Gejala dan tanda-tanda fisik hypertensive heart disease tergantung dari durasi. tingkat
keparahan dan tipe dari penyakitnya sendiri. Sebelum menegakkan diagnosis hypertensive heart
disease harus ditemukan adanya hipertensi, faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi dan etiologi
untuk hipertensi sekunder . Berikut ini akan dituliskan gejala dan tanda fisik pada hypertensive
heart disease.
a. Gagal jantung
Diagnosis gagal jantung kongestif dapat ditegakkan berdasarkan kriteria Framigham seperti
berikut :
Kriteria mayor
3) Ronki paru
4) Kardiomegali
6) Gallop S3
8) Refluks hepatojugular
Kriteria minor
1) Edema ekstremitas
3) Dispnea
4) Hepatomegali
5) Efusi pleura
7) Takikardia (>120/menit)
Klasifikasi fungsional dari The New York Heart Association (NYHA) biasanya digunakan
untuk menyatakan hubungan antara awitan gejala dan derajat latihan fisik. (Panggabean,
2006)
b . Iskemia Miokard
Angina adalah komplikasi yang sering terjadi pada pasien penderita hypertensive heart
disease yang ttdak dapat dibedakan dari faktor penyebab miokard iskemik lainnya. Gejala
angina biasanya berupa nyeri dada substernal yang lebih dari 15 menit. Jika angina terjadi >20
menit biasanya sudah terjadi miokard infark. Nyeri dada sering digambarkan seperti diremas,
tcrtimpa bcban berat yang menyebar ke leher, rahang, punggung atas atau lengan kiri. Selain
itu nyeri sering diprovokasi emosi atau aktivitas dan dapat dihilangkan dengan istirahat atau
nitrogliserin sublingual. Pemeriksaan pada pcndcrita angina pcktoris dalam keadaan serangan
dapat ditemukan bunyi jantung ketiga, keempat dan sering ditemukan bising sistolik di apeks.
Diantara serangan tidak ditemukan tanda fisik apa-apa. Penderita juga bisa datang dengan
gejala sindroma koroner akut seperti miokard infark dengan ST elevasi atau miokard infark
tanpa ST elevasi (Prinsant, 2005).
c. Aritmia
Aritmia jantung dapat menyebabkan berbagai gejala seperti palpitasi, sinkop. fibrilasi atrium,
ventrikular takikardi dan sudden cardiac death (Prinsant, 2005).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Tes Laboratorium
Berdasarkan rekomendasi JNC VII. pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan sebelum
memulai pengobatan hipertensi meliputi urinalisis, glukosa darah dan hematokrit, potassiu m
serum, kreatinin, kalsium dan profil lipid (setelah 9-1 2 jam puasa) meliputi kadar kolesterol
total, LDL, HDL, dan trigliserida. Tes laboratorium yang lebih ekstensif dapat dilakukan bagi
pasien dengan hipertensi resistan. Pengobatan yang nyata atau ketika evaluasi klinis
menunjukkan bentuk hipertensi sekunder. Selain pemeriksaan laboratorium untuk hipertensi,
juga perlu dilakukan pemeriksaan kimia darah untuk pcnyakit jantung seperti CKMB, CK,
LDH, SCOT, SGPT (Basha, 1998).
3. Radiologi
Foto toraks AP sangat penting dilakukan pada penderita hypertensive heart disease untuk
melihat perubahan-perubahan pada jantung akibat hipertensi yang tidak terkontrol. Tanda-
tanda radiologis hypertensive heart disease sebagai berikut:
a. Keadaan awal batas kiri bawah jantung menjadi bulat karena hipertropi konsentrik ventrikel
kiri.
d. Aorta ascenden dan descenden melebar dan berkelok yang disebut pemanjangan aorta.
e. Tanda-tanda bendungan pembuluh paru pada stadium payah jantung (Basha, 1998). Hasil
foto radiologi diukur dengan Cardio Thorax Ratio (CTR). CTR adalah Suatu cara pengukuran
besamya jantung dengan mengukur perbandingan antara ukuran jantung dengan lebamya
rongga dada pada foto thorax proyeksi PA. Apabila nilai rationya melebihi 50% , maka
jantung pasien tersebut dapat dikategorikan kardiomegali (Rasad, 2005)
4. Elektrokardiogram (EKG)
Hipertropi ventrikel kiri, hipertropi atrium kiri, fibrilasi atrium dan iskemik atau infark
miokard sering ditemukan pada penderita hypertensive heart disease. Gangguan-gangguan
pada jantung ini dapat dideteksi melalui EKG. Adapun gambaran EKGnya sebagai berikut:
5) Segmen ST depresi dan gelombang T inverted (strain) di sadapan I , aVL, V5 dan V6.
Atau kriteria hipertropi ventrikel kir i dapat ditegakkan bila kriteria 1 dan 2 ditemukan :
1) Kriteria 1
Rl atau SIII - ≥20 mm (≥2,0 mV) atau Rl+SIII -≥25 mm (>2,5 mV)
2) Kriteria 2
Aksis antara -15° dan -30° atau deviasi ke kiri > -30° atau segmen ST depresi di
sadapan yang memiliki amplitude gelombang R tinggi.
Gambaran EKG hipertropi atrium kiri atau sering disebut dengan P mitral sebagai berikut :
1) Durasinya >0,12 detik dan sering berbentuk sela gunung pada sadapan I, II, aVL, dan
V4-V6.
c. Iskemik/Infark Miokard
Gambaran EKG pada iskemik miokard ditandai dengan adanya hiperakut gelombang T
atau depresi segmen ST disertai T inverted atau hanya T inverted. Sedangkan 27 gambaran
EKG pada infark miokard bisa ditemukan elevasi segmen ST. T inverted dan Q patologis.
d. Fibrilasi atrium
2) Frekuensi : bervariasi
Ekhokardiografi digunakan untuk meiihat kctebalan dinding dan dimensi ruang ventrikel kiri
dan atrium kiri. Selain itu ekhokardiografi ini digunakan untuk meiihat fungsi dari ventrikel
kiri (melalui fraksi ejeksi) dan gcrakan abnormal dari dindingnya. Temuan pada
ekhokardiografi tergantung dari gangguan pada jantungnya.