Anda di halaman 1dari 8

Volume 08, Nomor 02, November 2017

Hal. 144-151

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT MENURUNKAN


KECEMASAN KELUARGA PASIEN KRITIS

(Nurses’ Therapeutic Communication Decrease Anxiety


In Critical Patients Family)

Mujiati Rohmah*, Siti Nur Qomariah**

* Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik, Jl.KH.Kholil No.88, Gresik, email:


muji.rohmah@gmail.com
**Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Gresik, email korespondensi: wf_ab@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kecemasan keluarga pasien kritis dikarenakan takut terjadi sesuatu yang


buruk atau kematian pada keluarganya. Kecemasan bisa dikurangi dengan
pemberian komunikasi terapeutik yaitu bentuk hubungan perawat dengan pasien
dan keluarganya dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman, nyaman, pendidikan
dan pelayanan keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien kritis.
Penelitian ini menggunakan Pre Experiment One Group Pre – Post Test
Design. Sampel terdiri dari 18 subyek yang dipilih dengan teknik purposive
Sampling di ruang High Care Unit Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah komunikasi terapeutik sedangkan variabel
dependen adalah kecemasan keluarga pasien,data diambil menggunakan
kuesioner. Penelitian ini menggunakan uji statistik Wilcoxon signed Rank test
dengan tingkat signifikasi <0,05.
Kecemasan keluarga pasien kritis sebelum dilakukan komunikasi terapeutik
sebagian besar cemas berat (83,3%). Sesudah dilakukan komunikasi terapeutik
sebagian besar cemas sedang (55,6%). Hasil nilai α = 0,000 yang berarti bahwa α
< 0,05 maka ada pengaruh antara komunikasi terapeutik terhadap tingkat
kecemasan keluarga pasien kritis.
Komunikasi terapeutik dapat menurunkan kecemasan keluarga pasien kritis.
Perawat dapat mengaplikasikan komunikasi terapeutik sebagai intervensi mandiri
dalam usaha menurunkan kecemasan keluarga pasien kritis.

Kata Kunci: Komunikasi terapeutik, Kecemasan Keluarga, Pasien Kritis

ABSTRACT

Anxiety can happened to critical patient's family because fear of something


bad or death in the family. Anxiety can be reduced with the administration of
therapeutic communication that shapes the relationship of nurses with patients
and their families with the needs of safety, comfort, education and nursing
services. The purpose of this study was to determine the effect of nurses’
therapeutic communication to the anxiety level of the critical patients family.

144
The design of this study was Pre - Experiment One Group Pre - Post Test.
The sample consisted of 18 subjects were selected by using purposive sampling
room High Care Unit of the Hospital Muhammadiyah Gresik. The independent
variables in this study was a therapeutic communication while the dependent
variable was anxiety level of critical patients family. Data was retrieved using a
questionnaire. This study used a statistical test Wilcoxon signed rank test with
significance level <0.05.
Anxiety family of critically ill patients prior to therapeutic communication
room most of severe anxiety (83.3%). After the therapeutic communication most
of moderate anxiety (55.6%). The results of the analysis obtained value α =
0.000. It means there was effect of nurses’ therapeutic communication to the
anxiety level of the critical patients family.
Nurses’ therapeutic communication can decrease family anxiety. Nurses
should apply therapeutic communication as an independent intervention in an
effort to reduce family anxiety critical patients.

Keywords: Therapeutic Communication, Critical Patient anxiety Family

PENDAHULUAN menunjukkan bahwa keluarga akan


mengalami ansietas dan disorganisasi
Komunikasi merupakan hal perasaan ketika anggota keluarganya
yang sangat penting karena dengan MRS dengan penyakit kritis, ini
adanya komunikasi kita dapat disebabkan mereka tidak mampu
memperoleh atau bertukar informasi, untuk membangun dukungan bagi
di dunia keperawatan komunikasi klien dan mereka sering terlihat
merupakan landasan dalam membina kesulitan bekerja sama dengan
hubungan perbantuan agar proses perawat. Hasil penelitian di Instalasi
keperawatan dapat tercapai. Ada dua Bedah Sentral RSUD Saras Husada
bentuk komunikasi yang kita kenal Purworejo didapatkan bahwa
yaitu komunikasi verbal maupun non perilaku perawat khususnya dalam
verbal, dalam melakukan interaksi, berkomunikasi kurang baik (Warsini,
kita juga mengenal komunikasi Irwanti and Siswanto, 2015).
terapeutik. Komunikasi terapeutik Kurangnya komunikasi antara staf
merupakan suatu bentuk komunikasi rumah sakit dengan pasien dan
yang direncanakan secara sadar keluarga merupakan salah satu alasan
untuk membantu / pemulihan pasien komplain lain pasien dan keluarga
(Suliswati, 2005). Dalam praktek selama dirawat di rumah sakit. Hal
keperawatan profesional perawat ini disebabkan karena kurang
memegang tanggung jawab yang disadari pentingnya komunikasi oleh
sangat besar, dimana perawat perawat dan rendahnya pengalaman
dituntut untuk melaksanakan perawat akan teori, konsep dan arti
perannya selama 24 jam berada penting komunikasi terapeutik dalam
disamping pasien dan keluarganya. memberikan asuhan keperawatan.
Perasaan cemas atau ansietas ini Pasien yang dirawat di Ruang High
akan lebih jelas ditemukan pada Care Unit, terutama pasien yang
pasien dan keluarga yang MRS mengalami keadaan gawat yang
dalam kondisi kritis. Penelitian dapat mengancam kehidupan.

145
Kondisi seperti ini menimbulkan sakit swasta. Studi pendahuluan yang
ketakutan dan kecemasan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan
meningkat pada pasien dan 60% pasien dan keluarganya merasa
keluarganya. Hal ini sangat puas dengan komunikasi yang
dipengaruhi oleh koping psikologis diberikan oleh perawat namun ada
pasien dan keluarga itu sendiri, akan beberapa pasien dan keluarga 27%
tetapi pada unit ini akan sering yang mengeluh bahwa perawat tidak
ditemukan bahwa koping yang melakukan komunikasi terapeutik
digunakan efektif akan tetapi saat berinteraksi dengan keluarga dan
kecemasan berkelanjutan maka pasien.
koping akan menjadi tidak efektif Keluarga akan mengalami
dan hal ini akan memperburuk ansietas dan disorganisasi perasaan
keadaan pasien dan keluarganya. ketika anggota keluarganya
Jumlah pasien kritis di HCU RS mengalami sakit yang harus dirawat
Muhammadiyah Gresik pada bulan di Rumah Sakit dan ini akan lebih
Juni-Agustus 2016 sebanyak 80 jelas ditemukan di unit perawatan
pasien. Hasil survey awal yang kritis. Pasien yang dirawat dalam
dilakukan peneliti didapatkan bahwa Critical Care Unit tidak hanya
hampir seluruh keluarga mengalami membutuhkan teknologi dan terapi
kecemasan. Hasil wawancara yang tapi juga memerlukan perawatan
dilakukan peneliti pada 10 anggota humanistik dari keluarganya. Pada
keluarga pasien didapatkan bahwa umumnya pasien yang datang di unit
perawat kurang memberikan perawatan kritis ini adalah dalam
informasi terbaru mengenai kondisi keadaan mendadak dan tidak
pasien dan biaya perawatan. Kondisi direncanakan. Hal ini yang
tersebut menjadikan anggota menyebabkan keluarga dari pasien
keluarga merasa cemas. Namun menunjukkan wajah ketakutan akan
pengaruh komunikasi terapeutik kematian, ketidakpastian hasil,
perawat terhadap tingkat kecemasan perubahan pola, kekhawatiran akan
keluarga pasien kritis sampai saat ini biaya perawatan, situasi dan
masih belum bisa dijelaskan. keputusan antara hidup dan mati,
Menurut laporan data Sensus rutinitas yang tidak beraturan,
Nasional 2010 pelayanan kesehatan ketidakberdayaan untuk tetap atau
untuk rawat inap yang banyak selalu berada disamping orang yang
dimanfaatkan adalah rumah sakit disayangi sehubungan dengan
pemerintah adalah (37,1%) dan peraturan kunjungan yang ketat,
rumah sakit swasta (34,3%) sisanya tidak terbiasa dengan perlengkapan
adalah rumah sakit bersalin dan atau lingkungan di unit perawatan
puskesmas, sedangkan untuk kritis, personil atau staf di ruang
pelayanan komunikasi terapeutik perawatan, dan rutinitas ruangan.
disimpulkan bahwa ketidakpuasan Stres pada keluarga juga dapat
dari pelayanan komunikasi terapeutik disebabkan karena hal-hal lain
pemerintah dan swasta untuk rawat seperti biaya perawatan, kurangnya
jalan dan rawat inap semakin pengetahuan tentang status kesehatan
meningkat. Kepuasan pelayanan klien dan kurangnya dukungan
komunikasi terapeutik di rumah sakit sosial. Keadaan yang berlanjut akan
pemerintah secara umum lebih menimbulkan kecemasan (PH, Keliat
rendah dibandingkan dengan rumah and Putri, 2016). Setiap keluarga

146
akan menggunakan koping yang kerja guna memberikan pelayanan
berbeda untuk mengatasi kecemasan. keperawatan yang berkualitas.
Hal ini tergantung penyebab, tingkat
kecemasan dan sumber koping. METODE DAN ANALISA
Semua stresor ini menyebabkan
keluarga jatuh pada kondisi krisis Desain penelitian ini
dimana koping mekanisme yang menggunakan One group pre test-
digunakan menjadi tidak efektif dan post test design. Penelitian ini
perasaan menyerah atau apatis dan dilaksanakan di Ruang High Care
kecemasan akan mendominasi Unit Rumah Sakit Muhammadiyah
perilaku keluarga. Pada saat Gresik pada Bulan Januari - Februari
demikian, perawat kurang dapat 2017. Populasi penelitian adalah
melaksanakan komunikasi terapeutik keluarga pasien kritis yang
yang efektif sehingga keluarga akan mengalami kecemasan di Ruang
terus terpuruk dalam situasi yang High Care Unit sebanyak 25 orang.
demikian dan pada akhirnya asuhan Sampling pada penelitian ini
keperawatan yang kita berikan secara menggunakan purposive sampling
komprehensif dan holistik tidak akan sehingga didapatkan 18 responden.
tercapai dengan baik. Penjelasan atau Variabel bebas dalam
informasi yang kurang dari perawat penelitian ini adalah komunikasi
tentang kondisi pasien dapat terapeutik yang diberikan satu per
menimbulkan ketidakpuasan pasien satu perawat dan keluarga pasien
terhadap pelayanan keperawatan dengan frekuensi 2-3 kali pemberian
yang diberikan, karena pasien selama 30 menit, sedangkan variabel
mempunyai hak untuk mengetahui dependen adalah tingkat kecemasan
segala sesuatu yang berhubungan keluarga pasien kritis yang diukur
dengan keadaannya selama menggunakan Beck Anxiety
perawatan. Kepuasan pasien Inventory (BAI) dimodifikasi dari
berhubungan dengan mutu pelayanan (Atmajaya, 2016). Uji statistik
rumah sakit, dengan mengetahui Wilcoxon Signed Rank Test untuk
tingkat kepuasan pasien pihak mengetahui pengaruh komunikasi
manajemen rumah sakit dapat terapeutik yang dilakukan perawat
meningkatkan mutu pelayanan. terhadap tingkat kecemasan keluarga
Kaitan antara komunikasi dari pasien yang dirawat di unit
terapeutik perawat terhadap tingkat perawatan kritis dengan derajat
kecemasan keluarga pasien maka kemaknaan p < 0,05 artinya ada
sangat diperlukan solusi–solusi yang pengaruh komunikasi terapeutik
dapat meningkatkan ketrampilan perawat terhadap tingkat kecemasan
berkomunikasi perawat dan juga keluarga pasien kritis dengan
yang dapat menghilangkan berbagai membandingkan data kecemasan
hambatan–hambatan terhadap sebelum dan sesudah diberikan
komunikasi terapeutik yang komunikasi terapeutik dengan skala
dilaksanakan perawat. Solusi ini data ordinal.
dapat dijadikan pilihan karena
bertujuan membantu tenaga HASIL DAN PEMBAHASAN
kesehatan profesional (termasuk Penelitian yang dilakukan selama
perawat) memperbaiki penampilan 2 bulan ini didapatkan hasil sebagai
berikut:

147
1. Tingkat kecemasan keluarga komplek. Berdasarkan data
pasien kritis sebelum diberikan pendidikan sebagian besar pasien
komunikasi terapeutik berpendidikan SMA yaitu 55,6%,
semakin tinggi pendidikan seseorang
Tabel 1 Tingkat kecemasan sebelum maka akan lebih mudah menyerap
diberikan komunikasi informasi yang diberikan, pendidikan
terapeutik berpengaruh terhadap tingkat
No Kecemasan f (%) kecemasan, serta koping orang
1 Ringan 1 5,6 tersebut akan lebih baik dalam
2 Sedang 2 16,7 menghadapi kecemasan, orang yang
3 Berat 15 83,3 berpendidikan tinggi mengetahui
Jumlah 18 100 bagaimana cara mengatasi cemasnya
dan mengetahui masalah yang
Tabel 1 menunjukkan tingkat dihadapi karena sudah mencari
kecemasan keluarga pasien kritis informasi mengenai kondisi maupun
sebelum diberikan komunikasi penyakitnya (Nursalam, 2008).
terapaeutik. Sebagian besar
mengalami cemas berat sebanyak 15 2. Tingkat kecemasan keluarga
responden (83,3%) dan sebagian pasien kritis setelah diberikan
kecil mengalami cemas ringan 1 komunikasi terapeutik
responden (5,6%).
Kecemasan adalah rasa Tabel 2 Tingkat kecemasan setelah
khawatir, takut tidak jelas diberikan komunikasi
sebabnya(Kozier, 2008). Tidak terapeutik
semua kecemasan dapat dikatakan No Kecemasan f %
bersifat patologis ada juga 1 Tidak cemas 1 5,6
kecemasan yang bersifat normal. 2 Ringan 4 22,2
Keluarga pasien kritis yang 3 Sedang 10 55,6
dirawat di ruang HCU mengalami 4 Berat 3 16,7
kecemasan berat karena adanya Jumlah 18 100
perasaan takut terjadi sesuatu yang
buruk atau takut akan terjadi Tabel 2 menunjukkan tingkat
kematian dan terjadinya kecemasan keluarga pasien kritis
ketidakberdayaan, kehilangan setelah diberikan komunikasi
kendali atau perasaan kehilangan terapeutik sebagian besar mengalami
fungsi dan harga diri, kegagalan tingkat kecemasan sedang sebanyak
membentuk pertahanan, perasaan 10 responden (55,6%) dan sebagian
terisolasi. kecil tidak mengalami kecemasan 1
Data demografi responden responden (5,6%) tetapi ada
didapatkan hampir separuh umur beberapa pasien yang masih
keluarga pasien pada usia dewasa mengalami tingkat kecemasan berat
antara 20-40 tahun yaitu 33,3%, hal sebanyak 3 responden (16,7%).
ini sesuai dengan teori (Van Soeren, Komunikasi terapeutik
Hurlock-Chorostecki and Reeves, merupakan komunikasi profesional
2011) semakin tua usia seseorang yang direncanakan secara sadar,
maka semakin baik ia dalam mempunyai tujuan membantu pasien
mengendalikan emosinya namun mengurangi kecemasannya melalui:
masalah yang dihadapi semakin memperbaiki emosi, mengurangi

148
keraguan, dan mempertahankan ego Ringan 1 5,6 4 22,2
pasien sehingga dapat mempercepat Sedang 2 11,1 10 55,6
proses penyembuhan dan berpusat Berat 15 83,3 3 16,7
pada kesembuhan pasien(Supriyanto Jumlah 18 100 18 100
and Ernawati, 2012). Wilcoxon α = 0,000
Perawat memegang peranan
penting dalam memberikan Tabel 3 menunjukkan
pelayanan kesehatan pada perbandingan tingkat kecemasan
masyarakat. Komunikasi terapeutik keluarga pasien kritis sebelum dan
dapat menurunkan kecemasan pasien sesudah diberikan komunikasi
dan keluarga karena merasa terapeutik. Dari data kecemasan
interaksinya merupakan kesempatan sebelum diberikan tindakan pada 18
untuk berbagi pengetahuan, perasaan responden didapatkan sebagian besar
dan informasi. Melalui komunikasi yaitu 15 (83,3%) yang mengalami
terapeutik antara perawat dan cemas berat sedangkan sesudah
keluarga pasien terjalin hubungan tindakan didapatkan sebagian besar
yang baik sehingga keluarga bisa yaitu 10 (55,6%) mengalami cemas
menerima, memahami kodisinya sedang, terdapat perbedaan yang
sehingga kecemasan menurun atau signifikan tingkat kecemasan
dalam rentang cemas sedang. keluarga pasien kritis sebelum dan
Hal ini dapat dilihat dari sesudah pemberian komunikasi
pengetahuan atau pendidikan terapeutik.
responden sebagian besar Hasil uji Wilcoxon seperti
berpendidikan SMA karena semakin tampak pada gambar diatas
tinggi pendidikan maka akan mudah menunjukkan signifikan hasil hitung
menerima informasi yang diberikan 0,000 <.0,05, berarti Ho ditolak dan
perawat, begitu pula dengan H1 diterima artinya ada pengaruh
pengalaman MRS juga komunikasi terapeutik yang
mempengaruhi tingkat kecemasan dilakukan perawat terhadap tingkat
keluarga pasien, maka informasi kecemasan keluarga dari pasien
yang diberikan harus terintegrasi kritis.
sehingga dapat mengurangi tingkat Keluarga merupakan unit
kecemasan keluarga pasien. dasar dari masyarakat dimana
anggotanya mempunyai suatu
3. Pengaruh Komunikasi komitmen untuk memelihara satu
Terapeutik Terhadap Tingkat sama lain baik secara emosi maupun
Kecemasan Keluarga Pasien fisik. Sebuah keluarga dapat
Kritis dipandang sebagai sistem terbuka,
suatu perubahan atau gangguan pada
Tabel 3 Perbedaan Pengaruh salah satu bagian dari sistem dapat
Pemberian mengakibatkan perubahan atau
Komunikasi ganguan dari seluruh sistem. Peran
Terapeutik Perawat didasarkan atas preskripsi dan
Terhadap Kecemasan harapan peran yang menerangkan
Kecemasan Sebelum Setelah apa yang individu harus lakukan
intervensi intervensi dalam situasi tertentu agar dapat
f % f % memenuhi harapan orang lain
Tidak cemas 0 0 1 5,6 mencakup peran tersebut (Friedman,

149
2008). Cemas yang dialami oleh satu
anggota keluarga dapat KEPUSTAKAAN
mempengaruhi seluruh keluarga.
Cemas disebabkan oleh karena krisis Atmajaya. (2016). Psikometrik Pada
situasi, tidak terpenuhinya Sub skala Anxiety dan
kebutuhan, perasaan tidak berdaya, Depresion, Universitas
kedekatan hubungan, kondisi Atmajaya. Available at:
ekonomi dan kurang kontrol pada http://www.lib.atmajaya.com/ct
situasi kehidupan. .html (Accessed: 6 September
2016).
SIMPULAN DAN SARAN Friedman, J. W. (2008). ‘Friedman
responds’, American Journal of
SIMPULAN Public Health, p. 582. doi:
10.2105/AJPH.2007.129874.
Komunikasi terapeutik Kozier. (2008). Fundamental Of
perawat mempengaruhi tingkat Nursing: Concepts, Proses And
kecemasan keluarga pasien kritis. Practice. Eight. New Jersey:
Tingkat kecemasan keluarga pasien Lippincott.
kritis sebelum diberikan komunikasi Nursalam. (2008). ‘Konsep dan
terapeutik sebagian besar mengalami Penerapan Metodologi
kecemasan berat. Tingkat kecemasan Penelitian Ilmu Keperawatan’,
keluarga pasien kritis setelah salemba Medika, 2(1), p. 2008.
diberikan komunikasi terapeutik doi:
sebagian besar mengalami penurunan 10.1016/j.ajme.2012.08.009.
tingkat kecemasan yaitu cemas PH, L., Keliat, B. A. and Putri, Y. S.
sedang namun ada beberapa dari E. (2016). ‘Penurunan Tingkat
responden masih dalam rentang Ansietas Klien Penyakit Fisik
cemas berat tetapi sudah menurun Dengan Terapi Generalis
dibandingkan awal masuk perawatan. Ansietas Di Rumah Sakit
Umum Bogor’, Jurnal
SARAN Keperawatan Stikes Kendal,
9(17).
Perawat dapat menerapkan Van Soeren, M., Hurlock-
komunikasi terapeutik pada keluarga Chorostecki, C. and Reeves, S.
pasien dengan kondisi kritis. (2011). ‘The role of nurse
Keluarga dapat mengurangi practitioners in hospital
kecemasan dengan sering bertanya settings: implications for
tentang kondisi pasien kepada interprofessional practice’,
perawat atau dokter penanggung Journal of Interprofessional
jawab. Care, 25(4), pp. 245–251. doi:
Penelitian lanjutan mengenai 10.3109/13561820.2010.53930
pengaruh komunikasi terapeutik 5.
terhadap tingkat kecemasan pada Suliswati. (2005). Konsep Dasar
keluarga pasien kritis, dengan jumlah Keperawatan Kesehatan Jiwa.
sampel yang lebih banyak serta Jakarta: EGC.
mengunakan alat ukur kecemasan Supriyanto, Ernawati. (2012). Apa
yang lain dengan metode observasi itu Kecemasan. Available at:
dan wawancara terstruktur. Apa itu Kecemasan.html.

150
Blogspot.Com (Accessed: 2 Kebidanan Indonesia, 3(2), p.
September 2016). 96. doi:
Warsini, W., Irwanti, W. and 10.21927/jnki.2015.3(2).96-
Siswanto, R. A. (2015). 102.
‘Komunikasi Terapeutik
Perawat dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre-Operasi
di Ruang Instalasi Bedah
Sentral RSUD Saras Husada
Purworejo’, Jurnal Ners dan

151

Anda mungkin juga menyukai