NIM : 25000118130190
KELAS : C 2019
Hipotiroid
1. Defenisi Hipotiroid
Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang
dikikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor
penyebabnya akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau
seiring perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan
konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH (Tyroid
Stimulating Hormon).
Hipotiroidisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormontiroid,
yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik. Hipotiroidisme pada bayi
dan anak-anak berakibat pertambahan pertumbuhan dan perkembangan jelas dengan
akibat yang menetap yang parah seperti retardasi mental. Hipotiroidisme dengan awitan
pada usia dewasa menyebabkan perlambatan umum organisme dengan deposisi
glikoaminoglikan pada rongga intraselular, terutama pada otot dan kulit,yang
menimbulkan gambaran klinis miksedema. Gejala hipotiroidisme pada orang dewasa
kebanyakan reversibel dengan terapi (Anwar R, 2005).
2. Insiden dan Etiologi Hipotiroid
Hipotiroid merupakan kelainan endokrin kedua yang paling banyak dijumpai di
Amerika Serikat setelah diabetes mellitus (Hueston, 2001). Hipotiroid lebih banyak
terjadi pada wanita dibandingkan pria dan insidensinya meningkat dengan pertambahan
umur. Hipotiroid primer lebih sering di jumpai dibanding hipotiroid sekunder dengan
perbandingan 1000 : 1 (Roberts & Ladenson, 2004 ).
Pada suatu survei komunitas di Inggris yang dikenal sebagai the Whickham study,
tercatat peningkatan kadar hormon tirotropin (TSH) pada 7,5 % wanita dan 2,8 % pria
(Tunbridge e t a l ,1977). Pada survey NHANES III ( National Health and Nutritional
Examination Survey III) di Amerika Serikat, terdapat peningkatan kadar tirotropin pada
4,6% responden, 0,3% diantaranya menderita hipotiroid klinis. Pada mereka yang
berumur di atas 65 tahun hipotiroid klinis dijumpai pada 1,7 % populasi, sedangkan
hipotiroid subklinis dijumpai pada 13,7 % populasi (Hollowell et al , 2002). Pada
penelitian terhadap wanita berusia 60tahun keatas di Birmingham, hipotiroid klinis
ditemukan pada 2,0% kasus sedangkan hipotiroid subklinis ditemukan pada 9,6% kasus.
(Parle et al , 1991).
3. Klasifikasi Hipotiroid
Hipotiroid dapat diklasifikasikan berdasar waktu kejadian (kongenital atau
akuisital), disfungsi organ yang terjadi (primer atau sekunder/ sentral), jangka waktu
(transien atau permanen) atau gejala yang terjadi (bergejala/ klinis atau tanpa gejala/
subklinis). Hipotiroid kongenital biasa dijumpai di daerah dengan defisiensi asupan
yodium endemis. Pada daerah dengan asupan yodium yang mencukupi, hipotiroid
kongenital terjadi pada 1 dari 4000 kelahiran hidup, dan lebih banyak dijumpai pada bayi
perempuan (Roberts & Ladenson, 2004).
Pada anak-anak ini hipotiroid kongenital disebabkan oleh agenesis atau disgenesis
kelenjar tiroid atau gangguan sintesis hormon tiroid. Disgenesis kelenjar tiroid
berhubungan dengan mutasi pada gen PAX8 dan thyroid transcription factor 1 dan 2
(Gillam & Kopp, 2001).
Hipotiroid akuisital disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab yang paling sering
dijumpai adalah tiroiditis autoimun yang sering disebut tiroiditas Hashimoto. Peran auto
imun pada penyakit ini didukung adanya gambaran infiltrasi limfosit pada kelenjar tiroid
dan adanya antibodi tiroid dalam sirkulasi darah. Operasi atau radiasi (mis: radioterapi
eksternal pada penderita head and neck cancer, terapi yodium radioaktif pada
tirotoksikosis, paparan yodium radioaktif yang tidak disengaja, infiltrasi besi di kelanjar
tiroid pada hemokromatosis. Beberapa bahan kimia maupun obat (misal: amiodarone,
lithium, interferon) juga dapat menyebabkan hipotiroid dengan cara mempengaruhi
produksi hormon tiroid atau mempengaruhi autoimunitas kelenjar tiroid (Roberts &
Ladenson, 2004).
Berdasarkan disfungsi organ yang terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu hipotiroid
primer dan hipotiroid sentral.. Hipotiroid primer berhubungan dengan defek pada kelenjar
tiroid itu sendiri yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid, sedangkan
hipotiroid sentral berhubungan dengan penyakit penyakit yang mempengaruhi produksi
hormon thyrotropin releasing hormone (TRH) oleh hipothalamus atau produksi
tirotropin(TSH) oleh hipofisis (Roberts & Ladenson, 2004) Hipotiroid berdasarkan kadar
TSH dibagi beberapa kelompok yaitu:
1. TSH < 5,5 µIU/L normal
2. 5,5 µIU/L ≤ TSH < 7 µIU/L Hipotiroid ringan
3. 7 µIU/L ≤ TSH < 15 µIU/L Hipotiroid sedang Hipotiroid
4. TSH ≥ 15 µIU/L Hipotiroid berat biokimia
Selain itu pasien dinyakan hipotiroid klinis jika dijumpai peninggian kadar TSH
(TSH ≥ 5,5 µIU/L) disertai adanya simptom seperti fatique,peningkatan BB, ggn.siklus
haid,konstipasi,intoleransi dingin,rambut dan kuku rapuh (Wiseman, 2011).
4. Manifestasi Klinis Hipotiroid
Gejala secara umum yaitu kelelahan dan kelesuan, sering mengantuk, jadi pelupa,
kesulitan belajar, kulit kering dan gatal, rambut dan kuku yang rapuh, wajah bengkak,
konstipasi, nyeri otot, penambahan berat badan, peningkatan sensitivitas terhadap banyak
pengobatan, menstruasi yang banyak, peningkatan frekuensi keguguran pada wanita yang
hamil (Wiseman, 2011).
5. Penegakan Diagnosis Hipotiroid
Pada tiroiditis Hashimoto, pemeriksaan goiter yang terbentuk dapat diidentifikasi
melalui pemeriksaan fisik, dan keadaan hipotiroid diketahui dengan identifikasi gejala
dan tanda fisik yang khas, serta melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Peningkatan
antibodi antitiroid merupakan bukti laboratorik paling spesifik pada tiroiditis Hashimoto,
namun tidak semuanya dijumpai pada kasus. Pemeriksaan hormon tiroid biasanya
diperiksa kadar TSH. Dikatakan hipotiroid apabila terjadi peningkatan kadar TSH.
Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan secara histopatologis melalui biopsi. Kelainan
histopatologisnya dapat bermacam – macam yaitu antara lain infiltrasi limfosit yang
difus, obliterasi folikel tiroid, dan fibrosis. Aspirasi jarum halus biasanya tidak
dibutuhkan pada penderita tiroiditis ini, namun dapat dijadikan langkah terbaik untuk
diagnosis pada kasus yang sulit dan merupakan prosedur yang dibutuhkan jika nodul
tiroid terbentuk .
Fungsi tiroid dinilai secara prospektif dengan mengukur kadar TSH sesuai
algoritme yang telah ditetapkan. Waktu pengukuran kadar TSH untuk mendeteksi dan
memberikan terapi hipotiroid post operasi adalah 1. preoperasi 2. fase awal post operasi (
6 minggu) 3. fase lanjut post operasi (12 bln) (Wiseman, 2011).
Hipotiroid merupakan akibat yang sering terjadi setelah lobektomi yang sangat
mempengaruhi hasil akhir operasi dan kualitas hidup pasien. Hampir 100% mengalami
peningkatan kadar TSH. Tetapi peningkatan kadar TSH tidak selalu menjadi patokan
untuk memulai terapi hormon. Semakin awal dideteksi dapat mencegah terjadinya
keluhan dan komplikasinya (Wiseman, 2011).
HIPOTIROID