Anda di halaman 1dari 46

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LUKA BAKAR

Dosen Pembimbing :

Hepta Nur Anugrahini., S.Kep.,Ns., M.Kep

Disusun oleh :

Rizcha Noviyanti

P27820117051

III REGULER B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN SOETOMO
2019/2020
2

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah Keperawatan Medikal Bedah 2 dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Luka Bakar”

Adapun Makalah ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dengan


mencari sumber di beberapa media, bimbingan bapak/ibu dosen dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas
ini. Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.

Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya
sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 23 Juli 2019

Penyusun
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
Latar Belakang ......................................................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan ..................................................................................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2


2.1 Definisi Luka Bakar ......................................................................................................................... 2
2.2 Etiologi ............................................................................................................................................... 2
2.3 Patofisiologi ....................................................................................................................................... 3
2.4 Klasifikasi Luka Bakar..................................................................................................................... 4
2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................................................................. 7
2.6 Resusitasi Cairan............................................................................................................................... 8
2.7 Maintenance ....................................................................................................................................13
2.8 Kebutuhan Nutrisi ...........................................................................................................................18
2.9 Rehabilitasi ......................................................................................................................................21
2.10 Penatalaksanaan Medis ................................................................................................................25

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR ...............................................................28


3.1 Pengkajian ........................................................................................................................................28
3.2 Diagnosa ..........................................................................................................................................35
3.3 Intervensi..........................................................................................................................................36
3.4 Implementasi ...................................................................................................................................40
3.5 Evaluasi ............................................................................................................................................40

BAB 4 PENUTUP................................................................................................................................41
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................................................41
4.2 Saran .................................................................................................................................................41
4

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN
5

1.1 Latar Belakang

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel
tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler. Luka bakar
dibedakan menjadi: derajat pertama, kedua superfisial, kedua dalam, dan derajat
ketiga. Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis yang disertai eritema
dan nyeri. Luka bakar derajat kedua superfisial meluas ke epidermis dan sebagian
lapisan dermis yang disertai lepuh dan sangat nyeri. Luka bakar derajat kedua
dalam meluas ke seluruh dermis. Luka bakar derajat ketiga meluas ke epidermis,
dermis, dan jaringan subkutis, seringkali kapiler dan vena hangus dan darah ke
jaringan tersebut berkurang. Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara
lain mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berproliferasi dan menutup permukaan luka.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi luka bakar?

2. Bagaimana patofisiologi, etiologi luka bakar?

3. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan pada Luka Bakar?

1. 3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi luka bakar

2. Untuk mengetahui patofisiologi, etiologi luka bakar

3. Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan Luka Bakar

BAB 2
6

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), luka bakar adalah kerusakan secara
langsung maupun yang tidak langsung pada jaringan kulit yang tidak
menutup kemungkinan sampai organ dalam, yang disebabkan kontak
langsung dengan sumber panas yaitu api, air atau uap panas, bahan kimia,
radiasi, arus listrik dan suhu sangat dingin.
Sedangkan menurut Moenajat (2001), luka bakar adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak dengan sumber panas seperti
api, air panas, listrik, dan radiasi. Sedangkan pendapat lainnya, luka bakar
adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air
panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu
rendah (frost Bite).
2.2 Etiologi
a. Suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar karena panas (suhu tinggi) merupakan luka bakar yang
disebabkan karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau
objek- objek panas lainnya seperti gas dan bahan padat.
b. Bahan kimia (Chermical Burn)
Luka bakar kimia disebabkan oleh adanya kontak jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat (zat kimia). Konsentrasi zat kimia, lamanya
kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya cidera
karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena
kontak dengan zat- zat pembersih yang sering dipergunakan untuk
keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam
bidang industri, pertanian dan militer. lebih dari 25.000 produk zat kimia
diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.

c. Sengatan listrik (Electrical Burn)


Luka bakar yang disebabkan oleh karena adanya kontak antara
tubuh manusia dengan manusia dengan energi listrik. Berat ringannya luka
7

dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang


elektrik itu sampai mengenai tubuh.
d. Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh karena tubuh manusia terpapar
dengan sumber radioaktif. Tipe cidera ini seringkali berhubungan dengan
penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk
keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Contoh lain adalah
terpaparnya tubuh manusia yang terlalu lama oleh sinar matahari juga
merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

2.3 Patofisiologi
a. Fase akut
Fase akut pada luka bakar disebut juga sebagai fase awal atau fase
syok. Dalam fase akut ini penderita akan mengalami ancaman gangguan
airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas) dan ciculation
(sirkulasi). Gangguan jalan napas tidak hanya terjadi segera atau beberapa
saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cidera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cidera
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita luka bakar pada fase
akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cidera karena panas yang berdampak sistemik.
b. Fase subakut
Fase subakut berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang
yang terjadi adalah adanya kerusakan atau kehilangan jaringan akibat
kontak dengan sumber panas. Luka terjadi akan menyebabkan :
1. Proses inflamasi dan infeksi
2. Permasalahan pada penutupan luka dengan fokus perhatian
pada luka yang terbuka, jaringan epitel dan atau pada struktur
organ fungsional

c. Fase lanjut
8

Fase lanjut akan berlangsung sampai terjadinya jaringan parut


akibat luka dan pemulihan fungsi organ- organ fungsional. Permasalahan
yang muncul pada fase ini adalah adanya penyulit berupa parut yang
hipertropika keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

2.4 Klasifikasi Luka Bakar

Kedalaman Luka Bakar

Respon lokal terhadap luka bakar tergantung pada dalamnya kerusakan


kulit.Adapun klasifikasinya sebagai berikut :

1. Luka bakar derajat satu

Epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis turut


cedera.Luka tersebut bias terasa nyeri, tampak merah dan kering seperti
luka bakar matahari atau mengalami lepuh/bullae.

2. Luka bakar derajat dua

Meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada
bagian dermis yang lebih dalam. Luka bakar tersebut terasa nyeri, tampak
merah dan mengalami eksudai cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar
diikuti oleh pengisihan kembali kapiler; folikel rambut masih utuh.

3. Luka bakar derajat tiga

Meliputi destruksi total epidermis serta dermis dan pada sebagian kasus,
jaringan yang berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat bervariasi
mulai dari warna putih hingga merah, cokelat atau hitam.Daerah yang
terbakar tidak terasa nyeri karena serabu-serabut sarafnya hancur.Luka
9

bakar tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar
keringat turut hancur.

Karakteristik luka bakar :

1. Luka bakar superfisial


- Kedalaman :terbatas di epidermis, terdapateritema, tetapi tidak segera
timbul lepuh.
- Sensasi :nyeri.
- Waktu penyembuhan :penyembuhan terjadi secara spontan dalam 3-4
hari.
- Bekas luka :tidak menimbulkan jaringan parut. Biasanya tidak timbul
komplikasi.
2. Luka bakar partial-thickness

- Kedalaman :meluas ke epidermis dan kedalam lapisan dermis, lapisan


dermis, serta menimbulkan bula dalam beberapa menit.
- Sensasi : sangat nyeri
- Waktu penyembuhan : 7-20 hari
- Bekas luka :luka bakar ini biasanya sembuh tanpa meninggalkan
jaringan perut. Komplikasi jarang terjadi, walaupun mungkin timbul
infeksi sekunder pada luka.

3. Luka bakar partial-thickness dalam


- Kedalaman :meluas keseluruh drmis. Namun, daera disekitarnya
biasanya mengalami luka bakar derajat kedua superfisial yang nyeri.
- Sensasi : nyeri dengan tekanan persial
10

- Waktu penyembuhan :penyembuhan beberapa minggu. Memerlukan


tindakan debridement untuk membuang jaringan yang mati. Biasanya
diperlukan tandur kulit.
- Bekas luka :folikel rambut mungkin utuh dan akan tumbuh kembali.
Pada luka bakar ini selalu terjadi pembentukan jaringan perut.
4. Luka bakar full-thickness

- Kedalaman : maluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis.


Kapiler untuk vena mungkin hangus dan aliran darah ke daerah
tersebut berkurang,
- Waktu penyembuhan :luka bakar jenis ini mungkin memerlukan waktu
berbulan-bulan untuk sembuh dan diperlukan pemberian secara bedah
dan penanduran.
- Bekas luka :luka bakar derajat ketiga membentuk jaringan parut dan
jaringan tampak seperti kulit keras. Resiko tingggi untuk terjadi
kontraktur

Keparahan Luka Bakar

a). Luka bakar minor


Cedera ketebalan persial dengan LPTT lebih kecil dari 15% pada orang
dewasa atau LPTT 10% pada anak-anak cedera ketebalan penuh LPTT
kuran 2% yang tidak disertai komplikasi.

b). Luka bakar sedang tak terkomplikasi

Ketebalan persial dengan LPTT dari 15% sampai 25% pada orang
dewasa atau LPTT dari 10 % sampai 20% pada ana-anak atau cedera
ketebalan penuh dengan LPTT kurang dari 10 % tanpa disertai komplikasi.
11

c). Cedera luka bakar mayor

Cedera ketebalan persial dengan LPTT lebih dari 25% pada orang
dewasa atau lebih dari 20 % pada anak-anak. Cedera ketebalann penuh
dengan LPTT 10% atau lebih besar.

Luas luka bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal


dengan nama rule of fineatau rule of Wallace yaitu:

a. Kepaladanleher : 9%
b. Lenganmasing-masing 9 % : 18%
c. Badandepan 18 %, badanbelakang 18 % : 36%
d. Tungkaimasing-masing 18% : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%

Total : 100%

2.5 Manifestasi Klinis Luka Bakar

Berat ringannya luka bakar tergantung pada jumlah jaringan yang terkena
dan kedalaman luka bakar.

a. Luka Bakar Drajat 1


Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar
menjadi merah, nyeri, sangat sensitive terhadap sentuhan dan lembab atau
membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih dan belum
terbentuk bula.
b. Luka Bakar Derajat 2
Meyebabkan kerusakan lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya
tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika
disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.
c. Luka Bakar Derajat 3
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa
berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar.
12

Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan
luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh
dan rambut/bulu di tempat tersebut mudaah dicabut dari akarnya. Juka
disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah
mengalami kerusakan. Jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar,
maka cairan akan merembes ke pembuluh darah dan menyebabkan
pembengkakan. Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar
cairan karena perembesan terebut bisa menyebabkan terjadinya syok.
Tekanan daerah sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke otak dan
organ lainnya sangat sedikit.

2.6 Resusitasi Cairan

Pada penderita luka bakar sedang dan berat terjadi kehilangan cairan tubuh
yang sangat banyak dapat mencapai 2-3 kali jumlah cairan yang beredar didalam
pembuluh darah. Hal ini terjadi sebagai akibat dari kerusakan dinding pembuluh
darah, yang menimbulkan kondisi seakan-akan pembuluh darah bocor dan tidak
dapat menahan air dan bahan yang ada didalam pembuluh darah seperti protein
keluar dari dalam rongga pembuluh darah, baik tertimbun diantara sel jaringan
lain atau menguap. Kondisi ini terjadi pada jam-jam awal terjadinya luka bakar.
Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan tindakan pemberian cairan dalam bentuk
cairan elektrolit. Pada hari-hari berikutnya terapi cairan merupakan kombinasi
terapi cairan elektrolit dan pemberian nutrisi parenteral (melalui infus) dengan
pemberian protein, asam amino essensial dan lemak.

Resusitasi cairan atau penggantian cairan yang hilang, dilakukan pada klien
dewasa dengan luka bakar lebih dari 15%, Pemberian cairan intravena dapat
diberikan melalui kulit yang tidak terbakar pada bagian proksimal dari ekstremitas
yang terbakar. Sedangkan untuk klien yang mengalami luka bakar yang cukup
luas atau pada klien dimana tempat-tempat untuk pemberian intravena perifer,
maka dengan pemasangan kanul (cannulation) pada vena sentral (seperti
subklavia, jugular internal atau eksternal, atau femora mungkin diperlukan. Luas
13

atau persentasi luka bakar harus ditentukan dan kemudian dilanjutkan dengan
resusitasi cairan.

Periode resusitasi dimulai dengan tindakan resusitasi cairan dan diakhiri bila
integritas kapiler kembali mendekati keadaan normal dan perpindahan cairan yang
banyak mengalami penurunan. Resusitasi cairan dimulai untuk meminimalkan
efek yang merusak dari perpindahan cairan. Resusitasi cairan bertujuan untuk
mempertahankan perfusi organ vital serta menghindari komplikasi terapi yang
tidak adekuat atau berlebihan.

Banyaknya atau jumlah cairan yang pasti didasarkan pada berat badan
klien dan luasnya cedera luka bakar. Faktor lain yang menjadi pertimbangan
adalah adanya cedera inhalasi, keterlambatan resusitasi awal, atau kerusakan
jaringan yang lebih dalam. Faktor-faktor ini cenderung meningkatkan jumlah atau
banyaknya cairan intravena yang dibutuhkan untuk resusitasi adekuat di atas
jumlah yang telah dihitung. Dengan pengecualian pada formula Evan dan Brooke,
cairan yang mengandung koloid tidak diberikan selama periode ini karena
perubahan-perubahan pada permeabilitas kapiler yang, menyebabkan kebocoran
cairan yang banyak mengandung protein kedalam, ruang interstisial, sehingga
meningkatkan pembentukan edema. Selama, 24 jam kedua setelah luka bakar,
larutan yang mengandung koloid dapat diberikan, dengan dekstrose 5% dan air
dalam jumlah yang bervariasi

Sangat penting untuk diingat bahwa semua formula resusitasi vang ada,
hanyalah sebagai alat bantu dan harus disesuaikan dengan respon fisiologis klien.
Keberhasilan atau keadekuatan resusitasi cairan pada orang dewasa ditandai
dengan stabilnya tanda-tanda vital, adekuatnya output urine, dan nadi perifer.
Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi urin setiap jam.
Output urine merupakan indikator yang reliabel untuk menentukan keadekuatan
dari resusitasi cairan.
14

Hal-hal penting sehubungan dengan resusitasi pada luka bakar:

1. Resusitasi cairan pada luka bakar bertujuan untuk mencukupi kebutuhan cairan
tubuh, mempertahankan fungsi organ dan mencegah komplikasi karena resusitasi
yang berlebihan.

2. Resusitasi pada luka bakar adalah seni keseimbangan, disatu sisi mengisi defisit
air intravascular dan disisi yang lain adalah mencegah potensi kelebihan air, yang
biasanya dijumpai suatu oedem pulmonal peningkatan tekanan vena sentral dan
sindroma kompartemen, walau terjadi di area yang tidak terkena luka bakar

3. Ditemukan perbedaan yang signifikan antara volume air resusitasi yang


diberikan kepada kelompok pasien, diantaranya adalah usia muda cenderung
diberikan jauh lebih banyak setiap persen luka bakarnya.

Formula untuk penggantian cairan secara umum dilakukan penggabtian


kehilangan kristaloid (RL : mendekati komposisi cairan ekstravaskuler,
molekulnya besar dapat mengembangkan volume plasma yang bersirkulasi) dan
koloid. Setelah 24 jam pertama penggantian kehilangan air evaporative dengan
dekstrosa / air (5DW) 5% untuk pertahankan natrium 140 mEq / L

Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland :

24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar

o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %

o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama

½ jumlah cairan □4000 ml diberikan dalam 8 jam

½ jumlah cairan sisanya □ 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.

Cara lain adalah cara Evans :

l. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam

Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam
15

(no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti
plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga
mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar)

2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat


penguapan)

Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah
cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari
kedua.

Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus
Baxter yaitu :

% x BB x 4 cc

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan
RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari
pertama. Contoh

: seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan kulit


akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan 2000
cc pada hari kedua.

Perhitungan Resusitasi
Fase Darurat/Resusitasi Perawatan Luka Bakar

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, patofisiologi dan penatalaksanaan luka


bakar dapat dibagi menjadi tiga fase. Meskipun terdapat prioritas bagi setiap
fase, namun harus diingat bahwa semua fase ini saling overlap sehingga
penilaian dan penatalaksannan masalah serta komplikasi yang spesifik tidak
terbatas pada masing-masing fase tetapi harus dilaksanakan di seluruh proses
perawatan luka bakar.
16

Perawatan di Tempat Kejadian

Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang korban


luka bakar adalah mencegah agar orang yang menyelamatkan korban tidak
turut mengalami luka bakar. Jika diperlukan, bantuan pemadam kebakaran
dan pelayanan medis darurat harus diminta pada kesempatan pertama.
Berikut ini merupakan prosedur emerjensi tambahan :

 Mematikan api. Kalau pakaian turut terbakar, api dapat dimatikan jika
korban menjatuhkan dan menggulingkan tubuhnya di lantai atau tanah (
“drop and roll” ) segala sesuatu yang ada untuk mengurangi nyala api,
seperti selimut, permadani atau jas,dapat digunakan. Berdiri diam memaksa
korban untuk menghirup nyala api serta asap, dan berlari akan memperbesar
nyala api tersebut. Jika sumber luka bakarnya adalah arus listrik, sumber
listrik harus dipadamkan.
 Mendinginkan luka bakar. Sesudah api dipadamkan, daerah yang terbakar
dan pakaian yang menempel pada daerah tersebut dibasahi dengan air yang
sejuk untuk mendinginkan dan menghambat proses perjalanan luka bakar.
Setelah proses ini dihambat, kompres dingin merupakan pertolongan pertama
yang paling tepat. Meredam luka bakar dengan sering dalam air yang sejuk
atau menggunakan kompres handuk yang dingin akan mengurangi rasa sakit
dengan segera dan membatasi edema serta kerusakan jaringan setempat.
Namun demikian, kita tidak boleh sekali-kali mengompres luka bakar selama
lebih dari beberapa menit dengan air es, karena tindakan ini dapat
memperparah kerusakan jaringan dan menimbulkan hipotermia pada pasien
dengan luka bakar yang luas.
 Melepas benda penghalang. Meskipun pakaian yang menempel pada luka
bakar dapat dibiarkan di tempatnya, pakaian lain dan semua barang perhiasan
harus segera dilepas untuk melakukan penilaian serta mencegah terjadinya
konstriksi sekunder akibat edema yang timbul dengan cepat.
 Menutup luka bakar. Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk
memperkecil kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi rasa nyeri
dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai permukaan kulit yang
17

terbakar. Kasa yang steril merupakan pilihan terbaik kendati sertiap kain
yang bersih dan kering dapat digunakan sebagai balutan darurat. Salep dan
balsam tidak boleh dipakai. Kecuali kasa pembalut yang steril, obat atau
bahan lain tidak boleh digunakan pada luka bakar.
 Mengirigasi luka bakar kimia. Luka bakar kimia akibat kontak dengan
bahan korosif harus segera dibilas dengan air mengalir. Kebanyakan
laboratorium kimia memiliki shower yang berkekuatan tinggi untuk keadaan
darurat tersebut, jika luka bakar semacam ini terjadi di rumah, pakaian harus
segera dilepas dan semua bagian tubuh yang terkena bahan kimia dicuci di
bawah pancuran atau sumber air yang mengalir lainnya. Jika bahan kimia
tersebut masuk ke dalam mata atau mengenai daerah di dekat mata, maka
bagian ini harus segera dicuci dengan air bersih yang sejuk. Prognosis pasien
luka bakar kimia akan diperbaiki secara bermakna dengan tindakan mencuci
luka tersebut secara cepat dan kontinyu di tempat kejadian.

2.7 Maintenance

Penanganan Luka Bakar

Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada bagian
emergensi akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan,
sirkulasi ) dan trauma lain yang mungkin terjadi; resusitasi cairan
(penggantian cairan yang hilang); pemasangan kateter urine; pemasangan
nasogastric tube (NGT); pemeriksaan vital signs dan laboratorium;
management nyeri; propilaksis tetanus; pengumpulan data; dan perawatan
luka.
Berikut adalah penjelasan dari tiap-tiap penanganan tersebut, yakni sebagai
berikut :
a) Evaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain yang
mungkin terjadi.
b) Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang)
18

Bagi klien dewasa dengan luka bakar lebih dari 15 %, Pemberian intravena
perifer dapat diberikan melaui kulit yang tidak terbakar pada bagian
proximal dari ekstremitas yang terbakar.Sedangkan untuk klien yang
mengalami luka bakar yang cukup luas atau pada klien dimana tempat –
tempat untuk pemberian intravena perifer terbatas, maka dengan
pemasangan kanul (cannulation) pada vena central (seperti subclavian,
jugular internal atau eksternal, atau femoral) oleh dokter.
c) Pemasangan kateter urine

Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap


jam.Output urine merupakan indikator yang reliable untuk menentukan
keadekuatan dari resusitasi cairan.
d) Pemasangan nasogastric tube (NGT)
Pemasangan NGT bagi klien LB 20 % -25 % atau lebih perlu dilakukan
untuk mencegah emesis dan mengurangi resiko terjadinya aspirasi.
e) Pemeriksaan vital signs dan laboratorium
Vital signs merupakan informasi yang penting sebagai data tambahan.
dasar akan meliputi pemeriksaan gula darah, BUN (blood ures nitrogen),
creatini, elektrolit serum, dan kadar hematokrit. Kadar gas darah arteri
(analisa gas darah), COHb juga harus diperiksa, khususnya jika terdapat injuri
inhalasi.

Management nyeri
Untuk menangani masalah nyeri dapat dicapai melalui pemberian obat
narcotik intravena, seperti morphine.
Perawatan luka
Luka yang mengenai sekeliling ekstremitas dan torak dapat mengganggu
sirkulasi dan respirasi, oleh karena itu harus mendapat perhatian.Komplikasi
ini lebih mudah terjadi selama resusitasi, bila cairan berpindah ke dalam
jaringan interstitial berada pada puncaknya. Perawatan luka dibagian
emergensi terdiri dari penutupan luka dengan sprei kering, bersih dan baju
hangat untuk memelihara panas tubuh. Klien dengan luka bakar yang
mengenai kepala dan wajah diletakan pada posisi kepala elevasi dan semua
19

ekstremitas yang terbakar dengan menggunakan bantal sampai diatas


permukaan jantung. Tindakan ini dapat membantu menurunkan pembentukan
edema dependent.

2.7.1 Perhitungan Maintenance


Penanganan Medis Darurat
Pasien diangkut ke klinik gawat-darurat yang terdekat. Rumah sakit dan
dokter disiagakan dengan menginformasikan bahwa pasien sedang dalam
perjalanan ke rumah sakit sehingga semua tindakan penyelamatan jiwa pasien
dapat segera dimulai oleh tim yang sudah terlatih.

Prioritas pertama dalam ruang darurat tetap ABC (air-way, breathing


dan circulation). Untuk cedera paru yang ringan, udara pernapasan
dilembabkan dan pasien didorong supaya batuk sehingga secret saluran napas
bisa dikeluarkan dengan pengisapan. Untuk situasi yang lebih parah
diperlukan pengeluaran secret dengan pengisapan bronkus dan pemberian
preparat bronkodilator serta mukolitik. Jika terjadi edema pada jalan napas,
intubasi endotrakeal mungkin merupakan indikasi. Continous positive airway
pressure dan ventilasi mekanis mungkin pula diperlukan untuk menghasilkan
oksigenasi yang adekuat.

Sesudah tercapai status respirasi dan sirkulasi yang adekuat, perhatian


harus diberikan kepada luka bakarnya sendiri. Semua pakaian dan perhiasan
yang dikenakan pasien dilepas. Pembilasan luka bakar kimia dengan air
diteruskan. Pasien diperiksa untuk menemukan lensa kontak, lensa kontak
harus dilepas dengan segera jika bahan kimia menegenai mata atau luka
bakar terjadi pada wajah. Uraian mengenai scenario luka bakar terjadi pada
wajah. Uraian mengenai scenario luka bakar yang disampaikan pasien harus
disahkan kembali oleh pasien, saksi di tempat kejadian serta paramedic di
samping dilakukan pemeriksaan untuk menilai cedera vertebra spinalis atau
cedera kepala bila pasien terlibat dalam peristiwa ledakan, terjatuh, meloncat
atau mengalami cedera listrik.
20

Perhatian yang cermat harus diberikan pada teknik aseptic. Petugas


yang menangani korban luka bakar harus mengenakan masker, tutup kepala
dan gaun/jas penutup pakaian, sarung tangan steril dikenakan ketika petugas
menangani luka bakar.dokter mengevaluasi keadaan umum pasien, mnilai
luka bakar, menentukan prioritas dan mengarahkan rencana penanganannya
menurut kondisi masing-masing pasien yang dapat dibagi menjadi
tatalaksana sistemik dan perawatan setempat bagian tubuh yang terbakar.

Pengkajian terhadap luas permukaan tubuh yang terbakar dan dalamnya


luka bakar diselesaikan. Pengkajian ini dilaksanakan sesudah eksudat dan
debris dibersihkan dengan hati-hati dari luka bakar. Pengkajian harus sering
diulang melalui perawatan luka bakar. Pembuatan foto-foto luka bakar
dilakukan pada saat pertama dan secara berkala di sepanjang penanganan
luka bakar. Dengan cara ini, kemajuan kesembuhan dapat ditentukan dengan
cepat, kemajuan kesembuhan dapat ditentukan dengan cepat. Dokumentasi
semacam itu sangat diperlukan bagi klaim asuransi yang steril atau bebas-
kuman (yang baru dipenatu) diletakkan di bawah serta di atas tubuh pasien
untuk melindungi daerah luka bakar dari kontaminasi dan untuk mengurangi
rasa nyeri akibat aliran udara.

Riwayat penyakit, alergi, medikasi serta pemakaian obat, alcohol dan


tembakau dinyatakan pada saat ini untuk penyusunan rencana perawatan
pasien yang tepat. Kateter infuse berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) harus
dipasang pada daerah yang tidak terbakar infuse belum terpasang. Pada
sebagian pasien mungkin harus dipasang kateter vena sentral agar pemberian
cairan infuse dalam jumlah yang besar dapat dilakukan dengan cepat
sementara tekanan vena sental bisa dimonitor. Jika luas luka bakar
melampaui 20 % atau bilamana pasien merasa mual, selang nasogastrik dapat
dipasang dan dihubungkan dengan alat pengisap untuk mencegah ileus
paralitik (berkurangnya peristalsis).

Kateter urin indwelling dipasang untuk memungkinkan pemantauan haluaran


urin dan faal ginjal yang lebih akurat. Nilai-nilai dasar untuk tinggi dan berat
badan, gas darah arteri, hematokrit, elektrolit, golongan darah serta hasil
21

pencocokan-silang (cross-matching), urinalisis, dan foto rotgen toraks harus


didapat. Jika pasien menderita luka bakar listrik, pemeriksaan
elektrokardiogram dasar harus dilakukan. Karena luka bakar merupakan luka
yang terkontaminasi, tindakan profilaksis tetanus perlu dilakukan jika status
imunisasi pasien tidak jelas.

Meskipun fokus utama perawatan selama fase darurat berupa stabilisasi


fisik, perawat harus memperhatikan pula kebutuhan psikologis pasien dan
keluarganya. Luka bakar merupakan suatu krisis yang menimbulkan berbagai
respons emosional. Kemampuan koping pasien dan keluarga dan dukungan
yang tersedia harus dinilai bersama-sama dengan pengkajian terhadap status
fisik dan penyelenggaraan perawatan. Lingkungan disekeliling luka bakar
perlu diperhatikan ketika melaksanakan perawatan. Dukungan psikososisal
yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien harus di berikan
kepada pasien dan keluarganya. Karena pasien luka bakar yang bersifat
darurat biasanya mengalami ansietas dan rasa sakit, maka petugas yang
merawatnya harus menenteramkan perasaan tersebut serta memberikan
dukungan, menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan, dan melakukan
terapi untuk mengurangi rasa sakit. Karena perfusi jaringan yang buruk akan
menyertai luka bakar, pemberian obat pereda nyeri (biasanya morfin) hanya
dilakukan secara intravena. Jika pasien ingin menemui penasihat spiritualnya
(ulama, pendeta dll), kita harus memberitahukannya.

Pemindahan Ke Unit Luka Bakar


Dalam dan luasnya luka bakar perlu dipertimbangkan dalam
menentukan apakah pasien harus dipindahkan ke unit atau rumah sakit
khusus luka bakar. Jika pasien akan dipindahkan ke unit luka atau rumah
sakit khusus luka bakar, tindakan berikut ini harus dilakukan sebelum
pemindahan pasien, selang infuse harus terpasang dengan kecepatan tetesan
yang diperlukan untuk menghasilkan haluaran urin sedikitnya 30 ml per jam.
Saluran napas yang paten (lapang) dipastikan, terapi yang adekuat untuk
meredakan nyeri dilakukan, dan sirkulasi perifer yang memadai dihasilkan
pada setiap ekstremitas yang terbatas. Luka ditutup dengan balutan steril
22

yang kering, dan kenyamanan serta kehangatan tubuh pasien harus dijaga.
Penilaian serta penanganan pasien dicatat, dan informasi ini harus
disampaikan kepada petugas unit luka bakar.

2.8 Kebutuhan nutrisi

Terapi Nutrisi pada Luka Bakar

2.8.1 Nutrisi pada Luka Bakar

Perencanaan terapi nutrisi yang efektif pada luka bakar harus didasari pemahaman
tentang fisiologi dan gangguan metabolic pada saat trauma, karena sudah ada
bukti terjadinya perbaikan kesembuhan sangat signifikan pada kasus luka bakar
yang hebat sekalipun bila pasien dilakukan pengelolaan infeksi secara
berkesinambungan, dilakukan tindakan eksisi dan grafting lebih awal disertai
dukungan nutrisi yang agresif. Beberapa langkah spesifik dalam pemberian nutrisi
pada penderita luka bakar adalah sebagai berikut:

a. Menentukan status nutrisi pasien saat masuk dan risikonya.


b. Memantau secara ketat: adekuat atau tidaknya asupan nutrisi yang masuk.
c. Menentukan berapa jumlah energy dan kebutuhan proteinnya(termasuk
factor metabolic yang bisa merangsang pembentukan makronutrien, factor
klinis yang mempengaruhi asupan energy yang dibutuhkan perlu tidaknya
menggunakan calorimeter indirek dan menaksir berapa protein yang
dibutuhkan).

2.8.2 Kebutuhan Nutrisi Luka Bakar


1. Kebutuhan Energi(karbohidrat)
Setiap gram karbohidrat menghasilkan kurang lebih 4 kalori.
Dalam diet, karbohidrat tersedia dalam 2 bentuk yaitu:
a. Karbohidrat yang dapat dicerna, diabsorbsi dan digunakan
oleh tubuh.
b. Karbohidrat yang tidak dapat dicerna seperti serat. Glukosa
digunakan oleh sebagian besar sel tubuh termasuk susunan
saraf pusat, saraf tepi dan sel-sel darah.

Kelebihan glukosa pada pasien keadaan hipermetabolik


menyebabkan akumulasi glukosa dihati berupa glikogen dan
lemak. Meskipun turnover glukosa meningkat pada kondisi stress,
metabolism oksidatif tidak meningkat dalam proporsi yang sama.
Oleh karena itu kecepatan pemberian glukosa pada pasien dewasa
maksimal 5mg/kgbb/menit.
23

Pemberian nutrisi pada luka bakar bertujuan untuk menjamin kecukupan


energy, tapi juga menghindari masalah-masalah yang disebabkan overfeeding atau
refeeding syndrome seperti uremia, dehidrasi hipertonik, steatosis hati, gagal
nafas hiperkarbia, hiperglisemia, koma non-ketotik hiperosmolar dan
hiperlipidemia. Level yang baik untuk memulai pemberian nutrisi(energy) pada
pasien luka bakar adalah 25kkal/kgBBideal per hari, jika pemberian nutrisi
kelebihan dan kekurangan bisa menyebabkan kerugian pada pasien. REE(Resting
Energy Expenditure bervariasi dan dapat meningkat sampai 40% dan menurun
30% tergantung kondisi pasien, sedang BEE(Basal Energi Expenditure) pasien
luka bakar dapat berubah setiap saat, dengan puncaknya 2-6minggu tergantung
berat derajat ringan luka bakar dan komplikasi yang terjadi.

Mempertahankan intake nutrisi yang adekuat pada fase akut sangat


penting untuk meningkatkan penyembuhan luka dan pencegahan infeksi. BMR
(Basal Metabolik Rate) mungkin 40-100% lebih tinggi dari normalnya tergantung
pada luas luka bakar. Respon ini berakibat pada hipotalamus dan adrenal yang
menyebabkan peningkatan produksi panas. BMR dapat turun bila luka telah
ditutup. metabolism glukosa berubah setelah mengalami luka bakar,
mengakibatkan hiperglikemia. Formula yang digunakan untuk menghitung
kebutuhan energy dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu berat badan, jenis kelamin,
usia, luasnya luka bakar dan akifitas.

Formulasinya:

(25kcal x BB(kg) + (40kcalx%LB)= kcal/hari

Dukungan nutrisi yang agresif umunya diindikasikan untuk klien luka bakar
dengan 30% atau lebih, adapun metode pemberian nutrisi dapat meliputi diet
melalui oral, enteral, maupun parenteral atau kombinasi.

2. Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein pada pasien kritiskarna luka bakar bisa
mencapai 1,5 -2 gram protein/kgBB/hari, seperti pada keadaan
kehilangan protein dari fistula pencernaan, luka bakar, dan
inflamasi yang tidak terkontrol. Hasil penelitian Elwyn yang hanya
menggunakan dekstrosa 5% menunjukkan bahwa perbedaan
kecepatan kehilangan nitrogen berhubungan dengan tingkat
keparahan penyakit. Keseimbangan nitrogen negative lebih tinggi 8
kali pada asien dengan luka bakar, dan 3 kali lipat pada sepsis berat
apabila dibandingkan dengan individu normal. Keseimbangan
nitrogen dapat digunakan untuk menegakkan keefektifan terapi
24

nutrisi. Saat terjadi luka bakar hebat terjadi pemecahan asam amino
tubuh pada otot rangka sangat dominan, oleh karna tubuh sangat
memerlukan asam amino, yang bertujuan untuk:
a. Perbaikan jaringan,
b. Produksi protein pada fase akut
c. Imunitas seluler, dan
d. Glukoneogenesis

Keseimbangan nitrogen tubuh bisa diperbaiki, bila diberi asupan


protein 0,2 g/kgBB/hari sampai 1,25g/kgBB atau 2-3 kali
kebutuhan minimum orang sehat.

3. Kebutuhan Mikronutrien
Pasien luka bakar membutuhkan vitamin-vitamin A, E, K,
B1(tiamin), B3(tiasin), B6(piridoksin), vitamin C, asam pantotenat,
dan asam folat yang lebih banyak dibandingkan kebutuhan normal
sehari-harinya. Khusus tiamin, asam folat dan vitamin K mudah
terjadi defisiensi pada Total Parenteral Nutrition(TPN). Dialysis
ginjal bisa menyebabkan kehilangan vitamin-vitamin yang larut
dalam air. Selain defisiensi besi yang sering terjadi pada pasien
sakit kriis dapat juga terjadi defisiensi selenium, zinc, mangan, dan
copper.
4. Nutrisi Tambahan
Adalah beberapa komponen sebagai tambahan pada larutan nutrisi
untuk memodulasi respon metabolic dan system imun. Nutrisi-
nutrisi tambahan yang dimaksud adalah:
a. Glutamine
Memiliki gugus amin yang berfungsi sebagai tempat donor
nitrogen, untuk sintesa purin dan pirimidin. Glutamine juga
berperan sebagai sumber energy utama, tercepat saat
oksidasi, pembelahan sel, termasuk enterosit. Glutamine
juga berperan sebagai precursor glutation(anioksidan yang
kuat).
b. Arginin
Saat stress jaringan tubuh kita akan mengalami deplesi
arginin, begitu pula pasien dengan luka bakar, bahkan
arginin dikondisikan menjadi asam amino semi esensial
saat luka bakar. Eningkatan uptake ekstrahepatik
menyebabkan peningkatan akselerasi produksi urea pada
25

pasien luka bakar lebih tinggi dibandingkan kehilangan


secara eksaserbasi. Hal ini yang mendasari penggunaan
arginin pada luka bakar yaitu untuk mempercepat
penyembuhan luka meningkatkan imunitas seller dan
peningkatan imunitas melalui jalur nictric oxside.
c. Mikronutrien
Secara intuitif berkurangnya absorpsi saluran cerna,
meningkatnya pengeluaran urin, gangguang distribusi akan
mengacaukan konsentrasi pembentukan protein pada pasien
luka bakar yang berat yang berakibat defisiensi
mikronutrien dan hal ini sebaiknya disulementasi dari luar.
5. Pemilihan jalur nutrisi
Melalui jalur nutrisi secara enteral sangat direkomendasikan pada
pasien luka bakar dan pasien kritis lainnya. Pemberian secara
enteral mampu mencegah efek hipermetabolik dan merangsang
produksi IgA serta menjaga integritas mukosa intestinal. Bila jalur
enteral tidak memungkinkan, jalur parenteral bisa dipiih.
Penggunaan slang nasogastrik, perencanaan kalori harian yang baik
dan penggunaan secara konsisten makanan dari diet local terbukti
bisa menurunkan secara signifikan lama rawat inap dan banyaknya
tindakan medis lain yang harus dilakukan pada luka bakar dengan
Total Body Surface Area(TBSA) 20-39%, dan secara bermakna
juga menurunkan angka mortalitas.
Pada pemberian nutrisi enteral, pipa nasal lebih dianjurkan
daripada oral, kecuali pada keadaan fraktur basis crania dimana
bisa terjadi resiko penetrasi ke intracranial.

2.9 Rehabilitasi
A. Rehabilitasi fisik
Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari
perawatan luka bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar
adalah untuk peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi yang
maksimal. Tindakan- tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka,
pencegahan atau meminimalkan deformitas hipertropi skar, meningkatkan
kekuatan dan fungsi dan memberikan support emosional serta pendidikan
merupakan bagian dari proses rehabilitasi.
26

Kelangsungan hidup pasien merupakan satu-satunya alat ukur


keberhasilan dari penanganan pasien luka bakar. Akhir-akhir ini inti objektif
perawatan terhadap semua spek pasien luka bakar berintegrasi pada kehidupan
rumah tangga dan bermasyarakat pasien. Perhatian utama rehabilitasi pasien pada
luka bakar adalah evaluasi potensi perkembangan pasien dengan rehabilitasi yang
intensif. Tujuan dari rehabilitasi harus realistis dan fleksibel sebab status
neurologis dari pasien dan derajat kelainan biasanya berubah seiring waktu. Hal
terbaik di dapatkan jika pasien dan keluarga berpartisipasi dalam mencapai tujuan
rehabilitasi. Rehabilitasi medik bertujuan agar tercapainya sasaran fungsional
yang realistic dan untuk menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan
sasaran. Rehabilitasi psikososial dan vokasional dipertimbangkan bila penderita
tidak dapat mencapai keinginan fisik-psikologis untuk melakukan kegiatan seperti
biasanya. Inti objektif ini telah menjadi dasar penanganan luka bakar setelah
penutupan luka bakar akut. Rehabilitasi medic memiliki peranan yang penting
sekali untuk mendapatkan fungsi organ tubuh yang optimal.
Rehabilitasi fisik memiliki peranan yang sangat penting untuk mengembalikan
fungsi organ tubuh yang optimal. Banyak pasien menjadi waspada pada
penampilannya selama tahap rehabilitasi dan mungkin membutuhkan konsultasi
psikiatri atau pengobatan antidepresan. Setelah sembuh dari luka, masalah
berikutnya adalah akibat jaringan parut yang dapat berkembang menjadi cacat
berat. Oleh karena itu, perhatian harus diberikan pada ekstremitas agar tetap pada
posisi yang tepat dan memaksimalkan area pergerakan.

Program rehabilitasi pada pasien luka bakar bertujuan untuk :

1. mencegah kecacatan
2. meringankan derajat ketidakmampuan
3. memaksimalkan fungsi-fungsi yang ada
4.mencapai kapasitas fungsional yang optimal

Pelayanan rehabilitasi merupakan salah satu bentuk upaya untuk


membantu mengatasi permasalahan pasien luka bakar. Rehabilitasi merupakan
upaya rmemberikan kemampuan kembali melalui bantuan medik., sosial,
27

psikologik dan keterampilan yang diselenggarakan secara terpadu bagi pasien


luka bakar agar dapat mencapai kemampuan fungsionalnya seoptimal mungkin.
Program latihan, sebaiknya dimulai sejak terjadinya trauma bakar dan
dilanjutkan sampai semua luka menutup dan sampai melewati masa aktif
pembentukan skar. Fibroblast yang merupakan unsur terpenting dalam
pembentukan kontraktur, berperan pada luka bakar dalam 24 jam pertama dan
aktif sampai 2 tahun setelah terjadinya trauma luka bakar
Beberapa jenis latihan yang dapat diterapkan pada pasien luka bakar adalah
sebagai berikut. :
a. Stretching (peregangan)
Latihan peregangan dilakukan untuk mencegah kontraktur atau penarikan
anggota gerak. Latihan peregangan ini biasanya sangat efektif jika dilakukan
secara perlahan-lahan sampai skar memutih atau memucat. Jika luka bakar
mengenai lebih dari satu persendian, skar akan terlihat lebih memanjang apabila
latihan ini berjalan baik
b. Strengthening (penguatan)
Latihan penguatan dilakukan untuk mencegah kelemahan pada alat gerak akibat
immobilisasi yang lama. Latihan ini dilakukan dengan memberikan latihan gerak
aktif secara rutin kepada pasien untuk melatih otot-otot ekstremitas, misalnya
jalan biasa, jalan cepat, sit-up ringan dan mengangkat beban. Latihan ini
sebaiknya dilakukan segera mungkin pada masa penyembuhan luka bakar untuk
mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman pasien.
c. Endurance (ketahanan)
latihan ketahanan dilakukan untuk mencegah terjadinya atrofi dan penurunan daya
tahan pada otot akibat dari perawatan yang lama di RS.
d. Latihan gerak koordinasi
1) latihan kerja dalam sehari-hari
Latihan ini dilakukan dengan melatih kemampuan mandiri pasien luka
bakar seperti mandi, minum dan bangun tidur
2) latihan peningkatan keterampilan
28

Latihan peningkatan keterampilan dilakukan untuk mencegah terjadinya atrofi


pada otot-otot kecil pada tangan. Latihan ini dilakukan dengan melatih
kemampuan menulis, menggambar dan mengetik

B. Rehabilitasi pada pasien luka bakar fase kritis (akut dan sub akut)
Beberapa tindakan rehabilitasi akut pada pasien luka bakar yaitu :
a. Ranging (full ROM) pasif
Latihan ranging pasif pada pasien luka bakar yang kritis dapat mencegah
terjadinya kontraktur. Latihan dan posisi ini berupa penggerakan anggota gerak
secara penuh, dengan kata lain full of range motion. Latihan ini sebaiknya
dilakukan 2 kali dalam sehari. Latihan ranging dapat dilakukan bersamaan dengan
pada saat baju pasien diganti dan saat pembersihan luka untuk mengurangi
pemberian obat pada pasien
29

b. Pencegahan deformitas
latihan pencegahan deformitas dilakukan dengan teknik antideformity position.
Antideformity position apabila dilakukan dengan benar maka dapat
meminimalkan terjadinya pemendekan tendon dan kapsul sendi serta mengurangi
edema pada ekstremitas.
c. Rehabilitasi pada pasien luka bakar fase penyembuhan
Prinsip utama yang harus dijalani pada rehabilitasi fase penyembuhan pasien
dengan luka bakar adalah sebagai berikut :
a. melanjutkan latihan gerak pasif
b. meningkatkan latihan gerak aktif dan strengthening (penguatan)
c. melatih aktivitas harian (makan, minum, jalan, duduk, tidur dan mandi)
d. mulai melatih kegiatan bekerja, bermain, dan belajar

2.10 Penatalaksanaan medis


Penatalaksanaan Luka Bakar
a. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk
mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup
oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan
gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah,
segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya.
Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera
basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan
bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada
daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan
terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara
luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan
obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam
mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis.
30

b. Hospital
1. Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya
harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
A. Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah :
riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar,
dan sputum yang hitam.
B. Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma
lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan frakur costae.
C. Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolemik karena
kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2
cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxer dan Evans.
2. Perhitungan Resusitasi Cairan
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada
penderita luka bakar yaitu :
a) Cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
· Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
· Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
· 3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah
cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang
diberikan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan
diuresis.
b) Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah
kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
31

Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc


Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan
ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari
jumlah pemberian hari pertama.
c) Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
d) Monitor urine dan CVP.
e) Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan
nekrotik.
- Tulle
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f) Obat – obatan
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman
dan sesuai kultur.
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu

Kebutuhan Nutrisi Luka Bakar :


1. Karbohidrat <5-7 mg/kg/mnt
2. Protein 22-25% dengan mempertimbangkan cairan, kadar nitrogen, dan kreatinin
dalam darah atau 2,5-BB pada anak-anak
3. Lemak<40% kalori non protein atau 15% total kebutuhan energi
4. Mikroelemen (Zn, tembaga,Se)
5. Vitamin (C,B1,B6,B12,A,E)
6. Imunomodulator (leucine,glutamin,argini)
32

BAB 3
Asuhan Keperawatan Luka Bakar

3.1 Pengkajian

A. Identitas
Meliputi nama , alamat , jenis kelamin , umur ,status , agama ,suku ,
tingkat pendidikan , pekerjaan, tanggal MRS, dan informan apabila dalam
melakukan pengkajian kita perlu informasi selain dari klien.
Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan
tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki
penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C).
Data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap
luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi yang tepat dalam
pendekatan.

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio)
adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan karena iritasi terhadap
saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe,
time, quality (p,q,r,s,t). Sesak nafas yang timbul beberapa jam atau hari
setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran
pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila
edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
2. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyebab
lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien
selama menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian. Perawatan yang
dilakukan meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi
perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase
rehabilitatif (menjelang klien pulang).
33

3. Riwayat penyakit dahulu


Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien
mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau
penyalahgunaan obat dan alkohol.

4. Riwayat psikososial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body
image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami
gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar
juga membutuhkan perawatan yang lama , sehingga mengganggu klien
dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan
takut.

C. Pola – Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pengetahuan pasien terhadap luka bakar , penyebab luka bakar
sekarang , bagaimana kejadiannya , apa yang dilakukan , lamanya
kontak dan lokasinya
2. Pola Nutrisi Metabolik
Anoreksia, mual atau muntah , frekuensi pemberian makan dan
minum sehari-hari.
3. Pola Eliminasi
Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada;
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Penurunan kekuatan, kelemahan fisik , keterbatasan rentang gerak
pada area yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus.
34

5. Pola Tidur dan Istirahat


Gangguan pola tidur dan istirahat akibat adanya nyeri.
6. Pola Kognitif dan Sensorik
Penggunaan alat bantu , gangguan proses berfikir , nyeri hilang
timbul pada area luka.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Gangguan pengenalan terhadap rasa posisi ,sikap tubuh
,mengekspresikan keraguan terhadap penampilan peran.
8. Pola Peran dan Hubungan
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
9. Pola Reproduksi Seksual
Terjadi pengurangan karena kerja dan fungsi hormon berkurang ,
adanya bagian genital yang terbakar menyebabkan ketidakpuasan
dalam seks.
10. Pola Koping Stress
Perasaan tidak berdaya atau tidak ada harapan , menyangkal ,
ansietas ,ketakutan , mudah tersinggung , gelisah , kesedihan yang
mendalam ,dan perasaan tidak mampu.
11. Pola Nilai Dan Keyakinan
Meningkatkan dalam beribadah supaya diberi kesembuhan.

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas
sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran jika
luka bakar mencapai derajat cukup berat.
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah menurun , nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah
sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam
pertama.
35

3. Head To Toe
a. Kepala
Bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut
setelah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan
luas luka bakar.
b. Mata
Kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata
yang rontok terkena air panas, bahan kimia akibat luka bakar.
c. Hidung
Adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
d. Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering
karena intake cairan kurang.

e. Telinga
Bentuk telinga, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen.
f. Leher
Posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengatasi kekurangan cairan
g. Dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi
dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan
yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas
tambahan ronchi
h. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya
nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
i. Genetalia
36

Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi


merupakan tempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman
sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk
pemasangan kateter.
j. Ekstrimitas
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka
baru pada muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karena nyeri.
k. Integumen
Merupakan pemeriksaan pada daerah yang mengalami luka bakar
(luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran presentase luas uka
bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai
berikut :
Bagian Tubuh 1 Tahun 2 Tahun Dewasa
Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas 18% 18% 18%
(kanan dan kiri)
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah 27% 31% 30%
(kanan dan kiri)
Genetalia 1% 1% 1%

Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade).


Grade tersebut ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri
yang dirasanya dan lamanya kesembuhan luka.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada
luka bakar yaitu :
37

1. Laboratorium
a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan
adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan
lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht
(Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan
cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan
adanya infeksi atau inflamasi.
c. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya
kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2)
atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin
terlihat pada retensi karbon monoksida.
d. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal
sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal,
natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan,
hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat
terjadi bila mulai diuresis.
e. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
f. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
g. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan
respon stress.
h. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein
pada edema cairan.
i. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan
perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena
cedera jaringan.
j. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif
terhadap efek atau luasnya cedera.
38

2. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau


distritmia.
3. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan
luka bakar.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan
pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan serta
disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat
kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan
diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain
adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar
memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti
microbial bertujuan untuk mensterilkan luka akan tetapi akan
menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi,
dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan efektif dapat
mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering
kali masih menjadi penyebab kematian pasien.( Effendi. C, 1999).

3.2 Diagnosa Keperawatan


39

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi


trakeabronkhial, edema mukosa dan hilangnya kerja silia, luka bakar
daerah leher, kompresi jalan nafas thoraks dan dada.

2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan cairan melalui rute abnormal , status hypermetabolik.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


peningkatan katabolisme dan metabolisme ,kehilangan selera makan.

4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi


mucus dan saliva

5. Hipertermi berhubungan dengan cidera agen biologis (sepsis)


40

3.3Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
1. Bersihan jalan Tujuan : a. Kaji bunyi a. Untuk mengetahui
nafas tidak efektif Setelah dilakukan nafas tindakan
berhubungan tindakan ,frekuensi selanjutnya
dengan obstruksi keperawatan pernafasan ,
trakeabronkhial ; bersihan jalan irama dan
edema mukosa dan nafas klien kedalaman
hilangnya kerja kembali efektif b. Dugaan adanya
silia ; luka bakar b. Perhatikan hipoksemia atau
daerah leher ; Kriteria Hasil : adanya karbon monoksida
kompresi jalan a. Klien tidak pucat atau
nafas thoraks dan mengeluh warna buah
dada. sesak , tidak ceri merah
ada retraksi pada kulit
dada yang luka c. Untuk
b. Bunyi nafas meningkatkan
normal ekspansi paru
c. Menunjukkan c. Berikan sehingga
frekuensi posisi melancarkan
pernafasan semifowler pernafasan.
dengan rentang
normal ( 16- d. Untuk mencegah
20x/menit) hipoksemia atau
asidosis

d. Kolaborasi
dengan tim
medis dalam
pemberian
𝑂2
41

2. Risiko Tujuan : a. Berikan a. Untuk


tinggi Klien cairan mengganti
kekurangan mempertahanka kristaloid kehilangan
volume n status hidrasi atau cairan cairan yang
cairan cairan yang koloid per berhubungan
berhubunga adekuat selama protokol , dengan luka
n dengan periode akut pantau efek bakar.
kehilangan pasca terbakar dan
cairan pertahankan
melalui rute Kriteria Hasil : jalur
abnormal ; Resusitasi intravena.
status cairan yang
hypermetab adekuat b. Kaji status b. Untuk
olik. dipertahankan penggantian mengetahui
yang ditandai cairan keseimbangan
dengan perfusi cairan yang
jaringan yang sesuai
adekuat dan
mempertahanka c. Pantau berat c. Untuk
n haluaran badan setiap mengevaluasi
urine. hari status retensi
cairan atau
dieresis

d. Pantau hasil d. Untuk


pemeriksaan mengidentifikasi
laboratorium ketidakseimbang
an cairan dan
elektrolit
42

3.Perubahan Tujuan : a. Sediakan a. Untuk


nutrisi kurang Setelah makanan menghindari
dari kebutuhan dilakukan tinggi kalori pemecahan
tubuh asuhan dan protein protein dan
berhubungan keperawatan memenuhi
dengan selama 2x24 kebutuhan
peningkatan jam klien kalori yang
katabolisme dan mendapat meningkat
metabolisme nutrisi yang
,kehilangan optimum b. Sediakan b. Untuk
selera makan. makanan menstimukasi
Kriteria Hasil : yang selera makan
Klien disukai
mengkonsumsi klien
nutrisi dengan
jumlah yang c. Berikan c. Untuk
memadai dan makanan mendorong
mempertahanka dan nafsu makan
n berat badan lingkungan
sebelum yang
mengalami luka menarik
bakar
d. Berikan d. Untuk
pemberian memenuhi
makanan kebutuhan
enteral yang telah
tambahan diperhitungkan
sesuai
program
e. Untuk
43

e. Timbang memantau
berat badan status nutrisi
per minggu

f. Untuk
f. Catat mengevaluasi
dengan kecukupan
akurat asupan
asupan dan makanan
haluaran.
g. Untuk
menghindari
g. Pantau toleransi
diare atau makanan
konstipasi
dan lakukan
terapi
segera

4.Bersihan jalan Tujuan: setelah a.a. Untuk


nafas tidak dilakukan a. Auskultasi mengetahui
bunyi nafas 1-2
efektif asuhan suara nafas
jam, jika perlu
berhubungan keperawatan tambahan
b.Lakukan
dengan selama 8 jam
pengisapan bila
akumulasi jalan nafas terdengar b. Untuk
garling
mucus dan kembali bersih membuang
saliva Criteria hasil: cairan di
c. Kolaborasika
 Tidak ada n pemberian saluran
cairan di mukolitik pernafasan
mulut
 Tidak
terdengar
44

suara
gargling
5.Hipertermi Tujuan: Setelah
berhubungan dilakukan a. Pantau suhu
tubuh tiap 1
dengan cidera asuhan
jam
agen keperaatan
b. Jaga
biologis(sepsi selama 24 jam,
kelembaban
s) diharapkan suhu pada area
luka bakar
tubuh membaik
Criteria hasil:
 Suhu
tubuh
membai
k

3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 1997)

3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk


melengkapi proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai.
Dari evaluasi keperawatan yang telah di lakukan akan muncul
kesimpulan, masalah teratasi , masalah ter atasi sebagian atau masalah
tidak teratasi
45

BAB 4

Penutup

4.1 Kesimpulan
Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka bakar,
kedalaman luka bakar, factor penyebab timbulnya luka dan
lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan
memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka
bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik, psikis dan social bagi klien dan keluarga.
Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, makin berkembang pula teknik atau cara
penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan
kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

4.2 Saran

Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang


prinsip steril dan sesuai medis, karna bisa mempengaruhi
waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu diharapkan
selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan
atau aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat memicu luka
bakar.

DAFTAR PUSTAKA

Morton, Patricia Gonce, 2012, Keperawatan Kritis, Jakarta, EGC

Panacea, Tim Medis Bantuan, 2013, Basic Life Support: Buku Panduan(Edisi 13),

Jakarta, EGC
46

Hardisman, 2014, Gawat Darurat Medis Praktis,Yogyakarta, Pustaka Baru

Majid,Abdul & Agus Sarwo Prayogi, 2013, Buku Pintar:Perawatan Pasien Luka

Bakar, Yogyakarta, Gosyen Publishing

Purwadianto, Agus & Budi Sampurna, 2017, Kegawat Daruratan Medis: Disertai

Contoh Klinis, Tangerang, Binarupa Aksara Publisher

DPP PPNI, 2017, Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia, Jakarta: PPNI

DPP PPNI, 2018, Standart Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta: PPNI

DPP PPNI, 2018, Standart Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta: PPNI

Anda mungkin juga menyukai