Anda di halaman 1dari 25

Laporan Hasil Praktikum

ANALISIS SPEKTROMETRI LARUTAN Cu

ANDI NURSUASRI AINI

H061 17 1015

LABORATORIUM KIMIA DASAR


UNIT PELAKSANA TEKNIS - MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS SPEKTROMETRI LARUTAN Cu

Disusun dan Diajukan oleh:

SINDI ALVIONITA
H061 17 1307

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 14 November 2017


Asisten, Praktikan,

NUR ATISAH ANDI NURSUASRI AINI


H311 13 020 H061 17 1015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum dikenalkan teknik spektroskopi, yakni sampai paruh pertama abad

20, penentuan struktur senyawa organik didasarkan atas perbandingan dengan

senyawa yang strukturnya telah diketahui.Bila semua sifat fisik dan kimia senyawa

identik dengan senyawa yang telah dideskripsikan di literatur, dapat disimpulkan

bahwa senyawa yang sedang dipelajari identik dengan snyawa yang strukturnya telah

diketahui.Kriteria ini masih diadopsi hingga kini walaupun perbandingan yang

dilakukan mungkin berbeda (Takeuchi, 2006).

Bila sifat fisik dan kimia senyawa yang diselidiki tidak tepat dengan senyawa

apapun yang sudah dikenal di literatur, besar kemungkinan senyawa ini adalah

senyawa baru, belum pernah disintesis atau belum pernah dilaporkan.Dalam kasus

semacam ini, masalah baru mungkin muncul.Bagaimana orang dapat menentukan

struktur senyawa yang sama sekali baru? Metoda penentuan struktur berubah drastis

pada pertengahan abad 20. Metoda tradisional, walaupun sederhana, sangat

memakan waktu dan sukar dalam praktek: jadi, pertama struktur senyawa yang baru

disintesis diasumsikan, dan kemudian suatu rute tertentu didesain untuk mengubah

senyawa ini menjadi senyawa yang telah diketahu (Takeuchi, 2006).

Oleh karena itu pada percobaan ini dicoba penggunaan spektrofotometri

untuk mengetahui alat yang diciptakan yang memerlukan tahapan

sedari dulu unuk mengukur suatu senyawa dan larutan dalam

panjang gelombang. Sebagai salah satu bentuk pengapresiasian terhadap suatu

penemuan.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami penetapan kadarlarutan tembagadengan

menggunakan analisisspektrofotometri UV.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah:

1. Menentukan panjang gelombang maksimum serapan larutan CuSO4.

2. Membuat kurva kalibrasi larutan CuSO4.

3. Menentukan konsentrasi tembaga dalam sampel larutan menggunakan

spektrofotometer.

1.3 Prinsip Percobaan

Mencampurkan larutan CuSO4 dengan akuades untuk mengencerkan larutan.

Kemudian, menghitung konsentrasi larutan dengan menggunakan spektrofotometer.

1.4 Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan ini adalah:

1. Praktikan dapat menentukan panjang gelombang maksimum serapan larutan

CuSO4.

2. Praktikan dapat membuat kurva kalibrasi larutan CuSO4.

3. Praktikan dapat menentukan konsentrasi tembaga dalam sampel larutan

menggunakan spektrofotometer.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan spektroskopi sebagai sarana penentuan struktur senyawa

memiliki sejarah yang panjang. Reaksi nyala yang populer berdasarkan prinsip yang

sama dengan spektroskopi. Dipertengahan abad ke-19, kimiawan Jerman Robert

Wilhelm Bunsen (1811-1899) dan fisikawan Jerman Gustav Robert Kirchhoff

(1824-1887) berkerja sama mengembangkan spektrometer. Dengan bantuan alat

spektrometer, mereka berhasil menemukan dua unsur baru, rubidium dan cesium.

Kemudian spektrometer digunakan banyak kimiawan untuk menemukan unsur baru

semacam galium, indium dan unsur-unsur tanah jarang. Spektroskopi telah

memainkan peran penting dalam penemuan gas-gas mulia (Takeuchi, 2006).

Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai suatu fungsi dari panjang

gelombang (Khopkar, 1990).

Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai

radiasi elektromagnetik.Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari adalah cahaya matahari.Dalam interaksi materi, radiasi elektromagnetik

kemungkinanandiabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi

hamburan,spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi (Mukti, 2012).

Metode penyelidikan dengan bantuan spektrometer disebut spektrometri.

Dengan sumber cahaya apapun, spektrometer terdiri atas sumber sinar, prisma, sel

sampel, detektor dan pencatat. Fungsi prisma adalah untuk memisahkan sinar

polikromatis di sumber cahaya menjadi sinar monokromatis dan dengan demikian

memainkan peran kunci dalam spektrometer (Takeuchi, 2006).


2.1 Transmitansi dan Absorbansi

Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektroskopiultraviolet dan

daerah tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif spesies kimia.

Absorbansi spesies ini berlangsung dalam dua tahap, yang pertama yaitu M + hv =

M*, merupakan eksitasi spesies akibat absorbsi foton (hv) dengan waktu hidup

terbatas (10-8 – 10-9 detik). Tahap kedua adalah relaksasi dengan berubahnya M*

menjadi spesies baru dengan reaksi fotokimia. Absorbsi dalam daerah ultraviolet dan

daerah tampak menyebabkan eksitasi elektron ikatan. Puncak absorbsi (𝜆maks) dapat

dihubungkan dengan jenis ikatan-ikatan yang ada dalam spesies. Spektroskopi

absorbsi berguna untuk mengkarakterisasikan gugus fungsi dalam suatu molekul dan

untuk analisis kuantitatif (Khopkar, 1990).

T = P/Po

PO P

Gambar 1. Pengurangan kekuatan sinar oleh larutan pengabsorbsi.

Gambar 1 memperlihatkan kekuatan sinar sebelum (Po) dan sesudah (P)

melewati larutan yang mempunyai ketebalan b cm dan konsentrasi zat penyerap sinar

c. Sebagai akibat interaksi diantara cahaya dan partikel-partikel penyerap

(pengabsorbsi) adalah berkurangnya kekuatan sinar dari Po ke P. Transmitansi larutan

T merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan melalui larutan. Transmitansi (T)

sering dinyatakan sebagai persentase (%T). Absorbansi (A) suatu larutan dinyatakan

sebagai persamaan (Hendayana dkk, 1994):


A = -log/T = log Po/P (1)

Berbeda dengan transmitansi, absorbansi larutan bertambah dengan

pengurangan kekuatan sinar. Bila ketebalan benda atau konsentrasi materi yang

dilewati suatu cahaya bertambah, maka suatu cahaya akan lebih banyak diserap

(Hendayana dkk, 1994).

2.2 Zat-Zat Pengabsorbsi

Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul

umumnya menghasilkan eksitasi elektron bonding. Akibatnya, panjang gelombang

absorbsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada di dalam

molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi serapan molekul

berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu

molekul.Akan tetapi yang lebih penting adalah penggunaan spektroskopi serapan

ultra violet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang

mengandung gugus-gugus pengabsorbsi (Hendayana dkk, 1994).

Menurut Khopkar (1990), spesies yang mengabsorbsi dapat melakukan

transisi elektron yang meliputi:

a. Transisi elektron yang meliputi elektron 𝜋, 𝜎, n-elektron. Jenis transisi ini terjadi

pada molekul-molekul organik dan sebagian kecil anion anorganik. Molekul

tersebut mengabsorbsi radiasi elektromagnetik karena adanya elektron valensi,

yang akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan absorbsi terjadi

dalam daerah UV vakum (<185 mm), sedangkan kromofor dengan energi eksitasi

yang rendah mempunyai daerah absorbsi diatas 180 nm. Elektron dari molekul

organik yang mengabsorbsi meliputi elektron yang digunakan pada ikatan antara

atom-atom dan elektron tidak berpasangan yang pada umumnya terlokalisasi.


b. Absorbsi yang melibatkan elektron d dan f. Unsur-unsur blok d mengabsorbsi

pada daerah UV dan daerah tampak. Terjadinya transisi logam golongan f

disebabkan karena elektron-elektron pada orbital f. Unsur-unsur transisi dalam,

mempunyai puncak yang sempit karena interaksi elektron-elektron 4f ataupun 5f,

misalnya pada unsur-unsur lantanida dan aktinida. Pita-pita yang sempit teramati

karena adanya efek screening (pelindung) orbital dalam dari pengaruh luar.

Sebaliknya untuk transisi 3d dan 4d mempunyai pita yang lebar dan umumnya

terdeteksi dalam daerah tampak. Puncak-puncak absorbsi tersebut dipengaruhi

oleh lingkungan yang mengelilinginya. Sifat spektrum dari logam transisi

meliputi transisi elektronik antara tingkat energi yang berbeda pada orbital d.

c. Spektrum absorbsi transfer muatan. Pada spesies tersebut, ∈>10.000. Spektrum

absorbsi transfer muatan merupakan cara yang peka untuk menentukan spesies

absorbsi. Kompleks-kompleks yang meliputi absorbsi muatan. Komponen

absorbsi transfer muatan harus terdiri dari elektron donor dan elektron akseptor

sehingga transfer elektron dapat terjadi dan menghasilkan absorbsi radiasi. Secara

umum kompleks tersebut mengabsorbsi pada h yang lebih panjang, karena

bertambahnya transfer elektron memerlukan energi radiasi yang lebih kecil. Pada

semua kompleks transfer muatan, logam bertindak sebagai akseptor elektron.

2.3Spektroskopi Ultra Violet-Tampak (UV-Vis)

Spektroskopi absorbsi ultraviolet tampak dipakai untuk deteksi pengukuran

kuantitatif kromofor-kromofor yang menjalani transisi. Karena sensitivitasnya,

spektroskopi UV tampak telah bermanfaat teristimewa dalam menganalisis dan

mengidentifikasi bahan “asing” dalam polimer-polimer monomer residu, inhibitor,

antioksidator dan lain-lain (Stevens, 2001).


Metode-metode yang tergolong spektroskopi didasarkan pada interaksi antara

zat kimia dengan energi, biasanya energi cahaya.Metode spektroskopi sinar tampak

berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna.Oleh karena itu

metode spektroskopi sinar tampak dikenal juga sebagai metode kolorimetri.Hanya

larutan senyawa berwarna yang dapat ditentukan dengan metode spektroskpoi sinar

tampak. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya

dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna contoh, ion Fe3+ dengan ion

CNS- menghasilkan larutan berwarna merah (Hendayana dkk,1994).

Umumnya spektroskopi dengan sinar ultraviolet (UV) dan sinar tampak (Vis)

dibahas bersama karenakedua pengukuran tersebut dilakukan dalam waktu yang

sama. Karena spektroskopi UV-Vis berkaitan dengan proses berenergi tinggi yakni

transisi elektron dalam molekul, informasi yang didapat cenderung untuk molekul

keseluruhan bukan bagian-bagian molekulnya. Metode spektroskopi UV-Vis sangat

sensitif dan demikian sangat cocok untuk tujuan analisis.Lebih lanjut, spektroskopi

UV-Vis sangat kuantitatif dan jumlah sinar yang diserap oleh sampel diberikan oleh

ungkapan hukum Lambert-Beer.Menurut hukum Lambert-Beer, absorban larutan

sampel sebanding dengan panjang lintasan cahaya d dan konsentrasi larutannya c

(Takeuchi, 2006).

Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam

analisis farmasi.Spektrofotometri melibatkan pengukuran jumlah ultraviolet atau

cahaya tampak yang diserap oleh zat dalam solusiinstrumen yang mengukur

rasioatau fungsi rasio, intensitas dua cahaya di daerah UV-Visible disebut

spektrofotometer sinar ultraviolet (Behera dkk, 2012).

Pada metode spektroskopi UV-Vis cahaya yang diserap bukan cahaya tampak

tapi cahaya ultra ungu(Ultraviolet = UV) dengan caratersebut larutan tak berwarna
dapat diukur, contohnya aseton dan asetaldehid. Seperti pada spektroskopi sinar

tampak, dalam spektroskopi ultra ungu, energi cahaya yang terserap digunakan untuk

transisi elektron. Karena energi cahaya sinar ultraviolet (UV) lebih besar dari energi

cahaya tampak (Vis) maka energi UV dapat menyebabkan transisielektron𝜋 atau

𝜎(Hendayana dkk, 1994).

Cahaya yang diserap, diukur sebagai absorbansi (A). Sedangkan cahaya yang

dihamburkan, diukur sebagai transmitansi (T). Hal ini dinyatakan dengan hukum

lambert-Beer atau Hukum Beer, yang berbunyijumlah radiasi cahaya tampak

(ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu

larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi dari zat dan tebal larutan

tersebut (Mukti, 2012).

Menurut hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung

banyaknya cahaya yang dihamburkan:

T = It / Ioatau % T =(It / Io) x 100 % (2)

dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:

A=−log T = −log It / Io (3)

Dimana Io merupakan intensitas cahaya datang dan It adalah intensitas cahaya

setelah melewati sampel. Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis

sebagai:

A= a b c atau A = ε b c (4)

Dimana A adalah absorbansi, ε adalah tetapan absorbtivitas molar, a tetapan

absorbtivitas, b tebal kuvet dan c adalah konsentrasi larutan yang diukur.

Komposisi kopolimer juga dapat dipergunakan untuk analisis ultraviolet

tampak jika salah satu dari unit-unit ulang memiliki kromofor yang dibutuhkan

sebagaimana dalam kasus kopolimer-kopolimer stirena. Interpretasi hukum Lambert-


Beer terhadap komposisi kopolimer harus diperlakukan dengan beberapa perhatian,

untuk absorptivitas molar bervariasi dengan taktisitas, panjang rangkaian, interaksi

antara kromofor, gugus fungsi dan pelarut (Stevens, 2001).

Sumber kontinu yang paling banyak digunakan di kisaran UV-

Visiblecontohnya adalah lampu filamen. Lampu filamen tungsten biasa menyediakan

distribusi panjang gelombang 320 nm sampai 2500 nm. Umumnya, lampu tersebut

dioperasikan pada suhu sekitar 2900 K,menghasilkan radiasi yang berguna dari

sekitar 350 sampai 2300 nmyang mengarah ke intensitas yang lebih tinggi dan

memperluas jangkauan lampu dengan baik ke wilayah UV. Lampu deuterium paling

sering digunakan untuk memberikan radiasi kontinu di wilayah UV.Lampu

deuterium terdiri dari tabung silinder yang mengandung deuterium pada tekanan

rendahdengan jendela kuarsa dari potongan radiasi (Skoog dkk, 2004).

Menurut Mukti (2012), secara eksperimen hukum Lambert-Beer akan

terpenuhi apabila peralatan yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:

1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan

panjang gelombang tunggal (monokromatis).

2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak dipengaruhi

oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.

3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet)

yang sama.

4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan

yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh

partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan.

5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu

kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi.


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan CuSO4 0,2 M,

akuades,tissue roll, sabun cairdan sarung tangan.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometer UV, labu

takar 50 mL, pipet gondok 5 mL, pipet gondok 10 mL, gelas ukur, bola hisap, botol

semprotdan pipet tetes.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan CuSO4

Disediakan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,2 M dan akuades sebagai

blanko atau referens. Larutan CuSO4 yang telah disiapkan kemudian dimasukkan ke

dalam kuvet (1) dan akuades dimasukkan ke dalam kuvet (2) dengan volumemasing-

masing tiga per empat sel (kuvet). Kemudian, dimasukkan kuvet yang berisi akuades

ke dalam tempat sel alat, atur hingga serapan (A) menunjukkan angka

nol.Selanjutnya, diganti blanko dengan kuvet yang berisi larutan CuSO4, lalu diukur

serapannya pada panjang gelombang awal 540 nm.Lakukan kembali langkah-

langkah sebelumnya untuk pengukuran absorbansi larutan pada deret panjang

gelombang 540-620 nm.Setelah itu,dibuat grafik hubungan antara panjang

gelombang dengan absorbansi.Serapan tertinggi pada panjang gelombang tertentu

yang didapatkan merupakan panjang gelombang serapan maksimum dari larutan

CuSO4.
3.3.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dibuat deret larutan CuSO4dengan konsentrasi 0,002 M, 0,004 M,0,006

M,0,008 Mdan 0,01 M. Kemudian, diukur serapan masing-masing larutan tersebut

pada panjang gelombang maksimum. Digunakan akuades sebagai blanko atau

referens.Setelah pengukuran selesai, dibuat kurva yang menghubungkan antara

konsentrasi larutan CuSO4 dengan absorbansi terukur.

3.3.3 Penentuan Konsentrasi Larutan CuSO4

Disediakan larutan CuSO4 yang belum diketahui konsentrasinya pada

asisten.Larutan tesebut kemudian dimasukkan ke dalam kuvet, setelah itu diukur

serapananya pada panjang gelombang maksimum.Sebelum pengukuran sampel,

serapan blanko atau referens diatur hingga menunjukkan angka nol. Plot serapan

larutan sampel terhadap konsentrasi pada kurva kalibrasi. Konsentrasi yang

ditunjukkan hasil plot tersebut adalah konsentrasi CuSO4 dalam larutan atau

digunakan persamaan regresi linier pada kurva untuk mengetahui konsentrasi larutan

tersebut.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data Pengukuran Absorbansi Sampel dan Larutan Standar

Konsentrasi (M) Absorbansi


0,002 0,325
0,004 0,618
0,006 0,86
0,008 0,94
0,01 1,09
Sampel 0,068

4.2 Penentuan Konsentrasi Sampel

Tabel 2. Penentuan Konsentrasi Tembaga Sulfat Sampel x

Konsentrasi
No. Absorbansi(y) xy x² y² (xy)²
(x)
1. 0,002 0,325 0,00065 0,000004 0,105625 4,225 × 10-7

2. 0,004 0,618 0,002472 0,000016 0,381924 6,111 × 10-6

3. 0,006 0,86 0,00516 0,000036 0,7396 2,663 × 10-5

4. 0,008 0,94 0,00752 0,000064 0,8836 5,655 × 10-5

5. 0,01 1,09 0,0109 0,0001 1,1881 1,188 × 10-4

∑ 0,03 3,833 0,026702 0,00022 3,298849 2,085 × 10-4

Keterangan:

x = Konsentrasi

y = Absorban

Pembuatan Larutan Standar

a. Untuk Konsentrasi 0,002 M dalam 50 mL

M1 .V1 = M2 .V2
0,02 M . V1 = 0,002 M . 50 mL

0,02 M . V1 = 0,1 M.mL

V1 = 0,1 M.mL / 0,02 M

V1= 5 mL

b. Untuk Konsentrasi 0,004 M dalam 50 mL

M1 . V1 = M2 .V2

0,02 M . V1 = 0,004 M . 50 mL

0,02 M . V1 = 0,2 M.mL

V1 = 0,2 M.mL / 0,02 M

V1 = 10 mL

c. Untuk Konsentrasi 0,006 M dalam 50 mL

M1 . V1 = M2 .V2

0,02 M . V1 = 0,006 M . 50 mL

0,02 M . V1 = 0,3 M.mL

V1 = 0,3 M.mL / 0,02 M

V1 = 15 mL

d. Untuk Konsentrasi 0,008 M dalam 50 mL

M1 . V1 = M2 . V2

0,02 M . V1 = 0,008 M . 50 mL

0,02 M . V1 = 0,4 M.mL

V1 = 0,4 M.mL / 0,02 M

V1 = 20 mL

e. Untuk Konsentrasi 0,01 M dalam 50 mL

M1 . V1 = M2 . V2

0,02 M . V1 = 0,01 M . 50 mL
0,02 M . V1 = 0,5 M.mL

V1 = 0,5 M.mL / 0,02 M

V1 = 25 mL

Jika persamaan y = ax+b, maka:

a. Slope

n(∑xy)-(∑x)(∑y)
a=
n(∑x2 )-(∑x)2

5(0,026702)- (0,03)(3,833)
a=
5(0,00022)- (0,03)2

0,13351-0,11499
a=
0,0011-0,0009

0,01852
a=
0,0002

a = 92,6

b. Intercept

(∑y)(∑x2 )-(∑x)(∑xy)
b=
n(∑x2 )-(∑x)²

(3,833)(0,00022)-(0,03)(0,026702)
b=
5(0,00022)-(0,03)²

0,00084326-0,00080106
b=
0,0011-0,0009

0,0000422
b=
0,0002

b = 0,211

c. Ketetapan Kelurusan Grafik

R² = tetapan kelurusan grafik


(n(∑xy)-(∑x)(∑y))²
R² =
(n(∑x2 )-(∑x)2 )(n(∑y2 )-(∑y)2 )

(5(0,026702)-(0,03)(3,833))²
R² =
(5(0,00022)-(0,03)2 )(5(3,298849)-(3,833)2 )

(0,13351-0,11499)²
R² =
(0,0011-0,0009)(16,494245-14,691889)

(0,01852)²
R² =
(0,0002)(1,802356)

0,00034299
R² =
0,000360471

R² = 0,951505114

R = 0,975451236

Persamaan garis y = ax+bmaka y = 92,6x + 0,211

Viskositas regresi

y1 = 92,6(0,002)+0,211

= 0,1852 + 0,211

=0,3962

y2 = 92,6(0,004)+0,211

= 0,3704 + 0,211

= 0,5814

y3 = 92,6(0,006) + 0,211

= 0,5556 + 0,211

= 0,7666

y4 = 92,6(0,008) + 0,211

= 0,7408 + 0,211

= 0,9518
y5 = 92,6(0,01) + 0,211

= 0,926 + 0,211

= 1,137

Grafik 1. Hubungan Antara Kensentrasi Viskositas Sebelum Regresi

Konsentrasi vs Viskositas
1.2

1
Absorbansi

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0.002 0.004 0.006 0.008 0.01
Konsentrasi

Grafik 2. Hubungan Antara Konsentrasi Viskositas Setelah Regresi

Konsentrasi vs Viskositas
1.4
1.2
Absorbansi

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.002 0.004 0.006 0.008 0.01
Konsentrasi
Berdasarkan grafik diperoleh persamaan:

y = ax + b

y = 92,6x + 0,211

Absorbsi sampel = 0,068

Sehingga konsentrasi kadar CuSO₄

y = ax + b

0,68 = 92,6x + 0,211

0,469 = 92,6x

x = 0,0050647948164147

Maka konsentrasi kadar CuSO₄ = 0,0050647948164147 M.

4.3 Pembahasan

Dalam praktikum analisis spektrometri tentang penentuan konsentrasi

tembaga dalam sampel dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.

Padapercobaan, terlebih dahulu dibuat larutan standar tembaga sulfat melalui

pengenceran dengan konsentrasi 0,002 M, 0,004 M, 0,006 M, 0,008 M dan0,01 M.

Dalam menentukan konsentrasi tembaga, kitajuga menentukan panjang

gelombangmaksimum pada masing-masing larutan standar, dengan mengamatinilai

absorbansiyang didapatkan pada panjang gelombangtertentu.

Masing-masing larutan standar diukur absorbansinya pada panjang

gelombang tertentu, hal ini bertujuan untuk menentukan panjang gelombang

maksimum darimasing-masing larutan standar tersebut. Larutan standar tembaga

menunjukkan panjang gelombang maksimum 580 nm dengan absorbansinya 0,08 M.

Pada masing-masing panjang gelombang maksimum ditentukan absorbansi larutan

standar dan absorbansi larutan sampel. Nilai absorbansi pada panjang gelombang
maksimum ini digunakan untuk menentukan konsentrasi tembaga melalui

perhitungan. Dalam menentukan konsentrasi tembaga (x), maka kita menentukan

terlebih dahulu nilai slope (a) dan intercept (b) menggunakan rumus yang telah

diberikan. Setelah mendapatkan nilai dari slope sebesar 92,6 dan intercept sebesar

0,211 maka ditentukan ketetapan kelurusan grafik yang bernilai 0,975451236. Maka,

dimasukkan nilai slope dan intercept ke dalam persamaany = ax + b. Nilai absorbansi

sampel yaitu 0,068 juga dimasukkan kedalam persamaan. Sehingga dapat diperoleh

nilai konsentrasi sampel sebesar 0,0050647948164147 M.Kesalahan yang

mungkinterjadipadapercobaan ini yaitu kurangnyaketelitian dalam pembuatan larutan

serta pengenceran yang kurang sempurna.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan ini maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Panjang gelombang maksimum serapan suatu larutan yang diperoleh dari

percobaan sebesar 580 nm.

2. Kurva kalibrasi dari suatu larutan menunjukan hubungan antara absorbansi dan

konsentrasi larutan tersebut.

3. Konsentrasi suatu sampel larutan dapat ditentukan menggunakan prinsip kerja

spektroskopi dengan alat spektrofotometer. Hasil yang diperoleh dari pengukuran

konsentrasi yaitu sebesar 0,0050647948164147 M.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Percobaan

Sebaiknya menggunakan semua unsur selain Cu agar praktikan mengetahui

penggunaan spektrometer dengan berbagai unsur.

5.2.2Saran untuk Laboratorium

Sebaiknya ruangan laboratorium direnovasi karena kurang layak untuk

digunakan dan kran air pada laboratorium harus diganti.


DAFTAR PUSTAKA

Behera, S., Subhajit, G., Fahad, A., Saayak, S., dan Sritoma, B., 2012,UV-Visible
Spectrophotometric Method Development and Validation of Assay of
Paracetamol Tablet Formulation, Journal of Analytical & Bioanalytical
Techniques,3(6);1-6.

Hendayana, S., Asep, K., Sumarna, A. A., Asep, S., Buchari, 1994, Kimia Analitik
Instrumen Edisi 1, Semarang, Ikip Semarang Press.

Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta, Universitas Indonesia.

Mukti, K. W., 2012, Analisis Spektroskopi UV-Vis “Penentuan Konsentrasi


Permanganat (KMnO4)”, Surakarta, Universitas Sebelas Maret.

Skoog, West, Holler, dan Crouch, 2004, Fundamental of Analytical Chemistry Eight
Edition, Singapore, Thomson Learning.

Stevens, M. P., 2001, Kimia Polimer, Jakarta, Pradnya Paramita.

Takeuchi, Y., 2006, Buku Teks Pengantar Kimia, Tokyo, Iwanami Shoten.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan CuSO4

Larutan CuSO4 0,2 M dan Akuades

- Dimasukkan ke dalam kuvet dengan volume tiga per empat sel

kuvet.

- Dimasukkan kuvet yang berisi akuades ke tempat sel alat.

- Diatur hingga serapan menunjukkan angka nol.

- Diganti blanko dengan kuvet yang berisi larutan CuSO4.

- Diukur serapan pada panjang gelombang 540 nm – 620 nm.

- Dicatat hasil dan dibuat grafik hubungan antara panjang

gelombang dengan absorbansi.


Hasil

2. Pembuatan Kurva Kalibrasi

larutan CuSO4 0,002 M, 0,004 M,


0,006 M, 0,008 M, 0,01 M

- Diukur serapan masing-masing deret larutan pada panjang

gelombang maksimum.

- Digunakan akuades sebagai blanko.

- Dibuat kurva antara konsentrasi larutan dengan absorbansi

terukur.

Hasil
3. Penentuan Konsentrasi Larutan CuSO4

Larutan x
- Dimasukkan ke dalam kuvet.

- Diatur serapan blanko hingga menunjukkan angka nol.

- Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum.

- Dilihat konsentrasi hasil plot serapan larutan yang ditunjukkan

atau digunakan persamaan regresi linier untuk mengetahui

konsentrasi larutan.

Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Pengenceran larutan CuSO4

Gambar 2. Larutan dalam kuvet

Anda mungkin juga menyukai