Marginal Gingiva
Marginal gingiva merupakan bagian tepi gingiva yang menyelimuti gigi seperti
kerah pada baju. Pada 50% kasus, Lapisan ini terletak pada daerah koronal dari
bagian gingiva yang lain, batas marginal gingiva dengan attached gingiva ditandai
dengan adanya cerukan dangkal yang disebut free gingival groove. Marginal gingiva
umumnya memiliki lebar 1mm, membentuk dinding jaringan lunak dari sulkus
gingiva. Marginal gingiva dapat dipisahkan dengan permukaan gigi dengan
menggunakan probe periodontal.
Marginal gingiva berbatasan dengan gingiva cekat oleh suatu indentasi
(lekukan) yang dinamakan alur gusi bebas (free gingival groove). Alur gusi bebas
berada pada level yang setentang dengan tepi apikal epitel penyatu, tetapi tidak
berarti bahwa level-nya setentang dengan dasar sulkus gingiva. Alur gusi bebas
hanya dijumpai pada 50% individu, dan ada atau tidaknya alur tersebut pada individu
tidak dapat dikaitkan dengan terinflamasi atau tidaknya gingiva. (Carranza, 2006).
Attached gingiva
Attached gingiva merupakan kelanjutan dari marginal gingiva. Jaringan padat ini
terikat kuat dengan periosteum tulang alveolar dibawahnya. Permukaan luar dari
attached gingiva terus memanjang ke mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat
digerakkan, bagian tersebut disebut mucogingival junction (Carranza, 2006).
Interdental gingiva
Interdental gingiva mewakili gingiva embrasure, dimana terdapat ruang
interproksimal dibawah tempat berkontaknya gigi. Interdental gingiva dapat
berbentuk piramidal atau berbentuk seperti lembah. Gingiva interdental merupakan
bagian gingival yang mengisi daerah interdental, umumnya berbentuk konkaf,
menghubungkan papilla fasial dan papilla lingual. Bila gigi – geligi berkontak,
struktur ini akan menyesuaikan terhadap bentuk gigi – geligi di apical daerah kontak.
Bila gigi – gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada terlihat bentukan
konkaf / “col” dan gingival interdental kelihatan berbentuk datar atau konveks.
Epithelium col biasanya sangat tipis, tidak keratinisasi dan terbentuk hanya dari
beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin merefleksikan posisinya yang terlindung.
Pertukaran sel – sel epithelial sama seperti pada daerah gingival lainnya. Region
interdental berperan sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang
paling persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah
inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis(Carranza, 2006).
Struktur Mikroskopik Gingiva
a. Epitel gingiva
Sel epitel gingiva bersifat aktif secara metabolik dan dapat bereaksi terhadap
rangsangan eksternal dengan mensintesis sejumlah sitokin, molekul adhesi, faktor
pertumbuhan, dan enzim. Sel epitel juga bereaksi terhadap bakteri dengan
meningkatkan proliferasi, perubahan signal sel, perubahan dalam diferensiasi, dan
kematian sel yang merubah homeostasis jaringan. Guna mempertahankan integritas
fungsional jaringan gingiva dari infeksi bakteri, epitel gingiva dapat menebal dengan
cara menambah kecepatan pembelahan selnya atau disebut keratinisasi. Keratin
mempunyai insolubilitas yang tinggi dan resisten terhadap enzim. Terdapat cornified
envelope (CE) pada setiap sel yang mengalami keratinisasi, CE memiliki ketebalan
15 nm, tersusun dari ikatan silang protein dan lipid yang bertemu saat diferensiasi
terminal. Gabungan protein-lipid dalam struktur CE menggantikan membrane
plasma dan integritasnya sangat vital dalam fungsi pertahanan (Carranza, 2006).
Gusi memiliki lapisan epitel yang merupakan epitel skuama berlapis (stratified
squamous epithelium) dinamakan lamina propria. Bagian tengah berupa jaringan
ikat, yang dinamakan lamina propria(Carranza, 2006).
Berdasarkan aspek morfologis dan fungsionalnya dibedakan atas tiga bagian,
epitel oral/luar (oral/outer epithelium), epitel sulkular/krevikular (sulcular/crevicular
epithelium), epitel penyatu/jungsional (junctional ephitelium) (Carranza, 2006).
Fungsi utama epitel gingival adalah melindungi struktur yang berada
dibawahnya, serta memungkinkan terjadinya perubahan selektif dengan lingkungan
oral. Perubahan tersebut dimungkinkan oleh adanya proses proliferasi dan
diferensiasi(Carranza, 2006).
Epitel gingiva disatukan ke jaringan ikat oleh lamina basal. Lamina basal terdiri
atas lamina lamina basal. Lamina basal terdiri atas lamina lamina basal. Lamina
basal terdiri atas lamina lusida dan lamina densa. Hemidesmosom dari sel-sel epitel
basal mengikat lamina lusida. Komposisi utama dari lamina lusida adalah laminin
glikoprotein, sedangkan lamina densa adalah berupa kolagen tipe IV. Lamina basal
berhubungan dengan fibril-fibril jaringan ikat dengan bantuan fibril-fibril penjangkar
(anchoring fibrils) (Carranza, 2006).
Epitel oral
Epitel oral merupakan epitel skuama berlapis yang berkeratin (keratinized) atau
berparakeratin (parakeratinized) yang membalut permukaan vestibular dan oral
gingiva. Meluas dari batas mukogingival ke krista tepi gingiva (crest gingival
margin), kecuali pada permukaan palatal dimana epitel ini menyatu dengan epitel
palatum. Lamina basal yang menyatukan epitel gingiva ke jaringan ikat gingiva
bersifat permeabel terhadap cairan, namun dapat menjadi penghalang bagi bahan
partikel tertentu. Mempunyai rete peg yang menonjol ke arah lamina propria.
(Carranza, 2006).
Epitel sulkular
Epitel sulkular mendindingi sulkus gingiva dan menghadap ke permukaan gigi
tanpa melekat padanya. Epitel ini merupakan epitel skuama berlapis yang tipis,tidak
berkeratin, tanpa rete peg dan perluasannya mulai dari batas koronal epitel penyatu
sampai ke krista tepi gingival. Selain itu juga memiliki peran penting karena
bertindak sebagai membran semipermeabel yang dapat dirembesi oleh produk
bakteri masuk ke gingiva, dan oleh cairan gingiva yang keluar ke sulkus gingival.
(Carranza, 2006).
Epitel penyatu
Epitel penyatu membentuk perlekatan antara gingiva dengan permukaan gigi
dan berupa epitel skuama berlapis tidak berkeratin. Pada usia muda epitel penyatu
terdiri atas 3 – 4 lapis, namun dengan bertambahnya usia lapisan epitelnya
bertambah menjadi 10 – 20 lapis melekat ke permukaan gigi dengan bantuan lamina
basal.panjang epitel penyatu ini bervariasi antara 0,25 – 1,35 mm merentang dari
dasar sulkus gingiva sampai 1,0 mm koronal dari batas semento-enamel pada gigi
yang belum mengalami resesi(Carranza, 2006).
Bila gigi telah mengalami resesi, epitel penyatu berada pada sementum. Karena
perlekatannya ke permukaan gigi, epitel penyatu dan serat-serat gingiva dianggap
sebagai suatu unit fungsional yang dinamakan unit dentogingival(Carranza, 2006).
Pembaharuan gingiva. Epitel oral memgalami pembaharuan secara terus
menerus. Ketebalan epitel terpelihara oleh adanya keseimbangan antara
pembentukan sel baru pada lapisan basal dan lapisan spinosa dengan pengelupasan
sel-sel tua pada permukaan. Laju aktivitas mitotik tersebut paling tinggi pada pagi
hari dan paling rendah pada sore hari (Carranza, 2006).
b. Sulcus Gingiva
Sulkus ginggiva merupakan suatu celah dangkal disekeliling gigi dengan
dinding sebelah dalam adalah permukaan gigi dan dinding sebelah luar adalah epitel
sebelah dalam dari gingiva bebas. Sulkus ini membetuk seperti huruf V, dan
kedalamnya dapat diselipkan alat prob periodontal dalam keadaan yang sangat
normal dan bebas kuman (eksperimental) kedalamannya bisa 0 atau mendekati 0,
namun secara klinis biasanya dijumpai sulkus gingiva.
Dengan kedalaman tertentu. Secara histologis kedalamannya adalah 1,5 – 1,8
mm. Kedalaman klinis diukur dengan alat prob (dinamakan kedalaman probing)
adalah 2,0 – 3,0 mm.
c. Cairan sulcus gingiva
Cairan sulkus gingiva (CSG) adalah suatu produk filtrasi fisiologis dari
pembuluh darah yang termodifikasi. Cairan sulkus gingiva dapat berasal dari
jaringan gingiva yang sehat. Cairan sulkus gingiva berasal dari serum darah yang
terdapat dalam sulkus gingiva baik gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang.
Pada CSG dari gingival yang meradang jumlah polimorfonuklear leukosit, makrofag,
limfosit, monosit, ion elektrolit, protein plasma dan endotoksin bakteri bertambah
banyak, sedangkan jumlah urea menurun. Komponen seluler dan humoral dari darah
dapat melewati epitel perlekatan yang terdapat pada celah gusi dalam bentuk CSG.
Pada keadaan normal, CSG yang banyak mengandung leukosit ini akan melewati
epitel perlekatan menuju ke permukaan gigi. Aliran cairan ini akan meningkat bila
terjadi gingivitis atau periodontitis. Cairan sulkus gingiva bersifat alkali sehingga
dapat mencegah terjadinya karies pada permukaan enamel dan sementum yang halus.
Keadaan ini menunjang netralisasi asam yang dapat ditemukan dalam proses karies
di area tepi gingiva. Cairan sulkus gingiva juga dapat digunakan sebagai indikator
untuk menilai keadaan jaringan periodontal secara objektif sebab aliran CSG sudah
lebih banyak sebelum terlihatnya perubahan klinis radang gingiva bila dibandingkan
dengan keadaan normal (Carranza, 2006).
d. Jaringan konektif gingiva
1. Lapisan papillary
Berada dekat dengan epitel diantara rete pegs.
2. Lapisan Reticular
Berbatasan dengan periosteum tulang, terdiri dari bagian seluler dan interselular.
Bagian interseluler mengandung proteoglycan dan glicoprotein (terutama fibronectin
yang mengikat fibroblast-fiber) (Carranza, 2006).
e. Serat gingiva /serat kolagen
Jaringan ikat margin gusi dipadati oleh kolagen tebal disebut serat-serat
gingival. Jaringan ikat ini berfungsi menahan margin gusi dengan kuat pada gigi,
menahan daya kunyah, menyatukan margin gusi dengan sementum dan dengan gusi
cekat. (Carranza, 2006).
Serat gingival dapat dikelompokkan sebagai kelompok gingivodental, kelompok
sirkular, dan kelompok transeptal (Carranza, 2006).
f. Vaskularisasi gingiva
Suplai darah pada gingiva melalui 3 jalan yaitu:
a. Arteri yang terletak lebih superfisial dari periosteum, mencapai gingiva
pada daerah yang berbeda di rongga mulut dari cabang arteri alveolar yaitu arteri
infra orbital, nasopalatina, palatal, bukal, mental dan lingual (Grossman, 1995).
b. Pada daerah interdental percabangan arteri intraseptal (Grossman, 1995).
c. Pembuluh darah pada ligamen periodontal bercabang ke luar ke arah
gingival. Suplai saraf pada periodontal mengikuti pola yang sama dengan distribusi
suplai darah (Grossman, 1995).
B. Sementum
Sementum adalah jaringan mengapur menyerupai tulang yang menutup akar
gigi. Sebagai yang telah diuraikan, sementum berasal dari sel mesenkimal folikel gigi
yang berkembang menjadi sementoblas. Sementoblas menimbun suatu matrik, disebut
sementoid, yang mengalami pertambahan pengapuran dan menghasilkan dua jenis
sementum: aselular pertama-tama ditimbun pada dentin membentuk pertemuan
sementum-dentin, dan biasanya, menutupi sepertiga servikal dan sepertiga tengah
akar. Sementum selular biasanya ditumpuk pada sementum aselular pada sepertiga
apical akar dan bergantian dengan lapisan sementum aselular. Sementum selular
ditumpuk pada kecepatan yang lebih besar daripada sementum aselular dan dengan
demikian menjebak sementoblas di dalam matriks. Sel-sel yang terjebak ini disebut
sementosit. Sementosit terletak pada kripta sementum dan dikenal sebagai lacuna.
Dari lacuna, kanal-kanal, disebut kanalikuli, yang berisi perpanjangan protoplasmic
sementosit dan berfungsi sebagai jalan mengangkut nutrient ke sementosit, menjalin
dengan kanalikuli lain dari lakuna lain untuk membentuk suatu sistem yang dapat
dipersamakan dengan sistem Havers (haversian sistem) tulang. Oleh sebab sementum
adalah avaskular, nutrisinya berasal dari ligament periodontal. Karena lapisan
incremental sementum ditumpuk, ligamen periodontal dapat berpindah tempat lebih
jauh, dan akibatnya beberapa sementosit mungkin mati dan meninggalkan lakuna
kosong (Grossman, 1995).
Ketebalan sementum menggambarkan salah satu fungsinya. Tebal sementum
sekitar 20 sampai 50 µm pada hubungan sementum-email dan tebal sementum adalah
sekitar akar. Sementum yang lebih tebal pada apeks disebabkan karena
penumpukannya yang terus menerus selama kehidupan eruptif gigi untuk
mempertahankan tingginya pada bidang oklusal. Penumpukan sementum yang terus-
menerus juga memberi bentuk pada foramen apical dewasa. Foramen bila menjadi
dewasa, menjadi konis, dengan aspek kerucut, disebut diameter minor (konstriktur),
menghadap pulpa dan dasar, disebut diameter mayor, menghadap ligament
periodontal. Penumpukan sementum yang terus menerus menaikkan diameter mayor
dan menghasilkan suatu deviasi rata-rata foramen apical sebesar 0,2 sampai 0,5 mm
dari pusat apeks akar. Diameter minor menentukan penghentian apical instrumentasi
dan obturasi saluran akar dan rata-rata terletak 0,5 mm dari permukaan semental pada
gigi-gigi muda dan 0,75 mm dari permukaan pada gigi-gigi dewasa. Meskipun
hubungan sementum-sementum bertepatan dengan diameter minor, sementum dapat
tumbuh tidak rata dan dapat mengubah hubungan ini (Grossman, 1995).
Memperbaiki adalah fungsi lain sementum. Fraktur akar dan resorpsi biasanya
diperbaiki oleh sementum. Penutupan akar yang belum dewasa pada prosedur
apeksifikasi disempurnakan oleh deposisi sementum atau jaringan yang menyerupai
sementum. Sementum juga mempunyai fungsi protektif. Lebih resisten terhadap
rasorpsi daripada tulang. Mungkin disebabkan avaskularitasnya. Akibatnya, gerakan
ortodontik akar biasanya dapat dilakukan dengan kerusakan resorptif minimum.
Fungsi-fungsi lain adalah deposisi sementum yang terus menerus dan penyumbatan
foramina aksesori dan apical setelah perawatan saluran akar (Grossman, 1995).
Sementum berasal dari sel mesenkimal folikel gigi yang berkembang
menjadisementoblas. Sementoblas menimbun suatu matriks, disebut sementoid, yang
mengalami pertambahan pengapuran dan menghasilkan 2 jenis sementum, aselular
dan selular.Perbedaan bentuk dari sementum adalah sebagai berikut:
1) Acellular, extrinsic fiber cementum
(AEFC) ditemukan di bagian koronal dan bagiantengah dari akar dan kandungan
utamanya adalah bundel dari serat Sharpey. Tipesementum ini berperan penting dalam
melekatkan dan menghubungkan gigi dengantulang alveolar.
2) Cellular, mixed stratified cementum
(CMSC) yang terdapat pada sepertiga apikal akar dan pada furkasi. Sementum ini
terdiri dari serat ekstrinsik dan intrinsik, sertasementosit.
3) Cellular, intrinsic fiber cementum
(CIFC) yang ditemukan terutama pada resorpsilakuna dan mengandung serat
intrinsik dan sementosit.Gambar diatas menunjukan bagian dari akar yang berdekatan
dengan periodontal ligament (PDL). Terdapat lapisan tipis dari AEFC dengan serat
ekstrinsik yang padatmeliputi dentin perifer. Sementoblast dan fibroblast dapat
diamati berdekatan dengansementum. AEFC terbentuk bersamaan dengan
pembentukan dentin akar. Pada tahap tertentuselama pembentukan gigi, selubung
epitel Hertwig yang baru terbentuk predentin,terfragmentasi. Sel dari folikel gigi
kemudian menembus selubung epitel Hertwig danmenempati daerah disebelah
predentin. Dalam posisi ini, sel ektomesenkimal dari folikel gigi berdiferensiasi
menjadi sementoblas dan mulai memproduksi serat kolagen pada sudut kananke
permukaan. Sementum pertama dideposit pada lapisan superficial yang
termineralisasidengan tinggi dari mantel dentin yang disebut “lapisan hialin” yang
mengandung proteinenamel matriks dan serat kolagen awal dari sementum.
Selanjutnya, sementoblast menjauhdari permukaan sehingga terjadi peningkatan
ketebalan sementum dan penggabungan serat pokok.
Fungsi utama dari sementum adalah sebagai perlekatan serabut ligament
periodontalyang menahan gigi untuk tetap pada posisinya dan berhubungan dengan
jaringan sekitarnya.Sementum, seperti dentin, dapat tumbuh secara terus menerus
selama kehidupan gigitersebut.Sementum yang pertama kali ada disebut sementum
primer, sedangkan sementum yang baru terbentuk mengacu kepada sementum
sekunder. Sementum sekunder biasanya terbentuk sebagai hasil dari perlukaan yang
bersifat fisika, kimiawi, maupun akibat bakteri, namun penyebab yang paling sering
ditemukan adalah akibat perlukaan secara fisikal atau tekanan.Beberapa fungsi
sementum adalah sebagai berikut:
a. Menahan gigi pada soket tulang dengan perantaraan serabut prinsipal ligamen
periodonsium.
b. Mengompensasi keausan struktur gigi karena pemakaian dengan
pembentukanterus menerus.
c. Memudahkan terjadinya pergeseran mesial fisiologis.
d. Memungkinkan penyusunan kembali serabut ligamen periodonsium secara
terus
C. Ligamen periodontal
Yaitu struktur jaringan ikat fibrous yang mengelilingi akar gigi dan
menghubungkannya dengan tulang.
Fungsi:
a. physical function
perlekatan gigi ke tulang
menjaga hubungan gigi dengan gingiva
transmisi tekanan oklusal ke tulang alveolar
shock absorption
menjaga saraf dan pembuluh darah terhadap perlukaan akibat trauma
mekanis
b. formative function
Pada ligamentum periodontal terdapat sel-sel yang berperan daiam
pembentukan maupun resorpsi jaringan ligamentum periodontal,
sementum dan tulang alveolar. Sel-sel ektomesenkim yang tidak
mengalami diferensiasi yang terletak di sekitar pembuluh darah dapat
berdiferensiasi menjadi sel-sel pembentuk tulang (osteoblas), sementum
(sementoblas) dan serabut jaringan ikat (fibroblas). Adapun sel-sel yang
berperan dalam resorpsi tulang dan gigi berasai dari set makrofag.
c. nutritional and sensory function
ligamen periodontal kaya akan suplai pembuluh darah yang berasal dari
arteri dental yang masuk meialui foramen apikal dan dari pembuluh darah
dari tulang yang berdekatan. Hal ini memungkinkan suplai nutrisi ke
sementum, tulang alveolar dan gingiva.
Inervasi ligamen periodontal memungkinkan peka terhadap sentuhan
Lebar ligamen periodontal dipengaruhi oleh umur, lokasi dan beban yang
diterima. Ligamen periodontal lebih lebar pada gigi yang berfungsi aktif
dibandingkan gigi yang tidak berfungsi.
Sel-sel yang terdapat pada ligamentum periodontal:
a. Fibroblas
Fibroblas adalah sel-sel berbentuk kumparan dengan nuklei oval dan
prosesus sitoplasmik yang panjang. Biasanya sejajar dengan serabut kolagen,
dengan prosesusnya terbungkus di sekitar bundel serabut. Fibroblas
mensintesis kolagen dan matriks dan terlibat dalam degradasi kolagen untuk
pengubahan bentuknya. Hasilnya adalah suatu pengubahan bentuk serabut
utama yang konstan dan pemeliharaan suatu ligamen periodontal yang sehat.
b. Sementoblas
Sementoblas terletak di garis pinggir ligamen periodontal berhadapan
dengan sementum. Sementoblas, dengan prosesus sitoplasmik, terlihat
kuboidal bila pada suatu lapisan tunggal, atau skuamous bila lebih dari satu
lapisan.
c. Sementoklas
Sel ini tidak ditemukan pada ligamentum periodontal normal, karena pada
umumnya sementum tidak mengubah bentuk dan hanya ditemukan pada
pasien dengan kondisi patologik tertentu.
d. Osteoblas
Osteoblas ditemukan di pinggir ligamen periodontal melapisi soket tulang.
Biasanya terlihat dalam berbagai tingkat diferensiasi. Fungsi osteoblas adalah
deposisi kolagen dan matriks yang ditumpuk pada permukaan tulang dimana
terikat serabut Sharpey. Kalsifikasi osteoid menjangkar serabut-serabut
Sharpey. Pengubahan bentuk tulang yang konstan memberikan pembaharuan
ikatan ligamen periodontal pada tulang secara terus-menerus.
e. Osteokias
Sel ini ditemukan di pinggir tulang pada masa pengubahan bentuk tulang.
f. Sisa sel epitel Malassez
Sisa sel epitel Malassez adalah sisa selubung akar epitelial Hertwig. Sel-
sel ini berlokasi pada sisi sementum ligamentum periodontal. Fungsinya tidak
diketahui, tetapi dapat berkembang biak untuk membentuk kista pada stimuli
noksius.
g. Sel mast
Sel-sel mast ditemukan dekat pembuluh darah, adalah sel-sel besar,
bulat/oval dengan nuklei bulat yang terletak di tengah. Sitoplasmanya
mempunyai banyak granula merah yang dapat mengaburkan nuklei. Granula
ini mengandung heparin, koagulan darah dan histamin, yang dapat
meningkatkan permeabilitas kapiler. Histamin, yang dilepaskan melalui
degranulasi sel mast yang disebabkan oleh reaksi inflamasi akut, mengerutkan
sel endotelial pada dinding pembuluh yang menghasilkan ruang interselular
dan permeabilitas vaskular.
h. Sel makrofag Sel ini dijumpai di dekat pembuluh darah. Fungsi makrofag
adalah memfagositosis debris selular dan benda asing.
i. Sel-sel endothelial
Serat-serat utama dari jaringan ligament periodontal adalah :
1. Kelompok transversal atau transeptal
Merentang di daerah interproximal di atas crest alveolar, tertanam pada
cementum dangigi yang bertetangga. Serat-serta tersebut senantiasa sering
dijumpai sebab selaludirekonstruksi meskipun terjadi destruksi tulang
alveolar.
2. Kelompok alveolar crest
Merentang miring (oblique) dari cementum persis dibawah junctional
epitel ke crestalveolar. Fungsi serat ini mengimbangi dorongan dari yang lebih
apikal sehinggamembantu, meski bila serta diincisi pada waktu pembedahan
tidak secara nyatameningkatkan mobilitas normal gigi setelah pembentukan
kelompok horizontal.
3. Kelompok horizontal
Merentang dalam arah tegak lurus terhadap as gigi dari sementum ke
tulang alveolar.Fungsinya sasma dengan alveolar crest yaitu mengimbangi
dorongan dari arah yang lebihapikal.
4. Kelompok oblique
Serat ini paling besar. Merentang miring dari sementum kearah koronal
tulang alveolar.Grup ini memiliki bagian terbesar dari tekanan vertikal
pengunyahan dan mengubahnyamenjadi tarikan pada tulang alveolar.
5. Kelompok apical
Merentang dari sementum ke arah tulang fundus dari soket. Kelompok ini
tidak dijumpai pada akar gigi yang belum sempurna terbentuk.Serat lain
adalah serat kolagen yang susunannya kurang teratur. Dijumpai pada jaringan
ikat intertisial diantara serat-serat utama. Serat – serat tersebut mengandung
pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Serat- serat lain dalam ligamentum periodontal :
Serat elastik jumlahnya sedikit
Serat oksitalan, terutama yang berada di sekeliling daerah pembuluh darah,
tertanamdalam sementum pada 1/3 servical akar gigi. Serat oksitalan disebut juga
serta resistenfibers
D. Tulang Alveolar
Tulang alveolar merupakan struktur tulang yang menanam dan mendukung gigi.
Processus alveolaris membentuk soket gigi merupakan bagian dari tulang rahang.
Terbentuknya processus alveolaris tergantung pada erupsi gigi. Pada penderita
anodontia, processus alveolaris tidak terbentuk. Jika seluruh gigi dicabut, processus
alveolaris secara bertahap hilang akibat resorpsi tulang. Tulang alveolar mengalami
remodeling, sehingga memungkinkan terjadinya migrasi gigi ke arah mesial,
pergerakan gigi pada perawatan ortodontik serta penyembuhan luka. Fungsi tulang
alveolar:
1. Proteksi
2. Tempat perlekatan ligamen periodontal
3. Menjaga homeostasis mineral
Tulang alveolar terdiri dari:
1. Cortical plate, terdiri dari tulang yang kompak, terletak pada permukaan tulang
rahang.
2. Cribriform plate atau alveolar bone proper atau disebut jugs lamina dura.
Merupakan tulang yang membentuk dinding sebelah dalam soket gigi. Pada
daerah ini dilewati pembuluh darah dan saraf.
3. Spongy bone, terletak antara cortical plate dan cribriform plate. Pada spongy bone
terdapat trabekula tulang yang tersebar, berisi sumsum tulang.
Sel-sel yang terdapat pada tulang alveolar:
1. Osteoklas
Merupakan sel besar, dengan inti lebih dari satu
Berasal dari monosit yang direkrut dari darah ke permukaan tulang,
berdiferensiasi dan berfusi menjadi sel multinukleus
Terletak pada lakuna Howship's
Berperan aktif dalam resorpsi tulang
Memproduksi sejumlah enzim, antara lain asam fosfatase dan kolagenase
Terdapat reseptor spesifik untuk hormon calcitonin, merupakan inhibitor
poten resorpsi tulang oleh osteokias
2. Osteoblas
Merupakan sel besar dengan diameter 20-30 μm
Berasal dari sel-sel osteogenik yang mengalami diferensiasi dalam
periosteum, jaringan yang melapisi permukaan luar tulang dan dalam
endosteum sumsum tulang
Osteoblas bertanggung jawab dalam pembentukan tulang dengan
memproduksi suatu komponen tulang yang tidak terkalsifikasi yang
disebut osteoid.
Terdapat reseptor spesifik untuk hormon parathyroid
3. Osteosit
Merupakan tipe sel tulang yang paling banyak, sel utama pada tulang
yang matur
Merupakan osteoblas yang terjebak dalam matriks terkalsifikasi
Fungsi tulang alveolar secara umum antara lain :
1. pembentuk dan penyokong gigi “tooth socket”
2. Tempat menempelnya otot
3. Membentuk kerangka sumsum tulang
4. Bertindak sebagai penyimpanan ion (khususnya kalsium)
5. Komponen biologi yang terpenting adalah plastisi, memungkinkan penyesuaian
bentuk sesuaituntutan fungsional. Komponen ini sangat penting untuk
pergerakan gigi orthodontik.
Antibodi saliva
Saliva mengandung banyak antibody, terutama immunoglobulin A. antibody
saliva disintesis secara local terbukti dari tidak bereaksinya antibody saliva
terhadap strein bakteri yang khas pada usus. Banyak bakteri yang terdapat dalam
saliva yang dibalut oleh IgA, dan deposit bacterial pada permukaan gigi
mengandung IgA dan IgG. Diduga Ig yang ada pada saliva parotis dapat
menghambat perlekatan spesies Streptococcus ke sel-sel epitel. Beberapa peneliti
melaporkan adanya peningkatan konsentrasi enzim saliva pada waktu
berjangkitnya penyakit periodontal. Enzim dimaksud adalah hialuronidase, lipase,
β-gluronidase, kondroitin sulfatase, dekarboksilase asam amino, katalase,
peroksidase, dan kolagenase.Enzim proteolitik yang ada dalam saliva dihasilkan
oleh pejamu maupun bakteri. Enzim-enzim tersebut berperan dalam memulai dan
berkembangnya penyakit periodontal. Untuk melawan enzim tersebut, saliva
mengandung :
Antiprotease yang mengahambat protease sistein seperti katepsin
Antileukoprotease yang mengahambat elastase
5. Lekosit
Kandungan lekosit saliva yang terutama adalah lekosit morfonukleus dengan
jumlah yang bervariasi antar individu, antar waktu dalam sehari, dan meningkat
dalam gingivitis. Lekosit mencapai rongga mulut dengan jalan migrasi menembus
sulkus gingiva. Lekosit saliva yang hidup dinamakan orogranulosit, dan laju
migrasi ke rongga mulut dinamakan laju migrasi orogranulosit.
3. Ligamen Periodontal
Perubahan pada ligamen periodontal yang berkaitan dengan lanjut usia yaitu