Anda di halaman 1dari 2

Sistem Ekonomi dan Etos Kerja dalam Islam

Pengertian Sistem Ekonomi Islam

Dalam buku Teori dan Praktik Ekonomi Islam, M.A. Manan (1993:19) menyatakan
bahwa ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi
rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam. Sementara itu, Halide berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan ekonomi Islam ialah kumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang
disimpulkan dari al-Qur’an dan sunnah yang ada hubungannya dengan urusan ekonomi
(Ali,1988:3).
Berdasar pendapat-pendaat dia atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sistem
ekonomi Islam adalah sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al-
Qur’an dan sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan diatas landasan
dasar-dasar tersebut sesuai dengan kondisi lingkungan dan masa tertentu.

Nilai Dasar dan Instrumental Ekonomi Islam

Nilai-nilai dasar ekonomi Islam sebagai implikasi dari asas filsafat tauhid ada tiga,
yaitu:
a. Kepemilikan
Kepemilikan oleh manusia bukanlah penguasaaan mutlak terhadap sumber-
sumber ekonomi, sebab sesungguhnya segala sesuatu yang ada di dunia adalah milik
Allah
b. Keseimbangan
Keseimbangan merupakan nilai dasar yang mempengaruhi berbagai aspek
tingkah laku ekonomi seorang muslim.
c. Keadilan
Keadilan harus diterapkan di semua bidang ekonomi dalam proses produksi,
konsumsi maupun distribusi

Ketiga nilai dasar ekonomi Islam itu, menurut Saefuddin (dalam Ali,1988:17),
merupakan pangkal nilai-nilai instrumental dari sistem ekonomi islam yang berjumlah lima,
yaitu zakat, larangan riba, kerjasama, jaminan sosial, dan peranan Negara. Kelima nilai
instrumental strategis ini mempengaruhi tingkah-laku ekonomi seorang Muslim, masyarakat,
dan pembangunan ekonomi pada umumnya (Ali,1998:9).

Seorang muslim harus memiliki prinsip bahwa bekerja adalah ibadah dengan
menjadikan taqwa sebagai landasannya. Sehingga yang mnjadi tujuan utamanya adalah
mencari ridha Allah, tidak semata mengejar materi belaka. Islam sangat mnganjurkan kepada
pemeluknya untuk bekerja dan berusaha. Agama Islam memberikan apresiasi yang sangat
tingki kepada siapapun yang mlakukan kerja keras mencari rezeki yang halal, thayyib (baik),
dan berkah. Lebih dari itu, bekerja merupakan sarana untuk menjadikan watak dan
kepribadian manusia bersifat mandiri, tekun, teliti, peduli, berani, taat, dan bertanggung
jawab.

Selain itu, di dalam ajaran Islam juga diajarkan untuk menjadi hambanya yang
mandiri, bukan menjadi seperti benalu. Melakukan usaha sekuat – kuatnya untuk tidak
menjadi benalu bagi orang lain selagi seseorang masih mampu, tanpa melupakan peran Allah
SWT. Dengan kata lain, konsep kemandirian Islam dibangun atas dasar tauhid sehingga
manusia cukup bergantung hanya kepada Allah SWT tanpa menafikan kerjasamadengan
sesama untuk melipatgandakan kinerja. Kemandirian dalam Islam berakar dari kata kunci,
yakni harga diri.

Dengan bekrja, seseorang bisa hidup mandiri dan tidak menjadi beban orang lain.
Dengan bekerja pula, seseorang dapat memiliki harga diri dan percaya diri, bahkan menjadi
manusia terhormat karena bisa meringankan beban orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak bermanfaat (HR. Bukhari
Muslim).

Anda mungkin juga menyukai