Anda di halaman 1dari 48

Kegiatan Pembelajaran 2.

Pembuatan garam dapur, soda, dan asam khlorida

A. Deskripsi
Garam adalah bahan/bumbu masakan yang ditemukan hampir di semua peradaban.
Diperkirakan awal munculnya adalah sejak jaman neolitikum. Reay Tannahill dalam
bukunya Food in History menyebutkan bahwa produksi garam sudah dilakukan manusia
pada jaman neolitikum yaitu fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang
mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah,
pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar. Tapi penggunaan 'rasa asin'
pada makanan sudah dilakukan manusia seribu abad sebelum manusia memproduksinya
pada jaman neolitikum tersebut. Sebelum ditemukan cara memproduksi garam, manusia
memberikan rasa asin pada makanannya dengan cara diantaranya dengan menggunakan
air laut, akan tetapi rasa tersebut akan segera hilang saat selesai dimasak (dibakar).
Garam mulai diproduksi secara masal diperkirakan dilakukan pada milenium pertama
sebelum Masehi, di mana pada saat itu sudah berdiri pemerintahan Administratif di China,
Dinasti Ptolemy di Mesir dan Dinasti Sekulus di Persia. Dalam buku Cambridge World
History of Food, Kenneth F. Kiple dan Kriemhild Conee Ornelas menuliskan bahwa pada
masa awal produksi garam yang sekarang kita kenal, yaitu Natrium Klorida (NaCl)
dilakukan dengan beberapa metode seperti dengan menguapkan air laut dengan bantuan
sinar matahari, mendidihkan air yang mengandung garam sehingga terbentuk lapisan
garam sampai ke penambangan garam yang sudah membatu karena proses alam di
sumber-sumber air garam. Pada jaman yunani kuno Sebegitu pentingnya garam dalam
kehidupan, Plato menggambarkan garam sebagai "Sebuah material yang dicintai dewa",
Aristoteles menulis bahwa garam adalah hadiah musim semi yang berasal dari dewa dan
homer menyebut garam sebagai "wahyu Ilahi". Pada masa Romawi Kuno, harga garam
sangat mahal. Oleh karena mahalnya garam pada masa itu lalu dipakai untuk membayar
gaji para pekerja dan prajurit dengan salarium (garam). Istilah salarium (Latin) yang
maksudnya ‘garam’ itu dipakai untuk gaji yang kemudian diambil dalam bahasa Inggris
salary. Lucunya garam dalam bahasa Inggris kuno adalah ‘sealt’. Bila kita hilangkan dua
huruf terakhir –lt, kita akan dapatkan kata ‘sea’ yang artinya laut. Mungkin juga
maksudnya begitu karena air laut rasanya asin dan garam berasal dari laut.

B. Kegiatan Belajar
1. Tujuan Pembelajaran
Siswa yang mempelajari topik ini diharapkan mampu:
a. Proses Pembuatan Industri garam dapur.
b. Proses Pembuatan Industri soda.
c. Proses Pembuatan Industri asam khlorida.

2. Uraian Materi
1. Industri Garam Dapur
Garam merupakan salah satu kebutuhan yangmerupakan pelengkap dari
kebutuhan pangan danmerupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia.Walaupun
Indonesia termasuk negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam
belum diminati,termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Dilain pihak untuk
kebutuhan garam dengan kualitas baik(kandungan kalsium dan magnesium kurang)
banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal ini garam beryodium serta
garam industri. Kualitas garam yang dikelola secara tradisional pada umumnya
harus diolah kembali untuk dapat dijadikan garam komsumsi maupun garam
industri.Areal penggaraman yang dikelola oleh rakyat cukup luas, sedangkan
produksi dan hasilnya belum sesuai untuk dapat dijadikan garam komsumsi maupun
garam industri. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan, untuk membuat garam
dengan beberapa kategori berdasarkan perbedaan kandungan NaCI- nya sebagai
unsur utama garam.
Ada bermacam-macam cara pembuatan garam yang telah dikenal manusia, tetapi
dalam tulisan ini hanya akan diuraikan secara singkat cara pembuatan garam yang
proses penguapannya menggunakan tenaga matahari (solar evaporation),
mengingat cara ini dinilai masih tepat untuk diterapkan perkembangan teknologi dan
ekonomi di Indonesia pada waktu sekarang.
Pada dasarnya pembuatan garam dari air laut terdiri dari langkah-langkah proses
pemekatan (dengan menguapkan airnya) dan pemisahan garamnya (dengan
kristalisasi).
Bila seluruh zat yang terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran
bermacam-macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang
terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa (impurities).
Proses kristalisasi yang demikian disebut “kristalisasi total”.
Bagan Proses Pembuatan Garam Evaporasi Kadar NaCl Tinggi
Sumber bagan : http://www.oocities.org/trisaktigeology84/Garam.pdfhttp://www.oocities.org/trisaktigeology84/Garam.pdf

Bila terjadi kristalisasi komponen garam tersebut diatur pada tempat-tempat yang
berlainan secara berturut-turut maka dapatlah diusahakan terpisahnya komponen
garam yang relatif lebih murni. Proses kristalisasi demikian disebut kristalisasi
bertingkat. Untuk mendapatkan hasil garam Natrium Klorida yang kemurniannya
tinggi harus ditempuh cara kristalisasi bertingkat, yang menurut kelakuan air laut,
tempat kristalisasi garam (disebut meja garam) harus mengkristalkan air pekat dari
25°Be sehingga menjadi 29°Be, sehingga pengotoran oleh gips dan garam-garam
magnesium dalam garam yang dihasilkan dapat dihindari/dikurangi.
1.1 Konstruksi Penggaraman
Ada dua macam konstruksi penggaraman yang dipakai di Indonesia :
 Konstruksi tangga (getrapte) Yaitu konstruksi yang terancang khusus dan
teratur dimana suatu petak penggaraman merupakan suatu unit
penggaraman yang komplit, terdiri dari peminihan-peminihan dan meja-meja
garam dengan konstruksi tangga, sehingga aliran air berjalan secara
alamiah (gravitasi).
 Konstruksi komplek meja (tafel complex) Yaitu konstruksi penggaraman
dimana suatu kompleks (kelompok-kelompok) penggaraman yang luas yang
letaknya tidak teratur (alamiah) dijadikan suatu kelompok peminihan secara
kolektif, yang kemudian air pekat (air tua) yang dihasilkan dialirkan ke suatu
meja untuk kristalisasi.
 Proses pembuatan garam dengan cara penguapan sinar matahari disebut
kristalisasi (penguapan) yaitu cara memisahkan campuran/zat terlarut dari
pelarutnya menggunakan pemanasan atau penyerapan kalor berdasarkan
titik didihnya. Air memiliki titik didih lebih rendah dari pada garam, sehingga
ketika air laut terkena panas matahari, air akan menguap menginggalkan
partikel-pertikel garam kemudian membentuk kristal-kristal garam. Kristal
inilah yang selanjutnya dikumpulkan oleh petani garam untuk kemudian
dicuci sampai bersih dan dijemur lagi sampai menghasilkan garam yang
layak konsumsi.
1.2 Faktor yang mempengaruhi produksi garam antara lain:
a. Air Laut
Mutu air laut (terutama dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi
dengan air sungai), sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk
pemekatan (penguapan).
b. Keadaan Cuaca
 Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan” yang
diberikan kepada kita untuk membuat garam dengan pertolongan sinar
matahari.
 Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun
rata-rata merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang
kemarau yang kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air laut.
 Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat
mempengaruhi kecepatan penguapan air, dimana makin besar
penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang mengendap.
c. Tanah
Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan
(kebocoran) air laut kedalam tanah yang di peminihan ataupun di meja. Bila
kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya,
apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan
dihasilkan garam. Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan
ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh garam yang dihasilkan.
d. Pengaruh air
Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be. Bila
konsentrasi air tua belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan
banyak mengendap, bila konsentrasi air tua lebih dari 29°Be Magnesium
akan banyak mengendap.
e. Cara pungutan garam
Segi ini meliputi jadwal pungutan, umur kristalisasi garam dan jadwal
pengerjaan tanah meja (pengerasan dan pengeringan). Demikian pula
kemungkinan dibuatkan alas meja dari kristal garam yang dikeraskan, makin
keras alas meja makin baik. Pungutan garam ada 2 sistem :
 Sistem Portugis Pungutan garam di atas lantai garam, yang terbuat dari
kristal garam yang dibuat sebelumnya selama 30 hari, berikut tiap 10 hari
dipungut.
 Sistem Maduris Pungutan garam yang dilakukan di atas lantai tanah,
selama antara 10– 15 hari garam diambil di atas dasar tanah.
f. Air Bittern
Air Bittern adalah air sisa kristalisasi yang sudah banyak mengandung
garam-garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya dibuang untuk
mengurangi kadar Mg dalam hasil garam, meskipun masih dapat
menghasilkan kristal NaCl. Sebaiknya kristalisasi garam dimeja terjadi
antara 25–29°Be, sisa bittern ≥ 29°Be dibuang.
1.3 Tahapan Proses Pembuatan Garam
a. Pengeringan Lahan
 Pengeringan lahan pemenihan dilaksanakan pada awal bulan April.
 Pengeringan lahan kristalisasi.
b. Pengolahan Air Peminian/Waduk
 Pemasukan air laut ke Peminian.
 Pemasukan air laut ke lahan kristalisasi.
 Pengaturan air di Peminian.
 Pengeluaran Brine ke meja kristal dan setelah habis dikeringkan selama
seminggu.
 Pengeluaran Brine ke meja kristal dan setelah habis dikeringkan, untuk
pengeluaran Brine selanjutnya dari peminian tertua melalui Brine Tank.
 Pengembalian air tua ke waduk. Apabila air peminihan cukup untuk
memenuhi meja kristal, selebihnya dipompa kembali ke waduk.
c. Pengolahan Air dan Tanah
 Pekerjaan Kesap Guluk (K/G) dan Pengeringan :
- Pertama K/G dilakukan setelah air meja 4–6°Be.
- Kedua K/G dilakukan setelah air meja 18–22°Be dan meja di atasnya
dilakukan K/G dengan perlakuan sama.
 Lepas air tua dilakukan pada siang hari dengan konsentrasi air garam
24–25°Be dan ketebalan air 3–5 cm.
d. Proses Kristalisasi
 Pemeliharaan meja begaram
 Aflak (perataan permukaan dasar garam)
e. Proses Pungutan
 Umur kristal garam 10 hari secara rutin
 Pengaisan garam dilakukan hati-hati dengan ketebalan air meja cukup
atau 3–5 cm.
 Angkutan garam dari meja ke timbunan membentuk profil (ditiriskan),
kemudian diangkut ke gudang atau siap untuk proses pencucian.
f. Proses Pencucian
 Pencucian bertujuan untuk meningkatkan kandungan NaCl dan
mengurangi unsur Mg, Ca, SO4 dan kotoran lainnya.
 Air pencuci garam semakin bersih dari kotoran akan menghasilkan
garam cucian lebih baik atau bersih. Persyaratan air pencuci :
- Air garam (Brine) dengan kepekatan 20–24°Be
- Kandungan Mg ≤ 10 g/liter.
Gambar Proses Pembuatan Garam
Sumber gambar : http://www.oocities.org/trisaktigeology84/Garam.pdf

Bagan Alir Proses Pembuatan Garam


Sumber bagan : http://www.oocities.org/trisaktigeology84/Garam.pdf

1. Proses Pembuatan Garam Tradisional


 Pengambilan / pemisahan garam dari air laut.

Sumber gambar : https://www.academia.edu/6192519/Makalah_garam_fix

Air laut terlebih dahulu dikumpulkan di dalam kolam, tambak, danau atau
penampung (reservoir) khusus lainnya. Ini agar air yang sudah dikumpulkan tidak
terganggu oleh pasang air laut.
Reservoir dapat berupa buatan manusia maupun ciptaan alam, seperti kolam,
tambak, waduk atau danau. Tapi tanah yang pori-porinya halus akan lebih baik
karena memiliki dasar yang dapat mencegah air laut serta kandungan mineralnya
agar tidak banyak meresap ke dalam tanah.

Sumber gambar : https://www.academia.edu/6192519/Makalah_garam_fix

Berikutnya, hamparan air laut dijemur oleh panas matahari sampai warna air
berubah merah. Dalam skala luas, lebih murah menggunakan penguapan matahari
untuk membuat garam. Tentu dibutuhkan cuaca yang panas, karena di musim hujan
prosesnya akan sulit. Untuk skala kecil, bisa saja menggunakan tungku dan panci.
Berikutnya, mengeringkan air garam. Beberapa pembuat garam mengetahui
sudah waktunya untuk menguras air garam ketika air berubah menjadi merah. Warna
merah berasal dari alga yang berubah warna akibat konsentrasi garam yang semakin
tinggi.
Berikutnya pengurasan air garam ke kolam kristalisasi atau tempat pengasinan.
Di sinilah natrium klorida - garam - akhirnya mengkristal di dasar kolam.
Setelah garam mengkristal di bagian bawah reservoir, garam lalu
dipanen/dikumpulkan dengan alat garuk. Garam kristal ini masih harus diproses agar
bersih dan bisa dipakai, dikemas kemudian dipasarkan.

Sumber gambar : https://www.academia.edu/6192519/Makalah_garam_fix

2. Pembuatan Garam di Industri


Di antara tahapan proses yang dipergunakan, kristalisasi merupakan salah
satu proses dalam produksi garam. Di samping untuk menghasilkan kristal garam,
kristalisasi juga dimaksudkan untuk menghasilkan produk kristal dengan
kemurnian, ukuran dan jumlah tertentu.
Menurut definisi, kristalisasi adalah proses pembentukan fase padat (kristal)
komponen tunggal dari fase cair (larutan atau lelehan) yang multi komponen, dan
dilakukan dengan cara pendinginan, penguapan dan atau kombinasi pendinginan
dan penguapan. Proses pembentukan kristal dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
1. pencapaian kondisi super/lewat jenuh (supersaturation),
2. pembentukan inti kristal (nucleation), dan
3. pertumbuhan inti kristal menjadi kristal (crystal growth).
Kondisi super jenuh dapat dicapai dengan pendinginan. Penguapan,
penambahan presipitan atau sebagai akibat dari reaksi kimia antara dua fase yang
homogen. Sedangkan pembentukan inti kristal terjadi setelah kondisi super/lewat
jenuh (supersaturated) tercapai.
Disebuah pabrik kimia, bahan baku garam tetap harus melalui proses
pemurnian (Brine purification process) berulang kali untuk mencapai kualitas
kemurnian air garam yang tidak merusak membran dalam sel elektrolisa. Proses
pemurnian yang dilakukan ada 2 cara yaitu secara fisika dan secara kimia.

Sumber gambar : https://www.academia.edu/6192519/Makalah_garam_fix

Pemisahan secara fisika dilakukan dengan cara memasukkan garam ke


sebuah tangki terbuka yang terus menerus dimasukkan air bahkan sampai
melimpah. Dengan cara sederhana seperti ini, kristal garam memang sengaja
dilarutkan lalu secara fisika di dalam tangki akan terbentuk 3 lapisan. Di dasar
tangki biasanya akan terbentuk endapan garam (kadang bentuknya adalah
bongkahan yang keras dan padat) karena temperatur di dasar lebih rendah. Di
bagian tengah adalah larutan garam encer yang relatif sudah lebih murni.
Di bagian atas, di permukaan air akan melayanglah zat-zat pengotor yang
berwarna coklat (bayangkan busa coklat di atas permukaan kopi ekspresso,
seperti itulah bentuknya). Melalui air yang dimasukkan terus menerus, akan
mengakibatkan zat-zat pengotor dan busanya meluap keluar tanki untuk dibuang
dan diproses kembali. Sedangkan larutan encer garam di bagian tengah akan
dipompa ke tangki berikutnya untuk dimurnikan secara kimia.
Pemisahan secara kimia dilakukan dengan beberapa kali proses. Proses
pertama adalah dengan mencampurkan Soda Ash (Na2CO3) ke larutan garam,
tujuannya untuk mengikat Ca+2 (kalsium) dalam bentuk endapan CaCO3. Lalu
mencampurkan Caustic Soda (NaOH) ke larutan garam untuk mengikat Mg+2
(Magnesium) yang akan keluar dalam bentuk endapan Mg(OH)2. Sedangkan Sr+2
(Strontium) dan logam berat lainnya secara otomatis akan ikut mengendap
bersama CaCO3 dan Mg(OH)2. Untuk mempercepat reaksi, di dalam reaktor juga
dipasangi mixer untuk pengaduk.
Berikutnya adalah membersihkan larutan garam dengan memasukkannya
ke dalam filter berisi karbon aktif dan menambahkan HCl untuk menyaring partikel
CaCO3 dan Mg(OH)2 yang mungkin masih terikut. Proses pemurnian yang terakhir
adalah dengan menggunakan resin khusus untuk menangkap ion-ion Ca+2, Mg+2
dan Sr+2.
Mengacu pada proses di pabrik kimia, yang memungkinkan layak
diaplikasikan di industri garam rakyat adalah proses pemurnian garam secara
fisika karena ringan biaya dan bebas dari bahan kimia. Caranya adalah dengan
menyaring air laut terlebih dulu sebelum dimasukkan ke tambak. Sebelum benar-
benar ke tambak, lebih baik air laut yang sudah disaring tersebut didiamkan dulu
ke sebuah kolam pemisahan sehingga zat-zat pengotornya akan mengambang di
permukaan kolam sehingga memudahkan untuk dibuang. Setelah beberapa lama
barulah bagian tengah air laut tersebut dipompakan ke tambak garam untuk
mengalami proses penguapan.
Jadi prinsipnya adalah kalau bahan baku air lautnya sudah bersih, garam
yang dihasilkannya juga akan lebih murni. Begitu juga saat pemanenan, proses
pengambilan kristal garam haruslah yang bagian atas saja, menghindari terikutnya
tanah tambak ke dalam garam yang diproduksi.

Industri Soda
Industri soda kaustik sering kali disebut industri klor alkali. Industri ini selain
mengahsilkan soda kaustik atau alkali hidroksida (NaOH) juga menghasilkan klor (Cl 2)
sebagai produk utamanya.
Proses elektrolisis berperan penting pada industri soda kaustik. Proses tersebut
menghasilkan produk berupa gas H 2, gas Cl2, dan NaOH (dimana sumber ion klorida
yang digunakan adalah NaCl).
Produksi soda kaustik dengan cara elektrolisis sudah dikenal pada abad ke-18,
tetapi baru pada tahun 1890 soda kaustik diproduksi dengan cara ini untuk keperluan
industri. Sampai beberapa tahun sebelum Perang Dunia I, kuantitas soda kaustik yang
dihasilkan sebagai koproduk klor dari proses elektrolisis boleh dikatakan dapat
diabaikan bila dibandingkan dengan yang dibuat dari soda abu dengan kaustisasi
gamping.
Kimiawan Swedia Karl Wilhelm Scheele menemukan klorin pada tahun 1774
dan membuatnya dalam bentuk unsur melalui reaksi asam klorida dengan pirolusit
(suatu mineral yang mengandung MnO2).
Scheele tidak menyadari bahwa gas kuning kehijauan yang dihasilkannya adalah unsur
dan hal ini terus berlangsung sampai Humphry Davy mengidentifikasinya pada 1811
dan menamainya klorin (dari kata Yunani chloros, berarti hijau). Sementara itu,
Berthollet dan de Saussure telah mendeskripsikan sifat pemutih dari klorin pada tahun
1786. Namun demikian, klorin kurang memuaskan dalam beberapa hal zat ini akan
merusak pakaian.
Kimiawan Skotlandia Charles Tennant membuat kemajuan penting pada tahun
1799 ketika ia mematenkan material yang disebutnya serbuk pemutih yang dibuat
dengan menjenuhkan kapur mati dengan klorin seperti reaksi berikut.
Ca(OH)2(s) + Cl2(g) CaCl(OCl)(s) + H2O(l)
Dengan demikian, paten pertama mengenai penggunaan klor di industri diterbitkan
pada tahun 1799 (seperempat abad setelah penemuannya) yaitu sebagai pemutih
tersebut.
Selama hampir satu abad sesudah penemuan klorin pada tahun 1774, metode utama
untuk membuat klorin untuk zat pemutih masih merupakan proses reaksi asli yang
pernah digunakan oleh Scheele. Ini merupakan metode yang sangat boros, sebab
sebagian mangan dan sebagian klorin hilang sebagai MnCl2. Menjelang pertengahan
abad ke-19, asam klorida (produk samping yang berbahaya dari proses Leblanc) sudah
banyak digunakan dalam manufaktur pemutih dan diperlukan metode untuk
mengoksidasinya yang lebih hemat.
Antara tahun 1868 dan 1874, kimiawan dan industriawan Inggris, Henry Deacon
mengembangkan suatu proses untuk mengonversi asam klorida gas menjadi klorin
dengan katalis tembaga klorida di mana kesetimbangan reaksinya tidak memuaskan.
Proses lain adalah proses Weldon, yaitu HCl dioksidasi dengan mangan dioksida
yang mahal. Pengembangan peralatan listrik arus searah berkapasitas besar
menjelang akhir abad ke-19 menyebabkan proses kaustisasi ini menjadi kuno dan
pada pertengahan abad kedua puluh, lebih dari 99% klor yang digunakan di dunia
diproduksi dari proses elektrolisis.

1.1 Jenis-jenis Bahan Baku


Bahan baku utama dalam industri soda kaustik adalah:
 Larutan garam (brine, 20-25% NaCl)
 Air
 Na2CO3
 Listrik
Bahan baku samping dalam dalam industri soda kaustik adalah:
 Asam sulfat (H2SO4)
 Merkuri (Hg)
 Asam Clorida (HCl)

1.2 Jenis-jenis Alternative Proses

Proses elektrolisis berperan penting dalam industri soda kaustik. Dimana


larutan garam (NaCl) dielektrolisis sehingga diperoleh kaustik soda (NaOH) serta
hidrogen di sisi katode dan gas klor (Cl2) di sisi anode. Jika diidnginkan klor dan
natrium hidroksida sebagai produk akhir, maka rancangan sel harus dibuat
sedemikian rupa sehingga kedua bahan tersebut tidak bercampur.
Terdapat tiga jenis rancangan sel pada proses elektrolisis yang banyak
digunakan dalam industri soda kaustik, yaitu:

1. Sel diafragma
2. Sel membran
3. Sel merkuri
Proses elektrolisis dengan sel difragma, ruang katode dan anode dipisahkan
menggunakan sekat yang disebut diafragma. Sel diafragma menjaga
bercampurnya gas hidrogen dan gas klor, karena kedua gas tersebut dapat
menyebabkan terjadinya ledakan apabila bercampur. Selain itu untuk mencegah
bereaksinya soda kaustik dengan klorin yang dapat membentuk natrium hipoklorit
(NaClO) dan natrium klorat (NaClO3) pada temperatur operasi diatas 400C.
Elektrolisis dengan menggunakan sel diafragma, arus DC dialirkan melalui sel
agar elektrolisa larutan natrium klorida dan arahnya dari anoda ke katoda, yang
berlawanan arah dengan aliran elektron.

GAMBAR 1.1 Diafragma Sel

Proses elektrolisis dengan sel merkuri anodenya terbuat dari grafit atau
titanium, tetapi katodenya adalah kolam aliran raksa (merkuri). Katode merkuri
mempunyai overpotensial yang lebih tinggi untuk mereduksi H2O menjadi OH- dan
H2(g).
Sel merkuri cukup banyak memberi keuntungan daripada sel diafragma, terutama
karena dapat menghasilkan NaOH dengan kemurnian tinggi tanpa prosedur
lanjutan yang terlalu banyak. Proses dengan menggunakan sel merkuri
menghasilkan konsentrasi larutan kaustik soda tertinggi diantara ketiga jenis sel-
sel yang lain.
Satu kerugian yang penting adalah sel merkuri memerlukan voltase yang lebih
tinggi (kira-kira 4,5 V) dibandingkan sel diafragma dan juga memerlukan energi
listrik yang cukup banyak, yaitu sekitar 3100 kWh/ton Cl2 dalam sebuah sel
merkuri, dibandingkan dengan 2700 kWh dalam sel diafragma. Kerugian lain yang
cukup serius dari sel merkuri ini adalah perlunya pengendalian limbah merkuri ke
lingkungan.
GAMBAR 1.2 Merkuri Sel

Proses elektrolisis larutan garam (brine) dengan menggunakan sel membrane


merupakan teknologi modern dalam industri soda kaustik.
Pada elektrolisis dengan sel membran, ruang anoda dan ruang katoda dipisahkan
oleh suatu membrane. Dimana membran hanya dapat dilalui oleh kation (ion
positif) atau disebut juga membran penukar kation. Membran penukar kation
memiliki peranan penting sebagai media yang memungkinkan terjadinya
perpindahan ion-ion natrium (Na+) dari ruang anoda ke ruang katoda dan
mencegah mengalirnya ion Cl- ke ruang katoda serta mencegah sebagian besar
ion OH- ke ruang anoda sehingga soda kostik yang dihasilkan tidak bercampur
dengan larutan garam.
Larutan garam natrium klorida jenuh yang mengandung ion-ion Na+ and Cl–
dialirkan ke dalam ruang anoda, sedangkan pada ruang katoda diisi air murni.
Suatu arus searah (DC) kemudian dialirkan melalui sel tersebut. Sel membran
beroperasi dengan menggunakan larutan garam yang lebih pekat dan
menghasilkan produk yang lebih murni dan lebih pekat.
GAMBAR 1.3 Membran Sel

Perbedaan Antara Ketiga Macam Sel Elektrolisis


Merkuri Diafragma Membran
Kualitas dari soda Tinggi, hanya Mengandung 1.0 – Tinggi,hanya
kaustik mengandung <30 1.5% berat NaCl mengandung <50
ppm NaCl ppm NaCl
Konsentrasi soda 50 % 12 % 33%
kaustik
Bahan baku air Beberapapemurniandi Beberapa pemurnian Air garam yang
garam perlukan, tetapi diperlukan, tetapi digunakan harus
tergantung pada tergantung pada dengan kemurnian
kemurnian garam kemurnian garam yang tinggi agar tidak
atau air garam yang atau air garam yang mempengaruhi
digunakan digunakan kinerja membran
Energi listrik yang sekitar 3100 Sekitar 2700 2200-2500
digunakan
(kWh/ton)
Tingkat Tinggi Tinggi Rendah
pencemaran
lingkungan
TABEL 1.1 Pebedaan ketiga macam sel elektrolisis

1.3 Kegunaan Produk


1.3.1 Kegunaan Soda Kaustik (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai alkali kaustik soda,
adalah kaustik logam dasar . Natrium hidroksida adalah basa yang umum
di laboratorium kimia. Natrium hidroksida ( NaOH ) banyak digunakan di
banyak industri, terutama sebagai kuat kimia dasar dalam pembuatan pulp
dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen dan sebagai pembersih
drain.

1. Industri Pulp dan Kertas


Industri pulp dan kertas merupakan salah satu pengguna
terbesar produk caustic soda di seluruh dunia, dimana caustic soda
digunakan sebagai bahan baku dalam proses pulping dan bleaching.
Caustic soda juga digunakan dalam proses daur ulang kertas bekas,
yaitu dalam proses “de-inking” kertas bekas, disamping juga banyak
digunakan dalam proses pengolahan air.
2. Industri Tekstil
Dalam industri tekstil, caustic soda digunakan dalam pemrosesan
kapas disamping juga dalam proses pewarnaan serat sintetik seperti
nilon dan polyester.
3. Industri Sabun dan Detergen
Dalam industri sabun dan deterjen, caustic soda digunakan
dalam reaksi saponifikasi, yaitu reaksi konversi minyak nabati menjadi
sabun. Caustic soda juga digunakan dalam pembuatan surfaktan
anionic yang merupakan komponen penting dalam produk deterjen
maupun produk pembersih.
4. Industri Minyak dan Gas Bumi
Industri minyak dan gas bumi (migas) memanfaatkan kaustic
soda dalam tahap eksplorasi, produksi maupun pemrosesan minyak dan
gas alam, dimana caustic soda digunakan untuk menghilangkan bau
yang berasal dari hidrogen sulfida (H2S) maupun mercaptan.
5. Dalam proses produksi aluminium, caustic soda digunakan untuk
melarutkan bijih bauksit yang merupakan bahan baku dalam produksi
aluminium.
6. Industri Kimia
Dalam industri kimia, caustic soda digunakan sebagai bahan
baku atau bahan kimia proses yang menghasilkan berbagai produk
kimia hilir, seperti bahan plastic, obat-obatan, pelarut, kain sintetik,
adesif, zat pewarna, cat, tinta, dan lain-lain. Caustic soda juga
digunakan secara luas untuk menetralisasi limbah yang bersifat asam
dan juga untuk menyerap komponen dalam gas buang yang bersifat
asam.
7. Netralisasi Minyak
Salah satu contoh penggunaan NaOH dalam skala industri, yitu
netralisasi minyak. Netralisasi dengan kaustik soda banyak dilakukan
dalam skala industry, karena lebih efisien dan lebih murah dibandingkan
dengan cara netralisasi lainnya. Selain itu penggunaan kaustik soda,
membantu dalam mengurangi zat warna dan kotoran yang berupa getah
dan lender dalam minyak.
Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna
dan kotoran seperti fosfatidan dan protein, dengan cara mementuk
emulsi. Sabun atau emulsi yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak
dengan cara sentrifusi.
Dengan cara hidrasi dan dibantu dengan proses pemisahan
sabun secara mekanis, maka netralisasi dengan menggunakan kaustik
soda dapat menghilangkan fosfatida, protein, rennin, dan suspense
dalam minyak yang tidak dapat dihilangkan dengan proses pemisahan
gum. Komponen minor (minor component) dalam minyak berupa sterol,
klorofil, vitamin E, dan karotenoid hanya sebagian kecil dapat dikurangi
dengan proses netralisasi.
Netralisasi menggunakan kaustik soda akan menyabunkan
sejumlah kecil trigliserida. Molekul mono dan digliserida lebih mudah
bereaksi dengan persenywaan alkali. Reaksi penyabunan mono dan
digliserida dalam minyak terjadi sebagai berikut:
GAMBAR 1.4 Reaksi penyabunan
Pemakaian larutan kaustik soda dengan kensentrasi yang terlalu tinggi
akan bereaksi sebagian dengan trigiserida sehingga mengurangi
rendemen minyak dan menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh
karena itu, harus dipilih konsentrasi dan jumlah kaustik soda yang tepat
untuk menyabunkan asam lemak bebas dalam minyak. Dengan
demikian penyabunan trigliserida dan terbentuknya emulsi dalam
minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan minyak netral dengan
rendemen yang lebih besar dan mutu minyak yang lebih baik.

1.3.2 Kegunaan Clorida (Cl2)

1. Sebagai disinfektan air dalam proses pembuatan air minum


2. Obat-obatan
3. Pulp dan kertas, pelarut, zat pewarna, tekstil, perminyakan, antiseptik,
insektisida, makanan, cat, plastik, pemutih
4. Klorin dalam bentuk Asam Klorida (HCl) digunakan pada industri logam
sebagai bahan baku ekstraksi.
5. Unsur halogen klorin dalam Kalium Klorida (KCl) digunakan sebagai
pupuk tanaman.
6. Klorin dalam Kalsium hipoklorit [Ca (OCl2)2] digunakan sebagai
desifektan dan bahan pemutih.
7. Fungsi klorin dalam bentuk Kalium klorat (KCl) bahanbaku pembuat
mercon dan korek api.
8. Klorin dalam bentuk Seng Klorida (ZnCl2) sebagai bahan pematri
(solder).
1.3.3 Keguanaan Hidrogen

Hidrogen sering dibuat menjadi senyawa, misalnya asam klorida dan


amonia, atau digunakan untuk hidrogenasi senyawa organik. Gas ini dapat
pula dibakar untuk pembangkitan kalor atau digunakan di dalam sel bahan
bakar untuk pembangkitan listrik.hidrogen juga digunakan dalam industri
pupuk, agen pereduksi bijih logam, pemurnian minyak bumi, pembuatan
metanol, hidrogen juga dipakai sebagai zat pendingin rotor dalam generator
listrik di stasiun penghasil listrik. H 2 digunakan sebagai pendingin rotor di
generator pembangkit listrik karena ia mempunyai konduktivitas termal
yang paling tinggi di antara semua jenis gas. Baru-baru ini juga hidrogen
digunakan sebagai bahan campuran dengan nitrogen (kadangkala disebut
forming gas) sebagai gas perunut untuk pendeteksian kebocoran gas yang
kecil.
Aplikasi ini dapat ditemukan di bidang otomotif, kimia, pembangkit
listrik, kedirgantaraan, dan industri telekomunikasi. Hidrogen adalah zat
aditif (E949) yang diperbolehkan penggunaanya dalam ujicoba kebocoran
bungkusan makanan dan sebagai antioksidan.

2.1 Metode Produksi


Industri adalah bidang usaha/perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa
bernilai ekonomi, melalui pemanfaatan sejumlah tertentu jenis sumber daya (bahan
mentah/bahan baku, teknologi, informasi, manusia, dan modal).
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa setiap industri baik industri kimia maupun
industri lainnya akan selalu mempertimbangakan waktu, mutu, biaya dan lingkungan
dalam prosesnya.
Atas dasar pertimbangan itulah proses elektrolisis sel membran sering kali
digunakan di banyak industri. Elektrolisis dengan sel membrane merupakan proses
yang paling ramah lingkungan karena mengkonsumsi energi secara minimum, bebas
polusi dan menghasilkan kualitas produk baik.

2.2 Spesifikasi Bahan Baku


Pada proses elektrolisis dengan sel membran, bahan baku yang digunakan yaitu
garam (NaCl), Air, natrium karbonat (Na2CO3) serta asam klorida (HCl).
Spesifikasi bahan baku dalam industri kaustik soda dengan elektrolisis sel
membrane adalah sebagai berikut

a. Sifat Fisik
BAHAN BAKU
BAHAN BAKU UTAMA
TAMBAHAN
SIFAT FISIK
Natrium Natrium
Air Asam Klorida
Clorida Carbonat
Fasa Padat Cair Padat Cair
Rumus Molekul NaCl H2O Na2CO3 HCl
Berat Molekul (g/mol) 58,45 18,0153 106 36,5
Titik Lebur, 1 atm (0C) 800,4 0 8510 −27,32 (larutan 38%)
Titik Didih, 1 atm (0C) 1413 100 - 110 (larutan 20,2%)
Densitas (g/ml) 1,13 0.998 2,533 1,18
Kapasitas Panas (cal/mol 1,8063 4184 4,3350 -
⁰C)
Panas Penguapan 40.810 40.7 7.000 -
cal/mol kJ/mol cal/mol
Entalpi Pembentukan - –286.0 - -
Standar (kJ/mol)
Tabel 2.1 sifat fisik bahan baku

b. Sifat Kimia

 Natrium Klorida (NaCl):

Dengan perak nitrat membentuk endapan perak klorida


NaCl + AgNO3 → NaNO3 + AgCl

 Asam Klorida (HCl)

Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia


dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam
klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium,
H3O+:[8][9]

HCl + H2O → H3O+ + Cl−


Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh
karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium
klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh
dalam air

 Natrium Karbonat (Na2CO3)


CO2 murni dapat diperoleh dari melakukan pemanasan natrium bikarbonat
pada persamaan berikut:
2 NaHCO3  Na2CO3 + CO2 + H2O

2.3 Spesifikasi Produk


Industri Kaustik Soda mengahasilkan Natrium Hidroksida, Cl2 (l) dan H2 (g) . Berikut
karakteristik dari ketiganya.
 Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari
oksida basa natrium oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk
larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai
macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses
produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium
hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan
secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam
air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan
metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada
kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan
natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.

Sifat-Sifat NaOH
Berikut adalah sifat-sifat fisik dari kaustik soda atau NaOH
a. Sifat fisik

Natrium Hidroksida
Nama Sistematis Natrium Hidroksida

Nama lain Soda kaustik

Sifat

Rumus molekul NaOH

Massa molar 39,9971 g/mol

Penampilan zat padat putih

Densitas 2,1 g/cm³, padat

Titik leleh 318°C (591 K)

Titik didih 1390°C (1663 K)

Kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20°C)


Kebasaan (pKb) -2,43
Tabel 2.2 sifat fisik NaOH

 Klor (Cl2 ) dan Hidrogen (H2)


a. Sifat Fisik

SIFAT FISIK Klor Hidrogen

Fasa Gas Gas


Rumus Molekul Cl2 H2
Berat Molekul 71 gr/mol 1,00794 gr/mol
Titik Lebur,1 atm 171,6 K 14,01 K
Titik Didih,1 atm 239,11 K 20,28 K
Densitas 3,2 gr/ml 0,08988 gr/ml
Kapasitas Panas 33,949 28,836
J·mol−1·K−1 J·mol−1·K−1
TABEL 2.3 sifat fisik Cl2 dan H2
b. Sifat Kimia
 Hidrogen (H2)
Hidrogen terbakar menurut persamaan kimia:
H2(g) + O2(g) → 2H2O(l)

2.4 Proses Elektrolisis dengan Sel Membran


Terdapat beberapa tahapan proses dalam pembuatan kaustik soda ini,
diantaranya : tahap pemurnian bahan baku, proses utama, tahap pengolahan akhir.
1. Pemurnian Bahan Baku
Tahap pemurnian bahan baku merupakan tahap awal dari proses ini. Tahap
pemurnian bahan baku meliputi pencampuran, pengendapan pengotor,
penyaringan pengotor, penukaran ion.
1) Pencampuran
Garam (97,7%) dilarutkan bersama air proses dan garam lemah recycle
pada suhu 90,6oC ke dalam tangki pencampur untuk mendapatkan larutan
garam konsentrasi 27%. Larutan garam jenuh keluar dari tangki pencampur
memiliki suhu 67,1oC memasuki tangki pengendap, suhu operasi yang baik
untuk pengendapan adalah diatas 60oC.

2) Pengendapan Pengotor
Larutan garam dari tangki pencampur memasuki tangki pengendap untuk
diendapkan pengotornya, diantaranya CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2
menggunakan Na2CO3 dan NaOH dengan reaksi sebagai berikut:
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3↓ + Na2SO4
MgSO4 + 2NaOH → Mg(OH)2 ↓+ Na2SO4
CaCl2 + Na2SO4 → CaSO4↓ + 2NaCl
MgCl2 + 2NaOH → Mg(OH)2↓ + 2NaCl
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 ↓ + 2NaCl
Reagen dan pengotor bereaksi membentuk endapan dan dikeluarkan dari dasar
tangki. Pemberian reagen dilakukan dengan kadar berlebih untuk mendapatkan
hasil yang optimum. Sekitar 60% dari pengotor yang mengendap keluar dari
bagian bawah tangki pengendap, sedangkan larutan lainya keluar dari bagian
atas clarifier menuju ke filter.
3) Penyaringan (Filtrasi)
Endapan yang masih tersisa seluruhnya difilter dalam filter press.
4) Penukaran Ion
Selama proses sedimentasi tidak semua ion bereaksi dengan reagen dan
dan akan terdapat ion-ion yang tidak diinginkan sehingga diperlukan perlakuan
lebih lanjut agar NaCl yang akan di elekrolisis terbebas dari pengotor ‘impuritis’.
Karena itu digunakan resin untuk mengikat ion-ion tersebut.
Larutan NaCl dilewatkan pada resin. Resin yang mengikat kation disebut
resin kation dan resin yang mengikat anion disebut resin anion. Reaksi
penukaran ion yang terjadi adalah:
Resin kation : R-H + A- → R-A + H+
Resin anion : R-OH – B+ → R-B + OH-

Proses diatas terjadi secara reversible sehingga bila resin sudah jenuh, atau
tidak bisa menangkap atau mengikat ion mineral positif/negative, bisa
diregenerasi kembali. Regenerasi dilakukan dengan mereaksikan kembali resin
dengan asam-basa yaitu NaOH dan H2SO4 sehingga ion mineral positif yang
sudah terikat di resin akan terlepas lagi. Reaksi regenerasi sebagai berikut:
2(R-A) + H2SO4 → 2(R-H) + A2SO4
2R-B + NaOH → R-OH + NaB
2. Proses Utama
Prosen utama merupakan tahapan inti dari industri soda kaustik ini. Proses
ini terdiri dari pengasaman dan elektrolisis.
1) Penambahan HCl (Pengasaman)
Penambahan HCl dilakukan untuk mengurangi terjadinya pembentukan
chlorate pada sel elektrolisa, larutan masuk anoda diasamkan hingga pH 4.
2) Elektrolisa
Larutan yang keluar dari resin penukar ion sebelum memasuki sel
elektrolisa akan dipanaskan terlebih dahulu. Proses elektrolisa menggunakan
titanium sebagai sel anoda dan nikel sebagai sel katoda yang dialiri arus DC
(direct current) sebagai sumber energi.
Pada anoda feed masuk adalah larutan garam, ion Cl- pada NaCl teroksidasi
dan membuntuk Cl2 sedangkan ion Na+ kehilangan pasangan dan bergerak
menuju katoda. Pada katoda feed masuk adalah H 2O dan NaOH recycle, ion
H+ dari H2O tereduksi menjadi H2 sehingga ion OH- kehilangan pasangan. Ion
Na+ dan OH- ini selanjutnya bertemu dan membentuk NaOH. Dihasilkan larutan
NaOH yang dihasilkan 32%.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
- Anode
Ionisasi : NaCl  Na+ + Cl-
2Cl-  Cl2 (g) + 2e-
- Katode
Ionisasi : H2O  H+ + OH-
2 H+ + 2 e–  H2 (g)

Reaksi elektrolisis larutan garam (NaCl) secara keseluruhan dapat dituliskan


sebagai berikut:

2NaCl + 2H2O  2NaOH +Cl2(g) + H2(g)


Antara sel anoda dan katoda dibatasi oleh membran, yaitu nafion yang
hanya dapat dilalui oleh ion positif.
Hasil samping dari proses elektrolisa ini berupa gas chlorine (Cl 2) dan gas
Hydrogen (H2). Gas Cl2 diproses lebih lanjut menjadi Cl2 liquid, sedangkan gas
H2 diblower ke udara karena jumlahnya relatif sedikit.

garam
air

lar garam

pemurnian
biasa

pemurnian dengan
penukar ion

GAMBAR 2.1 Diagram alir proses pemurnian dan proses elektrolisis

Larutan keluar anoda di recycle kembali menuju tangki pencampur.


Sedangkan larutan keluar katoda mengandung NaOH 32%, 10% direcycle
kembali sebagai umpan dan sebagian yang lain diproses lebih lanjut untuk
mendapatkan NaOH 50%.

3. Pengolahan Akhir
1) Evaporasi
Untuk menghasilkan NaOH 50% maka diperlukan tahap selanjutnya yaitu
evaporasi. NaOH 32% yang keluar dari sel elektrolisa memasuki evaporator.
NaOH di evaporasi menggunakan steam sehingga NaOH 50% keluar. NaOH
50% kemudian didinginkan melalui beberapa tahap pendinginan, pertama
ditukarkan panasnya dengan feed katoda sehingga suhunya turun, larutan ini
kemudian didinginkan kembali menggunakan air pendingin dan ditampung ke
dalam tangki penampung.

2) Evaporasi Akhir
Kaustik 50% yang sudah didinginkan dan diendapkan atau kaustik yang
telah dimurnikan secara khusus dapat dipekatkan dengan menggunakan
evaporator akhir efek-tunggal agar menjadi NaOH 70% sampai 75% dengan
menggunakan uap bertekanan 500 sampai 600 kPa. Kaustik yang sangat
pekat ini harus ditangani dengan pipa yang dipanasi dengan pipa uap agar
tidak mengalami pembekuan. Larutan itu lalu diteruskan ke periuk
penyelesaian.

3) Penyelesaian Kaustik dalam Periuk


Walaupun penyelesaian kaustik 50% itu dulu dilakukan di dalam periuk-
periuk besi tuang dengan menggunakan pemanasan langsung, efisiensi
kalornya cukup rendah sehingga dewasa ini cara ini dilakukan hanya untuk
kaustik 70% sampai 75% saja. Suhu akhirnya adalah 500 0C sampai 6000C dan
ini menguapkan airnya sampai kira-kira 1% yang tertinggal. Periuk-periuk besi
ini sekarang digantikan dengan evaporator. Cara ini juga untuk konsentrasi di
atas 50%. Kaustik anhidro yang panas itu diolah dengan belerang agar
kandungan besinya mengendap dan keluar. Produk ini dipompakan dengan
pompa sentrifugal yang menyalurkan bahan meleleh itu ke dalam drum-drum
baja yang dapat menampung 320 kg atau ke dalam mesin penyerpih.
Diagram alir pemekatan lar. NaOH
ke pompa
vakum
H2O H2O
C1 C2
E1
E5
E2 E3 E4 kukus
kukus
tek. lewat
rendah jenuh

D PF
lar. NaOH lumpur (Na2CO3,
B
1 B2
encer
Ca(OH)2, NaCl).
E1 : penguap Kestner D : pengendap/pengkristal
E2,E3,E4 : penguap multi tahap PF : penyaring putar Oliver
B1 : pemekat lelehan
E5 : penguap vakum NaOH
B2 : pan pelelehan
C1,C2 : kondensor

GAMBAR 2.2 Diagram alir pemekatan larutan NaOH

4. Proses Pengolahan Produk Samping


Proses ini dilakukan untuk megolah Cl2 berfasa gas menjadi Cl2 yang berfasa
cair. Proses tersebut terdiri dari:
1) Pendinginan
Gas Cl2 keluar dari bagian atas anoda masih mengandung H 2O yang
terikut dan sedikit O2 untuk mendapatkan Cl2 liquid dengan kemurnian 99,65%
kandungan air harus dihilangkan terlebih dahulu. Dimana Gas Cl2 didinginkan
menggunakan brine hingga suhunya mencapai 10 oC pada suhu ini campuran
gas Cl2 telah berada pada dua fase. Campuran gas-liquid ini kemudian
dipisahkan dalam flash separator, produk atas dari flash separator berupas gas
yang memiliki kandungan Cl2 sekitar 99,65.
2) Pengeringan
Setelah didinginkan, gas klor dikeringkan dengan asam sulfat di dalam
menara pembasuh. Sampai pada menara asam sulfat ini, klor basah itu harus
ditangani dengan menggunakan bahan yang tahan, seperti poliester, polivinil
klorida, dan lain-lain.

3) Pemampatan dan Pencairan Klor


Untuk mendapatkan Cl2 liquid, gas Cl2 terlebih dahulu dinaikan
tekananya, kemudian dikondensasikan. Kompresi dilakukan dalam dua stage,
kompresi pertama tekanan Cl2 gas 1 atm dinaikan tekananya menjadi 4 atm,
dan didapatkan suhu keluar kompresor 154 oC. Selanjutnya dilakukan
pendinginan dari gas Cl2 untuk meringankan beban kompresor ke dua, gas
Cl2 didinginkan menggunakan brine hingga suhu 50oC. Kompresi yang kedua
menaikan tekanan gas Cl2 dari tekanan 4 atm menjadi tekanan 6 atm. Gas Cl2
keluar dari kompresor kedua pada suhu 93 oC, kemudian didinginkan dengan
air pendingin hingga suhu 45oC, dan dikondensasikan sehingga menjadi liquid
hingga suhu 8oC.

Pada elektrolisa ini terjadi reaksi samping. Reaksi samping yang terjadi
yaitu pembentukan Chlorate (NaClO3) reaksi pembentukan chlorate :

H2O + Cl2 ↔ HClO + HCl

HClO + 3NaOH → NaClO3 + 2NaCl + 3H2O

Perpindahan ion yang terjadi dalam elektrolisa juga tidak sempurna, sekitar
5% ion Cl- lolos menuju katoda (Uhde), dan sekitar 5% ion OH - lolos menuju
anoda, membentuk NaOH dan kemudian membentuk chlorate.

Reaksi samping lain yang terjadi adalah sebagian dari H 2O di


anoda juga teroksidasi dengan reaksi:

H2O → 2H+ + O2 + 2e-

Reaksi ini menghasilkan gas O2 yang akan keluar dari bagian atas anoda, dan
ion H+ yang akan menuju ke katoda, kemudian ion H + bereaksi dengan OH-
manjadi H2O (back mixing).

Pengotor yang tidak dikehendaki dalam kaustik 50% adalah besi klorida,
NaCl, dan NaClO3. Penyingkiran besi-besi biasanya dilakukan dengan
mengolah kaustik itu dengan 1% berat serbuk kalsium karbonat dan
menyaring campuran yang dihasilkan. Klorida dan klorat dikeluarkan dengan
meneteskan kaustik 50% itu ke dalam kolom larutan ammonia 50%.
Pengolahan ini menghasilkan kaustik yang hampir bebas sama sekali dari
klorida dan klorat

GAMBAR 2.3 Block diagram pembuatan NaOH

Proses Industri Soda Abu

PENDAHULUAN
Pembuatan soda abu merupakan salah satu industry terbesar kimia dasar yang paling
penting. Dalam nilai dolar penggunaannya, sangat beraneka ragam, sedemikian
rupa, sehingga boleh dikatakan tidak ada barang konsumsi yang diperjualbelikan
yang tidak bergantung padakhlor dan alkali pada salah satu tahap pembuatannya.
Produk soda abu dijual kembali kepada insdustri dimana ia kemudian digunakan
untuk pembuatan sabun dan detergen, serat dan plastic, kaca, petrokimia, pulp, dan
kertas, pupuk bahan peledak, pelarut, dan berbagai bahan kimia lainnya.
SEJARAH
Proses sintesis yang sekarang digunakan untuk pembuatan soda abu adalah proses
solvay. Sebelum metode ini dikembangkan, proses yang digunakan secara luas
adalah proses LeBlanc (1773). Proses ini didasarkan atas pemanggangan kerak
garam (salt cake) dengan karbon dan batu gamping di dalam tanur putar dan seudah
itu mengeras hasilnya dengan air. Produk kasar dari reaksi itu disebut abu hitam
(black ash). Pengerasan dilakukan pada waktu dingin ; pada pengerasan itu
berlangsung hidrolisis sebagian sulfide. Ini kemudian diubah lagi menjadi karbonat
melalui pengolahan dengan gas yang mengandung karbon dioksidayang berasal dari
tanur abu hitam. Larutan natrium karbonat yang dihasilkan, dipekatkan sehingga
menghasilkan natrium karbonat, yang kemudian dikeringkan atau dikalsinasi. Di
Amerika Serikat tidak pernah ada yang menggunakan proses LeBlanc dan dewasa
ini tidak ada lagi pabrik yang beroperasi dengan proses ini di dunia. Pada tahun 1861,
Ernest Solvay mulai mengembangkan proses soda ammonia. Pada mulanya proses
ini mengalami kesulitan besar dalam bersaing dengan proses LeBlanc yang lebih tua
dan lebih mapan, namun dalam beberapa tahun sajproses solvay berhasil
menurunkan harga soda abu sebanyak sepertiganya. Setelah suatu persaingan yang
sengit dimana para penghasil soda LeBlanc menggunakan taktik banting harga,
proses soda amonia akhirnya berhasil menggantikan proses LeBlanc secara
keseluruhan pasa tahun 1915.
Proses solvay tetap mendapat perhatian di Eropa dan Negara – Negara yang tidak
mempunyai endapan natrium karbonat alam, tetapi pada tahun 1982 hanya satu
pabrik saja yang masih beroperasi dengan proses solvay di Amerika Serikat. Pabrik
itu dapat tetap hidup karena biaya terpasangnya murah sedang ongkos angkut tinggi.
Pasaran dalam negeri Amerika Serikat sekarang dikuasai oleh soda “alam” yang
berasal dari endapan . di Wyoming juga banyak yang diekspor. Proses solvay
membutuhkan 18,4 GJ energy untuk membuat 1 t soda abu, sedang penambangan
setiap ton metric soda abu hitam hanya memerlukan 8,4 GJ saja, sehingga
penambangan ini lebih menarik dari segi energy.

PENGERTIAN
Soda abu adalah suatu zat padat ringan yang agak larut di dalam air dan biasanya
mengandung 99,3 % Na2CO3. Zat ini dijual atas dasar kandungan natrium
oksidanya yang biasanya adalah 58%. Produksi soda abu dari endapan trona alam
sekarang sudah melebihi jumlah yang dari ammonia soda. Proses sintetik sudah
terdesak karena biaya tinggi dan masalah pencemaran dan sudah mulai berkurang
digunakan di Amerika Serikat.
Sifat – sifat nitrogen
 Dapat larut dalam air dan bersifat basa
 Hablur soda melepuh di udara
 BM : 106
 Titik lebur : 851 ºC
 Titik Didih : Terurai

PROSES PEMBUATAN SODA ABU


DIAGRAM ALIR PEMBUATAN Na2CO3 SECARA SOLVAY

URAIAN :
Pada proses pembuatan Na2CO3 seacara solvay akan terjadi reaksi :
1. CaCO3 Ca + CO2
2. C + O2 CO2 + Q
3. CaO + H2O Ca ( OH )2 + Q
4. NH3 + H2O NH4OH + Q
5. 2NH4OH + CO2 ( NH 4)2CO3 + H2O + Q
6. ( NH 4)2CO3 + NaCl NH4CL + NaHCO3
7. 2NaHCO3 Na2CO3 + CO2 + H2O
8. 2NH4CL + Ca( OH )2 2NH3 + CaCL2 + 2H2O

Jadi persamaan dari proses keseluruhan dapat ditulis :


CaCO3 + 2NaCl Na2CO3 + CaCl2
Uraian Proses
 NaCl jenuh dialirkan ke absorber bersama dengan CO 2 dan NH3 maka akan terjadi
reaksi 4,5,6. Reaksi ini berlangsung pada suhu 40°- 50° C.
 Hasil larutan dan sisa gas dari reaksi dikeluarkan lewat bawah absorber untuk
dialirkan ke menara carbonatasi dari puncak. Akrena reaksi eksoterm,maka perlu
pendingin untuk menjaga suhu reaksi.pada menara ini akan terjadi reaksi no.7
pada suhu 25°-60° C dan tekanan 2-3 atm disamping itu juga terbentuk reaksi
no.5,6 ( reaksi penyempurnaan).
 Hasil reaksi berupa lumpur NaHCO3 dialirkan ke dalam rotary filter untuk
memisahkan padatan NaHCO3 dari larutannya.
 NaHCO3 dikeringkan dalam kalsinator,disini terjadi reaksi no. 8 karena reaksi
bersifat endoterm maka perlu energi yang diberikan dari bahan bakar.
 Soda abu yang terbentuk didinginkan dalam pendingin dengan disemprotkan H2O
 Tapisan dari rotary filter dialirkan ke menara pemulihan untuk membebaskan NH 3
dan Ca (OH)2
 Slury ini bagian terbesar mengandung NH4CL 193 gr/lt.
 Larutan buangan CaCL2 dari hasil analisa mengandung : CaCl2 = 90-95 gr/lt, NH3
= 6-12 ppm.
 Sumber Ca ( OH )2 dan CO2 berasal dari pembakaran batu kapur dan C reaksi
no.1,2,3
 Kemurnian Na2CO3 = 99,8%.

Industri Asam Klorida

Asam Hidroklorida merupakan larutan jernih, tidak berwarna dari hidrogen


klorida (HCl) dalam air. Asam ini sangat korosif, merupakan asam mineral kuat yang
banyak kegunaannya dalam industri. Asam hidroklorida ditemukan di alam sebagai
asam lambung.
Secara historis disebut asam muriatat, dan roh garam, asam hidroklorida
dihasilkan dari vitriol (asam sulfat) dan garam biasa. Asam ini pertama kali muncul
selama Renaissance, dan kemudian digunakan oleh ahli kimia seperti Glauber,
Priestley dan Davy dalam penelitian ilmiah mereka.
Dengan produksi utama dimulai pada revolusi Industri, asam klorida digunakan
dalam industri kimia sebagai pereaksi kimia dalam produksi skala besar vinil klorida
untuk plastik PVC, dan MDI / TDI untuk poliuretan. Asam ini memiliki banyak aplikasi-
skala yang lebih kecil, termasuk pembersih rumah tangga, produksi gelatin dan aditif
makanan lainnya, anti-kerak (descaling), dan pengolahan kulit. Sekitar 20 juta ton asam
klorida diproduksi di seluruh dunia setiap tahunnya.
Senyawa terkait dengan asam hidroklorida adalah asam hidrobromida dan asam
hidro-iodida.
SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI PEMBUATAN HCl

Proses pembuatan HCl pertama sekali diperkenalkan oleh Lavoiser pada tahun
1789. Pada saat itu HCl diperkenalkan sebagai gas ammonia yaitu berupa chlorine
dalam gugusan senyawa anorganik. Kemudian pada tahun 1810, Davy mempelajari
gugusan senyawa anorganik tersebut, dan kemudian beliau membuktikan bahwa gas
tersebut hanya mengandung gugus-gugus hydrogen dan chlorine sehingga kemudian
dikenal dengan nama hydrogen klorida (HCl). HCl mentah dibuat oleh ahli kimia
terdahulu dalam studi penyulingan minyak dan purifikasi logam.

Dari ketiga asam mineral dasar, yaitu asam nitrat, asam sulfat dan asam klorida,
asam klorida merupakan zat terakhir yang ditemukan. Mungkin karena uap yang
terbentuk tidak dapat langsung dikondensasikan tetapi harus diserap dengan air
dahulu. Pertama kali HCl dikenal dengan nama ‘spiritus salis’ yang dikemukakan oleh
seorang Itali yang bernama Basilius Valentinus pada abad XV.

Kira-kira pada tahun 1648, seorang ilmuwan bernama Glauber melakukan


eksperimen yang menghasilkan asam, yaitu dengan mereaksikan sulfuric acid dengan
garam. Pada tahun 1823 di Inggris, reaksi ini digunakan Leblanc untuk pembuatan
Sodium Carbonate. Dan akhirnya reaksi itu terus dipakai untuk pembuatan garam dan
HCl. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi maka proses
pembuatan HCl pun terus berkembang sampai saat ini.

SIFAT HCL

a. SIFAT DAN REAKSI KIMIA


Hidrogen klorida (HCl) adalah suatu asam monoprotik, yang berarti asam ini dapat
berdisosiasi (yaitu, mengion) hanya sekali untuk menghasilkan satu ion H+ (proton
tunggal). Dalam air asam hidroklorida, H + bergabung dengan satu molekul air
membentuk ion hidronium, H3O+:
HCl + H2O → H3O+ + Cl−
Ion lain yang terbentuk ialah Cl−, ion klorida. Oleh karena itu, asam
klorida digunakan untuk membuat garam-garam yang disebut klorida, seperti
natrium klorida (NaCl). Asam klorida merupakan suatu asam kuat, karena ia secara
esensial terdisosiasi dengan sempurna di dalam air.
Asam monoprotik memiliki satu konstanta disosiasi asam, Ka, yang menunjukkan
tingkat disosiasi dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, Ka-nya besar. Upaya
teoritis untuk menetapkan Ka bagi HCl telah dibuat.[21] Bila garam klorida seperti
NaCl ditambahkan pada HCl encer mereka secara praktis tidak memiliki efek
terhadap pH, yang menunjukkan bahwa Cl− adalah basa konjugasi sangat lemah
dan HCl sepenuhnya terdisosiasi dalam larutan berair.
Bagi “zat-antara” untuk larutan asam klorida kuat, asumsi bahwa molaritas H + (unit
konsentrasi) sama dengan molaritas HCl yang sangat baik, menyetujui empat angka
signifikan.
Dari enam asam mineral kuat yang umum dalam kimia, asam klorida merupakan
asam monoprotik yang paling tidak mungkin menjalani reaksi reduksi-oksidasi. HCl
merupakan salah satu dari asam kuat paling berbahaya untuk ditangani, terlepas
dari keasamannya, asam ini terdiri dari ion non reaktif dan non-toksik. Larutan asam
klorida dengan kekuatan sedang adalah sangat stabil pada penyimpanan,
mempertahankan konsentrasinya melampaui waktu. Atribut ini, ditambah fakta
bahwa HCl tersedia sebagai reagen murni, membuat asam klorida reagen
pengasaman yang baik.
Asam hidroklorida adalah asam yang lebih disukai dalam titrasi untuk penentuan
jumlah basa. Tintran asam kuat memberikan hasil lebih tepat karena titik akhir yang
lebih jelas. Azeotrop atau asam hidroklorida “bertitik didih konstan” (secara kasar
20,2%) dapat digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif,
meskipun konsentrasinya yang tepat bergantung pada tekanan atmosfir ketika
asam ini dibuat.
Asam hidroklorida sering kali digunakan dalam analisis kimia untuk menyiapkan
(“menghancurkan”) sampel untuk analisis. Asam klorida—begitu ia sering disebut–
dapat melarutkan banyak logam dan menjadi logam klorida dan gas hidrogen, dan
asam ini bereaksi dengan senyawa basa seperti kalsium karbonat atau tembaga(II)
oksida, yang membentuk klorida terlarut yang dapat dianalisis.

b. SIFAT FISIKA
Sifat-sifat fisika dari asam klorida, seperti titik didih dan titik lebur, densitas, dan pH,
bergantung pada konsentrasi atau molaritas HCl dalam larutan berair. Molaritasnya
berkisar dari larutan dalam air pada konsentrasi sangat rendah yang mendekati 0%
HCl hingga nilai bagi asam klorida berasap pada konsentrasi melebihi 40% HCl.
c. MANFAAT DAN KEGUNAAN HCl
1. Suatu aplikasi penting dari asam klorida berkualitas tinggi adalah regenerasi
pertukaran ion.
2. Kontrol pH dan penetralisir
Asam klorida digunakan mengatur pH suatu larutan. Banyak dipakai di industri
pada proses pemurnian (industri makanan, farmasi, air minum), asam klorida
yang berkualitas tinggi digunakan untuk mengendalikan pH dalam proses
pemurnian air di PDAM.
3. Pelapisan atau pengawetan permukaan metal, untuk memindahkan besi oksida
atau mengelupaskan karat dari besi atau baja sebelum pengolahan (extrusion,
rolling, galvanizing, dan teknik lain).
4. Garam kalsium klorida, nickel(II) klorida untuk penyepuhan dengan
memanfaatkan tegangan listrik, dan seng klorida untuk industri yang
memproduksi baterai basah (accu).
5. Konsumsi asam klorida terbesar pada industri pembuatan vinil klorida untuk pipa
atau bahan yang terbuat dari PVC, dan MDI dan TDI untuk polyurethane sebagai
campuran organik.
6. Asam klorida adalah suatu bahan kimia pokok, dan seperti halnya itu digunakan
untuk sejumlah besar aplikasi dari skala kecil, seperti bahan pembersih pada
rumah tangga, dan industri manufaktur/konstruksi bangunan. Meningkatkan
produksi minyak pada sumur pengeboran minyak dengan cara menyuntikan
asam klorida ke dalam batu karang pada pembentukan suatu sumur minyak,
menghancurkan sebagian dari batu karang, dan menciptakan suatu struktur
lubang yang besar.
7. Banyak reaksi kimia yang membutuhkan asam klorida dalam memproduksi
makanan, ramuan makanan, dan zat additif makanan. Jenis produknya meliputi
aspartame, fruktosa, asam citric, lysine, hydrolyzed (sayuran) protein sebagai
sumber makanan, dan juga pada proses pembuatan agar-agar.

d. KEAMANAN HCL
Asam klorida pekat (asam klorida berasap) membentuk kabut asam. Baik
kabut asam maupun larutannya mem-punyai efek korosif terhadap jaringan tubuh
manusia, dengan berpotensi terhadap kerusakan organ pernafasan, mata, kulit, dan
usus secara irreversibel.
Pada pencampuran asam hidroklorida (HCl) dengan zat kimia pengoksidasi
biasa, seperti natrium hipoklorit (pemutih, NaClO) atau kalium permanganat
(KMnO4), menghasilkan racun gas klor.
NaClO + 2 HCl → H2O + NaCl + Cl2
2 KMnO4 + 16 HCl → 2 MnCl2 + 8 H2O + 2 KCl + 5 Cl2
Peralatan pelindung diri seperti sarung tangan karet atau PVC, kaca mata
pelindung, dan pakaian tahan-zat kimia dan sepatu harus digunakan untuk
meminimalkan resiko ketika menangani asam hidroklorida. Badan Perlindungan
Lingkungan Amerika Serikat mengatur tingkat asam klorida sebagai suatu zat
beracun.
Angka UN atau angka DOT adalah 1789. Angka ini ditampilkan pada sebuah
plakat pada wadahnya.

PROSES PEMBUATAN HCL

1. MACAM-MACAM PROSES PEMBUATAN HCl

Secara umum proses pembuatan HCl dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain:

a. Proses Salt-Sulfuric Acid


Pada proses ini terjadi 2 tahap reaksi yaitu:

NaCl + H2SO4 NaHSO4 + HCl

NaHSO4 + NaCl Na2SO4 + HCl

Reaksi kedua bersifat endotermik sehingga dibutuhkan temperature yang


cukup tinggi sehingga diperlukan beberapa furnace dengan tipe yang berbeda.

b. Proses Hargreaves
Pada proses ini digunakan bahan baku garam, SO2, udara dan air dengan

reaksi : 4NaCl + 2SO2 + O2 + 2H2O Na2SO4 + 4HCl

Reaksi yang terjadi bersifat endotermik dan reaktan yang masuk harus
dinaikkan temperaturnya sampai 450 – 540oC.
Pada saat ini proses Salt-Sulfuric Acid dan proses Hargreaves jarang digunakan
lagi karena produk HCl yang dihasilkan kemurniannya sangat rendah.

c. Proses Direct Sintetic Hydrogen dan Chlorine


Pada prinsipnya proses ini merupakan proses yang mereaksikan hydrogen
dan klorin secara langsung dalam suatu reaktor. Produk HCl yang dihasilkan pada
proses ini mempunyai konsentrasi yang relatif tinggi  20oBaume. Reaksi yang
terjadi antara hydrogen dan klorin sangat eksotermik, sehingga reactor biasanya
dilengkapi dengan suatu system pendingin.

Gas HCl yang dihasilkan diturunkan temperaturnya dalam suatu cooler.


Gas tersebut kemudian dipisahkan dari gas-gas inert lain dalam suatu absorber,
sehingga produk yang didapat mempunyai kemurnian yang tinggi.

d. Recovery By-Product
Di sini HCl dihasilkan sebagai hasil samping dari suatu reaksi dalam
industri kimia, antara lain:

1. Vynil chloride dari Dehydrichlorinasi 1,2 dichloroetana


ClCH2CH2Cl CH2=CHCl + HCl

2. Isocyanates dari Phosgenasi amina


RNH2 + CoCl2 RNCO + 2HCl

3. Chlorinasi hydrocarbon alifatik


CH3Cl + 2Cl2 CHCl3 + 2HCl

4. Fluorocarbon dari alkyl chloride


CCl4 + 3HF CClF3 + 3HCl

HCl yang dihasilkan dari proses ini biasanya direcycle lagi untuk
kebutuhan proses industri yang bersangkutan. Hanya sebagian kecil HCl hasil
recovery-by product yang dijual sebagai produk komersil karena kemurniannya
tidak menentu.

KOMPONEN BAHAN BAKU, PRODUK UTAMA DAN SAMPINGAN, SIFAT FISIKA


DAN KIMIANYA

1. Hydrogen
Rumus molekul : H2
Berat molekul, Kg/Kmol : 2,014
Wujud : gas
Warna : tidak berwarna
o
Titik didih, C : -252,77
Titik leleh, oC : -254,40
Temperature kritis, oC : -240,74
Tekanan kritis, atm : 12,8
Kapasitas panas, Kj/KmoloC : 8,28 + 0,00056T

2. Chlorine
Rumus molekul : Cl2
Berat molekul, Kg/Kmol : 70.906
Wujud : gas
Warna : hijau kekuningan
Titik didih, oC : -34,05
o
Titik leleh, C : -100,98
Temperature kritis, oC : 1144
Tekanan kritis, Mpa : 7,71
Kapasitas panas, Kj/KmoloC :6,62 + 0,00081T

3. Nitrogen
Rumus molekul : N2
Berat molekul, Kg/Kmol : 28,02
Wujud : gas
Warna : tidak berwarna
Titik didih, oC : -195,8
Titik leleh, oC : -209,86
Temperature kritis, oC : -147,1
o
Kapasitas panas, Kj/Kmol C : 0,51 + 0,00012T
Tekanan kritis, atm : 33,5

4. Hydrochloric acid
Rumus molekul : HCl
Berat molekul, Kg/Kmol : 36,461
Wujud : liquid
Warna : tidak berwarna
Titik leleh, oC : -52,7
Titik didih, oC : 108,58
Viskositas pada 25oC,cP : 0,95366
Refractive index pada 1 atm : 0,000415

5. Air
Rumus molekul : H2O
Berat molekul, Kg/Kmol : 18,02
Wujud : liquid
Warna : tidak berwarna
Titik didih, oC : 100
o
Titik leleh, C :0
Kapasitas panas, Kj/KmoloC : 17,995
Tekanan kritis, atm : 218,4
Temperature kritis, oC : 374,15

BLOK DIAGRAM PEMBUATAN HCl

H2
Sintesa
produk HCl
purifikasi penyimpanan
Cl2

- reactor - absorber - tanki

- Tail tower

FLOWSHEET PEMBUATAN HCl


C-01 VENT

H-03
P-03

1 atm 1 atm
o H-04 o
1 atm 40 C 40 C
o
149 C P-04

H2 T-02
BL-04 TT-01 1 atm
o
AB-01 40 C

BL-01 P-02
H-01 BL-03
R-01

Cl 2 T-01
1 atm
o
40 C

BL-02 H-02
P-01

Keterang :
AB-n = Absorber
BL-n = Blower
C-n = Cooler
H-n = Heater
P-n = Pompa
R-n = Reaktor
T-n = Tangki
TT-n = Tail Tower

DESKRIPSI PROSES PEMBUATAN

Proses ini dimulai dengan mengumpankan reaktan hydrogen (H 2), dan chlorine
(Cl2) ke reactor (R-01), dimana sebelumnya mssing – masing reaktan temperaturnya
dinaikkan dengan menggunakan Heater (H-01) untuk hydrogen dan Heater (H-02) untuk
chlorine sampai temperaturnya mencapai 149 oC. pada reactor terjadi reaksi antara H 2
dan Cl2 dimana konversi H2 menjadi HCl mencapai 90%, reaksi akan berlangsung
dengan cepat dan eksotermis sehingga akan menaikkan temperatur, untuk menjaga
temperaturnya maka pada reactor dilengkapi dengan jacket pendingin.

Gas yang keluar dari reactor diturunkan temperaturnya dengan menggunakan


Cooler-01 (C-01) dengan air sebagai media pendingin, di sini temperature gas
diturunkan sampai 40oC. Kemudian gas ini dialirkan ke bagian bottom Absorber-01 (AB-
01), sedangkan air sebagai absorbennya mengalir dari bagian Top-Absorber (AB-01).
Absorber yang digunakan bertipe Packed Tower, kondisi operasinya 40oC, 1 atm dan di
sini hampir 90% gas HCl akan terserap. Sisa gas HCl yang tidak terserap di AB-01 dan
gas sisa lain masuk ke bagian bottom Tails Tower, sedangkan produk HCl pada bagian
bottom Absorber dialirkan ke Storage yaitu Tanki-01 (T-01).

Sisa gas HCl dan gas-gas inert lain akan masuk Tails Tower (TT-01) yang
berfungsi untuk menyerap HCl yang masih terkandung dalam tail gas. Kondisi operasi
di Tails Tower yaitu 40oC, 1 atm. Gas buang keluar dari bagian top TT-01 dan produk
HCl akan mengalir masuk Storage yaitu Tanki-02 (T-02). Produk HCl dari AB-01 dan TT-
01 konsentrasinya 38,76% atau sekitar 23,89oBaume.
PERALATAN YANG DIGUNAKAN

1. Tanki-01 (T-01) ; tempat menyimpan produk HCl dari bottom Absorber-01 (AB-
01).

2. Tanki-02 (T-02) ; tempat menyimpan produk HCl dari bottom Tail Tower (TT-01).

3. Blower-01 (B-01) ; mengalirkan H2 ke reactor-01 (R-01).

4. Blower-02 (B-02) ; mengalirkan Cl2 ke reactor-01 (R-01).

5. Blower-03 (B-03) ; mengalirkan gas dari top reactor-01 (R-01) ke bottom Absorber-
01 (AB-01).

6. Blower-04 (B-04) ; mengalirkan gas dari top Absorber-01 (AB-01) ke bottom Tails
Tower-01 (TT-01).

7. Heater-01 (H-01) ; menaikkan temperatur gas H2 yang masuk reactor-01 (R-01).

8. Heater-02 (H-02) ; menaikkan temperatur gas Cl2 yang masuk reactor-01 (R-01).

9. Heater-03 (H-03) ; menaikkan temperatur air solven yang

masuk absorber-01 (AB01).

10. Heater-04 (H-04) ; menaikkan temperatur air solven yang masuk Tails tower- 01
(TT01).

11. Cooler-01 (C-01) ; menurunkan temperatur gas yang keluar

dari reactor-01 (R-01).

12. Pompa-01 (P-01) ; mengalirkan produk HCl dari bottom Absorber-01 (AB-01) ke
tanki-01 (T-01).

13. Pompa-02 (P-02) ; mengalirkan produk HCl dari Tails Tower-01 (TT-01) ke Tanki-
02 (T-02).

14. Pompa-03 (P-03) ; mengalirkan air solven ke absorber-01 (AB-01).

15. Pompa-04 (P-04) ; mengalirkan air solven ke Tails Tower-01 (TT-01).

16. Reaktor-01 (R-01) ; tempat bereaksinya H2 dan Cl2 menghasilkan produk HCl.
17. Absorber-01 (AB-01) ; tempat terjadinya penyerapan gas HCl keluaran reaktor -01
(R-01) dengan menggunakan solven air.

18. Tails Tower-01 (TT-01); tempat terjadinya penyerapan gas HCl keluaran Absorber-
01 (AB-01) dengan menggunakan solven air.

DAFTAR PUSTAKA

Ansarikimia. 2014. ASAM HIDROKLORIDA (HCL) DAN KEGUNAANNYA.


https://wawasanilmukimia.wordpress.com/2014/01/08/asam-hidroklorida-hcl-dan-
kegunaannya/
Manullang, Maria Theresia. 2010. PERTEMUAN KE-7 (INDUSTRI PEMBUATAN ASAM
KLORIDA).

http://dokumen.tips/documents/pertemuan-ke-7-industri-pembuatan-asam-klorida.html

2. Refleksi
3. Tugas
4. Test Formatif.
C. Penilaian
1. Sikap

Pada kegiatan pembelajaran ini, penilaian terdiri dari penilaian sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
a. Petunjuk Penskoran
Penilaian sikap terdiri dari penilaian sikap spiritual dan sikap sosial. Lembaran ini
dapat diisi oleh guru atau teman untuk menilai sikap .
Sikap yang dikategorikan sebagai sikap spiritual pada kegiatan pembelajaran ini
adalah jujur. Sikap lainnya seperti:
cermat, tanggungjawab, kerjasama, kepedulian lingkungan dan disiplin
dikategorikan sebagai sikap sosial.

Jujur

Skor Rubrik

4 Perkataan dan perbuatan selalu sesuai, tidak mencontek pada saat


ulangan/ujian dan tidak meniru karya orang lain tanpa izin.
3 Perkataan dan perbuatan sering sesuai, tidak mencontek pada saat
ulangan/ujian dan tidak meniru karya orang lain tanpa izin.

2 Perkataan danperbuatan kadang-kadang sesuai, sering mencontek pada


saat ulangan/ujian dan sering meniru karya orang lain tanpa izin.
1 Perkataan dan perbuatan jarang sesuai, selalu mencontek pada saat
ulangan/ujian dan selalu meniru karya orang lain tanpa izin.

Cermat

No Indikator Penilaian

1 Mengerjakan tugas dengan teliti. Skor 1 bila terpenuhi 1 indikator.


2 Berhati-hati dalam menyelesaikan tugas Skor 2 bila terpenuhi 2 indikator.
dan menggunakan peralatan
3 Menyelesaikan pekerjaan sesuai Skor 3 bila terpenuhi 3 indikator.
dengan standar mutu.
4 Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Skor 4 bila terpenuhi semua
indikator.

Tanggung jawab

No Indikator Penilaian

1 Menerima resiko dari tindakan yang Skor 1 bila terpenuhi 1 indikator.


dilakukan.
2 Melaksanakan tugas/pekerjaan sesuai Skor 2 bila terpenuhi 2 indikator.
target secara kualitas.
3 Melaksanakan tugas/pekerjaan sesuai Skor 3 bila terpenuhi 3 indikator.
target waktu.
4 Mengembalikan barang/alat yang Skor 4 bila terpenuhi 4 - 5 indikator.
dipinjam sesuai kondisi saat meminjam.
5 Mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan.

Kerjasama

No Indikator Penilaian

1 Aktif dalam kerja kelompok. Skor 1 bila terpenuhi 1 indikator.


2 Bersedia melakukan tugas sesuai hasil Skor 2 bila terpenuhi 2 indikator.
kesepakatan.

3 Bersedia membantu orang lain dalam Skor 3 bila terpenuhi 3 indikator.


kelompok yang mengalami kesulitan.
4 Menghargai hasil kerja kelompok. Skor 4 bila terpenuhi semua
indikator.

Kepedulian Lingkungan
No Indikator Penilaian
1 Menjaga kebersihan dan keselamatan Skor 1 bila terpenuhi 1 indikator.
kerja dalam menggunakan peralatan.
2 Tanggap terhadap permasalahan yang Skor 2 bila terpenuhi 2 indikator.
dihadapi oleh teman di sekitarnya.
3 Memiliki inisiatif dalam melakukan Skor 3 bila terpenuhi 3 indikator.
berbagai kegiatan positif.
4 Memanfaatkan barang bekas Skor 4 bila terpenuhi semua
dalam indikator.
rangka mengurangi sampah dan
pencemaran.
Disiplin
Skor Rubrik

4 Selalu bertindak dan berpakaian sesuai aturan yang berlaku.

3 Sering bertindak dan berpakaian sesuai aturan yang berlaku.

2 Kadang-kadang bertindak dan berpakaian sesuai aturan yang berlaku.


1 Sesekali bertindak dan berpakaian sesuai aturan yang berlaku.

b. Petunjuk Penilaian
Nilai akhir dihitung menggunakan rumus:

Contoh:
Skor diperoleh 14, skor tertinggi 4 x 4 pernyataan = 16, maka nilai akhir:

c. Form Penilaian Sikap


Skor

Sikap Nilai
No
Akhir
Lingkungan
Kepedulian

Nama
Kerjasama
Tanggung
Cermat

Disiplin
Jawab
Jujur
2. Pengetahuan

Penilaian pengetahuan menggunakan portofolio dimana yang dinilai adalah


perkembangan dan pencapaian kompetensi pada rentang waktu tertentu. Hal yang dinilai
meliputi pengetahuan dan kemampuan mengkomunikasikan hasil pembelajaran. Metode
penilaian dapat melalui observasi, bertanya langsung, hasil refleksi atau laporan pribadi.

a. Petunjuk Penskoran Pengetahuan


Skor Indikator
4 Tingkat kebenaran jawaban dari soal uji pengetahuan > 85.
3 Tingkat kebenaran jawaban dari soal uji pengetahuan 71 - 84.
2 Tingkat kebenaran jawaban dari soal uji pengetahuan 60 - 70.
1 Tingkat kebenaran jawaban dari soal uji pengetahuan < 60.

Mengkomunikasikan

Skor Indikator
4 Dapat menyampaikan berbagai hal seputar pembelajaran secara rinci dan
mudah difahami baik melalui media lisan (presentasi) maupun tulisan
(refleksi atau laporan).
3 Dapat menyampaikan berbagai hal seputar pembelajaran namun kurang
rinci. Bahasa penyampaian mudah difahami baik melalui media lisan
(presentasi) maupun tulisan (refleksi atau laporan).
2 Dapat menyampaikan berbagai hal seputar pembelajaran namun kurang
rinci. Bahasa penyampaian kurang bisa difahami baik melalui media lisan
(presentasi) maupun tulisan (refleksi atau laporan).
1 Tidak dapat menyampaikan berbagai hal seputar pembelajaran secara
rinci. Bahasa penyampaian kurang bisa difahami baik melalui media lisan
(presentasi) maupun tulisan (refleksi atau laporan).

b. Petunjuk Penilaian Nilai akhir dihitung dengan menggunakan rumus:


Contoh:
Skor diperoleh 14, skor tertinggi 4 x 4 pernyataan = 16, maka nilai akhir:

c. Form Penilaian Pengetahuan

Penilaian Portofolio
Sekolah :
Mata pelajaran :
Durasi Waktu :
Nama Peserta Didik :
Kelas / Semester :

Skor

Mengkomunikasikan
Nilai
NO KI / KD /PI Waktu
Akhir

Pengetahuan

1 Identifikasi peralatan Selama


pembelajaran
gambar teknik manual.
2 Menjelaskan dan
Selama
Memperagakan prinsip pembelajaran
dan teknik penggunaan
peralatan gambar teknik manual.
3. Keterampilan

Penilaian keterampilan menggunakan lembar pengamatan praktik dimana yang


dinilai adalah penguasaan teknis peserta didik terhadap berbagai materi pada kegiatan
pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
a. Petunjuk Penskoran
Berilah tanda cek (√) pada kolom skor sesuai kemampuan yang ditampilkan
oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:
4 = dilaksanakan dengan cara yang benar dan hasil sangat baik.
3 = dilaksanakan dengan cara yang benar dan hasil cukup baik.
2 = dilaksanakan dengan cara yang benar namun hasil kurang baik.
1 = tidak dilaksanakan.
b. Petunjuk Penilaian Nilai akhir dihitung dengan menggunakan rumus:

Contoh:
Skor diperoleh 14, skor tertinggi 4 x 4 pernyataan = 16, maka nilai akhir:

c. Form Penilaian Keterampilan


Lembar Pengamatan Kegiatan Praktik
Nama Peserta Didik :
Kelas :
Tanggal Pengamatan :
Kegiatan Pembelajaran :
No Aspek yang Dinilai Skor Nilai
1 2 3 4 Akhir
1 Menggunakan peralatan gambar teknik
manual
Jumlah

Anda mungkin juga menyukai