Anda di halaman 1dari 22

MEMBERIKAN OBAT ORAL

A. Definisi
Pemberian obat lewat mulut. Pemberian obat secara oral meliputi bukal (pipi) dan
sublingual (di bawah lidah)

B. Tujuan
Memberikan pengobatan yang mempunyai efek sistemik atau lokal ke dalam saluran
pencernaan.

C. Kontraindikasi
1. Gangguan saluran pencernaan seperti muntah.
2. Motilitas saluran pencernaan yang berkurang (setelah anastesi, inflamasi usus, dll).
3. Reaksi sabagai saluran pencernaan.
4. Ketidak mampuan untuk menelan (pada pasien dengan kelainan neuromuscular,
striktur esophagus, lesi mulut).
5. Cangkir/gelas takar sekali pakai yang sudah disesuaikan untuk obat cair.
6. Pasien dengan penyedotan/aspirasi lambung.
7. Sebelum pemeriksa/operasi tertentu.
8. Pasien tidak sadar/disorientasi.
9. Pasien dengan penurunan reflex tersedak

D. Prosedur
NILAI KET
NO CARA KERJA
1 2 3 4
A Persiapan Alat dan Bahan
1) Kartu obat/data pasien
2) Nampan obat
3) Cangkir bahan plastic/cangkir kertas/tutup botol
kecil
4) Gelas air
5) Cangkir/gelas takar sekali pakai yang sudah
disesuaikan untuk obat cair
6) Mortir dan penumbuk (opsional)
7) Gunting
8) Nampan ginjal
9) Lap kertas-kertas tissue (untuk obat cair)
1 Periksa apakah anda kontraindikasi (lihat tulisan di
atas).

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 47


2 tentukan keinginan pasien dan intruksi dokter
terkait pembatasan cairan bila ada.
3 Persiapkan perlengkapan dan peralatan yang di
perlukan
4 Periksa keakuratan dan kelengkapan kartu / folmulir
obat beserta intruksi tertulis dokter. Periksa nama
pasien, nama obat, dosis, rute, dan waktu
pemberian. Klarifikasi bila ada keraguan. Laporkan
ketidaksesuaian apapun kepada perawat pe-
nanggungjawab dan dokter.
5 Siapkan obat
a. Cuci tangan
b. Atur nampan obat di pos perawat (opsional).
c. Siapkan obat satu persatu, dengan menyatukan
kartu dan formulir obat. Pilihan wadah obat
yang benar dari lemari sambil memeriksa lebel
beserta nama obat pada kartu obat dan tanggal
kaduluwarsa (pemeriksaan pertama).
d. Hitung dosis obat yang benar. Jangan terburu-
buru dan periksa kembali hasil penghitungan
dosis.
e. Untuk tablet atau kapsul, tuangkan jumlah yang
diperlukan dari dalam botol ke tutup botol
kemudian letakkan di dalam cangkir obat.
Jangan menyentuh dengan jari. Kelebihan tablet
atau kapsul dapat dikembalikan ke dalam botol.
Untuk tablet atau kapsul dalam kemasan,
posisikan kemasan tablet atau kapsul tepat
diatas cangkir obat dan jatuhkan obat kedalam
cangkir tanpa menyentuhnya (strip
dipertahankan). Periksa obat sebelum
mengeluarkan dari dalam botol atau kemasan
(pemerikasaan kedua).
f. Letakkan semua tablet yang akan diberikan
bersamaan dalam satu cangkir obat (kecuali
yang memerlukan sebelum pemberiannya, mis:
tanda vital ).
g. Jika pasien kesulitan menelan, tumbuk tablet
dalam mortir dengan penumbukan. Hancurkan
tablet sampai menjadi bubuk halus dan
campurkan dengan sedikit air. JANGAN
MENGHANCURKAN TABLET SALUT

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 48


SELAPUT ATAU TABLET LEPAS
LAMBAT.
h. Siapkan obat cair
 Kocok botolnya
 Pegang botol dengan lebel mengarah ke arah
telapak tangan ketika menuangkannya
 Pegang cangkir takar setinggi mata dan isi
sampai batas yang diinginkan.
 Buang kelebihan cairan kedalam wastafel,
lap mulut botol dengan lap kertas. Kelebihan
obat tidak oleh dikembalikan kedalam wadah
obat.
 Untuk volume kurang dari 5 ml/10 ml, dapat
digunakan spuit tanpa jarum untuk menakar
jumlah obat.
i. Jangan tinggalkan obat tanpa pengawasan.
j. Kembalikan wadah obat ke lemari setelah
memeriksa label (pemeriksaan ketiga)
6 Berikan obatnya
a. Bawa obat kepada pasien.
b. Identifikasi pasien dengan membandingkan
nama pada kartu dengan nama yang diberikan
ketika ditanya.
c. Lakukan pemeriksaan pra-pemberian obat yang
perlu untuk pengobatan tertentu (mis: tekanan
darah, denyut nadi, dll.)
d. Jelaskan pada pasien mengenai obat yang akan
diberikan dan biarkan pasien mengklarifikasi
keraguan yang dia rasakan.
e. Bantu pasien untuk duduk atau berbaring
miring.

f. Berikan obat dengan benar


 Tanyakan apakah pasien lebih suka obatnya
diletakkan dalam cangkir / dipegang dengan
tangan ketika akan meminumnya.
 Berikan obat satu persatu
 Berikan segelas air beserta obat yang akan
diminum
 Letakkan obat dibawah lidah dan biarkan
larut semuanya bila obat harus diberikan
sublingual. Ingatkan pasien jangan sampai

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 49


mengunyah obatnya.
 Intruksikan pasien untuk menempelkan obat
dalam mulut ke pipi sampai larut semuanya
bila harus diberikan secara bukal.
 Siapkan obat bubuk samping ranjang dan
berikan pada pasien.
 Ingatkan pasien agar tidak mengunyah
obatnya atau menelan lozenge.
 Berikan tablet effervescent segera setelah
dilarutkan.
 Jika pasien tidak bisa memegang obat dengan
tangan, letakkan cangkir pada bibir dan
masukkan setiap obat kedalam mulut satu
persatu menggunakan sendok. Jangan
memburu-buru pasien.
g. Jika tablet / kapsul jatuh kelantai, buang dan
siapkan tablet yang baru.
h. Tetap bersama pasien sampai semua tablet
ditelan. Pastikan semua tablet telah ditelan.
i. Bantu pasien kembali ke posisi yang nyaman.
j. Buang perlengkapan yang kotor dan cuci
tangan.
k. Kembalikan kartu, fulmulir / cetak obat ke resep
yang sesuai untuk pemberian obat berikutnya.
l. Bersihkan alat paada nampan obat dan simpan
kembali untuk pemakaian berikutnya.
m. Bersihkan area kerja.
n. Catat pemberian obat diserta tanggal ,Waktu,
dan tanda tangan.
o. Kembali kepasien dalam 30 menit untuk
mengevaluasi efektivitas obat.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 50


PROSEDUR PEMBERIAN INJEKSI INTRA MUSKULAR

A. Definisi
Suatu bentuk pemberian obat secara parenteral, dimana obat disuntikkan ke dalam
jaringan otot dalam.

B. Prosedur
No Tindakan Keperawatan Nilai Ket
1 2 3 4
1 Perangkat alat sebagai berikut :
1. Kartu Obat
2. Obat Steril (dalam ampul/vial)
3. Spuit dan jarum dengan ukuran yang sesuai
4. Swab alcohol
5. Sarung tangan bersih
6. Bengkok
2 Periksa instruksi dokter dan identifikasi pasien
3 Jelaskan prosedurnya kepada pasien, tujuan pengobatan, lokasi
penyuntikan, hasil yang diharapkan dan apa yang harus
dilakukan pasien.
4 Cuci tangan
5 Siapkan obat dari ampul/vial
6 Cuci tangan dan pakai sarung tangan
7 Posisikan pasien:
Daerah paha (vastus lateralis) anjurkan pasien untuk
berbaring telentang dengan lutut sedikit flexi
Ventrogluteal, posisikan pasien tengkurap miring atau
telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan
dilakukan penyuntikan dalam keadaan flexi.
Dorsogluteal, pasien tengkurap dengan lutut diputar kearah
dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul plexi dan
diletakkan di depan tungkai bawah
deltoideus atau lengan atas anjurkan pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar dengan lengan atas flexi
8 Pilih, cari, dan bersihkan lokasi
A Pilih lokasi yang bebas dari lesi kulit, nyeri tekan, pembengkakan,
kekerasan, inflamasi lokal dan belum sering di pakai
b Tentukan apakah ukuran otot cukup

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 51


c Pakai sarung tangan
d Bersihkan dengan swab alkhohol dengan gerakan melingkar
mulai dari bagian tengah ke perifer – mengarah ke luar
sampai 5 cm.
e Pindahkan dan pegang swab antara jari ketiga dan keempat
tangan yang tidak dominan atau letakan di nampan. Biarkan
cairan tersebut mengering
9 Buka tutup jarum tanpa mengkontaminasi jarum dengan cara
menariknya secara cepat
10 Pastikan obat dan dosisnya sudah benar
11 Pastikan obat tidak menetes dan mengenai jarum sebelum di
suntikan bila menetes, ganti jarumnya
12 Genggam dan cubit area yang mengelilingi lokasi penyuntikan
atau regangkan kulit pada lokasi tersebut sesuai kebutuhan
1. Pegang spuit di antara ibu jari dan jari telunjuk seperti
memegang pena dan tusukan jarum pada kulit dengan
sudut 90 derajat
2. Aspirasi dengan menahan spuit dengan tangan yang tidak
dominan, dan tarik pendorong spuit dengan tangan yang
dominan.
3. Tarik jarum bila muncul darah dalam spuit, buang dan
siapkan injeksi baru
4. Jika darah tidak muncul dalam spuit saat aspirasi, Semprot
kan obat secara perlahan sampai habis.
5. Setelah selesai tarik spuit dan tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alkoohol, kemudian letakkan spuit yang telah
digunakan pada bengkok

Teknik jalur-Z
1.Tarik kulit ke satu sisi, ke arah bawah atau lateral sekitar
2,5 cm dengan Menggunakan tangan yang tidak dominan
2.Suntikkan obat dengan teknik udara pengunci pada sudut 90
derajat.
3.Tahan jarum pada tempatnya selama 10 detik.
4.Tarik jarum dan lepaskan kulit.
13 Tarik jarum secara perlahan dan stabil sambil menahan pada
bagian penghubung antara tabung spuit dan jarum. Dengan
tangan yang tidak dominan, tampak permukaan kulit dengan
kapas, usap untuk memberikan tarikan sehingga netral pada
lokasi tersebut.
14 Tekan lokasi tersebut secara ringan dengn spons kering dan

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 52


bila ada perdarahan, lanjutkan penekanan sampai perdarahan
berhenti. Jangan pijat.
15 Buang jarum tanpa tutup dan spuit pada temmpat seharusnya.
16 Lepas sarung tangan dan cuci tangan.
17 Dokumentasi: Jumlah dosis,dan waktu pemberian, cara
pemberian obat, nama obat, lokasi dan respon pasien

PERHATIAN KHUSUS:

1. Untuk neonatus bayi, dan anak yang masih kecil, lokasi penyuntikkan intramuskular yang
direkomendasikan adalah vastus lateralis.
2. Volume maksimal yang diberikan pada satu lokasi adalah 1 mm untuk bayi yang sudah
lebih besr dan anak-anak yang masih kecil
3. Jika obat sudah ditarik dari vial, gunakan jarum baru untuk menyuntik ke dalam otot.
4. Hindari kontak obat dengan jaringan superfisial
5. Hindari enusukkan jarum dengan ragu-ragu, sebaknya seperti melepas panah dari busur.

VARIASI PEDIATRIK

1. Pilih spuit yang dapat mengukur jum lah larutan yang sangat kecil sperti spuit 0,5 ml
untuk obat kurang dari 0,5 ml atau spuit tuberkulin.
2. Panjang jarum harus cukup untuk menembus jaringan subkutan dan pengendapan obat
dalam otot.
3. Ukuran jarum harus kecil agar dapat mengalirkan obat secara aman, misalnya: ukuran
25-30 gauge
4. Bila otot menggunung/mendegul, panjang jarum yang direkomendasikan untuk
penyuntikan adalah 25 mm. Bila otot tergang atau datar, panjang jarum yang
direkomendasikan adalah 16 mm

LOKASI PENYUNTIKAN YANG BENAR PADA BAYI DAN ANAK-ANAK

1. Otot vastus lateralis


2. Otot Ventrogluteal/dorsogluteal. Lokasi ini dipakai hanya pada anak-anak yang sudah
lebih tua karena otot ini belum berkembang sempurna pada bayi dan anak-anak yang
masih kecil.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 53


MEMBERIKAN BOLUS OBAT LEWAT JALUR INTRAVENA

A. Definisi

Memberikan satu dosis obat terukur langsung ke dalam sirkulasi sistemik. Bolus IV
dapat diberikan dengan cara berikut:
1. Langsung ke dalam vena ke dalam jalur infus yang sudah ada
2. lewat penyuntikan
3. Lewat kunci Na Ci atau heparain; Kunci NaCl merupakan jarum atau kateter dalam
pembluh darah yang tersambung dengan pemflon pada ujungnya.

B. Tujuan
Digunakan untuk keadaan gawat darurat pada pasien kritis yang tidak stabil, dan
mendapatkan efek obat dengan segera dan maksimal.

C. Kerugian
1. Tidak ada waktu untuk mengkoreksi bila salah memberikan obat
2. Iritasi langsung pada dinding pembuluh darah.

NILAI KET
NO CARA KERJA
1 2 3 4

1 BOLUS IV JALUR INFUS SUDAH ADA


1. Obat dalam ampul atau vial
2. Sputi 3-5 cc
3. Jarum steril (opsional)
4. Swab alkohol
5. Jam tangan
6. Catatan pemberian obat
BOLUS I.V. (PEMFLON / INTRAVENOUS
LOCK)
1. Spuit (1-5 ml)
2. Vial larutan bilas heparin (1 ml = 100 unit 1 ml
= 10 unit), tergantung dengan peraturan institusi
atau vial NaCl 0,9%.
3. Jarum steril
4. Swab alkohol
5. Catatan pemberian obat/daftar buku catatan,
jadwal pemberian obat.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 54


6. Turniket
7. Perlak dan alasnya
8. Bengkok
9. Bak Injeksi
2 Periksa instruksi dokter terkait nama obat, dosis,
cara, waktu dan pasien
3 Jika obat akan diberikan lewat jalur infus yang
sudah ada, lihat jenis cairan IV yang diberikan.
4 Pasang perlak dan alasnya, periksa kondisi lokasi
penusukan jarum, apakah ada tanda infiltrasi atau
plebitis.
5 Periksa riwayat terkait dengan alergi obat
6 Ambil perlengkapan obat
7 Cuci tangan dan pakai sarung tangan
8 Siapkan obat dari vial atau ampul
10 Periksa identitas pasien dengan menanyakan nama,
dan cocokkan dengan nama yang ada dikartu
obuksikan pasien untuk
Bolus I.V
- Jelaskan prosedur pada pasien, instruksikan
pasien untuk melaporkan apabila ada rasa tidak
nyaman pada lokasi infus.
- Pilih saluran infus untuk menyuntikkan obat yang
paling dekat dengan pasien.
- Sambungkan spuit dengan jalur infus:
- Buka penutup jalur penyuntikan / pilih jalur yang
memang merupakan tempat penusukan.
- Bersihkan dengan antiseptik
- Hubungkan spet dengan jalur penyuntikan/
suntukkan jarum spuit pada selang infus
- Sumbat jalur cairan infus dengan cara menekan
atau mencubit selang.
- Tarik pendorong spuit untuk aspirasi darah.
- Bila keluar darah, dorong obat cairan secara
perlahan, perharikan tempat penusukan apakah
ada pembengkakan.
- Lepas selang dan cabut jarum dan periksa
kembali tetesan infus.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 55


PERHATIAN KHUSUS

1. Beberapa obat I.V. hanya dapat dibolus dengan aman bila pasien dipantau secara
kontinue untuk melihat ada tidaknya aritimia, perubahan tekanan darah atau reaksi buruk
lainnya. Jadi, periksa instruksinya sebelum memberika obat.
2. Adakalanya kunci (lock) NaCl atau heparin tidak akan mengeluarkan darah walupun
alatnya masih paten
3. Bila obat I.V. tidak kompatibel dengan cairan I.V. hentikan cairan I.V. klem saluran
infus, bilas dengan 10 ml naCl 0,9% berikan obat bolus I.V. dalam jangka waktu yang
sesuai bilas lagi dengan 10 ml NaCl 0,9 dengan kecepatan yang sama seperti kecepatan
pemberian obat, kemudian alirkan kembali cairan I.V. pada kecepatan yang dinstruksikan
seelumnya.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 56


MENETESKAN OBAT KEDALAM TELINGA

a. Tujuan

1. Melunakkan kotoran telingan agar dapat dikeluarkan


2. Mengurangi inflamasi lokal dan menghancurkan organisme infektif pada kanalis eksternal
telinga.
3. Meredakan nyeri
4. Memudahkan pengeluaran benda asing.

b. Kontraindikasi

Ruptur membran timpani

c. Prosedur
NO TINDAKAN KEPERAWATAN NILAI KET

1 2 3 4
1. 1 2. Persiapan Alat
a. 3. Sarung tangan bersih (opsional)
b.4. Cotton bud
c. 5. Botol obat dengan pipet
d.6. Bola-bola kapas
e. 7. Baskom ginjal
f. 8. Mangkuk dengan NaCl 0,9% (opsional)
g.9. Kertas tissue, kain kasa

1. 2 Persiapan pasien:
a. Periksa adanya alergi terhadap obat
b. Kemerahan/abrasi pada pinna/meatus
c. Jenis dan jumah sekret
d. Keluhan rasa tidak nyaman
e. Kemampuan bekerjasama selama prosedur dilakukan
f. Kerja obat yang spesifik dan efek samping
g. Pengetahuan pasien mengenai obat yang akan diberikan
2. 3 Periksa formulir permintaan obat terkait nama obat,
3. dosis, waktu, jumlah, dan telinga yang mana akan
diterapi
4. Identifikasi pasien dan jelaskan prosedurnya, tujuan pengobatan,
dan posisi selama dan setelah penetasan obat
5. Minta bantuan ketika mengobati anak-anak atau bayi untuk

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 57


menahan mereka
6. Bantu pasien untuk berada dalam posisi berbaring
miring dengan telinga yang akan diterapi berada di atas.
7. Bersihkan meatus kanalis teinga dengan menggunakan
cotton bud. pakai NaCl 0,9% Bila perlu.
8. Hangatkan wadah ditangan atau dengan meletakkannya
sebentar di dalam air hangat
9. Isi sebagian pipet dengan obat.
10. Luruskan kanalis auditorius. Untuk bayi dan anak-anak
dibawah tiga tahun, tarik pinna ke bawah dan belakang. Untuk
pasien dewasa atau anak-anak diatas tiga tahun, tarik Pinna ke
atas dan ke belakang
11. Teteskan obat sesuai jumlah yang tepat disepanjang kanala
telinga degan memegang pipet 1 cm dia atas kanal telinga
untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara dengan
jumlah tetesan sesuai dosis,
12. Tekan tragus telinga secara lembut tapi pastikan beberapa
Kali
13. Instruksikan pasien untuk tetap dalam posisi miring
selama 5 menit
14. Memasukkan potongan kecil kapas secara longgar ke meatus
kanalis auditorius Selama 15-20 menit
15. Periksa kenyamanan, respon pasien dan periksa sekret/ drainase
yang keluar dari dalam telinga
16. Simpan kembali obat dan peralatan lainnya
17. Cuci tangan
18. Dokumentasikan pemberian obat, nama obat, jumlah tetesan
yang akan diberikan dan respon pasien.

PERHATIAN KHUSUS

1. Gunakan cara steril dalam pemberian obat pada khusus perforasi membrane timpani
2. Tetes telinga hidrokortison dikontraindikasikan pada pasien dengan infeksi jamur / virus pada
telinga

VARIASI PEDIATRIK

Posisi: telungkup atau telentang dengan kepala diputar ke sisi yang berlawanan.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 58


MEMBERI OBAT MATA

a. Tujuan
1. Mengobati infeksi
2. Meneteskan obat sebelum pemeriksaan atau operasi mata
3. Melumasi mata
4. Mewarnai kornea untuk mengidentifikasi abrasi pada jaringan parut
b. Prosedur

NO TINDAKAN KEPERAWATAN NILAI KET


1 2 3 4
1 Persiapan
a. Sarung tangan bersih
b. Bola-bola kapas steril yang direndam dalam NaCl 0,9% steril
c. Obat pada tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep
d. Bola-bola kapas steril kering
e. Alas kering steril dan plester kertas
f. Nampan ginjal
g. Kertas tissue, air hangat atau kapas pelembab

1. 2 2. Identifikasi pasien dan periksa:


a. Alergi terhadap obat
b. Penampakan mata dan struktur disekitarnya
c. Lesi, eskudat, eritema, atau pembengkakan
d. Lokasi dan sifat sekret
e. Tingkat kesadaran dan kemauan untuk bekerjasama
f. Pengetahuan pasien tentang obat
g. Pemakaian lensa kontak
3. 3 Pemeriksa formulir permintaan obat
a. Periksa instruksi dokter dan terkait persiapan, kekuatan obat,
jumlah tetesan, frekuensi penetesan, dan mata yang akan
diterapi.
OD-oculus dexter (mata kanan)
OS-oculus sinister (mata kiri)
OU-oculus uterque (kedua mata)
b. Periksa tanggal kadaluarsa dan tanggal obat
4 a. Persiapkan pasien untuk diterapi 4. 5.
b. Periksa tanda pengenal dan nama pasien
c. Perhatikan prosedurnya
d. Bantu pasien kembali ke posisi nyaman – duduk atau berbaring
e. dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat disamping
kanan.
f. Minta bantuan untuk menahan pasien anak-anak.
g. Lepas lensa kontak bila ada.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 59


5 Cuci tangan.
6 Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan kapas lembab dari
sudut mata kearah hidung.
a. Pakai sarung tangan steril.
b. Gunakan kapas usap steril yang dicelupkan dalam NaCl 0,9%
steril dan lap dari daerah kantus dalam ke luar.
7 Memberikan obat mata
a. Periksa sediaan obat mata yang terkait nama, kekuatan,
tanggal kadaluarsa dan jumlah tetesan bila obatnya cair.
b. Instruksikan pasien untuk melihat ke langit-langit. Berikan
Bola kapas penyerap steril yang kering pada pasien.
c. Buka sakus konjungtiva bawah dengan meletakkan ibu jari
Atau jari-jari tangan anda yang tidak dominan tepat dibawah
mata pada lengkung zigomatikus dan tarik dibawah kulit
pada pipi secara perlahan. Jika jaringannya bengkak, hati-
hati saat menyentuhnya agar jangan sampai mencederainya.
Obat cair
a. Buang tetesan pertama obat
b. Dekati mata dari samping dan teteskan obat dalam jumlah
yang tepat ke sepertiga luar konjungtiva bawah, dengan
memegang obat 1-2 cm diatas mata
Salep mata
a. Buang tipis salep pertama
b. Pegang tube diatas sakus konjungtiva, peras keluar 2 cm ke
sakus konjungtiva bawah dari kantus dalam mengarah ke
luar, berikan obat pada kelopak mata bawah.
8 Instruksikan pasien untuk menutup kelopak matanya dan bukan
memejamkan mata secara kuat
9 Instruksikan pasien untuk menekan duktus nasolakrimalis
selama paling sedikit 30 detik setelah meneteskan obat cair
10 Bersihkan kelopak mata sesuai kebutuhan dengan mengusap
dari kantus dalam kekantus luar
11 Pasang alas mata bila diperlukan dan rekatkan dengan plester
dan instruksikan Pasien untuk tidak menggosok matanya
12 Periksa respon pasien.
13 Simpan kembali obatnya
14 Cuci tangan.
15 Catat pemberian obat nama obat yang diberikan, jumlah tetesan,
dan respon pasien dan lain-llain

PERHATIAN KHUSUS

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 60


1. Jika diinstruksikan untuk memberikan lebih dari satu obat tetes mata, beri jeda waktu 5
menit antar pemberian obat.
2. Instruksikan pasien untuk mengikuti prosedur keamanan jika penetasan obat ditujukan
untuk mendilatasi pupil.
3. Jika obat perlu untuk diteteskan kedua mata, teteskan pada mata yang tidak sakit terlebih
dahulu.
4. Bayi-bayi seringkali memejamkan mata secara kuat, jadi teteskan obat pada sudut nasal
dimana kedua kelopak mata saling bertemu. Obat akan menggenang pada area ini dan
ketika anak membuka matanya obat akan mengalir ke dalam konjungtiva.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 61


MEMBERIKAN TETES HIDUNG
a. Definisi
Penetesan obat pada hidung adalah proses dimana suatu cairan dimasukkan ke dalam
rongga hidung tetes demi tetes.
b. Tujuan
 Mengobati alergi
 Mengobati infeksi sinus
 Mengobati bendungan nasal
 Memberikan anastesi lokal
c. Instruksi Umum
1. Penetesan obat hanya dilakukan atas instruksi dokter
2. Jangan memakai cairan dengan bahan dasar minyak sebagai obat tetes hidung karena dapat
menggangu kerja silia normal dan dapat menyebabkan neumonia aspirasi
3. Hindari penggunaan obat dekongestan tetes dalam jangka waktu lama karena akan semakin
tidak efektif
4. Berikan obat sesuai kadar yang benar
5. Identifiaksi obat dengan benar dan ikuti aturan pemberian obat
6. Asepsis medis harus benar-benar diperhatikan selama prosedur

d. Prosedur

No Tindakan keperawatan Nilai Ket


1 2 3 4
1 Persiapan
a. Obat dengan pipet bersih
b. Senter pena
c. Sarung tangan bersih
d. Tissu basah
e. Bantal kecil
f. Nampan ginjal
g. Kertas tissue
h. Kartu obat
2 Identifikasi pasien
3 Lihat instruksi dokter
4 Tentukan sinus mana yang sakit dengan melihat rekam medis
5 Periksa riwayat pasien terkait hipertensi,penyakit jantung,
diabetes mellitus dan hipertiroid
6 Cuci Tangan
7 Infeksi kondisi hidung dan sinus dengan senter pena. Palpasi
sinus untuk mengetahui ada tidaknya nyeri sinus
8 Jelaskan prosedurnya pada pasien termasuk posisi dan sensasi
Yang timbul seperti rasa panas atau kesemutan pada mukosa
atau sensasi tersedak saat obat menetes ke tenggorokan

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 62


9 Atur peralatan dan obat pada tepi ranjang
10 Pakai sarung tangan jika pasien mengeluarkan sekret nasal

11 Instruksikan pasien untuk membersihkan atau menghembuskan


hidungnya secara perlahan kecuali biala ada kontraindikasi
(tekanan intracranial meningkat atau pendarahan hidung)
12 Berikan tetes hidung
a. Bantu pasien untuk terlentang
b. Posisikan kepala dengan benar
i. Untuk mendapatkan akses ke faring posterior,
dongkakkan kepala pasien ke belakang
ii. Untuk mendapatkan askes ke sinus etmoid atau sphenoid,
dongkrakkan kepala ke belakang diatas ujung ranjang
atau letakkan bantal kecil di bawah bahu pasien dan
dongakkan kepala ke belakang
iii. Topang kepala pasien dengan tangan yang tidak dominan
iv. Instruksikan pasien untuk bernapas lewat mulut

c. Pegang pipet 1 cm diatas lubang hidung dan teteskan sesuai


jumlah yang diinstruksikan kea rah garis, tengah tulang
etmoid
d. Biarkan pasien tetap terlentang selama 5 menit

Berikan tissue wajah untuk mengelap cairan yang keluar dari


hidung tapi peringatkan pasien untuk tidak menghembuskan
hidungnya selama beberapa menit
13 Bantu pasien kembali ke posisi nyaman setelah obat diserap
14 Buang perlengkapan yang kotor pada tempat yang seharusnya
dan cuci tangan
15 Pantau pasien untuk melihat ada tidaknya efek samping 15-30
menit setelah Pemberian obat
16 Tanyakan pada pasien apakah pasien dapat bernapas lewat
hidung setelah pemberian dekongestan. Mungkin pasien perlu
menutup satu lubang hidungnya sesekali dan menarik napas
dalam
17 Dokumentasikan nama obat, jumlah tetesan, sisi lubang
hidungnya yang ditetes, waktu pemberian dan respon pasien
18 Laporkan bila muncul reflek sistemik apapun ang tidak biasa
kepada perawat penanggungjawab atau dokter.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 63


MEMBERIKAN SUPOSITORIA REKTUM

a. Definisi
Memasukkan obat supositoria ke dalam rektum.

b. Tujuan
1. Merangsang peristaltik.
2. Merangsang defekasi.
3. Bekerja sebagai analgesik dan/atau antipiretik.

c. Kontraindikasi
1. Operasi rektum.
2. Perdarahan rektum yang aktif.

d. Prosedur
NO CARA KERJA Nilai keterangan
1 2 3 4
1 Persiapan Alat dan Bahan
a. Supositoria rektum
b. Gel pelumas
c. Sarung tangan bersih
d. Kertas tissue
e. Nampan ginjal
2 Periksa insruksi dokter terkait nama pasien dan
obat serta jelaskan prosedurnya kepada pasien.
3 Lihat kembali informasi pasien terkait obat-
obatannya termasuk cara kerja, tujuan, efek
samping.
4 Periksa rekam medis terkait riwayat operasi atau
perdarahan anus.
5 Periksa pengetahuan pasien terkait tujuan terapi
obat dan kemauan untuk memberikan supositoria
sendiri.
6 Berikan privasi dengan menutup tirai.
7 Jika pasien mau dan mampu memberikan obat
sendiri, berikan instruksinya dan suruh pasien ke
toilet dengan membawa segala peralatannya.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 64


8 Cuci tangan, atur perlengkapan di samping ranjang
dan pakai sarung tangan.
9 Bantu pasien berbaring miring ke kiri dengan
tungkai atas ditekuk.
10 Selimuti pasien dengan hanya memaparkan area
anus.
11 Periksa kondisi anus dari luar dan palpasi dinding
rectum sesuai kebutuhan. Memastikan adanya
perdarahan aktif.
12 Keluarkan supositoria dari pembungkusnya dan
lumasi bagian ujungnya dengan gel. Lumasi jari
telunjuk tangan dominan yang sudah dibungkus
sarung tangan.
13 Instruksikan pasien untuk menarik napas dalam
secara perlahan lewat mulut dan untuk
merelaksasikan spinkter ani.
14 Lebarkan bokong pasien dengan tangan yang tidak
dominan. Dengan jari telunjuk tangan dominan
yang sudah memakai sarung tangan, masukan
supositoria sedalam 10 cm pada orang dewasa dan
5 cm pada anak-anak dan bayi secara perlahan ke
dalam anus, melewati spinkter internus dan sampai
menempel ke dinding rektum.
15 Tarik jari anda dan lap area anus pasien dengan
tissue.
16 Lepas sarung tangan dalam keadaan bagian dalam
berada diluar dan buang pada tempatnya.
17 Instruksikan pasien untuk tetap terlentang atau
berbaring miring selama 5 menit.
18 Periksa pasien 5 menit kemudian untuk
memastikan supositoria masih berada dalam
rectum. Instruksikan pasien untuk menahan
supositoria selama 30 sampai 45 menit (atau sesuai
instruksi pabrik pembuat obat)
19 Tanyakan apakah pasien mengalami rasa tidak
nyaman di daerah anus atau rektum selama proses
pemasukan supositoria.
20 Buang sarung tangan dan cuci tangan.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 65


21 Catat dan laporkan respons pasien terhadap obat
termasuk reaksi apapun yang tidak biasa.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 66


MENGOLESKAN OBAT TOPICAL

a. Definisi
Pengolesan obat dalam bentuk losion, salep, atau obat gosok secara local kekulit atau
membrane mukosa.

b. Tujuan
1. Melindungi, mendinginkan, atau melunakkan area permukaan.
2. Menghangatkan area yang sakit dan juga untuk merelaksasi otot.
3. Meredakan gatal.
4. Memeriksa pertumbuhan mikro-organisme.

c. Prosedur
PENILAIAN KET
NO CARA KERJA
1 2 3 4
Persiapan Alat
a. Sarung tangan.
b. Bola-bola kapas atau potongan kasa.
A c. Obat (salep, losion atau obat gosok) dalam
wadah yang sesuai.
d. Plaster dan pembalut.
e. Nampan ginjal.
B Pelaksanaan
1. Identifikasi pasien dan jelaskan prosedurnya
Cuci tangan dan pakai sarung tangan pada tangan
2.
yang dominan.
Paparkan hanya area yang akan dioles losion /
3.
obat gosok.
Bersihkan area dengan sabun dan air dan tepuk-
4.
tepuk sampai kering bila perlu.
Oleskan sediaan obat kulit:
a. Bubuk Pastikan permukaan kulit dalam
keadaan kering dan taburkan secara merata
5. diatas area tersebut sampai menjadi lapisan
tipis yang menutupi kulit. Tutup area tersebut
dengan balutan bila perlu.
b. Losion-kocok wadah obat dan oleskan sedikit

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 67


losion pada kasa pembalut dan oleskan secara
merata sesuai arah pertumbuhan rambut.
c. Krim, salep dan pasta- Ambil sedikit obat
dengan tangan yang memakai sarung tangan.
Oleskan secara merata di atas kulit dengan
elusan panjang sesuai arah pertumbuhan arah
rambut. Pasang balutan bila perlu.
d. Semprotan aerosol- kocok wadah dengan
baik untuk mencampurkan isinya. Pegang
wadah 15-30 cm di atas area dan semprotkan.
Pastikan semprotan tidak masuk kedalam
mata atau hidung.
e. Tempelan transdermal- Pilih area kering yang
bersih dan bebas udara. Pegang koyo tanpa
menyentuh bagian pinggirnya yang lengket
dan tempelkan dengan kuat menggunakan
telapak tangan dan tekan selama 10 detik.
Cabut tempelan pada waktunya dan lipat
dengan bagian yang mengandung obat berada
disisi dalam.
Amati area tersebut dengan cermat untuk melihat
6. ada tidaknya perubahan warna, pembengkakan,
ruam atau tanda lainnya.

Panduan Bimbingan Laboratorium KDM II 13/14, Prodi Keperawatan Tanjungkarang 68

Anda mungkin juga menyukai