Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

TEKS PERATURAN DAERAH KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA


MATARAM: KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK

Nurul Itsnaini
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Mataram
nuyunisna@yahoo.com

Abstrak
Masalah yang dikaji pada penelitian ini adalah sistem transitivitas dalam teks Perda KTR di
Kota Mataram. Berdasarkan kelogisan masalah ini, maka tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan sistem transitivitas dalam teks Perda KTR di Kota Mataram. Adapun
sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode pustaka dan wawancara. Metode
penganalisisan data yang digunakan adalah metode kualitatif dengan mendeskripsikan hasil
transitivitas dari Perda KTR di Kota Mataram. Berdasarkan hasil analisis data,
menunjukkan bahwa sistem transitivitas khususnya unsur proses didominasi oleh proses
material sebanyak 65, selanjutnya proses relasional sebanyak 60, proses verbal sebanyak 3,
proses mental sebanyak 2, proses wujud sebanyak 1, kemudian proses tingkah laku tidak
ditemukan dalam teks Perda KTR tersebut.
Kata kunci: Teks, Transitivitas, Perda, KTR

Abstract
problems of the study to research this is a system transitivitas in the text bylaw KTR in kota
mataram .Based on kelogisan this problem , so the purpose of this research is described
system transitivitas in the text bylaw KTR in kota mataram. As for data sources used to
research this is data primary and secondary. Data collection method used is the method
library and interview. A method of penganalisisan the data used is the method qualitative
described the results of transitivitas of local regulations KTR in kota mataram. Based on
the results of data analysis , show that the system transitivitas especially element the
process dominated by processes materials 65, next the process relational 60, the process of
verbal about three, mental processes as much as two, the process form by one, then the
process behavior not found in local regulations KTR the text.
Password: text , transitivitas , local regulations , KTR

I. Pendahuluan masyarakat khususnya Kota Mataram


Merujuk pada Kota Mataram, akan bahayanya merokok. Dari
peringatan Hari Tanpa Rokok Sedunian beragamnya organisasi anti rokok dan
(HTRS) setiap tahunnya dimotori oleh kegiatan sosialisasinya serta fakta- fakta
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram yang terjadi di lapangan, pemerintah Kota
bersama dengan Sentra Kerohanian Islam Mataram akhirnya membentuk Peraturan
(SKI) Asy Syifa di Kota Mataram. Hal ini Daerah Kawasan Tanpa Rokok ( yang
dilakukan untuk terus menyadarkan selanjutnya disingkat KTR). KTR

41
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

disahkan oleh mantan Presiden Susilo bagi aparat, penyidikan, ketentuan pidana,
Bambang Yudhoyono pada tahun 2012 dan ketentuan-ketentuan lainnya yang
dalam PP 109 tahun 2012, dan disahkan berjumlah 13 bab.
oleh Walikota Mataram pada tahun 2013 Makna teks ini dapat
dalam Peraturan Daerah Kota Mataram dieksplorasikan apabila diuraikan
Nomor 4 tahun 2013. Perda tersebut menurut konteks sosial, dideskripsikan
dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan hubungan tata bahasa dengan konteks
bersama kepala daerah. Tujuan dibentuk sosial, dan ditentukan pola pemakaian
Perda salah satunya untuk aspek tata bahasa. Langkah ini adalah
menyelenggarakan otonomi daerah tepat dan sangat menarik karena makna-
provinsi/kabupaten/kota dan tugas makna teks yang digunakan oleh
pembantuan. masyarakat dibangun oleh konteks sosial
Perda yang bermuatan politik ini (lihat Coultas, 2003:4). Berdasarkan itu,
bentuknya seperti pasal-pasal yang sangat beralasan bahwa teks Perda KTR
dirincikan oleh ayat-ayat. Oleh karena di Kota Mataram sangat tepat ditelusuri
demikian bentuknya, bahasa Perda dengan pendekatan Linguistik Fungsional
menggunakan bahasa hukum. Jadi, Sistemik (selanjutnya disingkat LFS)
bahasanya mengandung kaidah hukum- yang memandang bahasa sebagai
hukum yang direalisasikan oleh kata-kata semiotika sosial.
perintah dan larangan. Artinya, berisi apa LFS menelaah teks yang
yang harus dilakukan dan apa yang tidak berkonstrual dengan konteks sosial (lihat
dilakukan, serta tidak sedikit yang Saragih, 2006:1). Dan konsep yang
mengandung paksaan (lihat Hadikusuma, dikemukakan oleh Halliday, yaitu context
2010:13). of situation, maksudnya "melalui sebuah
Mengacu pada Perda KTR Kota hubungan yang sistematik antara
Mataram Nomor 4 Tahun 2013. Bahasa lingkungan sosial pada satu sisi dan
yang digunakan dalam Perda ini berwujud organisasi bahasa yang fungsional pada
bahasa tulis yang merupakan bentuk sisi lainnya" (Halliday & Hasan,
penggunaan bahasa yang berbentuk 1985:11). Terkait dengan itu, teks Perda
rangkaian kata atau kalimat hasil KTR ini merupakan hasil rangkaian
pemikiran dan pengetahuan penulis yang pilihan yang tidak terlepas dari teks yang
disampaikan kepada orang lain melalui dibuat dengan memperhatikan konteks
tulisan. Bahasa tulis sangat penting dalam sosial. Oleh karena itu, untuk memahami
membantu pengembangan dan penguatan makna suatu teks harus juga dilihat dari
terhadap bahasa lisan seperti dalam konteks sosialnya. Pilihan semantis teks
pengembangan ilmu pengetahuan maupun Perda KTR ini direalisasikan oleh
ilmu sosial. Selanjutnya, Perda ini leksikogramatikal. Setiap elemen
dikatakan teks dalam tulisan ini. Model semantis yang direalisasikan oleh
teks ini merupakan produk dari leksikogramatikal teks Perda KTR dapat
pemerintah kota Mataram sebagai dikaji melalui sistem transitivitas (salah
representasi pengalaman non linguistik satunya).
menjadi pengalaman linguistik. Sistem transitivitas adalah sistem
Teks Perda KTR Nomor 4 Tahun yang menguraikan pengalaman sebagai
2013 menjelaskan tujuan dari penetapan jenis proses, partisipan, dan sirkumstan.
peraturan ini, hak dan kewajiban Sebagai misal pada Perda KTR Pasal 1
masyarakat, kawasan-kawasan yang Nomor 1 Tahun 2013 terdapat klausa
dimaksudkan, kegiatan pembinaan, Daerah adalah Kota Mataram. Jika
pengawasan dan pengendalian, peran dipilah, klausa ini dikonstruksikan oleh
masyarakat, sanksi administratif, sanksi Daerah, adalah, Kota Mataram. Daerah

42
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

yang berfungsi sebagai pembawa yang secara detail perihal kebahasaan pada teks
berkelas frasa nomina, adalah yang Perda KTR Kota Mataram Nomor 4
berkategori proses dan berfungsi sebagai Tahun 2013 dan kemudian direlevansikan
relasional, Kota Mataram yang dengan pembelajaran bahasa Indonesia di
berkategori partisipan dan berfungsi SMA.
sebagai milik. Melalui proses seperti ini, Berdasarkan latar belakang di atas,
akan diperoleh gambaran sistem penelitian ini ditujukan untuk
transitivitasnya. mendeskripsikan sistem transitivitas
Penelitian ini sengaja mengambil dalam teks Perda KTR di Kota Mataram.
Perda KTR, karena belum ada peneliti
sebelumnya yang melakukan penelitian II. Penelitian Relevan
terhadap Perda KTR di Kota Mataram Beberapa penelitian terdahulu
yang mengkaji dari segi kebahasaan yang objek kajiannya menggunakan teori
khususnya dengan pendekatan LFS. Hal LFS, dan merelevansikan terhadap
ini tentu penting dilakukan untuk pembelajaran dianggap memiliki
mengetahui secara lebih mendalam makna relevansi dengan penelitian ini. penelitian
atau arti dalam teks tersebut. Makna teks yang dimaksud adalah sebagai berikut.
dapat diuraikan melalui konfigurasi Pertama, penelitian yang
situasional atau konteks situasi, konteks dilakukan oleh Halimatussakdiah (2010)
budaya (genre), dan ideologi. Konteks dengan judul “Wacana Kepemimpinan:
situasi akan mendeskripikan medan, Analisis Fase dan Sistem Transitivitas
pelibat, dan sarana teks. Konteks budaya Teks Pidato Presiden Susilo Bambang
akan menguraikan genre apa yang Yudhoyono Berdasarkan Perspektif
digunakan. Kemudian, pengkajian Linguistik Sistem Fungsional”. Penelitian
ideologi akan diperoleh hal apa saja yang tersebut menunjukkan bahwa wacana
dilarang dan apa saja yang harus kepemimpinan dalam teks tersebut
dikerjakan. direpresentasikan oleh 2 hal yakni (1) fase
Selanjutnya, kajian LFS bagi dan sub fase, dan (2) modalitas (modalitas
kaum fungsionalis dianggap memadai dan modulasi).
dalam pengkajian fungsi dan makna kata, Kelebihan penelitian tersebut
frasa, dan klausa. LFS sangat penting adalah analisis fase dan modalitas pada
digunakan untuk menelaah teks yang Teks Pidato Presiden SBY dilakukan
berkonstrual (saling merujuk) dengan secara rinci sehingga dapat memberikan
konteks sosial (konteks situasi sebagai gambaran yang lengkap tentang isi sebuah
penentu) yang dilibatkan diantaranya; pidato. Kekurangan penelitian tersebut
masyarakat, penutur, tindak tutur, budaya, terletak pada fokus kajiannya yang hanya
dan kondisi sosial masyarakat tutur menganalisis fase dan modalitas tidak
sebagai fenomena faktual dan layak mengeksplorasi secara jelas konteks sosial
dikaji. yang turut serta membangun makna
Berdasarkan itu, LFS salah satu sebuah teks.
ilmu yang dapat dijadikan sebagai pisau Relevansi penelitian tersebut
bedah untuk mengkaji teks Perda KTR dengan penelitian ini adalah sama-sama
Kota Mataram Nomor 4 Tahun 2013. mengkaji teks sebagai realisasi
Dengan demikian, melalui penelitian yang penggunaan bahasa menggunakan teori
berjudul “Teks Peraturan Daerah LFS. Penelitian tersebut memberikan
Kawasan Tanpa Rokok di Kota Mataram: sumbangsih pemikiran terhadap analisis
Kajian Linguistik Fungsional Sistemik penelitian ini terutama analisis
dan Relevansinya dengan Pembelajaran di transitivitasnya. Perbedaan penelitian ini
SMA” diharapkan dapat dideskripsikan terdapat pada objek penelitiannya.

43
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

Penelitian tersebut mengkaji teks pidato perbedaan penelitian tersebut dengan


bupati, sementara pada penelitian ini penelitian ini yakni pada objek kajian,
mengkaji teks Perda KTR di Kota penelitian tersebut mengkaji teks ritual
Mataram. Perbedaanya juga bisa dilihat pawiwahan masyarakat adat Bali,
pada sisi penelitian, penelitian tersebut sementara pada penelitian ini mengkaji
hanya menganalisis sistem transitivitas Perda KTR di Kota Mataram.
dan fase, sementara pada penelitian ini
selain mengkaji transitivitas juga III. Landasan Teori dan Metode
mengkaji konteks sosial yang membangun LFS merupakan teori utama yang
sebuah teks. digunakan pada tulisan ini. Teori ini
Kedua, penelitian yang dilakukan dipelopori oleh M.A.K. Halliday dan
oleh Sutama (2010) dengan judul “Teks memfokuskan analisis pada teks dan
Ritual Pawiwahan Masyarakat Adat Bali konteks sosial (Sinar, 2012:6). Di sini
Analisis Linguistik Sistemik Fungsional”. disebutkan bahwa sistemic berakar dari
Penelitian tersebut membahas bahasa Bali kata sistem yang artinya representasi dari
dalam teks pernikahan dengan teori terhadap hubungan paradigmatik.
menggunakan teori LFS. Dalam Lebih lanjut, fungsional
disertasinya yang berjudul “Teks Ritual mengimplikasikan bahwa fungsi semiotik
Pawiwahan Masyarakat Adat Bali bahasa atau makna beroperasi di dalam
Analisis Linguistik Sistemik Fungsional” dimensi-dimensi semiotik dan realisasi
dibahas secara lengkap mengenai analisis fungsional sistem struktur secara alamiah
teks menggunakan teori LFS. Teks ritual berhubungan secara sintagmatik.
Pawiwahan tersebut dianalisis dari segi LFS dalam pandangan Hallidayan,
struktur, moda, tema, transitivitas, tema- bahasa adalah sistem arti dan sistem lain
rema, hubungan logis antarklausa, dan (sistem bentuk dan ekpresi). Keberadaan
ideologinya. sistem bentuk dan ekspresi dimaksudkan
Kelebihan penelitian tersebut untuk merealisasikan arti tersebut. Ada
adalah dapat menganalisis segi struktur, dua konsep yang mendasari pandangan
moda, tema, transitivitas, tema-rema, LFS, yaitu (1) bahasa merupakan
hubungan logis antarklausa, dan fenomena sosial yang wujud sebagai
ideologinya secara rinci. Sedangkan semiotik sosial dan (2) bahasa merupakan
kekurangan penelitian tersebut terletak teks yang berkonstrual (saling
pada tidak diulasnya masalah retorika menentukan dan merujuk dengan konteks
yang seharusnya penting untuk dianalisis sosial (Saragih, 2006:1).
serta tidak mengesplorasikan secara rinci Dalam perspektif LFS bahasa
konteks sosial yang membangun makna adalah sistem arti dan sistem lain (yakni
sebuah teks. sistem bentuk dan ekspresi) untuk
Relevansi dengan penelitian ini, merealisasikan arti tersebut. Kajian ini
yaitu menggunakan teori LFS sebagai berdasar dua konsep yang mendasar yang
pisau bedah dalam menganalisis teks. membedakan LFS dari aliran linguistik
Meskipun menggunakan teori yang sama, lain, yaitu (a) bahasa merupakan
namun penelitian tersebut hanya terfokus fenomena sosial yang berwujud sebagai
pada segi struktur, moda, tema, semiotik sosial dan (b) bahasa merupakan
transitivitas, tema-rema, hubungan logis teks yang berkonstruktual (saling
antarklausa, dan ideologinya, sementara menentukan dan saling merujuk) dengan
pada penelitian ini difokuskan pada konteks sosial. Dengan demikian, kajian
penganalisisan fungsi bahasa tidak terlepas dari konteks sosial.
memaparkan/eksperiensial (transitivitas) Konsep selanjutnya dalam LFS
dan konteks sosialnya. Selain itu, adalah LFS difokuskan pada kajian teks

44
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

atau wacana dalam konteks sosial. Teks i. Sistem Transitivitas


dibatasi sebagai unit bahasa yang Sistem Transitivitas mulai
fungsional dalam konteks sosial dibicarakan pada perkembangan keempat
(Halliday, 1994). Bahasa yang fungsional dalam LFS. Sistem transitivitas
memberi arti kepada pemakai bahasa. menguraikan pengalaman linguistik
dengan demikian, teks adalah unit arti pemakai bahasa yang diatur oleh jenis
atau unit semantik bukan unit tata bahasa proses (Halliday, 1994:106). Dalam
(grammatical unit), seperti kata, frase, pengkajian LFS, unit pengalaman yang
klausa, paragraf, dan naskah. Sebagai unit sempurna direalisasikan dalam klausa
arti, teks dapat direalisasikan oleh terdiri dari tiga unsur, yaitu proses,
berbagai unit tata bahasa. Hal ini berarti, parsitipan dan sirkumstan.
bahwa teks dapat berupa satu naskah
(buku), paragraf, klausa kompleks, klausa, 1. Proses
frase, grup, atau bunyi. Proses dapat dikatakan sebagai inti
Hubungan bahasa atau teks dari suatu pengalaman. Proses ini dapat
dengan konteks sosial adalah hubungan ditentukan dengan keberadaan partisipan,
konstrual; artinya konteks sosial baik jumlah dan kategorinya (Halliday,
menentukan dan ditentukan oleh teks. 1994: 168). Di samping itu, proses juga
Dengan pengertian konstual ini, dalam dapat ditentukan jenis dan subkategori
satu konteks sosial tertentu hanya teks pada sirkumstan. Proses dapat
tertentu yang dapat dihasilkan. dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu
Sebaliknya, dengan teks tertentu pula pertama, pengalaman utama (proses
yang (dapat) dirujuk. primer), yaitu terdiri atas proses material,
a. Teks proses mental, dan proses relasional.
Halliday & Hasan (1992:13), teks Kedua, pengalaman pelengkap, yakni
merupakan bahasa yang berfungsi, yang terdiri atas proses perilaku (behavioral),
dimaksudkan bahasa yang sedang proses verbal, dan proses wujud
menjalankan tugas tertentu dalam konteks (eksistensial) (Halliday, 1994:107 dan
situasi. Teks tidak terlepas dari konteks Saragih, 2006:29)
sosial. Teks dan konteks saling
berhubungan erat. Teks dimaksudkan a. Proses Material
tulisan atau tuturan yang memperkuat Proses material merupakan
makna. Teks merupakan unit arti atau unit aktivitas atau kegiatan yang menyangkut
semantik, bukan unit tata bahasa, seperti fisik dan nyata dilakukan pelakunya
kata, frase, klausa, dan sebagainya. Teks (Halliday, 1994:109; Bloor & Bloor,
tersusun atau dikonstruksikan melalui 2004:110). Proses material dapat diamati
konteks situasi. Artinya, teks dipengaruhi dengan panca indera. Proses material
oleh konteks. dapat berupa verba seperti berjalan
Halliday (2004:1), mengatakan melompat, berkumpul, bergabung,
bahwa ketika sesorang berbicara atau pun menulis, dan sebagainya.
menulis, maka pada saat itulah mereka
mengkonstruksikan teks. Dengan b. Proses Mental
demikian teks merujuk pada bahasa itu Proses mental diwujudkan oleh
sendiri. Lebih lanjut, Eggins (1994:8), kelas verba, seperti melihat, mendengar,
mengatakan teks adalah segala bentuk merasa, mencintai, membenci, percaya,
aktifitas manusia dalam berkomunikasi dan sebagainya. Oleh karena itu, proses
dengan siapa pun, bahkan ketika mental menunjukkan kegiatan atau
membaca bacaan, dan itu merupakan aktivitas yang menyangkut kognisi,
suatu bentuk produksi bahasa. emosi, dan persepsi yang terjadi dalam

45
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

diri manusia sendiri (Halliday, 1994:112; bernafas, berbatuk, pingsan, menguap,


Bloor & Bloor, 2004:116). sendawa, tidur, tersenyum, mengeluh,
tertawa, menggerutu, dan sebagainya.
c. Proses Relasional e. Proses Verbal
Proses relasional merupakan Proses verbal adalah proses yang
proses penghubung, penyandang, penciri berkaitan dengan perkataan (Halliday,
atribut dan penanda identitas (Sinar, 1994:140). Lebih lanjut Saragih (2006:39)
2012:33). Halliday (1994:2004) (dalam mengatakan bahwa proses verbal
Saragih, 2006:29) memaparkan bahwa merupakan suatu proses yang berkaitan
proses relasional berfungsi dengan aktivitas atau kegiatan yang
menghubungkan satu entitas dengan terkait dengan informasi. Dalam bahasa
maujud atau lingkungan lain di dalam Indonesia berupa verbal, seperti berkata,
hubungan intensif, sirkumstan atau bertanya, memerintah, meminta,
kepemilikan dan dengan cara (mode) menginstruksi, mengaku, menjelaskan,
identifikasi atau atribut. Hubungan dan lain sebagainya (Saragih, 2006:39).
intensif menunjukkan adanya hubungan
satu entitas dengan entitas lain. Hubungan f. Proses Wujud
sirkumstan menunjukkan adanya Proses wujud sebagai suatu
hubungan satu entitas dengan lingkungan keberadaan (eksistensial) satu entitas
yang terdiri atas lokasi (waktu, tempat, (Saragih, 2006:38). Proses wujud dalam
dan urut), sifat, peran atau fungsi, sertaan konteks bahasa Inggris ditandai dengan
dan sudut pandang. pemarkah there (Halliday, 1994:144).
Sedangkan dalam bahasa Indonesia,
d. Proses Tingkah Laku proses wujud ditandai oleh kelas verba
Saragih (2006:38), mengatakan ada, berada, bertahan, muncul, terjadi,
bahwa proses tingkah laku merupakan bersebar, dan tumbuh (Saragih, 2006:41).
proses yang berkaitan aktivitas atau ii. Partisipan
kegiatan fisiologis yang menyatakan Proses sebagai inti atau pusat yang
tingkah laku fisik manusia. Secara menarik/mengikat semua unsur lain,
semantik, kategori semantik dan kategori khusumya partisipannya (Saragih,
tingkah laku terletak antar-proses material 2006:38). Sebagai inti yang memiliki
dan mental (Bloor & Bloor, 2004:126). daya tarik atau mengikat, proses potensial
Implikasinya adalah sebagian proses menentukan jumlah bagian yang dapat
tingkah laku memiliki sifat proses diikat oleh proses itu. Adapun lebih rincin
material dan sebagian memiliki proses partisipan yang diklasifikasikan Halliday
mental. Adapun yang termasuk dalam (1994 & 2004) yang diadopsi oleh
proses tingkah laku sebagai berikut; Saragih (2006:42).

Jenis Proses Partisipan I Partisipan II


Material Pelaku Gol
Mental Pengindera Fenomenen
Relasional a. Indentifikasi: Bentuk Nilai
b. Atribut: Penyandang Atribut
c. Kepemilikan: Pemilik Milik
Tingkah Laku Petingkah laku
Verbal Pembicara Perkataan
Wujud Maujud
Tabel Jenis Partisipan

46
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

iii. Sirkumstan 3.2.2 Metode dan Teknik


Menurut Halliday (1994) dalam Penganalisisan Data
Saragih (2006:41), sirkumtan merupakan Metode analisis data yang
lingkungan, sifat, atau lokasi tempat digunakan pada penelitian ini adalah
berlangsungnya suatu proses. Sirkumstan metode kualitatif. Metode kualitatif
berada di luar jangkuan proses. Label digunakan untuk mendeskripsikan,
sirkumstan untuk semua jenis proses. Tata mengkategorikan, dan menemukan
bahasa tradisional mengenal sirkumstan jawaban permasalahan-permasalahan
dengan keterangan. Sirkumstan terdiri yang dirumuskan.
atas rentang yang dapat berupa jarak atau Adapun prosedur penganalisisan
waktu, lokasi, yang dapat mencakupi data menurut Miles dan Huberman (dalam
tempat atau waktu, cara, sebab, Sugiyono, 2014:337–345), ada tiga
lingkungan, penyerta, peran, masalah, dan macam kegiatan dalam analisis kualitatif,
pandangan. yaitu:
1) Reduksi Data
b. Metode Mereduksidataberarti
3.2.1 Wujud dan Sumber Data merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
Wujud data penelitian ini adalah memfokuskan pada hal-hal yang penting,
tulisan. Tulisan Perda KTR ini mencari tema dan polanya dan membuang
menggunakan tulisan bahasa Indonesia yang tidak perlu. Kaitannya dengan
yang berupa satuan-satuan kalimat yang penelitian ini, data yang akan direduksi
membentuk parangraf-paragraf yang utuh. difokuskan pada penganalisissan sistem
Setiap kalimat dalam paragraf Perda KTR transitivitas.
memuat klausa-klausa yang mengandung 2) Penyajian Data
unsur proses, partisipan, dan sirkumstan. Setelah data direduksi, maka
Sumber data dalam penelitian ini langkah selanjutnya adalah penyajian
terdiri dari dua, yakni data primer dan data. Penyajian data bisa dilakukan dalam
data sekunder. Sumber data primer adalah bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
teks Perda KTR sedangkan data sekunder, antarkategori, dan sejenisnya. Kaitannya
yakni buku-buku acuan yang berbicara dalam penelitian ini, penyajian data
perihal LFS, buku -buku yang dianggap digunakan untuk menyajikan data dengan
relevan, jurnal dan artikel yang sepadan teks yang bersifat deskriptif difokuskan
dengan penelitian ini. pada sistem transitivitas.
3.2.2 Metode dan Teknik Pengumpulan 3) Penyimpulan/Verifikasi
Data Langkah selanjutnya dalam
Penelitian ini adalah penelitian penganalisisan data adalah penarikan
kualitatif dengan wujud data yang kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
tergambar jelas. Objek kajian penelitian dalam penelitian ini mungkin dapat
ini ialah sebuah teks Perda KTR. Dengan menjawab rumusan masalah yang
demikian, metode pengumpulan data yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin
digunakan melalui metode pustaka dan juga tidak. Berkaitan dengan penelitian
wawancara. ini, kesimpulan akan diperoleh pada
Teknik pengumpulan data yang sistem transitivitas dalam Perda KTR di
digunakan dalam penelitian ini adalah Kota Mataram.
teknik baca dan teknik catat. Melalui
teknik baca, peneliti melakukan
pencermatan, sehingga dapat menemukan
dan mengumpulkan data yang akan dicari.

47
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

IV. Pembahasan ikut memilliki berkaitan dengan keinginan


Dalam pengkajian ini, jumlah terhadap sesuatu yang dilakukan oleh
klausa yang dianalisis adalah 109. partisipan I sebagai subjek yaitu
Kemunculan sistem transitivitas dalam masyarakat yang berfungsi sebagai
beberapa klausa dapat dicermati sebagai pengindra dan terdapat partisipan II yang
berikut. ditunjukkan oleh verba rasa bertanggung
jawab dan merupakan objek yang
4.1 Proses diinginkan oleh partisipan I dan dilabeli
4.1.1 Proses material dengan fenomenon.
Data 45
Setiap orang dilarang merokok di Kawasan 4.1.3 Proses Relasional
Tanpa Rokok. Data 1
Daerah adalah Kota Mataram.
Setiap dilarang di
orang merokok Kawasan Daerah Adalah Kota
Tanpa Mataram
Rokok Par. B. Pro. Par. N. Label
Par. Pro. Mat. Sir. Lok. Lab.fungsi Rel. Id. fungsi
Pel. Tmpt Grp. N. Grp. V Grp. N. Label
Grp. Grp. V. Grp. Adv. Lab.kelas kelas
N.

Data 1 diapit oleh dua partisipan,


Klausa data 45, kata dilarang partisipan I ditandai oleh verba daerah
merokok yang disajikan dalam bentuk yang berfungsi sebagai bentuk dan verba
pasif merupakan proses sebagai wujud kota mataram sebagai sebagai partisipan
kegiatan yang dilakukan partisipan II yang menjadi identitas atau nilai
(pelaku) yaitu setiap orang. Grup kata di partisipan I. Sedangkan data 3 proses
Kawasan Tanpa Rokok merupakan relasional identifikasi adalah diapit oleh
sirkumstan atau keterangan tempat dua partisipan juga, partisipan I ditandai
partisipan (setiap orang) melakukan dengan verba walikota yang berfungsi
tindakan. sebagai bentuk dan verba walikota
mataram sebagai partisipan II yang
4.1.2 Proses Mental
Data 91 menjadi nilai partisipan I.

Masyarakat ikut memiliki rasa bertanggung


4.1.4 Proses Tingkah Laku
jawab Dalam teks perda KTR di Kota
Masyaraka Ikut rasa Mataram tidak ditemukan atau tidak ada
t memilik bertanggun proses tingkah laku.
i g jawab
Par. Pro. Par. Fen. Label 4.1.5 Proses Verbal
Pengin. Mental Fungs Data 84
i Tim dalam melakukan supervisi
Grp. N. Grp. V. Grp. N. Label sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kelas terlebih dahulu memberitahukan maksud
Klausa pada data 91 berproses dan tujuannya kepada pimpinan lembaga
mental berkaitan dengan keinginan yang dan/atau badan kecuali inspeksi
ditunjukkan oleh kata ikut memiliki. Kata mendadak.

48
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

Tim dalam terlebih Memberitahuk maksud dan tujuannya


melakukan dahulu an kepada pimpinan lembaga
supervisi dan/atau badan kecuali
sebagaimana inspeksi mendadak
dimaksud
pada ayat (1)
Par. Sir. Mslh. Sir. Cr. Pro. Verbal Par. Perkataan Label
Pembi Fungsi
cara
Grp. Grp. Adv. Grp. Grp. V. Grp. N. Label
N. Adv. Kelas

Klausa data 84, proses verbal ditandai melakukan supervisi sebagaimana


oleh verba memberitahukan yang dimaksud pada ayat (1) dan sirkumstan
disampai oleh partisipan I (pembicara) cara ditandai oleh verba terlebih dahulu.
yaitu kata tim. Grup kata maksud dan
tujuannya kepada pimpinan lembaga 4.1.6 Proses Wujud
dan/atau badan kecuali inspeksi Data 103
mendadak sebagai bentuk perkataan
(partisipan II) yang disampaikan oleh PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat
partisipan I. Selanjutnya, pada klausa ini (1) berada di bawah koordinasi Penyidik
terdapat dua sirkumstan yakni sirkumstan POLRI sesuai dengan ketentuan yang
masalah dan sirkumstan cara. Sirkumstan diatur dalam Undang-Undang Hukum
masalah ditandai oleh grup kata dalam Acara Pidana.
PPNS Berada di bawah koordinasi Penyidik POLRI
sebagaimana sesuai dengan ketentuan yang diatur
dimaksud pada dalam Undang-Undang Hukum Acara
ayat (1) Pidana
Par. Maujud Pro. Wjd. Sir. Lok. Tmpt. Label
Fungsi
Grp. N. Grp. V. Grp. Adv. Label
Kelas

Klausa data 103 di atas berfungsi sebagai proses wujud. verba tersebut ditandai
langsung oleh kata berada yang menandakan keberadaan sesuatu. Seperti biasa, proses
wujud diikuti oleh pasangannya, yakni partisipan maujud. Partisipan itu diwujudkan oleh
bentuk PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Kemudian, klausa ini memiliki
sirkumtan tampat, yakni di bawah koordinasi Penyidik POLRI sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Secara jelas, tingkat kemunculan proses dalam teks Perda KTR Kota Mataram dapat
dicermati pada tabel berikut ini.
No. Jenis Proses Jumlah
1 Proses Material 65
2. Proses Mental 2

49
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

3. Proses Relasional 60
4. Proses Verbal 3
5. Proses Tingkah Laku -
6. Proses Wujud 1
Jumlah 131

4.2 Partisipan ini diikuti oleh partisipan penyandang,


Data 1 Setiap orang dan partisipan atribut atas
udara bersih dan menikmati udara yang
Daerah adalah Kota Mataram.
bebas dari asap rokok.
Data 37 Gambaran kemunculan partisipan
Setiap orang berhak atas udara bersih dibagi menjadi dua, yakni partisipan I dan
dan menikmati udara yang bebas dari partisipan II. Dalam Perda KTR partisipan
asap rokok. satu terdiri dari pelaku, pengindera,
Data 1 memiliki partispan bentuk bentuk, pemilik, penyandang,
dan partisipan nilai. Artinya, klausa data 1 pembicara/penyampai, dan maujud.
berproses relasional identifikasi. Kemudian, partisipan dua terdiri dari gol,
Partisipan bentuk diwujudkan oleh bentuk fenomenon, nilai, milik, atribut, penerima,
Daerah, sedangkan partisipan nilai dan perkataan. Persentase kemunculan
ditandai oleh Kota Mataram. Kemudian, partisipan tersebut dapat dicermati pada
tabel berikut ini.
data 37 berproses relasional atribut. Verba

Partisipan I Partisipan II
No. Jenis Jumlah % Jenis Jumlah %
1. Pelaku 32 32,98 % Gol 31 32,63 %
2. Pengindera 2 2,08 % Fenomenon 1 1,05 %
3. Bentuk 46 47,44 % Nilai 46 48,44%
4. Pemilik 2 2,06 % Milik 2 2,10 %
5. Penyandang 12 12,37 % Atribut 12 12,63 %
6. Petingkah laku - - - -
7. Pembicara 2 2,06 % Penerima 1 1,05 %
8. Maujud 1 1,03 % Perkataan 2 2,10 %
Jumlah 97 100 % 95 100%
Tabel Persentase Kemunculan Pertisipan
4.3 Sirkumstan besarnya bagi kemanusiaan dan
perikehidupan yang sehat bagi setiap
Kemunculan sirkumstan dapat
warga negara.
dicermati pada beberapa klausa berikut
ini. Data 78
Data 29 Walikota melakukan pembinaan umum
atas: a. perlindungan terhadap warga
Kemanfaatan umum, berarti bahwa masyarakat dari bahaya rokok; b.
Kawasan Tanpa Rokok harus memberikan
terwujudnya Kawasan Tanpa Rokok.
manfaat yang sebesar-

50
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

Data 2 diwujudkan oleh atas: a. perlindungan


terhadap warga masyarakat dari bahaya
Pemerintah Daerah adalah Walikota dan rokok; b. terwujudnya Kawasan Tanpa
perangkat daerah sebagai unsur Rokok. Terakhir sirkumstan peran
penyelenggara Pemerintahan Daerah. direalisasikan oleh sebagai unsur
Sirkumstan sebab direalisasikan penyelenggara Pemerintahan Daerah.
oleh bagi kemanusiaan dan Jumlah penggunaan sirkumstan
perikehidupan yang sehat bagi setiap pada perda KTR secara keseluruhan dapat
warga negara. Sirkumstan masalah dicermati pada tabel berikut ini.
No. Jenis Sub Jumlah Data ke
Sirkumstan
1. Rentang Waktu 1 108
Tempat -
2. Lokasi Waktu 1 83
Tempat 21 45, 46, 47,53, 55, 56, 57, 59,
60, 62, 63, 65, 66, 67, 68,
70,71, 73, 74, 90, 103
3. Cara - 18 32, 50, 76, 77, 77, 81, 84, 86,
88, 92, 94, 96, 98, 99, 100, 101,
105, 107
4. Sebab - 8 29, 34, 80, 82, 83, 83, 93, 101
5. Lingkungan - - -
6. Masalah - 4 78, 80, 85, 91
7. Peran - 1 2
8. Penyerta - - -
9. Pandangan - - -
Jumlah 54
Tabel Kemunculan Sirkumstan

V. Simpulan dilarang merokok, dll. Peringkat kedua


penggunaan proses teks Perda KTR di
Berdasarkan hasil analisis dan Kota Mataram adalah proses relasional
pembahasan pada bab IV, maka hasil yang berjumlah 60 ditunjukkan dengan
penelitian terhadap teks Perda KTR di penggunaan kata adalah, yaitu, meliputi,
Kota Mataram menggunakan teori LFS dan berhak. Peringkat ketiga penggunaan
pada pokok kajian sistem transitivitas proses pada teks Perda KTR di Kota
dapat disimpulkan sebagai berikut. Mataram adalah proses verbal yang
Tingkat kemunculan proses berjumlah 3 Proses ini ditunjukkan oleh
material paling banyak dengan jumlah verba memberitahukan dan dilaporkan.
65. Dominasi proses material dalam teks Peringkat keempat penggunaan proses
perda KTR dibuktikan dengan pada teks Perda KTR di Kota Mataram
digunakannya beragam kata kerja aktif adalah proses mental yang berjumlah 2,
proses ini ditunjukkan oleh verba ikut
seperti kata dilarang merokok , wajib
memiliki, dan bertanggung jawab.
melarang , wajib memasang , wajib
Peringkat kelimat penggunaan proses
menyediakan , diatur , menetapkan ,

51
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

pada teks Perda KTR di Kota Mataram Yogyakarta: LKiS Printing


adalah proses wujud,yang ditandai oleh Cemerlang.
verba berada. Selanjutnta, teks Perda
KTR Kota Mataram tidak memiliki proses Gustianingsih. 2006. Analisis Wacana
tingkah laku, hal ini terjadi karena teks pada Media Cetak Perspektif Linguistik
Perda KTR tidak terlihat adanya tingkah Fungsional Sistemik
laku yang dilakukan oleh partisipan. (LFS) dan Pengkajian
Reprentasi Semiotik. Jurnal Ilmu
Dengan demikian dapat Bahasa dan Sastra (LOGAT)
diinterpretasikan bahwa teks Perda KTR Vol. II, No. 2:104-113.
di Kota Mataram lebih condong
menggunakan kata-kata yang Hadikusuma, Hilman. 2010. Bahasa
mengisyaratkan adanya tindakan, Hukum Indonesia. Bandung: PT Alumni.
kegiatan, dan aktivitaas fisik atau nyata
dilakukan oleh pelibat teks (partisipan). Halliday, M.A.K dan Hasan, Ruqaiya.
1992. Bahasa, Konteks, dan
Daftar Pustaka
Teks: Aspek -aspek Bahasa
Alwi, Hasan dkk., 2003. Tata Bahasa dalam Pandangan Semiotik
Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Balai Pustaka. Mada University Press.

Bloor, Thomas & Bloor, Meriel. 2004. Halliday, M.A.K. 1994. An Introduction
The Fungcional Analysis of to Functional Grammer. London:
English. New York: Arnold. Edward Arnold.

Diansyah, Nurrahman. 2016. Sistem Halliday, M.A.K. 2004. An Introduction


Transitivitas dan Konteks Sosial to Functional Grammer. London:
pada Surat Perjanjian Sri Sultan Edward Arnold.
Paduka Guvernement Hindia
Nederland dan Pemerintah Halimatussakdiah. 2010. Wacana
Kerajaan Bima dan Kepemimpinan: Analisis Fase
Pengintegrasian dalam dan Sistem Transitivitas Teks
Pembelajaran Wacana di Pidato Presiden Susilo Bambang
Jurusan Bahasa dan Seni Yudhoyono Berdasarkan
(Tesis). Mataram: Universitas Perspektif Linguistik Sistem
Mataram. Fungsional (Tesis). Mataram:
Universitas Mataram.
Eggins, S. 1994. An Instroduction to
Systemic Functional Linguistics. http://kaitokid09.blogspot.co.id/2011/09/d
London: Pinter. ampak-rokok-bagi-kesehatan-
dan.html (diakses 08/09/2015).
Emzir. 2010. Metode Penelitian
Kualitatif: Analisis Data. http://www.ciputranews.com/hukum/pem
Jakarta: Raja Grafindo Persada. kot-mataram-sosialisasi-perda-
kawasan-tanpa-rokok (diakses
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: 22/10/2015).
Pengantar Analisis Teks Media.

52
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

http://www.lombokpost.net/2015/08/26/d Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10


aerah-didesak-terbitkan-perda- Tahun 2011 Tentang Kawasan
ktr/ (diakses 22/10/2015). Tanpa Rokok
Saragih, Amrin. 2002. Bahasa dan
Kementrian Kesehatan Republik Konteks Sosial. Medan: FBS
Indonesia. 2010. Pedoman
United.
Pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok. Jakarta: Kementrian Saragih, Amrin. 2006. Bahasa dalam
Kesehatan RI. Konteks Sosial: Pendekatan
Linguistik Fungsional Sistemik
Mahsun. 2014. Metode Penelitian Terhadap Tata Bahasa dan
Bahasa: Tahapan Strategi, Wacana. Medan: Program
Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Pascasarjana UNIMED.
Rajawali Pers.
Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Kajian Wacana Diterjemahkan
Bahasa Indonesia Kurikulum oleh Abdul Syakur Ibrahim dari
2013. Jakarta: Raja Grafindo Unang et.al dari Judul
Persada. Approaches to Discourse.
Yogyakarta: Balai Pustaka
Martin, J.R. 1992. English Text: System
Pelajar.
and Structure. Amsterdam: John
Benjamins. Setiawan, Irma. 2014. “Kajian Linguistik
Fungsional Sistemik pada
Mattheissen, C.M.I.M. 1995. Pemberitaan Kekerasan Gender
Lexicogrammatical Cartography dalam Media Cetak Lombok Post
English Systems. Sydney: dan Relevansinya terhadap
Sydney University. Pembelajaran Wacana di
Perguruan Tinggi”. (Tesis).
Muhammad. 2011. Paradigma Kualitatif
Mataram: Universitas Mataram.
Penelitian Bahasa. Yogyakarta:
Liebe Book Press. Sinar, Tengku Silvana. 2012. Teori dan
Analisis Wacana: Pendekatan
Muhlis. 2013. Teks Pidato Pelantikan Linguistik Sistemik-Fungsional.
Presiden Republik Indonesia
Medan: Mitra.
Susilo Bambang Yudhoyono
Kajian Berdasarkan LFS serta Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Relevansinya Terhadap Pendidikan: Pendekatan
Pembelajaran Wacana di Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan
Sekolah (Tesis). Mataram: D. Bandung: Alfabeta.
Universitas Mataram.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 4 Kuantitaif Kualitatif dan R&D.
Tahun 2013 tentang Kawasan Bandung: Alfabeta.
Tanpa Rokok
Sugiarto. 2008. Teks Pembelajaran Siswa
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun Sekolah Dasar Kelas 1V
2003 tentang Pengamanan Kurikulum 2013: Kajian
Rokok bagi Kesehatan.

53
Jurnal Mabasindo Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2017 Nurul Itsnaini

Berdasarkan LFS (Tesis).


Mataram: Universitas Mataram.

Suliadi. 2016. Representasi Makna


Eksperiensial dan Tekstual pada
Teks Kelambu Nyawe: Kajian
Linguistik Fungsional Sistemik
dan Relevansinya terhadap
Pembelajaran Wacana di
Perguruan Tinggi (Tesis).
Mataram: Universitas Mataram.

Suryabrata, Sumadi. 2014. Metodologi


Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.

Sutama. 2010. Teks Ritual Pawiwahan


Masyarakat Adat Bali Analisis
Linguistik Sistemik Fungsional.
Bali.

Tim Redaksi Pusat Bahasa Departemen


Pendidikan Nasional. 2007.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan.

54

Anda mungkin juga menyukai