahan, dan hematoma), dan ekstremitas bagian distal untuk
menilai apakah sirkulasinya adekuat.

p. Artrografi
Penyuntikan bahan radioopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat
struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakan dalam kisaran pergerakanya
sambil diambil gambar sinar-x serial. Artrogram sangat berguna untuk
mengidentifikasi adanya robekan akut atau kronis kapsul sendi atau ligamen
penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul, dan pergelangan tangan. Jika terdapat robekan,
bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar dari sendi dan akan terlihat melalui
sinar-x. setelah dilakukan artrogram, sendi diimobilisasi selama 12-24 jam dan diberi
balutan tekan elastis.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu terhadap
suatu masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan sangat penting dalam membantu
diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa (Effendi & Niluh,
2002). Prosedur diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi gangguan pada sistem
pernafasan dibagi menjadi 2 metode, yaitu: metode morfologis, (diantaranya adalah
teknik radiologi, endoskopi, pemeriksaan biopsy, dan sputum) dan metode fisiologis
(misalnya pengukuran gas darah dan uji fungsi ventilasi).

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca khususnya perawat dapat
menerapkan pengkajian diagnostik ini dalam asuhan keperawatan dan dapat mencari
referensi lain untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pengkajian diagnostik.
DAFTAR PUSTAKA

Priyatno, Agus dan Lestari, S., 2009., Endoskopi Gastrointestinal., Jakarta: Penerbit Salemba
Medika

Suratun, dkk., 2006., Klien gangguan sistem Muskuloskeletal: Seri asuhan keperawatan., Jakarta:
EGC

Astuti, Tri., 2015., Buku pedoman umum pelajaran Biologi., Vicosta Publishing

Nursalam, 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Pratik. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai