Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine
ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine
yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari aliran tengah
(midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan
bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan
istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala,
disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan
gejala-gejala yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2005).
Sekitar 15% wanita, mengalami (paling sedikit) satu kali serangan
akut infeksi Traktus Urinarius selama hidupnya. Sebagian besar
infeksi tersebut adalah asimptomatik, angka kejadiannya pada
wanita hamil adalah 5%-6% dan meningkat sampai 10%pada
golonan resiko tinggi.
Walaupun infeksi dapat terjadi karena penyebaran kuman
melalui pembuluh darah dan limfe, akan tetapi yang terbanyak dan
tersering adalah kuman-kuman naik ke atas melalui uretra, ke dalam
kandung kemih dan sakuran kemih yang lebih atas. Organisme
penyebab infeksi ini berasal dari flora normal. Sekitar 90% dari strain
E.coli yang menyebabkan pyelonefritis nonobstuktif, di samping
kemungkinan kuman-kuman lain Enterobacter aerogenes, klebsiella,
pseudomonas dan lain-lain.Walaupun kehamilan tidak meningkatkan
virulensi dari bakterinya, tetapi stasis urin dan refluk vesikoureteral
dapat menjadi predisposisi infeksi pada infeksi pada traktus urinarius
atas.
Ada beberapa infeksi yang umumnya ditemui pada kehamilan.
Yang paling sering adalah infeksi asimptomatik, sedangkan pada

1
simptomatik yang terjadi di traktus urinarius bawah menyebabkan
cystitis atau bila terjadi kalyx ginjal, pelvis dan parenkim
menyebabkan pyelonefritis.
Wanita hamil rentan tehadap infeksi traktus urinarius, yang
disebabkan oleh hydronefhrosis yang dapat menyebabkan
urinaristrasis. Adanya bakteri dalam urin di anggap signifikan saat
urin yang di ambil spesimennya mengandung lebih dari 10.000 per
ml yaitu 50.000 bakteri dari spesies yang sama tiap mL. hal tersebut
berarti adanya gejala Cystitis dan pyuria.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menambah wawasan pengetahuan mengenai infeksi Traktus
Urinarius yang menyertai kehamilan, persalinan dan nifas.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuan mengenai
infeksi Traktus Urinarius yang menyertai kehamilan, persalinan
dan nifas.

C. Manfaat penulisan
1. Institusi Pendidikan
Dapat mengevaluasi study kasus mahasiswi, menambah daftar
pustaka sebagai umpan balik antara pendidikan dan mahasiswi.
2. Masyarakat
Agar masyarakat lebih memperhatikan personal hygiene
khususnya daerah kewanitaan pada ibu hamil dan agar mau
memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine
ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine
yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari aliran tengah
(midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan
bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan
istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala,
disebut bakteriuria asimptomatik dan mungkin disertai dengan
gejala-gejala yang disebut bakteriuria simptomatik (Sarwono, 2005).
Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medik utama pada
wanita hamil. Sekitar 15% wanita, mengalami satu kali serangan akut
infeksi saluran kencing selama hidupnya. Infeksi saluran kencing
dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin, dampak yang
ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi, kelahiran prematur dan
bayi berat lahir rendah (BBLR).

B. Etiologi
Infeksi saluran kencing merupakan jenis infeksi nosokomial
yang paling sering terjadi sekitar 40% dari seluruh infeksi pada
Rumah Sakit setiap tahunnya. (Burke dan Zavarsky, 1999).
Organisme yang menyerang bagian tertentu sistem urine
menyebabkan infeksi pada saluran kencing yaitu ginjal (Pielonefritis),
kandung kemih (Sistitis), atau urine (Bakteriuria). Salah satu
penyebaran organismenya dapat melalui penggunaan kateter dalam
jangka pendek.. Resiko yang lebih besar lagi bisa terjadi pada
penggunaan kateter yang lebih lama, apabila urine dibiarkan
mengalir ke tempat atau kantong pengumpulan yang terbuka.,

3
seluruh pasien akan menyebarkan bakteri dalam 4 hari (dengan
gejala atau tanpa gejala).
Walaupun infeksi dapat terjadi karena penyebaran kuman
melalui pembuluh darah dan limfe, akan tetapi yang terbanyak dan
tersering adalah kuman-kuman naik ke atas melalui uretra, ke dalam
kandung kemih dan sakuran kemih yang lebih atas. Organisme
penyebab infeksi ini berasal dari flora normal. Sekitar 90% dari strain
E.coli yang menyebabkan pyelonefritis nonobstuktif, di samping
kemungkinan kuman-kuman lain Enterobacter aerogenes, klebsiella,
pseudomonas dan lain-lain.Walaupun kehamilan tidak meningkatkan
virulensi dari bakterinya, tetapi stasis urin dan refluk vesikoureteral
dapat menjadi predisposisi infeksi pada infeksi pada traktus urinarius
atas.

C. Patogenesis
Kebanyakan infeksi traktus urinarius disebabkan oleh bakteri
gram-negatif, terutama Eskerisia koli, spesies pseudomonas dan
organisme yang berasal dari kelompok Enterobakter. Jumlah
seluruhnya mencapai lebih dari 80% kultur positif infeksi saluran
kencing (Haley, 1985). Sementara kebanyakan organisme
organisme tersebut adalah Eskerisia koli, infeksi jamur, misalnya
spesies kandida, yang meningkat bersamaan dengan munculnya
HIV/AIDS dan penyebarannya menggunakan antibiotika berspektrum
luas.

D. Klasifikasi
1. Bakteriuria Asimptomatik
Tidak ada gejala yang timbul dihubungkan dengan infeksi
ini, yang dialami 11% dalam kehamilan. Ada peningkatan
penderita bakteriuria tanpa gejala pada wanita yang pernah
menderita infeksi saluran kemih, diabetes dan wanita dengan

4
gejala sel sabit. Bakteriuria asimptomatik diasosiasikan dengan
phielonefritis, melahirkan dini dan BBLR. Beberapa peneliti
mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan
peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan
prematur, gangguan pertumbuhan janin dan pre eklampsia. Oleh
karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati
dengan seksama sampai air kemih bebas dari bakteri yang
dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali.
Pemeriksaan Laboratorium :
Semua wanita hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan
Laboratorium urin secara mikroskopik, tampak peningkatan
jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, Bakteri dan spesimen urine.
Untuk menghindari kontaminasi, spesimen urine diambil dari
aliran tengah (mid-stream) setelah daerah genitalia eksterna
dicuci terlebih dahulu. Kultur bakteri dan tes kepekaan antibiotika
bila dimungkinkan sebaiknya diperiksa.
Penanganan :
a. Para ahli menganjurkan untuk memberikan terapi antibiotika.
Beberapa kajian terapi antibiotika untuk bakteriuria
asimptomatik. Nama obat Dosis Angka keberhasilan
amoksilain + asam klavulanat 3x500 mg/hari 92%
Amoksilin 4x250 mg/hari 80%
Nitrofurantoin 4x50-100 mg/hari 72%
b. Terapi Antibiotika untuk pengobatan bakteriuria
asimptomatik, biasanya diberikan untuk jangka 5-7 hari
secara oral. Sebagai kontrol hasil pengobatan, dapat
dilakukan pemeriksaan ulangan biakan bakteriologik air
kemih.

5
2. Bakteriuria Simptomatik
a. Systitis
Sistitis merupakan peradangan kandung kemih tanpa disertai
radang pada bagian saluran kemih, biasanya inflamasi akibat
bakteri. Sistem ini cukup sering dijumpai dalam kehamilan
dan nifas. Kuman penyebab utamanya adalah E.coli,
disamping dapat oleh kuman-kuman lain. Predisposisi lain
adalah karena uretra wanita yang pendek, sistokel, adanya
sisa air kemih yang tertinggal, disamping penggunaan kateter
untuk usaha pengeluaran urin pada pemeriksaan ginekologik
atau pesalinan. Penggunaan kateter ini dapat mendorong
kuman-kuman yang ada di uretra distal untuk masuk ke
kandung kemih.
Tanda dan Gejala :
a. Hampir 95 % mengeluh nyeri pada derah supra simpisis
atau nyeri saat berkemih.
b. Frekuensi berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit
sehingga menimbulkan rasa tidak puas dan tuntas.
c. Air kencing kadang terasa panas.
d. Air kencing berwarna lebih gelap dan pada serangan akut
kadang-kadang berwarna kemerahan.
Pemeriksaan Laboratorium :
Secara mikroskopik, tampak peningkatan jumlah leukosit,
sejumlah eritrosit, bakteri pada spesimen urin. Untuk
menghindari kontaminasi, spesimen urin diambil dari aliran
tengah setelah daerah genitalia eksterna dicuci terlebih
dahulu. Hasil biakan bakteriologis air kemih, umumnya
memberikan hasil yang positif. Seringkali dijumpai piuria atau
hematuria (gross hematuria).
Penanganan :

6
1. Umumnya dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien
dianjurkan untuk banyak minum.
2. Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri,
spasme dan rangsangan untuk selalu berkemih (tetapi
dengan jumlah urine yang minimal). Makin sering
berkemih, nyeri dan spasme akan makin bertambah.
3. Hanya Ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat disertai
dengan hematuria, memerlukan perawatan dan observasi
ketat.
4. Terapi antibiotika yang dipilih, mirip dengan pengobatan
bakteriuria asimptomatik. Apabila antibiotika tunggal
kurang memberikan manfat, berikan antibiotika kombinasi.
Kombinasi tersebut dapat berupa jenis obatnya ataupun
cara pemberiannya, misal: amoksillin 4x250 mg per oral.,
digabung dengan Gentamisin 2x80 mg secara
intramuskular selama 10-14 hari. Dua hingga 4 minggu
kemudian dilakukan penilaian laboratorium untuk evaluasi
pengobatan.
5. Hampir 25% pasien pernah mengalami sistitis, akan
mengalami infeksi ulangan sehingga perlu diberikan
konseling untuk upaya profilaksis dan kunjungan ulang
apabila timbul kembali tanda sistitis. Untuk pencegahan
infeksi berulang berikan nitrofurantoin 100 mg/hari setiap
malam sampai sesudah 2 minggu post partum.
6. Dalam asuhan antenatal yang terjadwal, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan air kemih, sebagai langkah
antisipatif terhadap infeksi ulang.
b. Pielonefritis Akuta
Pielonefritis akuta merupakan salah satu komplikasi yang
sering dijumpai dalam kehamilan dan frekuensinya kira-kira
2%, terutama pada kehamilan terakhir dan permulaan masa

7
nifas. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh Escherichia koli
dan dapat pula oleh kuman-kuman lain seperti stafilokokkus
aureus, basillus proteus dan pseudomonas aerugenosa.
Kuman dapat menyebar secara hematogen atau limfogen,
akan tetapi terbanyak dari kandung kemih.
Predisposisi :
Penggunaan kateter untuk mengekuarkan urine waktu
persalinan atau kehamilan, air kemih yang tertahan sebab
perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan
atau luka pada jalan lahir. Sekitar 1%-2% wanita hamil,
mengalami pielonefritis akuta. Kondisi ini merupakan masalah
utama saluran kemih pada wanita hamil. Duapertiga kasus
pielonefritis akut, didahului oleh bakteriuria asimptomatik.
Pielonefritis sangat berkaitan dengan stasis aliran air kencing
akibat perubahan-perubahan sistem.
Gejala dan tanda yang penting untuk diperhatikan :
a. Pielonefritis akuta ditandai dengan gejala demam,
menggigil, mual dan muntah, nyeri pada daerah
kostovertebra atau pnggang. Sekitar 85% kasus, suhu
tubuh melebihi 38ºC dan sekitar 12%, suhu tubuhnya
mencapai 40ºC.
b. Sering disertai mual, muntah dan anoreksia.
c. Kadang-kadang diare
d. Dapat juga jumlah urine berkurang
e. Pemeriksaan air kemih menunjukan banyak sel-sel
leukosit dan bakteri. Hasil biakan menunjukan banyak
koloni mikroorganisme patogen.
Penanganan :
1. wanita hamil dengan pielonefritis akut, harus
dirawatinapkan. Karena penderita sering mengalami

8
mual dan muntah, mereka umumnya datang dengan
keadaan dehidrasi.
2. Bila penderita dalam keadaan syok, lakukan tindakan
yang sesuai untuk mengatasi syok tersebut. Segera
lakukan pemasangan infus untuk restorasi cairan dan
pemberian medikamentosa. Pantau tanda vital dan
diuresis secara berkala.
3. Bila terjadi ancaman partus prematurus, lakukan
pemberian antibiotika seperti yang telah diuraikan di
atas dan penatalaksanaan partus prematurus.
4. Lakukan pemeriksaan urinalisis dan biakan ulangan.
5. Terapi antibiotika sebaiknya diberikan secara intravena.
Ampisilin bukan merupakan pilihan utama karena
sebagian besar mikroorganisme penyebab terbukti
resisten terhadap antibiotika jenis ini.
6. Walaupun golongan aminoglikosida cukup efektif tetapi
pemberiannya harus dengan memperhatikan
kemampuan ekskresi kreatinin karena pada pielonefritis
akut, sering terjadi gangguan fungsi ginjal secara
temporer.
7. Terapi kombinasi antibiotika yang efektif adalah
gabungan sefoksitin 1-2 gram intravena setiap 6 jam
dengan gentamisin 80 mg intravena setiap 12 jam.
Ampisilin 2 gram/siproksin 2 gram intravena dan
gentamisin 2x80 mg.
8. Bila setelah penanganan yang adekuat dalam 48 jam
pertama, ternyata debagian gejala masih ada,
pertimbangkan kemungkinan mikroorganisme resisten
terhadap antibiotika yang diberikan, nefrolitiasis, abses
perinefrik atau obstruksi sekunder akibat kehamilan.

9
Prognosis
Bagi ibu umumnya cukup baik bila pengobatan cepat dan
tepat diberikan, sedangkan pada hasil konsepsi sering kali
menimbulkan keguguran atau persalinan prematur.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi Traktus Urinarius adalah bila ada pemeriksaan urine
ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urine
yang diperiksa harus bersih, segar dan di ambil dari aliran tengah
(midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimpisis
Infeksi saluran kencing merupakan jenis infeksi nosokomial
yang paling sering terjadi sekitar 40% dari seluruh infeksi pada
Rumah Sakit setiap tahunnya. (Burke dan Zavarsky, 1999).
Organisme yang menyerang bagian tertentu sistem urine
menyebabkan infeksi pada saluran kencing yaitu ginjal (Pielonefritis),
kandung kemih (Sistitis), atau urine (Bakteriuria). Salah satu
Kebanyakan infeksi traktus urinarius disebabkan oleh bakteri
gram-negatif, terutama Eskerisia koli, spesies pseudomonas dan
organisme yang berasal dari kelompok Enterobakter.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa
masih banyak terdapat kekurangan baik itu cara penulisan,
penyusunan kata, penggunaan huruf dan lain sebagainya. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
makalah yang telah penulis buat, demi kesempurnaan pembuatan
makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://arycoloum.blogspot.com/2009/06/traktus-urinarius.html

http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/03/infeksi-pada-
kehamilan-infeksi-saluran-kemih/

12

Anda mungkin juga menyukai