Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jumlah Penduduk Indonesia sekarang ini kurang lebih 250 ribu juta
orang. Mayoritas dari penduduk Indonesia berada dalam garis kemiskinan.
Karena kondisi mereka yang berada dalam garis kemiskinan, mereka sering
sekali mengabaikan masalah pendidikan, mereka tidak memperdulikan
tentang pentingnya ilmu. Mereka menghabiskan waktu mereka hanya untuk
mencari sesuap nasi tanpa meluamgkan waktu untuk mencari ilmu.
Kondisi ini juga tidak mutlak bahwa orang yang berada dalam garis
kemiskinan malas untuk mencari ilmu, sebagian dari pelajar kita yang
mungkin bisa dikatakan orang kecukupan. Mereka pun sering sekali
mengabaikan pendidikannya. Mereka pergi ke sekolah hanya untuk main-
main bersama teman-teman mereka, sehingga mereka pun sering sekali
terlibat tawuran antar siswa sekolah. Mereka harusnya bersyukur bahwa
mereka dapat mengenya, pendidikan.
Dilatarbelakangi masalah ini maka saya akan menulis makalah tentang
Pentingnya Ilmu.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu guna memenuhi tugas Mata
Pelajaran Akidah Akhlak , dan juga menambah pengetahuan penulis tentang
“Pentingnya Berilmu”.

C. Rumusan Masalah
1. Pentingnya Ilmu
2. Adab Menuntut Ilmu
3. Kewajiban Menuntut Ilmu
4. Kewajiban Mengamalkan Ilmu

i
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Ilmu
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia .

Syarat-syarat ilmu

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang


apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat
disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak
terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya
dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih
harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah
kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut
kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek
penunjang penelitian.
2. Metodisadalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian
kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara,
jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan
umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan
suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam
rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut
180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat.
Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang
dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah
tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam
ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Ilmu pengetahuan dibagi menjadi 2 acam :
- Ilmu pengetahuan exacta (nyata)
- Ilmu pengetahuan abstrak (tanpa wujud)
Kedua ilmu pengetahuan ini berasal dari penerapan indera. Semua ilmu
pengetahuan baik exacta atau yang abstrak ada jalan untuk

i
mempelajarinya yaitu:
- langsung atau tidak dibutuhkan guru,
- banyak atau sedikit dipergunakan buku,
- dasar pelajaran diletakkan pada kecerdasan otak.

Hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan exacta atau nyata yaitu pengertian
nyata, sedangkan hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan abstrak yaitu
pengertian rohani. Pengertian nyata tentang hukum-hukum alam dapat
menuntun kita menyingkap rahasia alam misalkan tentang bulan, bintang,
matahari, planet, atau air, tumbuhan, dll. Tetapi pengertian rohani tidak
mampu menuntun kita untuk mengungkap rahasia rohani atau rahasia
ketuhanan. Pengertian rohani sifatnya adalah mati sedangkan rahasia
ketuhanan adalah rahasia yang sifatnya hidup atau disebut juga “Daya
Hidup”. Mengapa kita katakan bahwa pengertian rohani bersifat mati, artinya
ilmu pengetahuan abstrak sebatas pengertian rohani dalam diri kita itu tidak
bisa tumbuh dan tidak bisa bertambah dengan sendirinya, selain dari diri kita
yang berusaha untuk menambahnya dengan :
- banyak membaca
- menambah pelajaran
- mengadakan diskusi dan lain sebagainya.

Dasar-Dasar Ilmu
A. Ontologi
Setelah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai pengertian ontologi,
Amsal Bakhtiar menyimpulkan sebagai berikut.
I. Menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu On/Ontos = ada, danLogos = Ilmu. Jadi ontologi adalah ilmu tentang
yang ada.
II. Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakekat
yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani
(kongkret) maupun rohani (abstrak).
Dalam pemahaman ontologi, ditemukan pandangan-pandangan pokok
pemikiran sebagai berikut.
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakekat yang berasal dari keseluruhan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakekat saja sebagai
sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani.
Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan block universe.
Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran:
a. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan
rohani. Aliran yang sering juga disebut dengan naturalisme beranggapan
bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada
hanyalah materi, yang lainnya (jiwa dan ruh) tidaklah merupakan suatu
kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa dan ruh itu hanyalah merupakan akibat
saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu.

i
Dalam perkembangannya, sebagai aliran yang paling tua, paham ini timbul
tenggelam seiring roda kehidupan manusia yang selalu diwarnai oleh filsafat
dan agama. Alasan mengapa aliran ini dapat berkembang, sehingga
memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakekat adalah:
 Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan yang dapat diraba,
biasanya dijadikan kebenaran terakhir.
 Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa pada badan.
Oleh sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani
 Dalam sejarahnya, manusia memang bergantung pada benda seperti padi.
b. Idealisme
Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran
ini beranggapan bahwa hakekat kenyataan yang beraneka ragam itu semua
berasal dari ruh atau sejenisnya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan
menempati ruang. Alasan aliran ini yang menyatakan bahwa hakekat benda
adalah ruhani, spirit dan sebagainya adalah:
 Nilai ruh lebih tinggi dari badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi
kehidupan manusia. Ruh itu dianggap sebagai hakekat sebenarnya.
 Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya
 Materi adalah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada,
yang ada energi itu saja.
2. Dualisme
Aliran ini memandang bahwa hakekat itu ada dua. Aliran ini berpendapat
bahwa benda terdiri dari dua macam hakekat sebagai asal sumbernya yaitu
hakekat materi dan hakekat ruh. Materi bukan berasal dari ruh, dan ruh
bukan berasal dari benda. Keduanya sama-sama hakekat.
3. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa
segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of
Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa
kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua
entitas.
4. Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti tidak ada. Doktrin tentang
nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan
Gorgias yang memberikan tiga proposisi tentang realitas.
I. Tidak ada sesuatupun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada.
II. Bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui.
III. Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita
beritahukan kepada orang lain.
5. Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat
benda, baik itu hakekat materi maupun hakekat ruhani. Kata agnostosisme
berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknown. Timbulnya aliran
ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan
secara kongkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita
kenal. Aliran ini dengan tegas menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak

i
yang bersifat trancendent. Jadi agnostisisme adalah paham pengingkaran
atau penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui hakekat
benda baik materi maupun ruhani.

B. Epistimologi
Epistimologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan
dengan hakekat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan
dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui
akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori
pengetahuan, di antaranya adalah.
1. Metode Induktif
Induksi adalah suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan
hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
2. Metode Deduktif
Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik
diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang
harus ada dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan logis antara
kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada penyelidikan bentuk logis teori itu
dengan tujuan apakah teori itu bersifat empiris atau ilmiah, ada
perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan
menerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari
teori tersebut.
3. Metode Positivisme
Metode yang dikeluarkan oleh August Comte ini berpangkal dari apa yang
telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia mengenyampingkan segala
uraian atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, metode
ini menolak metafisika. Apa yang diketahui secara positif, adalah segala yang
tampak dan segala gejala.
4. Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan
berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut
dengan intuisi.
5. Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk
mencapai kejernihan filsafat. Kini, dialektika berarti tahap logika, yang
mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis
sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam
pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari, dialektika berarti kecakapan untuk
melakukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan, ini merupakan bentuk
pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran, tetapi pemikiran itu seperti
dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub.

i
C. Aksiologi
Aksiologi berasal dari perkataan axios yang berarti nilai, dan logos yang
berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Menurut Suriasumatri,
aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari ilmu
pengetahuan yang diperoleh.
Amsal bakhtiar telah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai definisi
aksiologi dan menyimpulkan bahwa dalam aksiologi, permasalahan utama
adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu kepada permasalahan etika
dan estetika.
Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti. Pertama, etika merupakan
suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-
perbuatan manusia. Kedua, etika merupakan suatu predikat yang dipakai
untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia
yang lain.
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa
objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia. Dapat dikatakan
pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik
dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif, yaitu kondisi yang
melibatkan norma-norma.
Estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki
oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Menurut
Kattsoff (2004) estetika merupakan suatu teori yang meliputi, (1)
penyelidikan mengenai yang indah, (2) penyelidikan mengenai prinsip-
prinsip yang mendasari seni, dan (3) pengalaman yang bertalian dengan seni,
termasuk di dalamnya masalah penciptaan seni, penilaian terhadap seni dan
perenungan terhadap seni.

Pembagian ilmu secara formal & non formal


1.formal artinya kita di tuntut mencari ilmu di lembaga pendidikan seperti
sekolah dan kuliah dengan seperti ini kita pasti bisa banyak pengalaman dari
teman guru dosen jadi mini sangat penting buat kita.
2.informal artinya kita di tuntut mencari ilmu melalu diri kita sendiri dengan
membaca menulis dan melalui pengalaman kita sendiri ini menganut sistem
OTODIDAK jadi kita harus mencari ilmu dengan diri sendiri tanpa meminta
bantuan orang lain by myself saja jadi memang seharusnya ada dukungan
dengan belajar dari diri sendiri tak harus melalui orang lain.
3.non formal artinya kita penting untuk mencari ilmu di luar sekolah dan
selain dari diri kita kita bisa mencari ilmu lewat kursusan atau ikut majlis
majlis ajian kitab jadi dengan ini kita bisa banyak punya ilmu sehingga sedikit
demi sedikit kita punya ilmu yang banyak dan bermanfaat.

i
Hadits menuntut ilmu

Artinya:
Aku telah mendengar Rosulullah saw, bersabda:barang siapa yang
menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu,niscahya Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju ke surga.sesungguhnya para Malaikat
benar-benar meletakkan sayapnya karena rida kepada penuntut ilmu.
Sesungguhnya orang alim itu benar-benar dimintakan ampunan 0leh semua
makhluk di langit dan dibumi hingga ikan-ikan yang ada di air.keutamaan
orang yang alim atas yang ahli ibadah seperti keutamaan rembulan atas
semua bintang-bintang.sesungguhnya ulama itu adalah pewaris
nabi:sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham
melainkan mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang
mengambil ilmu bagian yang berlimpah.

Keterangan:
Abu darda tinggal di damaskus, lalu datang kepadanya seorang lelaki dari
madinah. Abu Darda berkata kepadanya, ‘apakah gerangan yang
memenyebabkan engkau datang kemari?” lelaki itu menjawab,” tiadalah aku
datang kemari melainkan karena suatu hadis yang pernah kudengar darimu.
“selanjutnya abu darda menceritakan hadis ini.
Para malaikat yang dimaksud di dalam hadis ini adalah yang telah disebutkan
dalam hadis sebelumnya. Mereka berhenti dan mengelilingi orang-orang
yang sedang menuntut ilmu untuk memperoleh bagian dari rahmat Allah
yang diturunkan kepada mereka dan cahayanya. Demikian itu mereka
lakukan mereka rida terhadap perbuatan orang-orang yang sedang menuntut
ilmu dan sebagi penghormatan buatannya.
Yang dimaksud dengan penuntut ilmu ialah penuntut ilmu yang
mengamalkan ilmunya.
Makhluk yang dilangit, maksudnya ialah para malaikat yang ada dilangit,
mereka membaca tasbih seraya memuji Rabb mereka dan memintakan
ampunan buat orang-orang yang dibumi. Makhluk yang dibumi, maksudnya
manusia, jin dan hewan.
Al-Hiitaan, ikan-ikan;permohonan ampun ole semua makhluk yang telah
disebutkan buat orang yang alim, maksudnya mereka mendoakannya.
Demikian itu karena orang yang alim dengan bimbingan dengan petunjuknya
kepada manusia menyebabkan ia disukai Allah SWT. Apabila Allah
menyukainya, maka turut mencintainya pula semua malaikat dan
makhluknya dan apabila mereka mencintainya maka mereka pasti
mendoakannya. Hal ini ingsaAllah akan kami sebutkan dalam bab akhlak.

i
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a, dai berkata: ” Rosulullah saw bersabda: Apabila anak
adam meninggal dunia, terputuslah ilmunya kecuali tiga perkara, yaitu:
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang
mendo’akannya. (HR. Muslim)

Pengesahan hadits:
Diriwayatkan oleh Muslim (1631)
Kandungan Hadits:
 Anjuran untuk mempersiapkan bekal sebelum mati dengan amal-amal
shalih.
 Amal-amal shalih yang manfaatnya tetap berlanjut setelah orangnya
meninggal dunia, maka pahalanya tetap mengalir kepadanya.
 Anjuran agar melaksanakan amal kebaikan dengan cara wakaf, seperti
membangun masjid, madrasah, membuat sumur, Hatau menanam pohon.
Semuanya itu merupakan sedekah jariyah.
 Disunahakan mengajarkan ilmu dan menyusun kitab-kitab yang bermanfaat.
Itulah diantara ilmu nafi’ (yang bermanfaat) yang pahalanya tetap
berlangsung sepanjang zaman.
 Anjuran untuk mendidik anak dan mengajari mereka perkara yang fardhu
dan sunnah, serta adab sopan santun agar mereka menjadi orang-orang
shalih.
Hadits

Artinya:
Dari abu Ummah r.a. bahwasannya Rosululloh saw bersabda: ” keutamaan
orang berilmu terhadap seorang ahli ibadah seperti keutamaan aku terhadap
orang yang paling rendah diantara kamu.” Selanjutnya, Rosululloh saw
bersabda: “Sesungguhnya Alloh, para Malaikat-Nya serta penghuni langit dan
bumi hingga semut yang berada didalam lubangnya dan ikanpun benar-
benar bersholawat untuk mereka yang mengajarkan kebaikan kepada orang-
orang”. (H.R. At-Tarmidzi. Dia berkata: “Hadits hasan”)
makhluk di langit dan dibumi hingga ikan-ikan yang ada di air.keutamaan
orang yang alim atas yang ahli ibadah seperti keutamaan rembulan atas
semua bintang-bintang.sesungguhnya ulama itu adalah pewaris
nabi:sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham
melainkan mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang
mengambil ilmu bagian yang berlimpah.

Keterangan:
Abu darda tinggal di damaskus, lalu datang kepadanya seorang lelaki dari
madinah. Abu Darda berkata kepadanya, ‘apakah gerangan yang
memenyebabkan engkau datang kemari?” lelaki itu menjawab,” tiadalah aku
datang kemari melainkan karena suatu hadis yang pernah kudengar darimu.
“selanjutnya abu darda menceritakan hadis ini.

i
Para malaikat yang dimaksud di dalam hadis ini adalah yang telah disebutkan
dalam hadis sebelumnya. Mereka berhenti dan mengelilingi orang-orang
yang sedang menuntut ilmu untuk memperoleh bagian dari rahmat Allah
yang diturunkan kepada mereka dan cahayanya. Demikian itu mereka
lakukan mereka rida terhadap perbuatan orang-orang yang sedang menuntut
ilmu dan sebagi penghormatan buatannya.
Yang dimaksud dengan penuntut ilmu ialah penuntut ilmu yang
mengamalkan ilmunya.
Makhluk yang dilangit, maksudnya ialah para malaikat yang ada dilangit,
mereka membaca tasbih seraya memuji Rabb mereka dan memintakan
ampunan buat orang-orang yang dibumi. Makhluk yang dibumi, maksudnya
manusia, jin dan hewan.
Al-Hiitaan, ikan-ikan;permohonan ampun ole semua makhluk yang telah
disebutkan buat orang yang alim, maksudnya mereka mendoakannya.
Demikian itu karena orang yang alim dengan bimbingan dengan petunjuknya
kepada manusia menyebabkan ia disukai Allah SWT. Apabila Allah
menyukainya, maka turut mencintainya pula semua malaikat dan
makhluknya dan apabila mereka mencintainya maka mereka pasti
mendoakannya. Hal ini ingsaAllah akan kami sebutkan dalam bab akhlak.

Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a, dai berkata: ” Rosulullah saw bersabda: Apabila anak
adam meninggal dunia, terputuslah ilmunya kecuali tiga perkara, yaitu:
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang
mendo’akannya. (HR. Muslim)
Pengesahan hadits:
Diriwayatkan oleh Muslim (1631)
Kandungan Hadits:
 Anjuran untuk mempersiapkan bekal sebelum mati dengan amal-amal
shalih.
 Amal-amal shalih yang manfaatnya tetap berlanjut setelah orangnya
meninggal dunia, maka pahalanya tetap mengalir kepadanya.
 Anjuran agar melaksanakan amal kebaikan dengan cara wakaf, seperti
membangun masjid, madrasah, membuat sumur, Hatau menanam pohon.
Semuanya itu merupakan sedekah jariyah.
 Disunahakan mengajarkan ilmu dan menyusun kitab-kitab yang bermanfaat.
Itulah diantara ilmu nafi’ (yang bermanfaat) yang pahalanya tetap
berlangsung sepanjang zaman.
 Anjuran untuk mendidik anak dan mengajari mereka perkara yang fardhu
dan sunnah, serta adab sopan santun agar mereka menjadi orang-orang
shalih.

i
Hadits

Artinya:
Dari abu Ummah r.a. bahwasannya Rosululloh saw bersabda: ” keutamaan
orang berilmu terhadap seorang ahli ibadah seperti keutamaan aku terhadap
orang yang paling rendah diantara kamu.” Selanjutnya, Rosululloh saw
bersabda: “Sesungguhnya Alloh, para Malaikat-Nya serta penghuni langit dan
bumi hingga semut yang berada didalam lubangnya dan ikanpun benar-
benar bersholawat untuk mereka yang mengajarkan kebaikan kepada orang-
orang”. (H.R. At-Tarmidzi. Dia berkata: “Hadits hasan”)

Doa menuntut ilmu

Artinya:
Aku telah mendengar Rosulullah saw, bersabda:barang siapa yang
menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu,niscahya Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju ke surga.sesungguhnya para Malaikat
benar-benar meletakkan sayapnya karena rida kepada penuntut ilmu.
Sesungguhnya orang alim itu benar-benar dimintakan ampunan 0leh semua

i
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Allah telah memberikan anugerah yang cukup besar kepada manusia yaitu
akal dan pikiran. Dengan akal manusia bisa mencari tahu sesuatu hal-hal
yang baru. Dengan mencari sesuatu hal-hal yang baru jika dapat diketahui
maka manusia sudah mendapatkan ilmu . Dengan pikiran manusia dapat
membedakan mana yang baik dan mana buruk Ilmu merupakan suatu jalan
untuk menuju ke syurga. Sebagaimana sabda rasulullah SAW yang artinya
:“segala sesuatu yang ada jalannya dan jalan menuju surga adalah ilmu”
orang yang paling utama diantara manusia adalah orang mukmin yang
mempunyai ilmu,dimana kalau dibutuhkan(orang)dia membawa manfaat
/memberi petunjuk dan dikala sedang tidak dibutuhkan dia memperkaya
/menambah sendiri pengetahuannya.

B. SARAN
Berikut saran-saran yang penulis tuaikan dalam tulisan ini sebagai
evaluasi penulis sendiri dan semoga bermanfaat bagi para pembaca. Saran
yang penulis ajukan yaitu: kita sebagai pelajar harus dapat memanfaatkan
waktu yang singkat ini guna menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, untuk
bekal di hari mendatang dan bekal di akhirat nanti.
Demikian makalah yang kami tulis sekiranya mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan kami hanya pelajar yang miskin ilmu , kritik dan
saran yang membangun guna perbaikan dimasa mendatang sangat kami
harapkan. Terima kasih.

i
DAFTAR PUSTAKA
.
Mustaqim, Abdul, Menjadi Orang Tua Bijak, Bandung : Al-Bayan PT Mizan
Pustaka, 2005.
Abu Zakariya Yahya, Imam. Riadhus Shalihin, Surabaya: PT Bungkul Indah,
1994.
Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Beirut : Dar Al-Fikr, T.t.
http://ppi-alhalim.blogspot.com/2009/06/pentingnya-ilmu-makalah.html Diposkan
oleh PPI AL-HALIM pada 27 Juni 2009

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul "PENTINGNYA BERILMU”

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan

bermakna dalam proses perkuliahan. Dari lubuk hati yang paling dalam,

sangat disadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.

Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak

yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Selain itu,

kami juga berterima kasih kepada para penulis yang tulisannya kami kutip

sebagai bahan rujukan.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu .................................................................................... 2
B. Syarat-syarat ilmu ................................................................................. 2
C. Dasar-dasar Ilmu ................................................................................... 3
D. Hadits menuntut ilmu .......................................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................ 11
B. Saran ................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12

Anda mungkin juga menyukai