Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEGIATAN HARIAN

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA


DI PT. YOGYAKARTA TEMBAKAU INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:
M Zuhrul Balad R, S.Ked 12711104
Rachmi Putri Novitasari, S.Ked 11711056
Dina Risna Gusmayanti, S.Ked 12711143
Masyhananda Mahardika A, S.Ked 12711062
Henry Pratama Dadang, S.Ked 11711065

Pembimbing:
Dr. Sunarto, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
CATATAN HARIAN RINGKASAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN K3 di
PT YOGJAKARTA TEMBAKAU INDONESIA
Hari, Tanggal Jam Kegiatan

Kamis, 9 November 2017 07.00 – 08.30 1. Perkenalan dan izin dengan


staf Disnakertrans
2. Penjelasan mengenai K3 secara
singkat dan profil sekilas dari
PT YTI
09.30 – 12.00 1. Perkenalan dengan staf PT.
YTI
2. Mendengarkan penjelasan
tentang profil PT. YTI
3. Mendengarkan penjelasan
penerapan K3 di PT YTI
4. Mengunjungi dan mengamati
proses produksi rokok di ruang
produksi
5. Mengunjungi dan mengamati
poliklinik, ruang laktasi,
kantin, toilet
6. Penutup dan pamitan
Hasil yang diperoleh :

1. Mengetahui contoh perusahaan yang sudah melaksanakan K3 dengan baik.


2. Mengetahui, memahami syarat K3 dalam suatu perusahaan
3. Mengetahui syarat-syarat poliklinik dan ruang laktasi pabrik yang baik.
4. Mengetahui jenis- jenis penyakit yang sering terjadi di daerah pabrik
5. Mengetahui dan mengamati secara langsung proses produksi rokok di ruang
produksi.
6. Mengetahui tugas dan kewajiban sebagai seorang dokter perusahaan.
DESKRIPSI KEGIATAN HARIAN K3

Pada hari Kamis 9 November 2017 pukul 07.00 WIB kami mendatangi Disnakertrans
(Dinas Ketenaga Kerjaan dan Transmigrasi) Yogyakarta yang berada di Jalan Lingkar Utara,
Depok, Maguwoharjo, Kecamatan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah tiba di
Disnakertrans kami bertemu dengan petugas yang bertanggung jawab dan diberi pengarahan
tentang kegiatan magang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada suatu perusahaan.
Kemudian kami diberikan kesempatan untuk mengunjungi sebuah perusahaan rokok terbesar
di Yogyakarta yaitu PT. YOGYAKARTA TEMBAKAU INDONESIA (PT. YTI) berlokasi di
daerah Imogiri Barat Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kami disambut baik ketika tiba di PT. YTI oleh karyawan perusahaan PT. YTI
Yogyakarta. Pak Danang merupakan kepala bagian pengawasan K3 pada perusahaan PT. YTI
Yogyakarta. Beliau memberikan informasi tentang profil PT. YTI Yogyakarta dan penerapan
K3 pada perusahaan tersebut. Setelah pemberian materi kami melakukan kunjungan untuk
mengelilingi perusahaan tersebut. Kami melihat proses produksi rokok dari pembuatan
hinggan pengemasan, fasilitas yang dimiliki, serta peraturan dan kebijakan yang harus di taati
oleh seluruh karyawan PT. YTI Yogyakarta.
Langkah pertama dari produksi adalah pemeriksaan tembakau yang dikirim oleh
Sampoerna, dalam proses ini dilakukan pemisahan tembakau dari benda asing proses
pengiriman. Hal tersebut penting dilakukan untuk menjaga kualitas dan citarasa rokok. Setelah
itu dilakukan proses pelintingan dengan alat khusus yang telah disediakan, kemudian rokok
yang telah selesai dilinting akan dilakukan pengecekan oleh supervisor terkait dengan besar
diameter dan kualitas lintingan rokok. Setelah itu dilakukan pemotongan (cutting) agar dapat
tercipta rokok yang berkualitas. Langkah terkahir adalah pembungkusan dan pengepakan, serta
rokok siap untuk didistribusikan.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Poliklinik pada pabrik tersebut. Kemudian kami
berkenalan dengan dokter perusahaan dan dua orang perawat yang bekerja di poliklinik PT
YTI Yogyakarta. Di ruangan poliklinik terdapat tiga bed pemeriksaan pasien, alat- alat
kesehatan, ruang konsultasi dan data sekunder poliklinik pada perusahaan tersebut. Kami
mendapat penjelasan singkat tentang pelayanan dan rencana program kesehatan bagi para
pekerja yang bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan pekerja pabrik tersebut.
Setelah selesai dipoliklinik kami melakukan kunjungan menuju ruang laktasi pada
pabrik tersebut. Di dalam ruang laktasi terdapat satu kursi dan satu meja yang disediakan
petugas untuk pekerja wanita yang sedang menyusui. Tampak poster cara menyusui yang benar
tertempel pada dinding ruang lakatasi. Setelah itu kami menuju ke toilet pabrik, untuk melihat
pengelolaan kebersihan toilet. Ruangan toilet total 15 ruangan yang terdiri dari 10 toilet untuk
karyawan perempuan 2 diantaranya digunakan untuk keperluan wanita ketika mengalai
menstruasi dan 3 toilet untuk karyawan laki-laki. Setelah itu kami menuju ke kantin pabrik,
tampak lima gerobak penjual makanan dan minuman yang beaneka ragam dan cukup bersih
dan terawat. Kemudian di samping kantin tersusun loker sebagai tempat untuk menyimpan
barang karyawan karena diruang produksi tidak diperbolehkan membawa barang dari luar
pabrik dengan alasan keselamatan dan kesejahteraan karyawan diantaranya dalah HP, air
minum, tas dst.
PT Yogyakarta Tembakau Indonesia (YTI) Yogyakarta beralamat di Jalan Imogiri barat
KM 4 Bangunharjo, Sewon, Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. PT JTI merupakan perluasan
mitra produksi sigaret (MPS) PT HM Sampoerna Tbk, dari 38 pabrik di seluruh pulau jawa
yang berdiri sejak awal tahun 2003 silam. PT YTI dipimpin langsung oleh Gusti Kanjeng Ratu
Condro Kirono. PT YTI ini akan bergerah dalam produksi rokok kretek merek Sampoerna.
Jumlah PT YTI dapat menampung hingga 1.100 orang karyawan dan sebagian besar adalah
para wanita yang berusia produktif dari 18 tahun hingga 35 tahun. Jam produktif bekerja adalah
8 jam dari pukul 07.00 WIB – 14.00 WIB dengan satu jam yang digunakan untuk istirahat para
karyawan.
PT YTI Yogyakarta setiap bulannya membuka lapangan pekerjaan yang sebagian besar
untuk para wanita yang berusia produktif. Dimana dalam setiap penerimaan karyawan baru
dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu secara menyeluruh. Pemeriksaan kesehatan
tersebut juga sudah diatur dalam Undang-Undang No 1 tahun 1970 pasal 8 ayat 1 “Pengurus
diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga
kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai sifat-sifat pekerjaan yang
diberikan padanya”. Kemudian karyawan melewati tahap pembelajaran atau magang selama
6 bulan atau sudah mahir dalam pembuatan rokok, karyawan tersebut dapat di tetapkan sebagai
karyawan tetap di PT YTI Yogyakarta.
Ditinjau dari aspek pengawasan K3 di perusahaan tersebut sudah cukup baik.
Dibuktikan dengan penghargaan yang diterima oleh perusahaan tersebut sebagai “Golden
Flag” berturut-turut selama 3 kali ditinjau dari pengawasan K3. K3 pada PT YTI setiap
bulannya menerapkan pelatihan kepada karyawannya tentang penyelamatan diri ketika terjadi
bencana. Mereka melatih seluruh karyawan tanpa terkecuali apa yang mereka lakukan ketika
bencana melanda. Selain itu pelatihan tentang APAR setiap dua kali setahun mereka lakukan.
Menurut penuturan pak Danang sebagai penanggung jawab K3. Awalnya karyawan
sangat sulit untuk serius mengikuti pelatihan tersebut, namun lambat laut dibantu dengan
penyuluhan dan himbauan kepada karyawan sehingga dari tahun ke tahun hasil dari pelatihan
sudah cukup baik. Promosi kesehatan juga dilakukan dengan membuat berbagai macam
browser tentang penyakit yang sering terjadi di antara karyawan, dengan menempelkan poster-
poster tetang kesehatan dan alat pelindung diri (APD). Tenaga kesehatan disana juga
menggunakan radio perusahaan untuk mendeskripsikan berbagai macam penyakit yang sering
terjadi. Pelayanan konseling KB hingga konsultasi gizi juga mereka layani untuk karyawan,
selain itu juga dokter perusahaan tetap “stand by” di poliklinik perusahaan.
Namun masih ada beberapa kekurangan dalam penerapan K3 pada perusahaan tersebut.
Misalnya ketika proses dalam produksi rokok karyawan tidak menggunakan APD dengan baik
yaitu antara lain tidak menggunakan sarung tangan bagi karyawan pada pemilahan dan bagian
pemotongan, masker awalnya diwajibkan bagi semua karyawan namun karena berbagai
macam alasan sehingga saat ini diwajibkan hanya bagi karyawan yang sakit. Menurut dokter
perusahaan setiap bulannya pasti karyawan mengalami kecelakaan kerja anatara lain terluka
akibat terkena alat produksi pembuatan rokok yang cukup tajam sehingga luka hingga dijahit.
Kemudian dari segi penyakit yang paling sering terjadi adalah ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) hal ini disebabkan karena karyawan tidak taat peraturan untuk menggunakan
masker dengan berbagai alasan, sehingga hal tersebut sebgai factor resiko untuk menularkan
ke karyawan yang lainnya. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran diri dari
karyawan untuk memakai segalah fasilitas yang sudah diberikan oleh perusahaan untuk
menghidari dari kecelakaan ketika berkerja. Beberapa alasan para karyawan yaitu
ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan, tidak memberikan dampak yang berarti pada
diri mereka dan dapat memperlambat dari kecepatan kerja mereka.
Dalam Peraturan Menteri Ketenaga Kerjaan dan Transmigrasi Republik Indonesia
nomor per.08?MEN/VII/2010 tentng alat pelindung diri pada pasal 6 ayat 1 menyatakan
“Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko”. Pada Undang- Undang No 1
tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 13 “Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat
kerja ,diwajibkan mentaati semua pentunjuk keselamatan kerja dan memakai alat- alat
perlindungan diri yang diwajibkan”. Dari kedua peraturan tersebut sudah jelas bahwa setiap
pekerja dilindungi dan diwajibkan dalam pemakaian APD apabila dalam melakukan pekerjaan.
Hal ini untuk menurunkan tingkat kecelakaan kerja bagi karyawan dan meningkatkan
keselamatan dan kesejahteraan karyawan.
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Alat pelindung diri (APD) merupakan hal yang wajib digunakan bagi setiap pekerja
yang bekerja pada tempat yang berisiko. Namun pada kenyataanya masi saja terdapat
karyawan yang tidak mematuhi peraturan tersebut. Berbagai macam alasan karyawan antara
lain ketidaknyamana dalam bekerja, memperlambat dalam kecepatan pada pekerjaan,dan
tidak terdapat dampak yang besar bagi diri mereka.

2. Saran
Diperlukan adanya penyuluhan yang rutin tentang K3, menjelaskan segala macam
bahaya dan kecelakaan yang mungkin dapat terjadi di area pabrik. Perlu adanya perhatian
lebih atau peraturan yang menegaskan tentang pelanggaran K3 di perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai