Anda di halaman 1dari 28

PERENCANAAN STRUKTUR STADION MIMIKA

MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH


DENGAN STRUKTUR ATAP SPACE FRAME

Nama Mahasiswa : MOHAMMAD IRFANDIANTO


NRP : 3103 100 025
Jurusan : Teknik sipil dan perencanaan FTSP-ITS
Dosen Pembimbing : Dr techn. Pujo Aji, ST, MT.
: Bambang Piscesa ST,MT.

Abstrak

Dalam merencanakan stadion dibutuhkan perhitungan yang sangat teliti dan penuh hati-hati. Karena
stadion merupakan bangunan besar yang nantinya akan digunakan atau diisi oleh manusia dalam jumlah yang
banyak. Selain dikategorikan sebagai bangunan monumental, stadion juga direncanakan agar dapat digunakan pada
keadaan emergensi.
Perencanaan stadion meliputi struktur bagian atas dan struktur bagian bawah. Struktur bagian atas terdiri
dari atap dan tribun, sedangkan yang termasuk struktur bagian bawah adalah poer dan pondasi. Dalam proposal
tugas akhir ini akan di bahas mengenai perencanaan struktur stadion dan struktur atap stadion
Sistem pembangunan stadion tersebut dalam perencanaan suatu struktur gedung tahan gempa salah satu
metode yang digunakan adalah Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM). Metode ini merupakan
metode perencanaan bangunan tahan gempa yang digunakan pada daerah zona gempa 4.
Perencanaan dan perhitungan dibatasi pada struktur bangunan atas saja, yaitu meliputi bangunan atas yang
terdiri dari struktur utama (kolom dan balok), struktur sekunder (tangga, pelat lantai dan balok anak.), dan struktur
atap space frame. Untuk perencanaan struktur ini digunakan mutu bahan : fc’ = 30 mpa, fy = 400 mpa.untuk
tulangan deform dan fy = 240 untuk tulangan polos
Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam proyek akhir ini mengacu pada peraturan yang ada pada SNI 03-
2874-2002 tentang perhitungan struktur beton, SNI 03-1726-2002 tentang ketahanan gempa, Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1983) dan. Beban gempa dihitung dengan respon dinamik, dengan faktor reduksi
gempa (R) sebesar 5,5 dan faktor daktilitas bangunan (µ) sebesar 3,3. Sedangkan analisa struktur dipakai program
SAP 2000.
Space frame adalah sistem struktur yang menggunakan rangka batang, dimana batang yang digunakan terbuat
dari material yang kuat dan ringan, yang disatukan dengan penopang interlocking dalam sebuah pola geometris.
Space frame biasanya digunakan dalam struktur bentang multidireksi, dan juga sering digunakan dalam struktur
yang memiliki bentang panjang tanpa penyangga. Sistem ini memperoleh kekuatan dari penyatuan kekakuan rangka
triangular. Beban-beban yang ada akan ditransformasikan kedalam gaya tekan dan tarik.

Kata kunci : Stadion.,Spece frame, SRPMM


BAB I 2. Bagaimana merencanakan struktur stadion
PENDAHULUAN dengan menggunakan SRPMM pada
wilayah gempa 4
Latar Belakang
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 wilayah 1.3 Tujuan
gempa, dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah Tujuan dari penyusunan proyek akhir ini adalah
kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 :
dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah 1. Menentukan Permodelan Struktur atap space
gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan Frame
dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode 2. Menganalisa gaya-gaya dalam struktur
ulang 500 tahun dan asumsi umur bangunan adalah Stadion untuk menghitung kekuatan struktur
50 tahun (SNI 03-1726-2002). bangunan dalam merespons beban gempa
Perencanaan suatu gedung tergantung dari yang dialami.
kondisi dari gedung tersebut. Kondisi dari gedung 3. Merencanakan detail Struktur Stadion
dapat berupa dimensi dan material. Bukan hanya itu, dengan menggunakan SRPMM .
kondisi tanah serta lingkungannya ikut berperan
dalam perencanaan. Kondisi dan lingkungan terkait 1.4 Batasan Masalah
dengan lokasi dimana gedung akan dibangun. Perencanaan ini tidak meninjau analisa biaya,
Apabila gedung berlokasi di daerah yang tidak rawan manajemen konstuksi, maupun segi arsitektural.
gempa maka direncanakan dengan Sistem Rangka 1. Perencanaan ini tidak meninjau analisa
Pemikul Momen Biasa (SRPMB). Dan apabila biaya, manajemen konstuksi, maupun segi
berada di wilayah yang rawan maupun sering gempa arsitektural.
maka direncanakan dengan Sistem Rangka Pemikul 2. Perencanaan struktur utama yang meliputi:
Momen Menengah (SRPMM) dan Sistem Rangka Balok dan kolom
Pemikul Momen Khusus (SRPMK). 3. Struktur bawah Meliputi poer dan Pondasi
Ketiga sistem rangka tersebut merupakan cara 4. Beban gempa dihitung dengan menggunakan
dalam membangun suatu gedung. Acuan yang analisa beban gempa Respon Spectrum (SNI
dipakai adalah SNI 03-2847-2002, dan yang khusus 03-1726-2002).
untuk daerah rawan gempa mengacu pada SNI 03- 3. Perhitungan mekanika struktur (kecuali
1726-2002. Karena Indonesia ditinjau dari lokasinya struktur pelat lantai) untuk mendapatkan
yang rawan gempa maka pembangunan insfrastruktur gaya-gaya dalam (bidang M, D dan N)
harus memenuhi syarat tahan gempa. Sehinga dapat menggunakan bantuan program SAP 2000.
memperkecil kerugian dan kecelakaan yang mungkin 4. Peraturan yang digunakan adalah SNI 03-
timbul akibat terjadinya gempa, mengingat tingginya 2847-2002, SNI 03-1726-2002, PPIUG
resiko gempa di Indonesia. Maka dalam tugas akhir 1983.
ini akan direncanakan Stadion di wilayah gempa 4 .
Irian jaya merupakan daerah berzona gempa 4. 1.5 Manfaat
Sehingga stadion Mimika harus dirancang sesuai Manfaat dari penyusunan Tugas Akhir ini
dengan perhitungan gempa rencana didaerah zona adalah :
gempa 4. 1. Mendapatkan suatu desain bangunan Stadion
Berdasarkan pembagian wilayah tersebut yang mampu menahan gempa, khususnya
Stadion mimika , terletak di wilayah 4. Oleh karena pada wilayah gempa 3 dan 4.
itu akan direncanakan dengan Sistem Rangka 2. Memberikan referensi tentang perhitungan
Pemikul Momen Menengah (SRPMM). SRPMM struktur Stadion dengan metode Sistem
adalah suatu sistem rangka ruang dimana komponen- Rangka Pemikul Momen Menengah dan
komponen struktur dan joint-jointnya menahan gaya- Atap Space frame.
gaya yang bekerja melalui aksi lentur, geser, dan
aksial yang selain memenuhi ketentuan-ketentuan BAB II
untuk rangka pemikul momen biasa juga memenuhi TINJAUAN PUSTAKA
ketentuan-ketentuan untuk 23.2(2(3)) dan 23.10 (SNI
03-2847-2002). Sehingga struktur dapat merespon 2.1 Umum
kuat gempa secara inelastis tanpa mengalami Perencanaan bangunan tahan gempa ialah
keruntuhan getas. bangunan yang tahan digoncang gempa meski
mungkin sebagian bangunan rusak saat gempa besar
1.2 Perumusan Masalah tapi bangunan tetap berdiri.( earthquake tip-8
Permasalahan yang dihadapi dalam Tugas akhir BMTPC New Delhi,2002 )
ini adalah : Perencanaan dari suatu struktur gedung pada
1. Bagaimana memodelkan permodelan daerah gempa haruslah memenuhi falsafah
Struktur atap Space frame perencanaan gedung tahan gempa, yaitu:
 bangunan dapat menahan gempa bumi kecil atau dari gedung dan dapat diganti selama masa
ringan tanpa mengalami kerusakan hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan
 bangunan dapat menahan gempa bumi sedang perubahan dalam pembebanan lantai dan atap
tanpa kerusakan yang berarti pada struktur utama tersebut (PPIUG 1983 Pasal 1.0.2).
walaupun ada kerusakan pada struktur sekunder 3. Beban Gempa : semua beban statik
 bangunan dapat menahan gempa bumi kuat tanpa ekwivalen yang bekerja pada gedung atau
mengalami keruntuhan total bangunan, walaupun bagian gedung yang menirukan pengaruh dari
bagian struktur utama sudah mengalami kerusakan gerakan tanah akibat gempa tersebut.
(Teruna , 2007)
Pada pembangunan bangunan tahan gempa ini adapun 2.3 Perencanaan struktur atap
beberapa hal yang harus diperhatikan agar bangunan 2.4.1 Rencana Atap Space Frame
dapat menahan gempa dengan baik yaitu Space frame adalah sistem struktur yang
1. Building Tipology---- simple, simetris, khusus menggunakan rangka batang, dimana batang yang
untuk bangunan yang tinggi dan panjang digunakan terbuat dari material yang kuat dan ringan,
diperlukan bracing extra dan dilatasi. Pertimbangan yang disatukan dengan penopang interlocking dalam
jumlah lantai. Denah yang tidak beraturan akan sebuah pola geometris. Space frame biasanya
menimbulkan torsi dan konsentrasi tekanan akan digunakan dalam struktur bentang multidireksi, dan
sangat tinggi. Pusat massa bangunan atau pusat juga sering digunakan dalam struktur yang memiliki
kekauan elemen harisontal yang menahan gempa bentang panjang tanpa penyangga. Sistem ini
harus berdekatan, memperoleh kekuatan dari penyatuan kekakuan
2. Atap menggunakan meterial yang ringan. rangka triangular. Beban-beban yang ada akan
3. Ketahanan bangunan terhadap gempa dapat ditransformasikan kedalam gaya tekan dan tarik.
diciptakan melalui perencanaan dan perancangan
struktur utama bangunan (Branch frames, shear- 2.4.2. Gording
wall, atau kombinasi yang di koneksikan dengan Uraian Umum Gording
diaphrams). (Prihatmaji,2007 ) Gording merupakan bagian dari atap yang
Desain struktur tahan gempa harus menerapkan berfungsi sebagai penyangga dari penutup atap. Pada
prinsip kolom kuat balok lemah, maksudnya bila bangunan Stadion Mimika ini akan digunakan
beban gempa terlampaui dan struktur harus hancur gording dari profil lip kanal, dan penutup atap dari
maka yang hancur duluan harus baloknya. klip lok. Hal ini dipakai melalui beberapa
(Helmi,2007 ) pertimbangan, yaitu dari segi perhitungan struktur
Ketahanan gempa suatu struktur bangunan harus dan biaya.
dinyatakan dengan dipenuhinya syarat – syarat a.
kekakuan, kekuatan dan stabilitas sekaligus. 2.4.5 Sambungan
(Wahyudi,2004 ) Dalam sambungan yang perlu diperhatikan :
Perencanaan gedung bertingkat sendiri harus a. Pertemuan
dirancang agar memenuhi beberapa kriteria yaitu Komponen struktur yang menyalurkan gaya-
kuat, aman dan ekonomis. gaya pada sambungan, sumbu netralnya harus
direncanakan untuk bertemu pada suatu titik.
2.2 Analisa Gempa Bila terjadi eksentrisitas pada sambungan
Analisa Gempa meliputi pembebanan pada komponen struktur dan sambungan harus
struktur serta perhitungan gempa akibat pembebanan mampu memikul momen yang
tersebut. diakibatkannya.
a. Pembebanan b. Pemilihan alat pengencang
Suatu struktur akan memikul beban-beban di Bila sambungan memikul kejut, getaran, atau
atasnya. Beban tersebut bias berupa beban tetap tidak boleh slip maka harus digunakan
ataupun tidak tetap. Pembebanan pada bangunan sambungan tipe friksi dengan baut mutu tinggi
gedung dibagi atas: atau las
1. Beban mati : berat dari semua bagian dari suatu 2.4.6 Sambungan Las
gedung yang bersifat tetap, termasuk segala Ada beberapa sambungan las, yaitu las
unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun. Untuk
mesin-mesin serta peralatan tetap yang sambungan las dalam tugas akhir ini yang dipakai
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari adalah sambungan las sudut.
gedung tersebut (PPIUG 1983 Pasal 1.0.1)
2. Beban hidup : semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau penggunaan suatu gedung dan
kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai
yang berasal dari barang-barang yang dapat
berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang
tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan
BAB III c. Pentabelan penulangan yang digunakan
METODOLOGI untuk seluruh bangunan termasuk
pondasi
3.1 Umum d. Sketsa gambar penulangan
Adapun metodologi yang akan digunakan dalam 6. Pembebanan
penyusunan Tugas Akhir ini adalah: Struktur Stadion ini direncanakan untuk
1. Pengumpulan data mampu menahan segala kemungkinan
Data-data yang diperlukan dalam perencanaan pembebanan serta kondisi lingkungan yang
adalah : akan dialami oleh struktur tersebut. Beban –
a. Data-data teknis proyek beban yang harus mampu dipikul
b. Gambar kerja proyek diantaranya :
c. Data tanah  Beban hidup
d. Peraturan-peraturan yang digunakan.  Beban mati
2. Pre Eliminari desain  Beban angin
Panduan dalam perhitungan adalah :  Beban gempa
a. Pemodelan struktur Semua beban diatas beserta kombinasinya
Ditentukan dengan analisa kondisi harus sesuai dengan Peraturan Pembebanan
lapangan Indonesia 1983, LRFD 2000.
b. Perencanaan dimensi awal struktur beton
berdasarkan SNI 03-2487-2002, meliputi :
 Penentuan tebal minimum pelat 3.2 Diagram Alir Metodologi
 Penentuan dimensi balok
 Penentuan dimensi kolom
3. Perhitungan Pembebanan
Perhitungan beban-beban yang bekerja
disesuaikan dengan peraturan pembebanan
(PPIUG 1983)
Analisa pembebanan adalah sebagai berikut :
a. Beban pelat lantai
 Beban mati
Terdiri dari beban sendiri pelat, beban
instalasi listrik, beban plafond dan
rangka, beban ubin, beban spesi
 Beban hidup
Ditentukan PPIUG 1983
b. Beban tangga dan bordes
 Beban mati
Terdiri dari beban sendiri tangga, beban
ubin dan beban spesi
 Beban hidup
Ditentukan PPIUG 1983
c. Beban gempa
 Analisa beban gempa static ekuivalen
 Perhitungan gaya geser dasar gempa
 Perhitungan gaya geser tingkat
d. Beban angin
Ditentukan PPIUG 1983
4. Analisa Gaya Dalam
Untuk analisa gaya dalam dilakukan secara
3.3 Preliminary Desain
manual kemudian untuk perhitungan momen
3.3.1 Perencanaan Balok.
dan reaksi perletakan yang terjadi,
Menurut SNI 03-2847-2002 tabel 8 : balok
menggunakan bantuan program SAP 2000.
pada 2 tumpuan sederhana memiliki tebal minimum (
5. Perhitungan Penulangan Struktur
bila lendutan tidak dihitung) :
Komponen-komponen struktur didesain
sesuai dengan aturan yang terdapat pada SNI 
hmin = (SNI 03-
03-2847-2002. perhitungan meliputi : 16
a. Output dari SAP 2000 yang berupa gaya- 2847-2002 tabel 8)
gaya dalam yaitu bidang N, M, D serta a) Untuk struktur ringan dengan berat jenis 1500
dimensi perencanaan Kg/m3 – 2000 Kg/m3, nilai di atas harus
b. Kontrol penulangan
dikalikan dengan (1.65-(0.0003)wc) tetapi Kombinasi pembebanan diatur dalam SNI 03-
tidak kurang dari 1.09. 2847-2002 pasal 11.2 seperti yang telah disebutkan di
b) Untuk fy selain 400 Mpa, nilainya harus atas.
dikalikan dengan (0.4 + fy/700)
Dimana, L : Panjang beton 3.5.1 Perencanaan struktur sekunder
Wc : Berat jenis beton Direncanakan terpisah dari struktur utama
fy : Mutu baja karena struktur sekunder hanya meneruskan beban
yang ada pada struktur utama.
3.3.2 Perencanaan dimensi kolom
Adapun rumus yang digunakan untuk 3.5.2 Perencanaan tulangan pelat
merencanakan dimensi kolom : Tulangan direncanakan setelah
W = 1,2 beban mati + 1,6 beban hidup memperhitungkan beban yang akan diterima. Dalam
W perhitungan tulangan menggunakan rasio tulangan
Preliminary kolom A =
0,85. f ' c ρb = 0,851 fc '  600  SNI 03-2847-2002 pasal
Dari A = b kolom x h kolom fy  600  fy 
Ditentukan lebar (b) dan tinggi (h) kolom 10.4(3)

3.3.3 Perencanaan ketebalan pelat ρmax = 0,75 . ρb SNI 03-2847-2002 pasal 12.3(3)
Menggunakan SNI 03-2847-2002 pasal 1,4
11.5.3.3, dimana : ρmin = SNI 03-2847-2002 pasal 12.5
a) αm ≤ 0.2 , harus memenuhi tabel 10 fy
dan tidak boleh kurang dari nilai berikut : ρ = 1 1  1  2 xmxRn  (Wang – Salmon)
 Pelat tanpa penebalan : h = 120 mm 
m fy 

 Pelat dengan penebalan : h = 100 mm fy
b) 0.2 < αm < 2.0, tebal dengan harga: m=
minimum pelat : 0,85. fc '
Rn = Mu
 fy  xbxd 2
n  0.8   dimana:
h  1500  αm > 2.0,
1 = 0,85 untuk 0 < fc < 30
36  5  m  0.2 
MPa
tebal minimum pelat : 1 = 0,85 – 0,008(fc-30) untuk 30 < fc < 60 MPa
1 = 0,65 untuk fc > 55 Mpa
 fy 
n 
 0.8  

3.5.3 Perencanaan tulangan tangga
h   1500  Untuk penulangan tangga, perhitungan
36  9  penulangan bordes dan pelat dasar tangga dilakukan
3.3. 4 Perencanaan dimensi Balok anak sama dengan perencanaan tulangan pelat dengan
Untuk dimensi balok anak, menggunakan anggapan tumpuan sederhana. Gaya - gaya dalam
rumus yang berlaku pada perencanaan balok induk dianalisa dengan perhitungan mekanika tenik manual
atau diambil dari 2/3 dari dimensi balok induk. biasa.
3.3.5 Perencanaan Dimensi Dinding Geser 3.5.4 Perencanaan tulangan balok anak.
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 16.5.3(1) Beban pelat yang diteruskan ke balok anak
yaitu ketebalan dinding pendukung tidak boleh dihitung sebagai beban trapesium, beban segitga dan
kurang dari 1/25 dari tinggi panjang bagian dinding beban dua segitiga.Dari beban pelat yang terjadi kita
yang ditopang secara lateral, diambil yang terkecil akan menggunakannya untuk menghitung momen
dan tidak kurang dari 100mm. dan gaya geser seta penulangannya (sama dengan
3.3.6 Pembebanan penulangan pelat).
Pembebanan dikelompokkan menjadi dua 3.6 Analisa struktur
beban (menurut arah gaya) Gaya -gaya dalam pada rangka utama
3.3.7 Beban Vertikal diperoleh dengan bantuan program Sap v14.
a) Beban mati (RSNI 03-1727-2002) 3.7 Perhitungan tulangan struktur utama.
b) Beban hidup (RSNI 03-1727-2002) Setelah gaya-gaya dalam didapatkan, maka
3.3.8 Beban Horisontal dapat dilanjutkan dengan perhitungan penulangan
Beban horizontal terdiri dari beban gempa dari struktur utama.
(SNI 03-1726-2002) dan beban angin. Namun dalam 3.7.1 Penulangan Balok Induk
tugas akhir ini beban angin tidak diperhitungkan Tulangan direncanakan setelah
karena masih kalah besar dengan beban gempa. memperhitungkan beban yang diterima. Dalam
perhitungan tulangan digunakan rasio tulangan
3.5 Kombinasi pembebanan ρmin < ρperlu < ρmax
dimana   1.4 (SNI 03-2847-2002 pasal12.5.1)  a As (1, 25 f y )
min M pr  As (1, 25 f y )  d   dengan a 
fy  2 0,85 f 'c b
1  2.m.Rn 
 p erlu  1  1 
m fy  Mpr   Mpr 
  Mu 
2
fy
m 2 * Mu
0.85. f c ' Vh 
ln
Mu Jadi Vx-x = T1 + T2 - Vh
Rn 
 .b.d
Besarnya Vx-xtersebut harus dibandingkan dengan
0.85. . f c ' 
 600


ba ln ce 
 600  f 
kuat geser nominal HBK tepi sebagaimana diatur
fy   pada SNI 2847 pasal 23.5.3
 
y

(SNI 03-2847-2002 pasal 10.4.3) Vc   1,7 fc * Ag


max  0.025 (SNI 03-2847-2002 pasal23.3.2.1)
dimana
Nilai β tergantung dari nilai fc ' Vc  Vx  x
1 = 0,85 untuk fc’  30 MPa 3.7.5 Penulangan Dinding Geser
1 = 0,85 – 0,08(fc’ – 30) untuk fc’ > 30 MPa Penulangan direncanakan sesuai SNI 03-
tetapi nilai 1 tidak boleh diambil kurang dari 2847-2002 pasal 23.6, dengan beban rencana
pada 0,65 (SNI 03-2847-2002 pasal 12.2.7.3) maksimal 75 % gaya lateral (angin dan gempa)
Untuk struktur yang berada di wilayah gempa karena sisa gaya lateral akan diterima rangka
tinggi maka penulangan balok juga harus mengikuti utamanya.
pasal 23.3.1 s/d pasal 23.4 SNI 03-2847-2002 3.8 Perencanaan Basement.
3.7.2 Penulangan Kolom 3.8.1 Kumpulkan Data :
Perhitungan kolom menggunakan SAP versi a) Data tanah
14 untuk memperoleh gaya aksial dan momen yang 3.8.2 Stabilitas Dinding Basement
kemudian menjadi input untuk perangkat lunak Perhitungan stabilitas diperlukan sebagai
PCACOL. Perangkat lunak PCACOL dapat kontrol kekuatan dinding basement
membantu kita dalam merencanakan 3.8.3 Penulangan lantai Basement
tulangan kolom. Penulangan lantai basement sama dengan
Untuk struktur yang berada di wilayah gempa penulangan pelat
tinggi maka penulangan kolom juga harus mengikuti 3.8.4 Penulangan Dinding Basement
pasal 23.4 SNI 03-2847-2002 Penulangan dinding basement sama dengan
3.7.3 Penulangan geser balok. penulangan pelat.
Tulangan geser balok (sengkang) 3.9 Perencanaan pondasi :
direncanakan sesuai ketentuan SNI 03-2847-2002 3.9.1 Kumpulkan data :
pasal 23.3. a) Data tanah
3.7.4 Hubungan balok-kolom (Beam – Column 3.9.2 Perhitungan penampang tiang bor.
joint) Perhitungan menggunkan rumus yang terdapat
(Rahmat Purwono, 2005) pada modul ajar rekayasa pndasi lanjut
3.9.3 Kontrol kekuatan tiang pondasi.
Kekuatan tiang bor dengan menganalisa Qijin
tiang bor.
3.9.4 Perencanaan poer :
a) Kontrol geser ponds pada poer
b) Penulangan geser poer
c) Penulangan lentur poer
3.9.5 Perencanaan Sloof
a) Penulangan lentur sloof
b) Penulangan geser sloof
3.10 Gambar struktur
Penggambaran gambar rencana dan detailnya
Besarnya geser HBK, (gaya geser di x-x) Vx-x = dilakukan dengan program Autocad 2010
T1 + T2 - Vh
Menghitung besarnya T1 dan T2
T1 = As x 1,25 fy
T2 = As x 1,25 fy
Menghitung besarnya Vh
Mpr balok dengan rumus
3
BAB IV - S = 49,6 y cm
PERENCANAAN STRUKTUR ATAP
4.1. Pendahuluan
Struktur atap menggunakan rangka batang, x x

D
dimana batang yang di gunakan terbuat dari material
yang kuat dan ringan yang di satukan dengan
t
penopang Interlocking dalam sebuah pola geometris.
Space Frame biasanya di gunakan dalam struktur y
bentang multidireksi, dan juga sering digunakan Gambar.4.2(b) Potongan penampang profil CHS.
dalam struktur yang memiliki bentang panjang tanpa 4.2.1 Perhitungan Pembebanan Dan Momen
penyangga. Sistem ini memperoleh kekuatan dari q
penyatuan kekakuan rangka Triangular. Beban beban q.co
s.
.
q.sin
yang ada akan di tranformasikan kedalam gaya tekan
x
dan tarik.
4.2. PERENCANAAN GORDING ATAP UTAMA 

KUDA KUDA PROFIL CHS

PENGGATUNG GORDING
y
GORDING

G
8.00

 
F
8.00

Beban Mati (DL)


E
36.00

Berat penutup Atap : 1,500 x 5,00 = 7,50 kg/m


6.00

Berat profil CHS = 15,00 kg/m


4.00

Jumlah = 22,50 kg/m


6.00

Berat mati Total (DL) = 22,50 kg/m


4.00

Beban terpusat Pekerja = 23,00 kg/m


3
8.00

4
8.00

5
8.00

6
8.00

7
8.00

8
8.00

9
8.00

10
8.00

11
8.00

12
8.00

13
8.00

14
- Momen Akibat DL
( ) ( )
88.00

MXD = =
= 144,9
Gambar 4.2(a) Denah Rencana Atap
kg/m
Untuk menentukan dimensi profil gording yang MYD = ( ) L2 = ( ) =
direncanakan pada bangunan ini, dihitung gording 113,8
seperti pada gambar 4.2. dengan bentang terpanjang kg/m
= 8.00m. penutup atap yang digunakan adalah
Zincalume Lysaght Klip-Lok 700 Hi-strength dengan - Beban Hidup (LL)
spesifikasi sebagai berikut : a.Akibat beban terbagi rata (beban hujan)
- Tebal = 0,42mm ......[PPIUG 1983:Ps.3.2.2]
- Single Span = 1.650 mm q = (40-0,8 x α)kg/m2 = (40-0,8 x 38) = 9,6 kg/m2 >
- Internal Span = 1.750 mm 20 kg/m2
- Overhang = 150 mm menurut peraturan pembebanan, dipakai 9,6 kg/m2
- Berat = 4,66 kg/m2 = 5,00 kg/m2 q = 1,500 x 9,6 = 14,40 kg/m2
- Jarak antar gording = 1.500 mm (horisontal) Momen Akibat LL Merata
- Jarak kuda-kuda = 8.00 mm MXD = ( ) = ( )
= 1.500 = 1.500 mm =
2
- Jarak miring gording = 90,78 kg/m
cos .0 MYD = ( ) L2 = ( )
1,5 m 2
- Sudut miring = 38° = 70,92 kg/m
Gording direncanakan memakai profil Circular b. Akibat beban terpusat 1 orang (P = 100kg).
Hollow Sections (CHS) dengan spesifikasi sebagai . [PPIUG 1983:Ps.3.2.1]
berikut : Momen Akibat (LL) terpusat
- Mutu Baja = BJ-41 MXD = ( ) = ( )
- Kuat Putus (fu) =410 Mpa = 4.100 kg/cm2 2
= 157,60 kg/m
- Kuat Leleh (fy) =250 Mpa = 2.500 kg/cm2 MYD = ( ) Ly = ( )
- Modulus Elastisitas(E)= 2,0 *106 kg/cm2 2
= 123,13 kg/m
Dimensi Profil : (CSH-114,3-5,6)
Beban Angin
- q = 15,00 kg/m D = 114,3 mm
W = 40 kg
- A = 19,12 cm2 t = 4,5 mm
- I = 283 cm4 r = 3,85 cm
H = Beban hujan, tidak termasuk yang
diakibatkan genangan air
W = Beban angin
E = Beban gempa, yang ditentukan menurut SNI
03-1726-2002
4.2.3 Kontrol Profil
Kombinasi pembebanan berdasarkan SIN-03-
1729:Ps.6.2.2
- Angin tekan = c = (0,02 x 38 -0,4) - 0,6 = - 0,24 Kontrol penampang profil .
q = c x w = -0,24 x 40 = - 9,6 kg/m [SNI 03-1729-2002 Ps. 8.2.2 dan table 7.5-1]
- Angin Hisap = c = -0,1  = D  114,3  25,4
q = c x w = - 0,1 x 40 = -4 kg/m t 4,5
Momen Akibat W p = 8000 8000
  32
MXD = ( ) = ( ) 2
fy 250
= 25,216 kg/m  ≤ p …penampang kompak
MYD= ( ) = ( ) 2 Kuat nominal komponen struktur terhadap lentur
Mn = Z x fy ……(SNI 03-1729-2002 Pasal 8.2.1-d)
= 19.70 kg/m
Mn = Z x fy = 49,6 x 2,500 = 124.000 kg.cm = 1240
kg.m
4.2.2 Besar Momen Berdasarkan Kombinasi
Berdasarkan [SNI 03-1729-2002 Pasal 8.1.3]
Pembebanan
Mu ≤ Ø Mn → Ø = 0,9
Kombinasi pembebanan berdasarkan SNI-03-1729
:Ps.6.2.2 508,11 kg.m ≤ 0,9*1240 kg.m
Mu = 1,4*D 508,11 kg.m < 1.116 kg.m …Ok
Mux = 1,4*144,99 = 202.99 kg.m
Muy = 1,4 * 113,28 = 158,59 kg.m 4.2.4 Kontrol Lendutan
Mu = 1,2*D + 1,6*L + 0,5*(La atau H) Berdasarkan (SNI 03-1729-2002 Pasal 6.4.3)
Mux = 1,2*144,99 +1,6*157,60 +0,5*90,78 = 697,6 komponen struktur harus memenuhi batas lendutan
kg.m maksimum yang diberikan di bawah ini:
Muy = 1,2*113,28 + 1,6*123,13 + 0,5*70,92 = Lendutan Ijin: f  L  800  3,33
391,06 kg.m 240 240
4 3
Mu = 1,2*D + 1,6*(La atau H) + (γL*L atau f = 5 * q * L  P.L
0,8*W) 384.EI 48 * EI
Mux = 1,2*144,99 +1,6*90,78+0,8*100,87=399,93 =
kg.m 5 * (0,075 * 0,15 * 0,023) * 800 4 100 * 800 3
Muy = 1,2*113,28 + 1,6*70,92 + 0,8*78,80 = 
384 * 2,0 * 10 6 * 283 48 * 2,0 * 10 6 * 283
312,46 kg.m
= 3,012 cm
Mu = 1,2*D + 1,3*W + γL*L + 0,5*(La atau H) 
Mux = 1,2*144,99 + 1,3*100,87 + 1*157,60 + f ≤ f
0,5*90,78 = 508,11 kg.m 3.012cm ≤ 3,33 cm
Muy = 1,2*113,28 + 1,3*78,80 + 1*123,13 + Sehingga dapat disimpulkan bahwa lendutan
0,5*70,92 = 396,98 kg.m yang terjadi pada gording memenuhi syarat. Jadi
Mu = 0,9*D+(1,3*W atau 1,0*E) profil gording memenuhi batas kekuatan yang ada
Mux = 0,9*144,99 + 1,3*100,87= 261,62 kg.m
Muy = 0,9*113,28 + 1,3*78,80 = 204,40 kg.m Perencanaan Sambungan Antar Batang Kuda-
Dari kombinasi pembebanan diatas diperoleh kuda
momen maksimum = 508,11 kg.m. Sambungan antar batang dalam sistem rangka
Ketarangan : batang (space frame) kuda-kuda direncanakan
DL = Beban mati yang diakibatkan oleh berat menggunakan sambungan las.
konstruksi permanen, termasuk dinding, atap,
dll peralatan tetap
L = Beban hidup yang ditimbulkan oleh
penggunaan gedung, temasuk kejut, tetapi
tidak termasuk beban lingkungan seperti
angin, hujan dan lain-lain, maka untuk struktur
atas beban jenis ini tidak ada
La = Beban hidup diatap yang ditimbulkan
selama perawatan oleh pekerja, peralatan dan
material
Gambar.6.3.1 Sambungan las pada tiap joint rangka Pu = 8.154,09 kg < Ru = kg ,… ok
batang kuda-kuda  Sambungan Batang aksial tekan
K = π.D = π*139,3 = 437,4 mm = 43,74 cm
Diambil contoh perhitungan pada sambungan Ø.fn = 0,75*0,6* FE70XX = 0,75*0,6*(70*70,3)
batang diagonal yang memiliki gaya aksial terbesar = 2.214,45 kg/cm2
 Batang dengan aksial tarik maksimum : Pu 23160,12 529,49
Pu = 8154,09 kg fd = = =
A 43,74 * te te
frame 2283 : D = 139,3 mm, t = 4 mm
fd < Ø.fn
 Batang dengan aksial tekan maksimum :
Pu = -23160,12 kg
529,49
< 2.214,45
frame 2296 : D = 139,3mm, t = 4 mm te
mutu las = FE70XX →kuat Tarik = 70 ksi (1 ksi = → te > 529,49 = 0,023cm
70,3 kg/cm2) 2.214,45
te
a >
0,707
a

*a

= 0,023
07

139,3
0,7
te=

4
0,707
a
= 0,33 cm = 3,3 mm

syarat ketebalan : (SNI-03-1729-2002: tabel


Gambar.6.3.1 Tebal efektif pada las sudut dan 13.5.1) :
penampang las - Ukuran mínimum las sudut
 Sambungan Batang aksial tarik Tebal bagian paling Tebal mínimum las
K = π . D = π * 139,3 = 437,4 mm = 43,74 cm tebal, t(mm) sudut, tw (mm) atau a
Ø.fn = 0,75 * 0,6 * FE70XX = 0,75*0,6*(70*70,3) t<7 3
= 2.214,45 kg/cm2 7 < t < 10 4
Pu 8154,09 10 < t < 15 5
Fd = = = 186,42
A 43,74 * te te 15 < t 6
fd < Ø.fn t = 3 mm → t < 7mm → amin = 3 mm
186,42 - ukuran maksimum las sudut
< 2.214,45 untuk type sambungan batang yang tegak lurus
te tidak ada batasan ketebalan maksimum, maka :
→ te > 186,42 = 0,084cm diambil a = 3,0mm = 0,3cm
2.214,45 te = 0,707.a = 0,707*0,3 = 0,21 cm
te Ru = Ø *(te * K)* 0,6 * FE70XX
a >
0,707 = 0,75*(0,21*43,74)*0,6* (70*70,3) = kg
= 0,084 Pu = 23.160,12 kg < Ru = 246.231,11 kg ,...Ok
0,707
= 0,11 cm = 1,1 mm BAB V
syarat ketebalan : (SNI-03-1729-2002: tabel PRELIMINARY DESIGN
13.5.1) :
- Ukuran mínimum las sudut 5. Umum
Tebal bagian paling Tebal mínimum las Di dalam suatu perencanaan gedung, kita harus
tebal, t(mm) sudut, tw (mm) atau a melakukan preliminary design terlebih dahulu.
Preliminary design adalah suatu tahapan perhitungan
t<7 3
dimana kita merencanakan dimensi awal dari suatu
7 < t < 10 4
elemen struktur.
10 < t < 15 5
5.1 Balok
15 < t 6 5.1.1 Dimensi balok induk
t = 4 mm → t < 7mm → amin = 3 mm Di dalam peraturan SNI 03-2847-2002 dalam
- Ukuran maksimum las sudut tabel 8 disebutkan tebal minimum balok di atas dua
untuk type sambungan batang yang tegak lurus tumpuan sederhana disyaratkan l /16.
tidak ada batasan ketebalan maksimum, maka :  Dimensi balok induk memanjang dengan
diambil bentang l = 8m
a = 3 mm = 0,3cm
te = 0,707.a = 0,707*0,3 = 0,21cm 800
h= = 66,6 cm = 75 cm
Ø Ru = 0,75 * fy las*ag 12
= 0,75 *(0,21 *43,74)* 0,6 * (70*70,3) =
20340,60 kg
2 t3
b= x 75 = 50 cm I palt  bsx
3 12
Jadi dimensi balok induk memanjang adalah  be   hf    hf 
2
 hf   be   hf 
3

1   1 x  x 4  6   4    1 x 
75/50 cm2.  bw   hw    hw   hw   bw   hw 
K
5.1.2 Dimensi balok anak  be   hf 
1   1 x 
 Dimensi balok anak melintang dengan  bw   hw 
bentang l = 5 m : Perumusan untuk mencari lebar flens pada balok
600 = 37,5 cm ~ 45 cm SNI 03-2847-2002 pasal 10.10 hal 56 :
h=  Balok Tengah :
16
2 be
b = x 40 = 26,67 cm ~ 30 cm
3
Jadi dimensi balok anak memanjang adalah
hf
30/45 cm2. hw

5.1.3 Perencanaan dimensi pelat


5.1.4 Dasar Perhitungan Dimensi Plat
Peraturan yang digunakan dalam menentukan bw
besar beban yang bekerja pada struktur pelat adalah Menurut SNI 03-2847-2002 PASAL 10.10.2 :
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 nilai lebar efektif balok T tidak boleh
(PPIUG 1983). memenuhi seperempat bentang balok dan
Pendefinisian pelat satu arah dan dua arah dapat lebar efektif dari masing-masing sisi badan
dilihat dari rasio panjang terpanjang dengan panjang balok tidak boleh melebihi :
pendek pada suatu pelat (Berdasarkan buku Wang  Delapan kali tebal plat
Salmon jilid 2 edisi ke-4 Bab16).  Setengah jarak bersih antara balok-balok yang
Jika lebih besar dari 2 maka pelat itu bisa bersebelahan
dikatakan pelat satu arah dan perhitungan dilakukan  Balok tepi
sama seperti perhitungan balok. Jika rasionya lebih be
kecil dari 2 maka pelat itu bisa dikatakan pelat 2 arah.
Sistem Perencanaan dimensi plat pada
perencanaan ulang gedung ini berfungsi sebagai dasar hf
hw
acuan dalam proses perhitungan penulangan plat. Di
bawah ini adalah diagram Proses Penentuan Dimensi
Plat.
Perhitungan dimensi plat dua arah berdasarkan
SNI 03-2847-2002 pasal 11.5(3(3)) bagi tebal plat
sebagai berikut : bw
 Untuk   0,2 menggunakan pasal 11.5.(3(3)) Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 10.10.3 :
 Untuk 0,2 <  m < 2 ketebalan plat minimum Nilai efektif sayap dari sisi badan tidak boleh
harus memenuhi lebih dari :
 fy   Seperduabelas dari bentang balok
Ln.0,8 
 1500  dan tidak boleh kurang  Enam kali tebal plat
hf   Setengah kali jarak bersih antara balok-balok
36  5 [m  0,2]
dari 120 mm yang bersebelahan
 Untuk m  2 ketebalan maksimum plat harus
5.1.5 Data Perencanaan Tebal Pelat Lantai
memenuhi
Tipe Plat lantai A
 fy 
Ln.0,8 
 1500 
 dan tidak boleh Ln = 600 -  30  50  = 560 cm
hf   2 2 
36  9 
 50 50  = 750 cm
kurang dari 90 mm Sn = 800 -   
Harga  m didapat dari :  2 2 
Ebalok .Ibalok Ln 750
  = = 1,34 < 2  (plat dua arah)
Eplat .Iplat Sn 560
E.balok  E. plat
1 Ln Tipe Plat lantai B
I balok  xKxbxh 3 = Ln = 400 -  50  30  = 360 cm
12 Sn  2 2 
= 2170,81 cm2
Sn = 800 -  50  50  = 750 cm
Dimensi : b = 2170,81 cm2
2
 2 2 
b = 46,59 cm ~ 60cm
Ln 750 Jadi pakai dimensi kolom 60 x 60 cm2
 = = 2,08 < 2  (plat dua arah)
Sn 360
5.1.6 Perencanaan Dimensi Kolom BAB VI
Perencanaan kolom yang mengalami PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER
pembebanan adalah kolom yang memikul bentang
yang sama, yaitu 600 x 600 cm. Menurut SNI 03- 6.1 Perencanaan Struktur plat
Pendefinisian pelat satu arah dan dua arah dapat
2847-2002 pasal 10.8.1 : kolom harus
dilihat dari rasio panjang terpanjang dengan panjang
direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor
pendek pada suatu pelat (Berdasarkan buku Wang
yang bekerja pada semua lantai atau atap dan Salmon jilid 2 edisi ke-4 Bab16).
momen maksimum dari beban terfaktor pada satu Jika lebih besar dari 2 maka pelat itu bisa
bentang terdekat dari lantai atau atap yang dikatakan pelat satu arah dan perhitungan dilakukan
ditinjau. sama seperti perhitungan balok. Jika rasionya lebih
Direncanakan: kecil dari 2 maka pelat itu bisa dikatakan pelat 2 arah.
Tebal Pelat = 12 cm = 120 mm Diambil Plat lantai 2 Tipe A el +5,00. Tebal Plat 12
Tinggi tiap tingkat : Lantai 1 s/d 3 = 450 cm cm.
Asumsi awal dimensi kolom : 600 x 600 cm  Pembebanan Pelat
Beban Mati (DL)
5.1.7 Kolom untuk bangunan atas Berat Pelat = 0,12x 2400 = 244
Tinggi tiap tingkat (lantai dasar sampai atap) : 450 kg/m2
cm. Spesi tebal 2 cm = 42
Beban Mati : kg/m2
RSNI 03-1727-1989 Tabel P3-1 : Ubin tebal1 cm = 22
Lantai 1-3 : kg/m2
Pelat : 6 x6x0,12x2400 kg/m3x 3tk = 31.104 kg Plafon + Penggantung = 18
Plafon : 6 x 6 x 11 kg/m2x 3tk = 1.188 kg kg/m2
Penggantung: 6x6x 7 kg/m2 x 3tk = .756 kg AC, listrik, plumbing, dll = 40
Balok induk : kg/m2
(6x0,4x0,6x2400kg/m3)x 3tk = 32.256 kg
(6x0,4x0,6x2400kg/m3)x 3tk = 23.040 kg DL = 364
Plumbing : 6 x 5 x 10 kg/m2 x 3t = 2.800 kg kg/m2
Spesi ( 2cm) : 6 x5x2x21 kg/m3x 3tk = 11760 kg Beban Hidup
Tegel ( 1cm) : 6 x5x1x24 kg/m3x 3tk = 5880kg Beban hidup untuk stadion
Dinding bata : 6x4,5x0,12x250kg/m3 x3tk LL = 400
= 7.560 kg kg/m2
Total Beban Mati = 168.976kg
Beban Hidup :  Analisa Gaya-Gaya Dalam
akibat beban merata : Untuk menganalisa gaya-gaya dalam yang
PBBI 1983 tabel 3.1 : terjadi pada pelat digunakan Peraturan Beton
beban hidup atap =250 kg/m2 Bertulang Indonesia 1971 (PBBI 1971 pasal 13.3
Lantai : 6x6x 250 kg/m2x 2tk = 61.250 kg tabel 13.3.1 hal 202).
PBBI 1983 tabel 3.1 : Pelat diasumsikan sebagai pelat yang terjepit
- beban hidup atap =120 kg/m2 elastis pada keempat sisi
Atap: 6x6x 120kg/m2x 1tk = 4.200 kg
65.450 kg
Menurut RSNI 03-1727-1989 pasal 4.8.2 : Beban
hidup dapat direduksi hingga 20 % atau dikali
koefisien reduksi beban hidup = 0,8 untuk komponen
struktur yang menumpu dua lantai atau lebih.
Jadi total beban untuk beban hidup :
LL = 0,8 x 65.450 kg = 52.360 kg
Jadi berat total (W) = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (168.976) + 1,6 (52.360)
= 286.547,2 kg Gambar 6.1 Asumsi Pelat Terjepit penuh
Mutu beton = 40 Mpa = 400 kg/cm2 Perhitungan yang terjadi pada pelat yang
terjepit elastis adalah sebagai berikut.
W 286547,2 (PBBI 1971 pasal 13.3 tabel 13.3.1 hal 202).
Dimensi : A = =
0,33xfc ' 0,33x 400 Mtx = - 0,001  q  Lx2  Xx
Mlx = 0,001  q  Lx2  Xx 6.1.2 Momen Plat Lantai
Mty = - 0,001  q  Lx2  Xy Ly / Lx = 1.5 Mlx Digunakan X = 41
Mly = 0,001  q  Lx2  Xy Mly Digunakan X = 12
Keterangan; Mtx Digunakan X = 83
Mtx = Momen Tumpuan Arah X Mty Digunakan X = 57
Mlx = Momen Lapangan Arah X
Mty = Momen Tumpuan Arah Y Momen pelat di tentukan pada PBBI 1971
Mly = Momen Lapangan Arah Y Tabel 13
Untuk perhitungan penulangan pelat lantai Digunaka pelat tipe II ”Jepit Penuh”
menggunakan tulangan  12 mm untuk tulangan Mtx = - 0.001 x q x Lx2 x X
utama dan  8 mm tulangan susut, tebal selimut 20 = -1519.7632 kg.m
mm (syarat minimum SNI 03-2847-2002 Pasal Mlx = 0.001 x q x Lx2 x X
9.7.1), dan dihitung berdasarkan lebar per meter lari. = 750.7264 kg.m
Diambil Plat lantai 2 Tipe A el + 4,20. Tebal Mty = - 0.001 x q x Lx2 x X
Plat 12 cm. =- 1043.6928 kg.m
Penulangan lentur Plat lantai Mly = - 0.001 x q x Lx2 x X
- Mutu Beton (fc’) : 30 Mpa = 219.7248 kg.m
- Mutu Baja (fy) : 250 Mpa Menentukan Tinggi efektif (d)
- Tebal Plat Rencana : 0.12 m Tulangan Arah X
- Decking : 0.02 m Tulangan Arah Y

- Lx : 4 m
- Ly : 6 m dy dx h
- Tulangan Lentur rencana : 12 m
- Tulangan Susut Rencana : 8 m
-  : 0.8
- b : 1 m
- β1 : 0.85 dx = t pelat – decking – ½ d tulangan renc.
= 94 mm
6.1.1 PEMBEBANAN PLAT LANTAI dy = t pelat – decking - d tulangan renc –
½ d tulangan renc
= 82 mm
Rasio tulangan Minimum
1, 4
ρmin =
fy
= 0.0056
Rasio Tulangan Balance
ρb............no2 =
0,85 xfc ' x 1  600 
 
fy  600  fy 
= 0.061200
Gambar 61.1.(a) Denah pelat atap yang di Rasio tulangan Maximum
tinjau ρmax..........no3 = 0.75 x ρ balance
= 0.045900
Akibat Beban Mati Tebal Berat Jenis m = fy / (0.85xf’c)
Berat Sendiri Pelat 0.15 x 2400 = 360 kg/m2 = 9.803922
Lapisan Aspal 0 x 1 = 0 kg/m2
Plafond+Penggantung 1 x 18 = 18 kg/m2 6.1.3 Momen Tumpuan Arah x (Mtx)
Instalasi Listrik dll 0. x 40 = 40 kg/m2 Mu = -1519.7632 kg.m
Spesi t (cm) = 2 0.02 x 2100 = 42 kg/m2 Mn = Mu / ϕ ..... dimana ϕ = 0.80
Ubin t (cm) = 1 .01 x 2400 = 24 kg/m2 = -1899.704 kg.m
Lain lain Jika ada 0 x 0 = 0 kg/m2 = -18997040 N.mm
412 kg/m2 Rn = Mn
Akibat Beban Hidup b.d2
Beban Mesin qdl = 400kg/m2 = 18997040 N.mm
Akibat beban Air Hujan qa = 20kg/m2 8836000 mm2
q ult = 1.2 x qdl + 1.6 x qll + 0.5 qa = 2.150 N/mm2 (diambil nilai Positif)
= 1144.4 kg/m2 ρ perlu = 1/m x [1- 1-((2m x Rn)/fy)
= 0.008996595
Syarat
ρ min ≤ ρ perlu ≤ ρ max = ok gunakan sebagai unsur = As * Fy
pengali As 0,85 * fc '* b
ρ pakai = 1.30x ρ perlu = 11.0880 mm
= 0.00900 ok
 a
ρ pakai = 0.008996596 Mn aktual > Mn terjadi = Cc Atau T  d  
As rencana =ρxbxd  2
= 845.68 mm2 = 0,85* fc '* a * b  d  a 
Tulangan Rencana = ϕ 12 - 133.735  
 2
Tulangan Pasang = ϕ 12 – 100 = 25010348.44 > 9384080 ok
As Aktual = 1130.97 mm2
Kontrol Spasi Tulangan.....no4 6.1.5 Momen Tumpuan Arah Y (Mty)
Smax ≤ 2x h 100 ≤ Mu = -1043.6928 kg.m
240 ok Mn = Mu / ϕ ..... dimana ϕ = 0.80
Kontrol kemampuan pikul Penampang = -1304.616 kg.m
- As Aktual = 1130.9734 mm2 = -13046160 N.mm
- d = t pelat – decking – ½ Rn = Mn
d tulangan pasang b.d2
= 94 mm = -13046160 N.mm
As * Fy 6724000 mm2
= 2
= 1.940 N/mm (diambil nilai Positif)
0,85 * fc '* b
ρ perlu = 1/m x [1- 1-((2m x Rn)/fy)
= 11.0880 mm
= 0.008081068
 a Syarat
Mn aktual > Mn terjad i= Cc Atau T  d  
 2 ρ min ≤ ρ perlu ≤ ρ max = ok gunakan sebagai unsur
pengali As
= 0,85* fc '* a * b  d  a  ρ pakai = 1.30 x ρ perlu
 2 = 0.01051 ok
= 25010348.44 > 18997040 ok ρ pakai = 0.010505388
As rencana =ρxbxd
6.1.4 Momen Tumpuan Arah X (Mlx) = 861.44 mm2
Mu = 750.7264 kg.m Tulangan Rencana = ϕ 12 – 131.288
Mn = Mu / ϕ ..... dimana ϕ = 0.80 Tulangan Pasang = ϕ 12 – 100
= 938.408 kg.m As Aktual = 1130.97 mm2
= 9384080 N.mm Kontrol Spasi Tulangan..... no4
Rn = Mn Smax ≤ 2x h 100 ≤
b.d2 240 ok
= 9384080 N.mm Kontrol kemampuan pikul Penampang
8836000 mm2 - As Aktual = 1130.9734 mm2
= 1.062 N/mm2 - d = t pelat – decking –
(diambil nilai Positif) ½ d tulangan pasang
ρ perlu = 1/m x [1- 1-((2m x Rn)/fy) = 94 mm
= 0.004340463 = As * Fy
Syarat 0,85 * fc '* b
ρ min ≤ ρ perlu ≤ ρ max = Tidak ok ,........ = 11.0880 mm
Dinaikan 30 %
ρ pakai = 1.30 x ρ perlu  a
Mn aktual > Mn terjadi = Cc Atau T  d  
= 0.00564 ok  2
ρ pakai = 0.005642602 = 0,85* fc '* a * b  d  a 
As rencana =ρxbxd  
 2
= 530.40 mm2 = 21617428.38 > 13046160 ok
Tulangan Rencana = ϕ 12 - 213.228
Tulangan Pasang = ϕ 12 – 100 6.1.6 Momen Tumpuan Arah Y (Mly)
As Aktual = 1130.97 mm2 Mu = 219.7248 kg.m
Kontrol Spasi Tulangan.....no4 Mn = Mu / ϕ ..... dimana ϕ = 0.80
Smax ≤ 2x h 100 ≤ 2000 ok = 274.656 kg.m
Kontrol kemampuan pikul Penampang = 2746560 N.mm
- As Aktual = 1130.9734 mm2 Rn = Mn
- d = t pelat – decking – b.d2
½ d tulangan pasang = 2746560 N.mm
= 94 mm 6724000 mm2
= 0.408 N/mm2 Kontrol Spasi Tulangan
ρ perlu = 1/m x [1- 1-((2m x Rn)/fy) Smax ≤ 2x h 200 ≤ 600 ok
= 0.001647185
Syarat 6.1.9 Kesimpulan
ρ min ≤ ρ perlu ≤ ρ max = Tidak ok ,........ 1.Lentur Arah X
Dinaikan 30 % Tumpuan = ϕ 12 – 100
ρ pakai = 1.30 x ρ perlu Lapangan = ϕ 12 – 100
= 0.00214 ok
ρ pakai = 0.0056 2.Lentur Arah Y
As rencana =ρxbxd Tumpuan = ϕ 12 – 100
= 459.20 mm2 Lapangan = ϕ 12 – 100
Tulangan Rencana = ϕ 12 – 246.292
Tulangan Pasang = ϕ 12 – 100 3.Susut Arah X = ϕ 8 – 100
As Aktual = 1130.97 mm2 4.Susut Arah Y = ϕ 8 – 100
Kontrol Spasi Tulangan.....no4
Smax ≤ 2x h 100 ≤ 240 ok 6.3 Analisa Struktur Tangga
Kontrol kemampuan pikul Penampang Analisa struktur tangga menggunakan program
- As Aktual = 1130.9734 mm2 bantu SAP2000 yang ditinjau 1 m lebar pelat
- d = t pelat – decking – tangga/bordes. Untuk perletakan tangga
½ d tulangan pasang diasumsikan menggunakan jepit-bebas dan
= 94 mm jepit-bebas dimana permodelan struktur seperti
As * Fy dibawah ini :
=
0,85 * fc '* b
= 11.0880 mm
 a
Mn aktual > Mn terjadi = Cc Atau T  d  
 2 Z

 a
= 0,85* fc '* a * b  d  
Y

 2
= 159869523.1 > 2746560 Gambar 4.3.(a) Permodelan struktur tangga service
6.1.7 Kontrol Lendutan Tabel.9 SNI 03-2847-2002
Syarat 6.3.1 Penulangan Tangga
∆ ijin = L = 6 = 3.3 cm 6.3.2 Plat Tangga
180 180 Data Perencanaan :
∆ = 5 qx Ly4 ≤ 33.3 o fc’ : 30 MPa
384 E Lx o fy : 320 MPa
= 5 0.011444 6*10004 ≤ 33.3 o Mu : 1971,97 kgm
384 25742.9602 144000000 o Dia. tul : D16 mm
dx = 150-20-(16/2) = 122 mm
= 0.05 mm ≤ 33.3 ok dy = 150-20-16-(8/2) = 110 mm
0,85  fc '1  600  SNI 03-2847-2002
   
 600  fy 
6.1.8 Tulangan Susut SNI 03-2847-2002 fy  
b

1.Tulangan Susut arah X pasal 10.4(3)


pakai = 0.002 0,85  30  0,85  600 
     0,0442
As Rencana =ρ*b*d b
320  600  320 
= 188 mm2  max  0,75   b SNI 03-2847-
Tulangan Rencana = ϕ 12 – 267.370
Tulangan Pasang = ϕ 12 – 200 2002 pasal 12.3(3)
As Aktual = 251.33 mm2  max  0,75  0.0442  0,0332
Kontrol Spasi Tulangan 1,4 1,4
Smax ≤ 2x h 200 ≤ 600 ok  min    0,0044
fy 320
2.Tulangan Susut Arah Y  Penulangan Arah X
pakai = 0.002 Mu = 4688.85 kgm = 46888500 Nmm
As Rencana =ρ* b * d 46888500
= 164 mm2 Mn =  58610625 Nmm
0,8
Tulangan Rencana = ϕ 12 – 306.497
Tulangan Pasang = ϕ 12 – 200 fy 320
m =   12,55
As Aktual = 251.33 mm2 0,85 fc' 0,85 30
Mn 58610625 0,85  fc '1  600  SNI 03-2847-
Rn =   3,94   
 

bd 10001222 fy  600  fy 
b
2

2002 pasal 10.4(3)


 = 1 
1  1 
2  12,55  3,94 
  0,0134 0,85  30  0,85  600 
12,55 
 320 

     0,0442
b
320  600  320 
 pakai  0,0134
Asperlu = ρbd  max  0,75   b SNI 03-2847-2002 pasal 12.3(3)
= 0,0134 x 1000 x 122 = 1634,8 mm2
 max  0,75  0.0442  0,0332
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 12.5(4) disebutkan: 1,4 1,4
 min    0,0044
Jarak tulangan ≤ 3 x tebal pelat = 3 x 150 = 450 fy 320
mm  Penulangan Arah X
≤ 450 mm Mu = 2342.74 kgm = 23427400 Nmm
Digunakan tulangan lentur D16-100 23427400
Aspakai =  1  162   1000 
Mn =  29284250 Nmm
0,8
4   100 
= 2010,61 mm2 > 1634,8 mm2 … Ok! fy 320
m =   12,55
Kontrol Kekuatan : 0,85 fc' 0,85 30
As pakai 2010,61
   0,0164 > ρmin Rn = Mn  29284250  1,97
bd 1000  122 b  d 2 1000 1222
 a (Wang-Salmon)
Mn  As  fy  d   = 1  2  12,55  1,97 
 2 1  1    0,00641
12,55  320 

As  fy (Wang-Salmon)
a  pakai  0,00641
0,85 fc ' b
Asperlu = ρ b d
2010,61 320 = 0,00641 x 1000 x 122 = 782,56mm2
a  25,23
0,85  30 1000 Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 12.5(4)
 25,23 disebutkan:
Mn  2010,61 320122    70377402,96 Nmm
 2  Jarak tulangan ≤ 3 x tebal pelat = 3 x 150 = 450
mm
≤ 450 mm
Mu  φ Mn  0,8  70377402,96  56301922,37 Nmm
Digunakan tulangan lentur D16-100
> 46888500 Nmm …Ok! Aspakai =  1  162   1000 
  
 Penulangan Arah Y 4   100 
Penulangan arah y di pasang tulangan susut = 2010,61 mm2 > 782,56 mm2 … Ok!
sebesar : Kontrol Kekuatan :
As tulangan susut = 0,002 x b x h As 2010,61
= 0,002 x 1000 x 122 =   pakai   0,0164 > ρmin
244 mm2 bd 1000  122
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 12.5(4)  a (Wang-Salmon)
Mn  As  fy  d  
disebutkan:  2
Jarak tulangan ≤ 3 x tebal pelat = 3 x 150 As  fy
= 450 mm a (Wang-Salmon)
≤ 450 mm 0,85 fc ' b
Digunakan tulangan lentur 8-200 2010,61 320
a  25,23
 1
=   8  2   1000  0 ,85  30  1000
Aspakai 
4   200   25,23
= 251,32 mm2 > 244 mm2 … Ok! Mn  2010,61 320122    70377402,96 Nmm
 2 
6.3.3 Plat Bordes
Data Perencanaan :
o fc’ : 30 MPa Mu  φ Mn  0,8  70377402,96  56301922,37 Nmm
o fy : 320 MPa > 23427400 Nmm …Ok!
o Mu : 2342,74 kgm  Penulangan Arah Y
o Dia. tul : D16 mm Penulangan arah y di pasang tulangan susut
dx = 150-20-(16/2) = 122 mm sebesar :
dy = 150-20-16-(8/2) = 110 mm As tulangan susut = 0,002 x b x h
= 0,002 x 1000 x 122
= 244 mm2
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 12.5(4) pada Tata cara perhitungan pembebanan untuk
disebutkan: bangunan rumah dan gedung (RSNI 03-1727-1989)
Jarak tulangan ≤ 3 x tebal pelat = 3 x 150 = 450 dan Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung
mm (PPIUG ’83) adalah sebagai berikut :
≤ 450 mm 7.4.1 Perhitungan Beban Plat Atap
Digunakan tulangan lentur 8-200 Beban Mati
Aspakai =  1    82   1000   Berat sendiri plat = 0,10 x 2400 = 240 kg/m2
4   200   Plafond eternity = 11 = 11kg/m2
= 251,32 mm2 > 244 mm2 … Ok!  Penggantung langit-langit (kayu)= 7 kg/m2
 Aspal pada atap (1 cm) = 14 kg/m2
 Instalasi listrik,AC, dll = 40 kg/m2
BAB VII qd
STRUKTUR PRIMER = 312 kg/m2
Beban Hidup
7.1 Analisa Struktur Primer  Beban hidup lantai (kantor) ql = 100 kg/m2
Di dalam analisa struktur, struktur primer 7.4.2 Perhitungan Beban Plat Lantai
merupakan komponen utama dimana kekakukannya Beban Mati
mempengaruhi perilaku dari gedung tersebut.  Berat sendiri plat = 0,12 x 2400 = 288
Struktur primer ini berfungsi untuk menahan kg/m2
pembebanan yang berasal dari beban gravitasi dan  Plafond eternity = 11 = 11 kg/m2
beban lateral berupa beban gempa. Komponen  Penggantung langit-langit (kayu)=7 kg/m2
struktur primer ini terdiri dari balok dan kolom.  Spesi (2 cm) = 2 x 21 = 42 kg/m2
7.2 Permodelan Struktur  Tegel (1cm) = 1 x 24= 24 kg/m2
Perencanaan gedung ini dimodelkan sebagai  Instalasi listrik,AC, dll = 40 kg/m2 +
sistem rangka pemikul momen, yaitu suatu gedung qd
dengan asumsi bahwa struktur memiliki rangka ruang = 437 kg/m2
pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral Beban Hidup
dipikul rangka pemikul momen terutama melalui Beban hidup lantai (kantor) ql = 479
mekanisme lentur. Untuk sistem pemikul beban kg/m2
gempa menggunakan rangka pemikul momen khusus. 7.4.3 Pembebanan Balok oleh Dinding
Permodelan struktur ini mengambil peraturan yang Berat pasangan batu bata setengah batu=250 kg/m2
disyaratkan dalam SNI 03-1726-2002. Beban pada balok per meter lari=250 x 4=1000 kg/m
7.3 Data Perencanaan Berat total dinding  1000 x 80%(kusen)=800 kg/m
Perencanaan stadion MIMIKA didasarkan pada
data-data sebagai berikut: 7.5 Perhitungan Gaya Lateral Pada Struktur
o Mutu beton : 30 7.5.1 Spektrum Respons Gempa Rencana
MPa Spektrum respons adalah grafik yang
o Mutu baja tulangan utama : 400 MPa menunjukkan nilai-nilai besaran respons struktur
o Mutu baja tulangan sengkang : 320 dengan periode (waktu getar) tertentu. Karena pengaruh
MPa gempa diperhitungkan sebagai gaya yang membebani
o Jumlah lantai : 2 lantai struktur, maka spektrum respons percepatanlah yang
o Tinggi tiap lantai : 4,1 m lebih diperlukan. Pada keadaan alamiahnya, gempa
o Tinggi bangunan : 11,7 m difahami sebagai gaya inersia yang mengusik benda
o Luas bangunan : 551 dari keadaan diamnya semula. Karena menurut Hukum
m2 Newton II – gaya adalah massa dikalikan dengan
o Dimensi kolom : 65 cm percepatan, maka dengan diketahui percepatan
x 65 cm responsnya, suatu struktur akan bisa ditentukan
o Dimensi balok anak : 25 cm besarnya beban gempa yang bekerja padanya. Besar-
x 50 cm kecilnya pembebanan gempa ditentukan dengan besar-
o Dimensi balok anak : 30 cm kecilnya nilai percepatan responsnya, dan besar-
x 50 cm kecilnya beban gempa di suatu daerah tertentu
o Dimensi balok induk : 35 cm x 70 cm ditunjukkan melalui grafik spektrum responsnya.
o Wilayah gempa : zona 5 Untuk perencanaan gaya gempa dipergunakan
7.4 Perhitungan Pembebanan Vertikal Pada peraturan SNI 03-1726-2002. Perhitungan gaya gempa
Struktur dasar ini dipergunakan untuk menganalisa gempa yang
Pembebanan vertikal struktur pada sistem rangka dihasilkan pada analisa dinamis, dimana letak
pemikul momen hanya diterima oleh frame saja, bangunan terletak di zona 5. Proses perhitungannya
untuk berat sendiri dari balok dan kolom, akan dengan bantuan program SAP2000, yang perlu
diperhitungkan lewat program analisa struktur SAP dimasukan adalah grafik Respon Spektrum Gempa
2000. Pembebanan pada plat dihitung berdasarkan Rencana dari zone yang ada.
berdasarkan Tabel 3. SNI 03- 1726- 2002 didapatkan
nilai faktor daktilitas (µ) = 5,2 nilai faktor reduksi
gempa (R) = 8,5 dan nilai faktor tahanan struktur (f)
= 2,8
7.6.2 Faktor Keutamaan (I)
Stadion MIMIKA berfungsi sebagai tempat
olah raga (gedung umum) sehingga berdasarkan
Tabel 1. SNI 03-1726-2002, didapatkan nilai (I)=1,0
7.6.3 Arah Pembebanan Gempa
Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Ps.5.8.2,
untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa
Rencana yang sembarang terhadap struktur gedung,
Gambar 7.5.1(a) Respon spektrum gempa rencana pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama
harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap
terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan
gempa dalam arah tegak lurus pada arah pembebanan
tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.

Pembatasan Waktu Getar Alami Fundamental


(T1)
Berdasarkan persamaan 25 SNI 03-1726-2002
Ps.5., waktu getar alami struktur gedung (T1) dibatasi
sebagai berikut :
Gambar 7.5.1(b) Tata letak struktur tampak tiga T1 < ξ n
dimensi
Dimana : ξ = ditetapkan menurut tabel 8. SNI 03-
7.5.2 Kombinasi Pembebanan 1726-2002
Adapun kombinasi pembebanan yang n = jumlah tingkat
disyaratkan dalam SNI adalah sebagai berikut :
o U = 1,4D T1= waktu getar alami ragam pertama
o U = 1,2D + 1,6L T1 Fundamental hasil output SAP = 0,41 detik
o U = 1,2D + 1,0L + 1,0E T1 < 0,16 x 3
o U = 0,9D + 1,0E T1 < 0,48 detik
o U = 1D + 1L T1 = 0,41 detik < 0,48 detik…….(ok)
7.5.3 Perhitungan beban gempa 7.6.6 Analisis Ragam Spektrum Respons
Sebagai contoh perhitungan gempa metode Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Ps. 7.2.1,
respon dinamis, digunakan perhitungan beban gempa jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam
pada joint 1 lantai 2. penjumlahan respons ragam menurut metoda ini
 Beban hidup= 1x8,5x6,75x250x0,3x1 harus sedemikian rupa sehingga partisipasi massa
= 4303.125 kg dalam menghasilkan respon total harus mencapai
 Beban mati : sekurang-kurangnya 90%.
- Pelat 12 cm = 0,12x8,5x6,75x2400x1x1 Setelah dilakukan analisa struktur, jumlah
- = 16524 kg kumulatif partisipasi massa pada ragam ke-20
- Spesi 2 cm = 0,02x8,5x6,75x2100x1x1 mencapai 86,22% pada arah x, dan 85,48% pada
- = 2409,75 kg arah y. Karena jumlah kumulatif partisipasi massa
- Keramik1 cm= 0,01x8,5x6,75x2400x1x1 dalam menghasilkan respons total sudah mendekati
- = 1377 kg angka minimum, maka analisa dibatasi hanya sampai
- Plafond= 1x8,5x6,75x18x1x1 ragam ke-20 saja.
- = 1032,75 kg
- Dinding arah x+y = 4,1x6,75x4,25x250x1 7.6.7 Kontrol Simpangan Antar Tingkat
=26906,25kg+ (Interstory Drift)
52552,875kg Drift adalah selisih pergoyangan pada suatu
 Joint Mas tingkat dengan tingkat di bawahnya. Pemeriksaan
52552,875 simpangan antar tingkat (interstory drift) harus
 ses =  5362,538 kgs²/m diperhitungkan dalam dua kondisi, yaitu kondisi
9,8
batas layan dan kondisi batas ultimit.
7.6 Perhitungan Gaya Geser Dasar
Kinerja Batas Layan
7.6.1Faktor Reduksi Gempa (R) Simpangan antar tingkat harus dihitung dari
Stadion MIMIKA direncanakan menggunakan
simpangan struktur gedung akibat pembebanan
Rangka Terbuka Beton Bertulang, sehingga
gempa rencana, untuk membatasi terjadinya
pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan.  Luas tiang pancang (Atp) Tipe 2&3
Simpangan yang terjadi tidak boleh melampaui = 706,5 cm2
0,03  P Tipe 1
x tinggi tingkat atau 30 mm, bergantung yang = 149,50 T
R  P Tipe 2&3
mana yang nilainya kecil. (SNI 03–1726–2002 Ps. = 149,50 T
8.1.)
Kinerja Batas Ultimit 8.3 Perhitungan Daya Dukung Ijin (Pijin) Pondasi
kinerja batas ultimit ditentukan oleh Tipe 1
simpangan dan simpangan antar tingkat maksimum Daya dukung ijin pondasi dalam dihitung
akibat beban gempa rencana dalam kondisi struktur berdasarkan nilai conus dari hasil sondir dengan
di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi menggunakan Metode Meyerhoff dan faktor
kemungkinan runtuhnya gedung yang dapat keamanan, SF1 = 3 dan SF2 = 5. Dari data sondir
menyebabkan jatuhnya korban jiwa, serta untuk dengan kedalaman 6 m Maka, conus rata - rata adalah
mencegah benturan berbahaya antar gedung diambil sebesar 8D dari titik terbawah keatas (3,2
bertetangga atau antar bagian gedung yang meter keatas) :
dipisahkan oleh sela pemisah (dilatasi). Simpangan Tabel 6.3(a) Nilai Conus dan JHP Pondasi Tipe 1
struktur gedung akibat gempa nominal dikalikan
dengan faktor pengali . Kekuatan Tanah dan Kekuatan Bahan
Untuk gedung tidak beraturan : A C kelltp  JHP
0,7 R P t = tp n 
 = (SNI 03 1726 – 2002 Ps. SF1 SF2
FS
8.2.1) = 1256,637  50,94  125,66  500
3 5
Faktor Skala  dipakai FS=1 (Untuk = 84,17 ton
mempertimbangkan Sedangkan kekuatan bahan berdasarkan data
kondisi paling tiang pancang milik PT. Wijaya Karya Beton
buruk) untuk diameter 40 cm (tipe B K-600 ), diperoleh
R = 8,5 (Rangka Pemikul Momen Khusus) :
M =  . S
Dan tidak boleh lebih dari 0,02 kali tinggi tingkat P b  114,500 kg
(SNI 03 1726 – 2002 Ps. 8.2.2) P bahan > Pijin tanah ....OK
M < 0,02 h
Kontrol terhadap simpangan selanjutnya ditabelkan: 8.4 Perhitungan daya dukung ijin (Pijin) Pondasi
Tipe 2&3
Daya dukung ijin pondasi dalam dihitung
BAB VIII berdasarkan nilai conus dari hasil sondir dengan
PERENCANAAN PONDASI menggunakan Metode Meyerhoff dan faktor
keamanan, SF1 = 3 dan SF2 = 5. Dari data sondir
8.1 Umum dengan kedalaman 6 m Maka, conus rata - rata
adalah diambil sebesar 8D dari titik terbawah
Data Perencanaan keatas (3,2 meter keatas) :
Perhitungan daya dukung tiang pancang
direncanakan memakai tiang pancang produksi Sedangkan kekuatan bahan berdasarkan data
WIKA dengan spesifikasi bahan sebagai berikut : tiang pancang milik PT. Wijaya Karya Beton
 Tiang pancang beton pratekan (Prestressed untuk diameter 35 cm (tipe B K-600 ), diperoleh
Concrete Pile) :
 Bentuk penampang bulat berongga (Round P b  93,1 kg
Hollow). P bahan > Pijin tanah ....OK
 Mutu beton tiang pancang 600 kg/cm2
 Diameter Tipe 1 8.5 Perhitungan Pondasi (Tipe 1)
= 40 cm 8.5.1 Jumlah Tiang Pancang
 Diameter Tipe 2 & 3 Diketahui output SAP :
= 30 cm  Akibat beban sementara (1 DL + 1,0 LL +
 Keliling tiang pancang (Ktp) Tipe 1 EQX)
= 125,6 cm P = 183388,18 kg
 Keliling tiang pancang (Ktp) Tipe 2&3 =  Akibat beban sementara (1 DL + 1,0 LL +
94,2 cm EQY)
 Luas tiang pancang (Atp) Tipe 1 P = 183185 kg
= 1256 cm2
n=
P =
183,4
= 2,26 buah
(Output SAP )
= 183388,1 kg
Pijin tanah 84,17 ∑ P
Direncanakan dipasang tiang pancang sejumlah = 190342 kg
4 buah Direncanakan pakai 4 buah tiang pancang

Syarat jarak antar tiang pancang (s) T


berdasarkan Dirjen Bina Marga Departemen Mx
PU : 0.60
2,5 D ≤ s ≤3D P1 P2
2,5 × 40 ≤ s ≤ 3 × 40 0.65

100 cm ≤ s ≤ 120cm T
Dipakai s = 100 cm e 0.65 1.00 2.20

Syarat jarak tepi poer ke tiang (s’) My


P3 P4
1,5 D ≤ s’ ≤ 2 D
0.60
1,5 × 40 ≤ s’ ≤ 2 × 40 0.40

60 ≤ s’ ≤ 80
Dipakai s’ = 60 cm 0.60 1.00 0.60
2.20
8.5.2 Efisiensi Tiang Pancang Dalam Kelompok Gambar 6.5.3(a) Arah gaya pada poer tipe 1

Efisiensi (η ) = 1  
n  1m  m  1n Gaya yang dipikul masing - masing tiang
90.m.n pancang
P i =  P  My. X  Mx.Y
Dimana :
m = banyaknya kolom
n = banyaknya baris n  x2  y2
D = Diameter tiang pancang 18787  0,5 5000,9 0,5
S = jarak antar As tiang pancang P1 = 190342 + -
4 1 1
θ = arc tg D/s = 42860,09 kg
= arc tg 40/100 = 21,801
18787  0,5 5000,9 0,5
P2 = 190342 - -
( )  1  21,801
2  12  2  12  0,76 4 1 1
= 36575,61 kg
90  2  2
18787  0,5 5000,9 0,5
P3 = 190342 + +
Pijin tanah =  × Pijin tanah 4 1 1
= 57956,08 kg
= 0,76 × 84170 kg
18787  0,5 5000,9 0,5
= 63780,87 kg < Pijin bahan P4 = 190342 + +
= 63780,87 kg < 114400 kg  OK 4 1 1
Pijin tanah total = jumlah tiang × Pijin tanah = 51671,6 kg
= 4 × 63780,87 kg Beban maksimum yang diterima satu tiang
= 255723,48 kg pancang adalah Pmax = 57956,08 kg < Pijin tanah
(63780,87 kg)......OK
8.5.3 P Akibat Pengaruh Gaya Aksial dan Akibat Beban (1 DL + 1,0 LL + EQY)
Momen P = 183185 kg
Akibat beban gempa arah x Mx = -18023,1 kgm
(1DL+1,0LL+EQX) My = -6553,3 kgm
P = 175660 kg Beban vertikal yang bekerja akibat pengaruh
Mx = -5000,9 kgm beban sementara adalah sebagai berikut :
My = -18787 kgm 1. Berat sendiri poer
[2,2 m x 2,2 m x 0,5 m x 2400 kg/m3]
Beban vertikal yang bekerja akibat pengaruh = 5808 kg
beban sementara adalah sebagai berikut : 2. Berat sendiri tiang
1. Berat sendiri poer [183,84 x 6 meter]
[2,2 m x 2,2 m x 0,5 m x 2400 kg/m3] = 1146,7 kg
= 5808 kg 3. Beban aksial kolom
2. Berat sendiri tiang (out put Sap )
[183,84 x 6 meter] = 183185 kg
= 1146,7 kg ∑ P = 188995 kg
3. Beban aksial kolom
Direncanakan pakai 4 buah tiang pancang  D lentur : 25
Te mm
ntu  dx = 500 – 75 - 25 - (1/2 × 25) = 387,5
Mx
0.60 mm
 dy = 500 – 75 - (1/2 × 25) = 412,5 mm
P1 P2
0.65  φ = 0,80

B 0.65 1.00 2.20

My Qu
0.5

P3 P4

0.40 0.60 P

0.60 1.00 0.60


2.20
Gambar 6.5.3(b) Arah gaya pada poer tipe 1 0.5 0.6

Gambar 6.5.4(a) Mekanika gaya pada poer


Gaya yang dipikul masing - masing tiang
pancang Penulangan Lentur Arah X

Pi =  P

My. X Mx.Y

Pembebanan yang terjadi pada poer adalah :
qu = Berat poer = 2,2 m × 0,5m ×
n  x2  y2 2400kg/m3
188995 6553,3  0,5 = 2640 kg/m
P1 = + - Pmax = P1+P3
4 1
= 50024,91kg + 53700,12 kg
18023,1 0,5
= 103724,91 kg
1
= 50024,91 kg Momen yang terjadi pada poer adalah :
6553,3  0,5 18023,1 0,5
P2 = 188995 - - Mu = Mp - Mq
4 1 1 = ( P x jarak tiang ke as kolom ) – (½q x
= 40357,83 kg l2 )
188995 6553,3  0,5 = (103724,91 × 0,5 m ) - (0,5 x 2640
P3 = + + kg× 1,1 m)
4 1
= 50410,45 Kg m
18023,1 0,5
= 53700,12 kg = 504104500 Nmm
1 Mu 504104500
6553,3  0,5 Mn = = = 630130687
P4 = 188995 + +  0,8
4 1
Nmm
18023,1 0,5
= 44033,04 kg Mn
1 Rn = = 630130687 = 3,81
Beban maksimum yang diterima satu tiang b .d 2
1100 387,52
pancang adalah Pmax = 53700,12 kg < Pijin tanah fy 400
m = = = 15,686
(63780,87 kg)......OK 0,85 fc 0,85  30
8.5.4 Perencanaan Lentur Pile Cap ( Poer ) 1  2.m.Rn 
perlu = 1  1  
Pada perencanaan tulangan lentur, pile cap m  fy 
diasumsikan sebagai balok kantilever jepit  
dengan perletakan jepit pada kolom yang 1  2  15,686x3,81  =
= 1  1 
dibebani oleh reaksi tiang pancang dan berat 15,686  400 

sendiri pile cap.
0,0103
Data Perencanaan
 Dimensi poer :2,2m×2,2m×0,5 m 0,85  f c '   1 600
ρbalance = x
 Jumlah tiang pancang : 4 buah fy (600  f y )
 Dimensi kolom : 65 cm × 65 cm
0,85  25  1 600
 Mutu beton (fc’) : 30 Mpa =  =
 Mutu baja (fy) : 400 Mpa 400 (600  400)
 Diameter tulangan utama : 25 mm 0,0319
 Selimut beton (p) : 75 mm 1,4 = 1,4
 H : 500 mm min = = 0,0035
fy 400
ρmax = 0,75 ρb 1,4 = 1,4
= 0,75 × 0,0319 = 0,024 min = = 0,0035
fy 400
ρmin, ρperlu, dan ρmax harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut : ρmax = 0,75 ρb
 ρmin < ρperlu < ρmaks = 0,75 × 0,0319 = 0,024
0,0035 < 0,0103 < 0,024 ρmin, ρperlu, dan ρmax harus memenuhi persyaratan
Pakai ρmin sebagai berikut :
 ρmin < ρperlu < ρmaks
As = pakai × b × d
0,0035 < 0,011 < 0,024
= 0,0103 × 1100 × 387,5
Pakai ρmin
= 4425,76 mm2
As = pakai × b × d
Tulangan perlu = b
= 0,011 × 1100 × 387,5
As perlu = 4711,88 mm2
luasan 1 tulangan b
Tulangan perlu =
= 1100 As perlu
4425,76 luasan 1 tulangan
490,87
= 1100
= 122 mm 4711,88
Tulangan Pasang D25-100 mm
490,87
Penulangan Lentur Arah Y = 114,6 mm
Pembebanan yang terjadi pada poer adalah : Tulangan Pasang D25-100 mm
qu = Berat poer = 2,2 m × 0,5m ×
2400kg/m3 8.5.5 Perhitungan Kontrol Geser Pons
= 2640 kg/m Dalam merencanakan tebal poer, harus
Pmax = P3+P4 memenuhi persyaratan bahwa kekuatan gaya
= 57956,08 kg + 51671,6 kg geser nominal harus lebih besar dari geser pons
= 109627,68 kg yang terjadi. Kuat geser yang disumbangkan
beton diambil terkecil dari :
Momen yang terjadi pada poer adalah :  2  fc' bo d
Vc = 1  
βc 
Mu = Mp - Mq o
= ( P x jarak tiang ke as kolom ) – (½q x  6
l2 ) SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2(1(a))
= (109627,68 kg × 0,5 m ) - (0,5 x 2640  αs d  fc' bo d
kg× 1,1 m) o Vc =   2
= 53361,84 Kg m  bo  6
= 533618400 Nmm SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2(1(b))
Mu 533618400 1
Mn = = = 667023000 o Vc = fc' bo d
 0,8 3
Nmm SNI 03-3847-2002 pasal 13.12.2(1(c))
Mn
Rn = = 667023000 = 4,03
b .d 2
1100 387,52
PENAMPANG KRITIS

fy 400
m = = = 15,686
0,85 fc 0,85  30
 2.m.Rn 
1.0375
2.2
1
perlu = 1  1  
m  fy 

1  2  15,686x4,03  =
1.0375

=
 1 1 
15,686  400 
0,011 2.2

0,85  f c '   1 600


ρbalance = x
fy (600  f y ) Gambar 6.5.5(a) Penampang kritis pada poer tipe 1
0,85  25  1 600 dimana :
=  = c = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek
400 (600  400)
pada kolom
0,0319
220 n = banyaknya baris
= =1 D = Diameter tiang pancang
220
S = jarak antar As tiang pancang
bo =keliling dari penampang kritis pada poer
θ = arc tg D/s
= 2 × (2 (bkolom + d) + 2 (h kolom + d))
= arc tg 30/80 = 20,56
= 2 × ((2 × (650 + 387,5) + 2 × (650 + 387,5)) =
2  12  2  12  0,77
4150 mm
s = 40, untuk kolom dalam ( )  1  20,56 
90  2  2
 2  30  4150 387,5
Vc = 1   = 4404031,65
 1 6
N Pijin tanah =  × Pijin tanah
 40  387,5  30  4150 387,5 = 0,77 × 62610 kg
Vc =   2 = = 47548,7 kg < Pijin bahan
 4150  6
= 47548,7 kg < 72600 kg  OK
8718952,14 N
Pijin tanah total = jumlah tiang × Pijin tanah
1 = 4 × 47548,7 kg
Vc = × 30 × 4150 × 387,5 = 3106021,13
3 = 187854,8 kg
N
(menentukan) 8.6.3 P Akibat Pengaruh Gaya Aksial dan
 Vc = 0,60 × 3106021,13 N Momen
= 1863612,7 N Akibat beban sementara (1DL+1,0LL+EQX)
= 186,36 Ton > 183,4 Ton (Ok)
Ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap P = 139277 kg
geser. Mx = -5250,1 kgm
8.6 Perhitungan Pondasi Tipe 2 My = -12355 kgm
8.6.1 Jumlah Tiang Pancang
Diketahui output SAP : Beban vertikal yang bekerja akibat pengaruh
 Akibat beban sementara (1 DL + 1,0 LL + beban sementara adalah sebagai berikut :
EQX) 1. Berat sendiri poer
P = 139277 kg [1,8 m x 1,8 m x 0,5 m x 2400 kg/m3]
 Akibat beban sementara (1 DL + 1,0 LL + = 3888 kg
EQY) 2. Berat sendiri tiang
P = 139034 kg [113 x 6 meter ]

P
= 678 kg
139277 3. Beban aksial kolom
n= = = 2,33 buah
Pijin tanah 61,62 (Output Sap )
= 139277 kg
Direncanakan dipasang tiang pancang sejumlah ∑ P = 143843 kg
4 buah
Direncanakan pakai 4 buah tiang pancang
Syarat jarak antar tiang pancang (s) y
berdasarkan Dirjen Bina Marga Departemen Mx
PU : 0.50
2,5 D ≤ s ≤3D P1 P2
2,5 × 30 ≤ s ≤ 3 × 30
x
75 cm ≤ s ≤ 90cm 0.80 1.80
Dipakai s = 80 cm My
P3 P4
0.30
Syarat jarak tepi poer ke tiang (s’) 0.50
1,5 D ≤ s’ ≤ 2 D
1,5 × 30 ≤ s’ ≤ 2 × 30 0.50 0.80 0.50
45 ≤ s’ ≤ 60 1.80
Gambar 6.6.3(a) Arah gaya pada poer tipe 2
Dipakai s’ = 50 cm
Tabel 6.6.3(a) Perhitungan jarak X dan Y
8.6.2 Efisiensi Tiang Pancang Dalam Kelompok pondasi tipe 2
Efisiensi (η ) = 1  
n  1m  m  1n
90.m.n Gaya yang dipikul masing - masing tiang
Dimana : pancang
m = banyaknya kolom
Pi =  P

My. X Mx.Y
 P1 = 143600 +
3884,9  0,4
-
n  x2  y2 13308,9  0,4
4 0,64

12355  0,4 5250,1 0,4


P1 = 143843 + - 0,64
4 0,64 0,64
= 41789,96 kg
= 31520,36 kg
143600 - 3884,9  0,4
12355  0,4 5250,1 0,4 P2 = -
P2 = 143843 - - 4 0,64
4 0,64 0,64
13308,9  0,4
= 24957,79 kg
12355  0,4 5250,1 0,4
0,64
P3 = 143843 + + = 25153,79 kg
4 0,64 0,64
3884,9  0,4
= 46963,7 kg P3 = 143600 + +
12355  0,4 4 0,64
5250,1 0,4
P4 = 143843 + + 13308,9  0,4
4 0,64 0,64
= 24957,79 kg 0,64
Beban maksimum yang diterima satu tiang = 46646,11 kg
3884,9  0,4
pancang adalah Pmax = 46963,7 kg < Pijin tanah P4 = 143600 + +
(47548,7 kg)......OK 4 0,64
13308,9  0,4
Akibat beban sementara (1 DL + 1,0 LL +
EQY) 0,64
P = 139034 kg = 30009,94 kg
Mx = -13308,9 kgm Beban maksimum yang diterima satu tiang
My = -3884,9 kgm pancang adalah Pmax = 46646,11 kg < Pijin tanah
(47548,7 kg)......OK
Beban vertikal yang bekerja akibat pengaruh
beban sementara adalah sebagai berikut : 8.6.4 Perencanaan Lentur Pile Cap ( Poer )
1. Berat sendiri poer Pada perencanaan tulangan lentur, pile cap
[1,8 m x 1,8 m x 0,5 m x 2400 kg/m3] diasumsikan sebagai balok kantilever jepit
= 3888 kg dengan perletakan jepit pada kolom yang
2. Berat sendiri tiang dibebani oleh reaksi tiang pancang dan berat
[183,84 x 6 meter] sendiri pile cap.
= 1146,7 kg Data Perencanaan
3. Beban aksial kolom  Dimensi poer : 1,8m×1,8m×0,5 m
(Output SAP )  Jumlah tiang pancang : 4 buah
= 139034 kg  Dimensi kolom : 60 cm × 60 cm
∑ P = 143600 kg  Mutu beton (fc’) : 30 Mpa
Direncanakan pakai 4 buah tiang pancang  Mutu baja (fy) : 400 Mpa
y  Diameter tulangan utama : 25 mm
Mx  Selimut beton (p) : 75 mm
0.50  H : 500 mm
P1 P2  D lentur : 25 mm
 dx = 500 – 75 - 25 - (1/2 × 25)= 387,5 mm
x  dy = 500 – 75 - (1/2 × 25) = 412,5 mm
0.80 1.80
 φ = 0,80
My
P3 P4
0.30
0.50

0.5
0.50 0.80 0.50 Qu
1.80
Gambar 6.6.3(b) Arah gaya pada poer tipe 2
P
Gaya yang dipikul masing - masing tiang
pancang

Pi =  P

My. X Mx.Y

0.4 0.5

n  x2  y2 Gambar 6.6.4(a) Mekanika gaya pada poer


Penulangan Lentur Arah X = 2160 kg/m
Pembebanan yang terjadi pada poer adalah : Pmax = P3 + P4
qu = Berat poer = 1,8 m × 0,5m × = 46646,11 kg + 30009,94 kg
2400kg/m3 = 76656,05kg
= 2160 kg/m Momen yang terjadi pada poer adalah :
Pmax = P1 + P3 Mu = Mp - Mq
= 41789,96 kg + 46646,11 kg = ( P x jarak tiang ke as kolom ) – (½q x l2 )
= 88436,07kg = (76656,05 kg × 0,4 m ) - (0,5 x 2160 kg×
0,9 m)
Momen yang terjadi pada poer adalah : = 29690,42 Kg m
Mu = Mp - Mq = 296904200 Nmm
= ( P x jarak tiang ke as kolom ) – (½q x l2 ) Mu 296904200
= (88436,07 kg × 0,4 m ) - (0,5 x 2160 kg× Mn = = = 371130250 Nmm
 0,8
0,9 m)
= 34402,43 Kg m Rn =
Mn = 371130250 = 2,75
= 344024300 Nmm b .d 2 900  387,52
Mu 344024300 fy = 400
Mn = = = 430030350 Nmm m = = 15,686
 0,8 0,85 fc 0,85  30
Mn = 430030350 = 3,18
Rn = 1  2.m.Rn 
b .d 2 900  387,52 perlu = 1  1  
m  fy 
fy = 400 = 15,686 
m =  
0,85 fc 0,85  30 = 1 1  1  2  15,686x2.75  =

15,686  400 

perlu = 1 1  1  2.m.Rn  0,0073
m  fy 
ρbalance = 0,85  f c '   1 x 600
1  2  15,686x3,18  = fy (600  f y )
=
 1 1 
15,686  400  0,85  25  1 600
=  = 0,0319
0,0085 400 (600  400)
0,85  f c '   1 600 1,4 = 1,4 = 0,0035
ρbalance = x min =
fy (600  f y ) fy 400
= 0,85  25  1  600 = 0,0319 ρmax = 0,75 ρb
400 (600  400) = 0,75 × 0,0319 = 0,024
1,4 = 1,4 ρmin, ρperlu, dan ρmax harus memenuhi persyaratan
min = = 0,0035 sebagai berikut :
fy 400  ρmin < ρperlu < ρmax
ρmax = 0,75 ρb 0,0035 0,0073 < 0,024…ok
= 0,75 × 0,0319 = 0,024 As = pakai × b × d
ρmin, ρperlu, dan ρmax harus memenuhi persyaratan = 0,0073 × 900 × 387,5
sebagai berikut : = 2539,41 mm2
 ρmin < ρperlu < ρmax b
0,0035 < 0,0085 < 0,024…ok Tulangan perlu =
As perlu
As = pakai × b × d
= 0,0085 × 900 × 387,5 luasan 1 tulangan
= 2973,18 mm2 = 900
Tulangan perlu = b 2539,41
As perlu 490,87
luasan 1 tulangan = 173,97 mm
Tulangan Pasang D25-150 mm
= 900
2973,2
8.6.5 Perhitungan Kontrol Geser Pons
490,87 Dalam merencanakan tebal poer, harus
= 148,6 mm memenuhi persyaratan bahwa kekuatan gaya geser
Tulangan Pasang D25-150 mm nominal harus lebih besar dari geser pons yang
Penulangan Lentur Arah Y terjadi. Kuat geser yang disumbangkan beton
Pembebanan yang terjadi pada poer adalah : diambil terkecil dari :
qu = Berat poer = 1,8 m × 0,5m ×
2400kg/m3
 2  fc' bo d Direncanakan dipasang tiang pancang sejumlah 2
o Vc 1 
= 
βc 
buah
 6
Syarat jarak antar tiang pancang (s) berdasarkan
SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2(1(a)) Dirjen Bina Marga Departemen PU :
o Vc =  αs d  fc' bo d 2,5 D ≤ s ≤3D
  2
 bo  6 2,5 × 30 ≤ s ≤ 3 × 30
SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2(1(b)) 75 cm ≤ s ≤ 90cm
1 Dipakai s = 80 cm
o Vc = fc' bo d
3 Syarat jarak tepi poer ke tiang (s’)
SNI 03-3847-2002 pasal 13.12.2(1(c)) 1,5 D ≤ s’ ≤ 2 D
1,5 × 30 ≤ s’ ≤ 2 × 30
PENAMPANG KRITIS
45 ≤ s’ ≤ 60
Dipakai s’ = 50 cm
8.7.2 Efisiensi Kelompok Tiang Pancang
1.80
Efisiensi (η ) = 1  
n  1m  m  1n
90.m.n
0.9875
Dimana :
m = banyaknya kolom
1.80 n = banyaknya baris
D = Diameter tiang pancang
Gambar 8.6.5(a) Penampang Kritis pada Pondasi S = jarak antar As tiang pancang
Tipe 2 θ = arc tg D/s
dimana : = arc tg 30/80 = 20,56
c = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek ( )  1  20,56 
1  12  2  11  0,89
pada kolom 90  1  1
180 Pijin tanah =  × Pijin tanah
= =1 = 0,89 × 62610 kg
180
= 54586,12 kg < Pijin bahan
bo =keliling dari penampang kritis pada poer
= 54586,12 kg < 72600 kg  OK
= (2 (bkolom + d) + 2 (h kolom + d))
Pijin tanah total = jumlah tiang × Pijin tanah
= (2 × (600 + 387,5) + 2 × (600 + 387,5)) =
= 2 × 47548,7 kg
3950 mm
= 95097,4 kg
s = 40, untuk kolom dalam
8.7.3 Perhitungan Momen Pada Tiang Pancang
Vc = 1  2  30  3950 387,5 = 25150735,2 N Ir. Suyono Sosrodarsono dalam bukunya
 1 6 Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi :
Vc =  40  387,5  2  30  3950 387,5 = H
Mt
Mt

 3950  6
lm
8277457,15 N Mm

1
Vc = × 30 × 3950 × 387,5 = 2794526,136 N L
3
(menentukan)
 Vc = 0,60 × 25150735,2 N
= 15090441,3 N
= 150,9 Ton > 139,27 Ton (Ok)
Ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap
geser. Gambar 8.7.3(a) Diagram momen
lentur tiang pancang tenggelam di
8.7 Perhitungan Pondasi Tipe 3 dalam tanah
8.7.1 Jumlah Tiang Pancang  Momen Lentur Pada Kepala Tiang :
Diketahui output SAP : H
Mo 
 Akibat beban sementara (1 DL + 1,0 LL + EQX) 2
P = 57571 kg
Sedangkan β :
 Akibat beban sementara (1 DL + 1,0 LL + EQY)
P = 58410,2 kg D
  4 k. .E.I
n=
P =
58,41T on
= 9,5 buah
4
Pijin tanah 61,62T on Dimana:
Mo = Momen lentur pada kepala tiang (kg m) Mu
Mn(-) = = 37919965 = 47399956 Nmm
H = Gaya pada sumbu ortogonal pada kepala 0,8 0,8
tiang (kg) Mn 47399956
k = Koefisien reaksi tanah bagian bawah FM = = = 0,5418
bd 2
300  540 2
E = Modulus elastisitas tiang (kg/cm2) δ = 0,6 (ditentukan)
I = Momen inersia tiang (cm4) Dari tabel KDB dengan FM = 0,5418; δ = 0,5,
Diketahui: maka didapat
H (Output SAP Comb. 4) = 4539,62 kg  = 0,00135 < min
k = 0,5 perlu < min , dipakai min
D = 30 cm As =  bd
E = 200000 kg/cm2 = 0,00438 x 300 x 540
I = 1/12 x 30cm x 303 cm = 219,32 mm2
= 67500 cm4 Dipasang tulangan 4 D16 (As pasang = 804,24 mm2)
Momen Ijin Tiang Pancang = 2,5 Ton.m As’ = δ x As
0,5.30 = 0,5 x 219,32 mm2
 4 = 109,66 mm2 < As min
4.200000.67500
Dipasang As min = 219,32 mm2
= 4,08 x 10 -3 Dipasang tulangan 4 D16 (As pasang = 804,24 mm2)
H  Penulangan Lapangan.
Mo 
2 Mu = 47157208 Nmm (Output SAP2000)
4539,62 Mn = Mu = 47157208 = 58946510 Nmm

2  0,00408 0,8 0,8
= 556325,98 kg cm Mn 58946510
FM = = = 0,6738
= 0,556 Ton. M < 2,5 Ton.m............(ok) bd 2
300  540 2
Momen lentur Mm pada titik sejauh lm di bawah δ = 0,6 (ditentukan)
permukaan tanah: Dari tabel KDB dengan FM = 0,6738 ; δ = 0,5 , maka
Mm = 0,2079 x Mo
didapat  = 0,00135 < min
= 0,2079 x 0,556 ton m
perlu < min , maka dipakai min
= 0,1156 ton m < 2,5 Ton.m ..................(ok)
8.8 Perhitungan Sloof As =  bd
8.8.1 Data Perencanaan = 0,00438 x 300 x 540
Diambil contoh perhitungan pada sloof As 1 (2-3) = 709,56 mm2
Gaya aksial kolom = 257,65 Ton Dipasang tulangan 4 D16 (As pasang = 804,24 mm2)
(SAP Comb.1DL+1LL+1EQ) As’ = δ x As
Pu = 10% × 257,65 = 25,765 Ton  = 0,5 x 709,56 mm2
257650 N = 354,78 mm2 < As min
Dimensi sloof = 300 × 600 mm2 Dipakai As min = 709,56 mm2
Mutu beton (fc) = 30 MPa Dipasang tulangan 4 D16 (As pasang = 804,24 mm2)
Mutu baja (fy) = 320 MPa 8.8.3 Penulangan Geser Sloof
Tulangan utama = D16 Syarat spasi maksimum tulangan geser balok menurut
Tulangan sengkang = Ø12 SNI-2847-2002 pasal 23.3.3(2) :
Selimut beton = 40 mm s < d/4 = 540/4 = 135 mm
d = 600 – 40 – 12 – (1/2 × 16) = 540 mm s < 8Ø tulangan memanjang = 8 x 16 = 128 mm
Tegangan ijin tarik beton : (menentukan)
s < 24Ø tulangan sengkang = 24 x 12 = 288 mm
frijin = 0,70 . fc' = 0,70 × 30 = 3,834 Mpa s < 300 mm
Tegangan tarik yang terjadi : Sengkang pertama harus dipasang tidak lebih dari 50
Pu 257650 mm dari muka tumpuan.
fr = = = 1,789 Mpa < Pada daerah lapangan syarat maksimum tulangan
 bh 0,80 300 600
geser balok menurut SNI-2847-2002 pasal 23.3.3(4) :
frijin (Ok) s < d/2 = 540/2 = 270 mm (menentukan)
8.8.2 Penulangan Lentur Sloof Perhitungan Gaya Geser Tumpuan
 Penulangan Tumpuan Mpr(-) = FM x b x d2
Contoh perhitungan diambil pada As 1 B-C : = 1,98 x 300 x 540
Mu(-) = 37919965 Nmm (Output SAP2000) = 173301589 Nmm
Mpr(+) = FM x b x d2
= 1,95 x 300 x 500
= 170601136,8 Nmm BAB VIII
M pr1  M pr2 KESIMPULAN
Ve =  Wu.L
L
8.1 Kesimpulan
= 173301589  170601136,8  49498,48
5000
Pada akhir bab ini dapat diambil beberapa
= 77409,54 N kesimpulan yang mengacu pada hasil-hasil Tugas
Akhir ini, yaitu :
Vc = 1 fc '  b  d 1. Perancangan gedung ini dibagi menjadi tiga
6 bagian pokok yaitu : Struktur Sekunder (Plat,
1
= 30  300  540 Tangga, Atap). Struktur Primer (Balok, Kolom) dan
6 Pondasi (Poer, Sloof). Dimana masing-masing
= 64631,26 N perhitungan menggunakan beban dan analisa yang
berbeda sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
Vs = Ve  Vc = 77409,54  64631,26 = telah ditetapkan (SRPMM).
φ 0,75
2. Beban yang bekerja pada Struktur Sekunder
54739,3 N adalah beban mati dan beban hidup (RSNI 03-
 = 0,75 (SNI-2847-2002 pasal 11.3.2(3)) 1727-1989 ; PPIUG’83). Analisa pada Struktur
Diameter sengkang = 12 mm, direncanakan 2 kaki Sekunder menggunakan program bantu SAP2000
Av =3 x ¼..122 = 339,29 mm2 ; fy = 400 Mpa (Tangga) dan PBBI ’71 Tabel 13.3.1 (Plat lantai
S = Av x fy x d aktual dan Plat atap) serta PPBBI ’84(Struktur Atap).
Vs 3. Beban yang bekerja pada Struktur Primer dan
Pondasi adalah beban mati dan beban hidup serta
= 339,29x 400 x 642 =702,14mm>
54739,3 beban lateral/gempa (PPIUG’83 ; SNI 03-1726-
2002). Analisa pada Struktur Primer menggunakan
Smaks=128mm
program bantu SAP2000. Untuk beban
Jadi dipasang 2Ø12-100 mm
lateral/gempa menggunakan metode Respon
Perhitungan Gaya Geser Lapangan
Spectrum.
Vu = 55997,5 N
4. Hasil perancangan :
Vc = 1 fc '  b  d o Struktur Sekunder :
6 - Plat lantai 2-3t=12 cm ; tul = Ø12-100 mm
= 1
30  300  540 - Plat atapt=10 cm ; tul =Ø12-100 mm
6 - Tanggat=15 cm ; tul =D16-200 mm
= 64631,26 N o Struktur Primer :
V
Vs= e  Vc = 55997,5  64631,26 = 0032,073 N - Balok (bentang 8 m)50x75 cm (11D22 ; 6D22)
φ 0,75 - Kolom (h = 4,1 m)  60x60 cm ; tul =v20D25
 = 0,75 (SNI-2847-2002 pasal 11.3.2(3)) o Pondasi :
- Poer Tipe 1 (2,2x2,2x0,5 m ; 4 tiang pancang)
Diameter sengkang = 12 mm, direncanakan 2 kaki Tipe 2 (1,8x1,8x0,5 m ; 4 tiang pancang)
Av = 2 x ¼..122 = 226,08 mm2 ; fy = 400
Mpa Tipe 3 (1,8x1,2x0,4 m ; 2 tiang pancang)
S = Av x fy x d aktual - Sloof Tipe 1 30x60 cm (tul = 4D16 ; 4D16)
Vs
226,08x 300 x 540 Tipe 2 30x40 cm (tul = 4D13 ; 4D13)
= = 1085,73 mm >
10032,073
Smaks=128mm Tipe 3 20x40 cm (tul = 3D13 ; 3D13)
Jadi dipasang tulangan geser minimum : 5. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah
d 2 atau 300 mm dirancang dengan menggunakan konsep Strong
Column Weak Beam yang merancang kolom
d 2 = 540 2 = 270 mm  s = 250 mm sedemikian rupa agar bangunan dapat berespon
Dipasang sengkang 10 – 250 mm terhadap beban gempa dengan mengembangkan
4 D16 4 D16
mekanisme sendi plastis pada balok-baloknya dan
dasar kolom.
Ø 12 - 100 Ø 12 - 250
6. Dengan perencanaan ini, kemampuan gedung
60 60
4 D16 4 D16
diharapkan mampu terhindar dari kegagalan
struktur akibat gempa yang terjadi. Sehingga
30 30 keselamatan jiwa para penghuninya pun dapat
TUMPUAN LAPANGAN
diamankan.
Gambar 8.8.3(a) Penampang sloof daerah tumpuan
dan lapangan

Anda mungkin juga menyukai