Nanda Mas’ula1), M. Imam Muslim2), Refianti Qoma R.2), Trio Erik S.3), Dwi
Haryoto4)
1)Ketua Kelompok
2)Anggota
3)Proofreader
4)Dosen Pembimbing
A. Pendahuluan
1. Motivasi
Pada tahun 1900, krisis teori fisika klasik yang menimbulkan bencana
ultraungu pada radiasi benda hitam berhasil diatasi oleh Max Planck dengan teori
kuanta energi radiasi elektromagnetik yang kemudian dia mengusulkan bahwa
energi radiasi harus merupakan kuantitas diskrit yang sebanding dengan
frekuensinya atau E hf , dengan h merupakan konstanta alam yang kemudian
dikenal sebagai konstanta Planck.
Kemudian pada tahun 1905, kembali terjadi guncangan atas teori fisika
klasik untuk mendeskripsikan data eksperimen efek fotolistrik yang kemudian
mampu diredam oleh Albert Einstein yang secara fundamental mengusulkan
partikel foton bagi gelombang elektromagnetik (gelombang adalah partikel), lebih
dari sekedar kuanta energi elektromagnetik belaka. Hal yang lebih menarik adalah
data eksperimen efek fotolistrik juga memberikan hasil yang sama terhadap nilai
konstanta alam yang diusulkan pertama kali oleh Planck (untuk mensintesa kurva
radiasi benda hitam) yakni sebesar h 6.626 10 34 Js . Eksperimen efek
fotolistrik inilah yang merupakan salah satu tonggak lahirnya fisika modern.
Oleh karena itu, untuk memahami lebih lanjut mengenai konstanta Planck
maka percobaan ini dilakukan bertujuan untuk (1)Mengukur tegangan pada h/e
untuk bervariasi intensitas dari satu warna cahaya yang menimpa katoda,
(2)Mengukur tegangan pada kotak h/e untuk beberapa warna cahaya yang
menimpa logam dengan intensitas terkontrol tetap, (3)Mendapatkan hubungan
antara energi kinetik elektron yang terpancar dengan frekuensi cahaya yang
menimpa katoda, (4)Menentukan konstanta alam Planck dan (5)Menentukan
fungsi kerja bahan lempeng katoda.
2. Ringkasan Percobaan
Pada percobaan “Eksperimen Efek Hall” ini terdapat dua kali percobaan.
Pada percobaan pertama, pengambilan data digunakan untuk menentukan
hubunga antara potensial penghenti dengan intensitas caya yang digunakan.
Sedangkan pada percobaan kedua, pengambilan data digunakan untuk
menentukan hubungan antara potensial penghenti dengan frekuensi cahaya yang
digunakan. Pada percobaan ini pula akan diketahui hubungan antara energi kinetik
elektron yang terpancar dengan frekuensi cahaya yang menimpa pelat katoda.
Selain itu, juga dapat menentukan konstanta alam Planck dan fungsi kerja bahan
lempeng katoda.
3. Implementasi dalam Teknologi
Salah satu contoh penerapan efek fototolistrik dalam teknologi yaitu sel
surya (Solar Cell). Sel surya yang sangat kita kenal manfaatnya dapat mengubah
energi matahari menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik internal. Dimana
suatu bahan semikonduktor yang disinari dengan cahaya tampak akan
memisahkan elektron dan hole. Kelebihan elektron disalah satu sisi yang disertai
dengan kelebihan hole di sisi yang lain akan menimbulkan beda potensial yang
jika dialirkan menuju beban akan menghasilkan arus listrik.
yang memberikan hubungan linier antara berubahnya energi kinetik tehadap variasi
frekuensi cahaya yang mengenai logam. Sesuai dengan K max e Vs , dimana
energi kinetik maksimum secara eksperimen dapat diperoleh dari potensial
penghenti Vs .
h
e Vs hf atau Vs f
e e
Dari persamaan linier hubungan potensial penghenti elektron yang terlepas dari
logam dengan frekuensi cahaya yang digunakan, maka dapat dimanfaatkan untuk
menentukan konstanta Planck.
C. Desain dan Deskripsi Percobaan
1. Deskripsi Alat
Pada percobaan “Penentuan Konstanta Planck” ini peralatan utma yang
digunakan antara lain adalah kotak h/e, kotak sumber cahaya Hg, dan filter cahaya
tampak (kuning dan hijau). selain itu, juga terdapat peralatan bantu yaitu batang
penghubung dari kotak h/e ke kotak sumber cahaya, landasan penyangga kotak
h/e, perangkat lensa dan kisi yang didekatkan pada sisi depan kotak sumber
cahaya, tameng cahaya yang didekatkan pada sisi belakang kotak sumber cahaya
Hg, papan pengatur cahaya yang didekatkan pada kotak h/e dan voltmeter digital
yang harus terhubung ke kotak h/e. Untuk lebih jelasnya, berikut gambar
mengenai set alat percobaan yang akan digunakan dalam percobaan pennetuan
konstanta Planck:
2. Deskripsi Prosedur Percobaan
Pada percobaan penentuan konstanta Planck dilakukan dengan dua model
percobaan. Sebelum memasuki tahap pelaksanaan percobaan, terdapat tahap
persiapan. Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap persiapan adalah memeriksa
semua kelengkapan peralatan percobaan yang akan digunakan. Pastikan bahwa
semua unit dalam keadaan OFF dan skala sumber terkecil dan skala alat ukur
terbesar. Kemudian merangkai peralatan percobaan seperti pada gambar di bawah
ini:
D. Analisis
1. Metode Analisis
Pada percobaan Penentuan Konstanta Planck ini metode analisis yang
digunakan terdapat tiga macam, yaitu ralat kudrat terkecil, ralat grafik dan ralat
rambat. Ralat kuadrat terkecil dan ralat grafik digunakan untuk mengetahui
hubungan antara frekuensi cahaya sebagai sumbu x dan potensial penghenti
sebagai sumbu y. Sedangkan ralat rambat digunakan untuk menentukan nilai
energi kinetik maksimum(Kmax) pada masing-masing transmisi, nilai konstanta
alam Planck (h) dan nilai fungsi kerja (φ) pada order pertama dan kedua.
2. Sajian Hasil
Tabel 1. Data Pengamatan Percobaan 1 (Filter Kuning)
3. Pembahasan Hasil
Pada percobaan pertama, untuk satu filter warna cahaya yang dikontrol
tetap dengan berbagai intensitas cahaya yang menimpa pelat katoda, pada tabel data
pengamatan didapatkan hasil dari kedua filter yaitu warna kuning (tabel 1) dan
hijau (tabel 2) menunjukkan perubahan besar potensial penghenti terhadap
intensitas cahaya yang digunakan. Pada data terlihat semakin kecil intensitas
cahaya yang ditembakkan semakin kecil pula potensial penghentinya. Hal ini
dikarenakan untuk penentuan ulang konstanta Planck pada set percobaan yang
digunakan seharusnya di pasang Ampermeter sebagai pengamat banyaknya
elektron yang lewat tiap detik sebagai arus listrik. Sehingga semakin besar
intensitasnya maka jumlah elektron yang terlepas dan mengalir semakin banyak,
jadi diperlukan potensial penghenti yang besar.
Seharusnya sesuai dengan tinjauan fisika modern bahwa distribusi energi
elektron terpancar (fotoelektron) tidak bergantung dari intensitas cahaya. Berkas
cahaya yang kuat hanya menghasilkan fotoelektron atau elektron terpancar lebih
banyak tetapi energi fotoelektron rata-rata sama saja dibanding fotoelektron oleh
berkas cahaya berintensitas lebih lemah dengan frekuensi sama.
Selain itu, pada percobaan pertama juga dapat diketahui nilai energi
kinetik maksimumnya ( K max ) untuk berbagai instensitas cahaya yang menimpa
pelat katoda pada masing-masing filter warna yaitu sebagai berikut:
a) Filter Kuning
Transmisi K max SK max J Ralat Relatif
b) Filter Hijau
Transmisi K max SK max J Ralat Relatif
yang memberikan hubungan linier antara berubahnya energi kinetik tehadap variasi
frekuensi cahaya yang mengenai logam. Sesuai dengan K max e Vs , dimana
energi kinetik maksimum secara eksperimen dapat diperoleh dari potensial
penghenti Vs .
h
e Vs hf atau Vs f
e e
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa besaran-besaran yang mewakili
potensial penghenti yaitu besaran f (frekuensi cahaya), (fungsi kerja), e (muatan
elektron), dan h (konstanta alam Planck). Dari persamaan tersebut pula, dapat
diketahui hubungan antara potensial penghenti dengan frekuensi cahaya yang
menimpa pelat katoda jika cahaya dikontrol tetap adalah berbanding lurus. Dimana
semakin frekuensi cahaya yang digunakan maka semakin besar pula potensial
penghentinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan grafik hubungan frekuensi cahaya
dengan potensial penghenti untuk tabel 3 dan tabel 4 pada percobaan yang telah
dilakukan yaitu sebagai berikut:
14 14.8
12
10
8 5.4935E+14, 8.4
6
5.19931E+14, 5
4
2
0
0 5E+14 1E+15
Frekuensi Cahaya (f)
Hubungan Frekuensi Cahaya (f) dan Potensial
Penghenti (Vs) pada Orde Kedua
6
7.37101E+14, 5.6
Potensial Penghenti (Vs) 5
4 5.4935E+14, 3.8
5.19931E+14, 3.4
3
0
0 5E+14 1E+15
Frekuensi Cahaya (f)
2) Konstanta Planck pada Orde II adalah h 1.29 0.0710 -33 Js dengan ralat
relatif 4.64% dan penyimpangan terhadap literatur sebesar 95.36%
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan untuk penentuan fungsi kerja
pelat katoda yang digunakan didapat hasil sebagai berikut:
1) kerja pada Orde I adalah 6.05 0.0910 -17 J dengan ralat sebesar 1.51%.
2) Fungsi kerja pada Orde II adalah 2.747 0.00410 -17 J dengan ralat
0.1638%.
Kemudian, berdasarkan pada fenomena 3 dan 4, secara klasik sebenarnya
peristiwa terpancarnya elektron dari permukaan logam yang disinari merupakan hal
atau fenomena yang wajar. Hasil pengamatan yang tidak wajar dan tidak dapat
dijelaskan oleh pemahaman klasik yaitu tiidak ada keterlambatan waktu antara
datangnya cahaya pada permukaan logam dan terpancarnya elektron. Secara klasik,
misalkan permukaan logam pada eksperimen adalah natrium, arus fotolistrik
teramati jika energi elektromagnetik 10-6J/m2 terserap oleh permukaan. Sementara
ada 1019 atom pada selapis natrium setebal satu atom seluas 1 m2. Maka jika
dianggap cahaya yang datang diserap oleh lapisan atas dari atom-atom natrium,
setiap atom menerima energi rata-rata dengan laju 10-25 W. Pada laju ini, natrium
membutuhkan waktu 1.6 10 6 detik atau sekitar dua minggu untuk
mengumpulkan energi sebesar 1 eV, yaitu energi fotoelektron.
Energi fotoelektron bergantung pada frekuensi cahaya yang digunakan dan
dibawah frekuensi tertentu tidak ada elektron dipancarkan walau intensitas
diperbesar. Energi kinetik elektron, energi cahaya, dan energi minimum dari
cahaya memenuhi hubungan
E k E 0
Jelas, jika energi cahaya E kurang dari energi minimum ɸ0 tidak ada
elektron terpancar.
Dari hasil percobaan di atas diketahui bahwa nilai konstanta Planck yang
didapat dari hasil percobaan masih jauh dengan nilai konstanta Planck pada
literatur. Hal tersebut dapat terjadi karena kondisi alat yang kurang baik sehingga
tingkat ketelitian dalam pengukuran mendapatkan hasil yang kurang teliti. Hal
tersebutlah yang menyebabkan penyimpangan yang diperoleh sangat besar.
Kesalahan lain yang dapat terjadi yaitu kesalahan dalam membaca skala alat ukur.
4. Saran Perbaikan
Saran perbaikan untuk pengamat dalam melakukan percobaan ini yaitu
lebih teliti lagi dalam membaca skala alat ukur. Karena kesalahan dalam membaca
skala alat ukur juga akan berdampak pada data pengamatan yang diperoleh serta
dapat menimbulkan nilai ralat yang besar. Selain itu, mengecek terlebih dahulu set
alat percobaan sebelum melakukan eksperimen juga sangatlah penting. Sehingga
dapat mengetahui apakah kondisi set alatnya dalam kondisi baik atau tidak baik.
E. Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen penentuan konstanta Planck dengan menggunakan
prinsip efekfotolistrik dapat disimpulkan untuk variasi intensitas cahaya yang
ditembakkan pada pelat katoda jika intensitas cahayanya semakin besar maka
semakin besar pula potensial penghentinya. Selain itu, semakin besar frekuensi
cahaya yang ditembakkan pada pelat katoda maka potensial penghentinya juga
semakin besar. Hubungan antara energi kinetik elektron yang terpancar dengan
frekuensi cahaya yang menimpa katoda dapat dilihat dari persamaan
K max hf .
2) Konstanta Planck pada Orde II adalah h 1.29 0.0710 -33 Js dengan ralat
relatif 4.64% dan penyimpangan terhadap literatur sebesar 95.36%
Selain itu, berdasarkan analisis yang telah dilakukan untuk penentuan
fungsi kerja pelat katoda yang digunakan didapat hasil sebagai berikut:
1) Fungsi kerja pada Orde I adalah 6.05 0.0910 -17 J dengan ralat sebesar
1.51%.
2) Fungsi kerja pada Orde II adalah 2.747 0.00410 -17 J dengan ralat
0.1638%.
F. Daftar Pustaka
Aini, Annisa N. Tanpa tahun. Konstanta Planck. (Online),
(https://www.academia.edu/25129747/Konstanta_Planck), diakses
pada tanggal 8 April 2019.
Hidayah, Latifatul. Tanpa tahun. Konstanta Planck. (Online),
(https://www.slideshare.net/mobile/ayaLatif/konstanta-planck),
diakses pada tanggal 10 April 2019.
Serway, R.A & Jewett, Jr. 2009. FISIKA untuk Sains dan Teknik Edisi 9.
Jakarta: Salemba Teknika.
Tim Praktikum Fisika Modern. 2019. Modul Praktikum Fisika Modern.
Malang: Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.
G. Lampiran
1. Hubungan antara Pengukuran Potensial Penghenti dengan Variasi
Intensitas Cahaya
a) Filter Kuning
Transmisi 20%
K max eV SK max 5.34 10 -20 J
2
2 Rf 5.952380952%
SK max e Vs
3 Rf 5.95% (3 AP)
2
19 2
SK max 1.602 10 0.5
3
Jadi, nilai Kmax pada transmisi 20% adalah K max 8.97 0.5310 J
-19
2
2 Rf 4.901960784%
SK max e Vs
3 Rf 4.90% (3 AP)
2
19 2
SK max 1.602 10 0.5
3
Jadi, nilai Kmax pada transmisi 40% adalah K max 1.09 0.0510 J
-18
2
2 Rf 4.385964912%
SK max e Vs
3 Rf 4.39% (3 AP)
2
19 2
SK max 1.602 10 0.5
3
Jadi, nilai Kmax pada transmisi 60% adalah K max 1.21 0.0510 J
-18
2
2 Rf 3.968253968%
SK max e Vs
3 Rf 3.97% (3 AP)
2
19 2
SK max 1.602 10 0.5
3
Jadi, nilai Kmax pada transmisi 80% adalah K max 1.34 0.0510 J
-18
2
2 Rf 3.787878788%
SK max e Vs
3 Rf 3.79% (3 AP)
2
19 2
SK max 1.602 10 0.5
3
Jadi, nilai Kmax pada transmisi 100% adalah K max 1.41 0.0510 J
-18
2
2 Rf 9.803921569%
SK max e Vs
3 Rf 9.80% (3 AP)
2
2
SK max 1.602 10 19 0.5
3
Jadi, nilai Kmax pada transmisi 20% adalah K max 5.45 0.5310 J
-19
2
2 Rf 6.41025641%
SK max e Vs
3 Rf 6.41% (3 AP)
2
19 2
SK max 1.602 10 0.5
3
Jadi, nilai Kmax pada transmisi 40% adalah K max 8.33 0.5310 J
-19
2
2 Rf 5.747126437%
SK max e Vs
3 Rf 5.75% (3 AP)
2
2
SK max 1.602 10 19 0.5
3
Jadi, nilai Kmax pada transmisi 60% adalah K max 9.29 0.5310 J
-19
2
2 Rf 5.050505051%
SK max e Vs
3 Rf 5.05% (3 AP)
2
19 2
SK max 1.602 10 0.5
3
Jadi, nilai Kmax pada transmisi 80% adalah K max 1.06 0.0510 J
-18
2
2 Rf 4.761904762%
SK max e Vs
3 Rf 4.76% (3 AP)
2
19 2
SK max 1.602 10 0.5
3
Jadi, nilai Kmax pada transmisi 100% adalah K max 1.12 0.0510 J
-18
h
Vs f
e e
y Vs
a
e
h
b
e
Sehingga dari beberapa persamaan di atas juga dapat untuk menentukan:
Konstanta Planck : h be
Fungsi Kerja : ae
a) Orde Pertama
No Warna Vs (volt) λ (m) f (Hz)
No x (f) y (Vs) x² y² xy
Sy 2.432345115
Sy 1.559597741
a
x y xxy
2
nx 2 x
2
3.14551 10 31 5.094 1016
a
3.34629 10 30 3.26301 10 30
a 377.709432
x 2
Sa Sy
nx 2 x
2
1.11543 10 30
Sa 1.559597741
3.34629 10 30 3.26301 10 30
Sa 5.707776491
Sa
Ralat relatif: Ra 100%
a
5.707776491
Ra 100% 1.511155403%
377.709432
Ra 1.51% (3 AP)
n
Sb Sy
nx x
2 2
3
Sb 1.559597741
3.34629 10 3.26301 10 30
30
Sb 9.36066 10 -15
Sb
Ralat relatif: Rb 100%
b
9.36066 10 15
Rb 100% 22.72788727%
4.11858 10 14
Rb 23% (2 AP)
Didapat nilai gradien/slope pada order pertama adalah
b 4.1 0.910 -14
dengan ralat relatif sebesar 23% (2 AP).
Menentukan Konstanta Planck (h)
h be
h 4.11858 10 -14 1.602 10 -19
h 6.59796 10 -33 Js
h
2
Sh Sb e Sb
2
b
2
Sh 1.602 10 -19 9.36066 10 -15
Sh 1.49958 10 -33 Js
Sh
Ralat relatif: Rf 100%
h
1.49958 10 -33
Rf 100% 22.72788727%
6.59796 10 -33
Rf 23% (2 AP)
6.05091 10 -17 J
2
S Sa e Sa
2
a
2
S 1.602 10 -19 5.707776491
S 9.14386 10 -19 Js
S
Ralat relatif: Rf 100%
9.14386 10 -19
Rf 100% 1.511155403%
6.05091 10 -17
Rf 1.51% (3 AP)
No x (f) y (Vs) x² y² xy
Sy 0.005889021
Sy 0.076739954
a
x 2 y xxy
nx 2 x
2
1.11543 10 30
Sa 0.076739954
3.34629 10 30 3.26301 10 30
Sa 0.280850948
Sa
Ralat relatif: Ra 100%
a
0.280850948
Ra 100% 0.163816334%
171.4425791
Ra 0.1638% (4 AP)
n
Sb Sy
nx 2 x
2
3
Sb 0.076739954
3.34629 10 3.26301 10 30
30
Sb 4.60591 10 -16
Sb
Ralat relatif: Rb 100%
b
4.60591 10 16
Rb 100% 4.635372418%
9.93643 10 15
Rb 4.64% (3 AP)
h 1.59182 10 -33 Js
h
2
Sh Sb e Sb
2
b
2
Sh 1.602 10 -19 4.60591 10 -16
Sh 7.37866 10 -35 Js
Sh
Ralat relatif: Rf 100%
h
7.37866 10 -35
Rf 100% 4.635372418%
1.59182 10 -33
Rf 4.64% (3 AP)
2.74651 10 -17 J
2
S Sa e Sa
2
a
2
S 1.602 10 -19 0.280850948
S 4.49923 10 -20 Js
S
Ralat relatif: Rf 100%
4.49923 10 -20
Rf 100% 0.163816334%
2.74651 10 -17
Rf 0.1638% (4 AP)