Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENYEHATAN TAHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH (A)

“BIOLOGI DAN EKOLOGI TANAH”

Dosen Pembimbing :
Catur Puspawati, ST.,M.KM

Disusun Oleh Kelompok 9 :


Arifah Elda
Dhani Ahmad Saputro
Hani Farhani
Rizhandika Yulia Nurlisa

Tingkat 2 Program Studi D-IV B


Jurusan Kesehatan Lingkungan Tahun Ajaran 2018/2019
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
Jalan Hang Jebat III Blok F3, Kby. Baru, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
12120
A. Biologi Tanah
Tanah merupakan suatu komponen penting dalam modal dasar pertanian. Sifat, ciri dan
tingkat kesuburan (produktivitas) nya, tanah sangat dipengaruhi oleh sifat kimia,fisika dan
biologi tanah.

Biologi tanah adalah ilmu yang mempelajari mahluk-mahluk hidup didalam tanah.
Karena ada bagian-bagian hidup di dalam tanah, maka tanah itu disebut sebagai “Living
System” contohnya akar tanaman dan organisme lainnya di dalam tanah.

Biologi tanah diawali dengan munculnya mikrobiologi tanah yaitu pada tahun 1838
setelah J.B.Boussinggault menunjukkan bahwa legume dapat memperoleh nitrogen (N) dari
udara bila ditumbuhkan pada tanah yang tidak dipanasi. Lima tahun kemudian
M.W.Beijerink, dapat memisahkan bahteri dari bintil akar. Sedangkan Anthony Van
Loewenholk dari Belanda telah mampu membuat gambar mikrobia.

Pada th 1881, Darwin mengenalkan bahwa cacing tanah sangat berperan dalam proses
pelapukan di dalam tanah. Tahun 1886 Adametz menemukan bahwa fungi melimpah di
dalam tanah. Lipmann and Brown pada tahun 1903 mempelajari tentang transformasi dari
unsur-unsur hara dalam tanah. Setahun kemudian Hitler and Stomer menemukan bahwa
Actinomycetes adalah salah satu organisme tanah yang penting di dalam tanah.

Antara th 1921 s/d 1927 Rayner and Meilin mulai mendalami studi tentang cendawan
mikoriza. Alexander Flemming pada th 1929 menemukan penicillin sebagai antibiotic.
Sepuluh tahun kemudian Ehrenburg memperkenalkan bahwa sejumlah protozoa yang
mendiami tanah sebagai penyebab yang merugikan atau musuh bagi bahteri. Bersamaan
waktu itu Mosse mendalami penelitian tentang ekto dan endomikoriza.

Tanah yang mempunyai nilai produktivitas yang tinggi,tidak hanya terdiri dari bagian
padat, cair dan udara saja, tetapi harus ada jasad hidup yang merupakan organisme hidup.
Sebaliknya aktivitas organism tanah dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

a).Iklim organisme tanah lebih banyak ditemui jumlah (populasi) nya dan keragamannya
pada tanah didaerah yang mempunyai curah hujan dan temperatur yang tinggi
dibandingkan di daerah yang mempunyai curah hujan dan temperatur rendah.

b).Tanah Tingkat kemasaman, kandungan hara dan umur tanah dapat mempengaruhi
organisme dalam tanah. Bahteri lebih banyak ditemui pada daerah yang berkemasaman
sedang (normal), sedangkan jamur/cendawan lebih banyak pada tanah yang kemasaman
rendah (masam). Tanah-tanah yang diberi kapur dan pupuk, umumnya lebih banyak
populasi organismenya. Pada tanah perawan, populasi dan keragaman organisme nya
lebih banyak dibandingkan pada tanah-tanah tua.

c).Vegetasi àpada lokasi tanah-tanah hutan ditemui organism yang lebih banyak dan lebih
beragam dibandingkan pada lokasi padang rumput.
B. Sifat Biologi Tanah
Sifat biologi tanah ini dibentuk oleh zat padat tanah yang berupa partikel -partikel tanah,
bahan -bahan organik serta organisme tanah. Sifat biologi tanah dipengaruhi oleh beberapa
unsur, meliputi :
1. Total Mikroorganisme Tanah
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup
mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada
pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah
yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan
demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah (Anas 1989).
Selanjutnya Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme yang
terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa
mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme,
populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup
ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi
lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut.
Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam
hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah. Data
ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan pengelolaan tanah terhadap
aktifitas organisme didalam tanah (Anas 1989).

2. Jumlah Fungi Tanah


Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga
mereka menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi
dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai
arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik
dalam suasana masam tidak akan terjadi (Soepardi, 1983).

3. Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)


Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran yang
jumlahnya berkisar 103-106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim Phosphatase
maupun asam-asam organik yang dapa melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang
diberikan (Santosa et.al.1999 dalam Mardiana 2006). Fungsi bakteri tanah yaitu turut serta
dalam semua perubahan bahan organik, memegang monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu
nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan
mereka sangat bergantung dari keadaan tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai di
lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah berkisar antara 3-4 milyar tiap gram
tanah kering dan berubah dengan musim (Soepardi, 1983).

4. Total Respirasi Tanah


Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme
tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan cara yang pertama kali
digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi
telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas
mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-
rata jumlah mikroorganisrne (Anas 1989). Penetapan respirasi tanah didasarkan pada
penetapan :
a. Jumlah CO2 yang dihasilkan,
b. Jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah.
Pengukuran respirasi ini berkorelasi baik dengan peubah kesuburan tanah yang
berkaitar dengan. aktifitas mikroba seperti:
a. Kandungan bahan organic
b. Transformasi N atau P,
c. Hasil antara,
d. pH, dan
e. Rata-rata jumlah mikroorganisme.

C. Cacing Tanah
Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti penting, misalnya bagi lahan pertanian.
Lahan yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing
tanah yang bercampur dengan tanah telah siap untuk diserap akar tumbuh-tumbuhan. Cacing
tanah juga dapat menigkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang dibuat oleh
cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara dalam tanah. Disamping itu pada saat musim
hujan lubang tersebut akan melipatgandakan kemampuan tanah menyerap air. Secara singkat
dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar
tetap gembur.
Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu
dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam
sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup tinggi agar
dapat berfungsi normal dan tidak rusak yaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oC-25oC
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologis cacing tanah meliputi :
(a) kemasaman (pH) tanah,
(b) kelengasan tanah,
(c) temperatur,
(d) aerasi dan CO2,
(e) bahan organik,
(f) jenis tanah, dan
(g) suplai nutrisi (Hanafiah, dkk, 2007).
Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting
untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum berkisar antara 15 -
30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan
mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang
berlebihan. Cacing yang terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan
tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang
berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok.
Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila
udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera
masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila
kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk mencari
tempat yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah
mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit. Kelembaban yang
baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15% sampai
30%.
Cacing tanah keluar permukaan hanya pada saat-saat tertentu. Pada siang hari, cacing
tanah tidak pernah keluar kepermukaan tanah, kecuali jika saat itu terjadi hujan yang
cukup menggenangi liangnya. Cacing tanah takut keluar pada siang hari karena tidak kuat
terpapar panas matahari terlalu lama. Pemanasan yang terlalu lama menyebabkan banyak
cairan tubuhnya yang akan menguap. Cairan tubuh cacing tanah penting untuk menjaga
tekanan osmotik koloidal tubuh dan bahan membuat lendir.
Lendir yang melapisi permukaan tubuh salah satunya berfungsi memudahkan proses
difusi udara melalui permukaan kulit. Cacing tanah akan keluar terutama pada pagi hari
sesudah hujan. Hal ini dilakukan karena sesaat setelah hujan, biasanya liang mereka
terendam air sehingga aerasi dalam liang tidak bagus sehingga mereka keluar dalam
rangka menghindari keadaan kesulitan bernafas dalam liang.
Cacing tanah juga tidak kuat bila terendam air terlalu lama sehingga cendrung
menghindar dari genangan air yang dalam. Dalam keadaan normal mereka akan pergi
kepermukaan tanah pada malam hari. Pada malam suhu udara tidak panas dan
kelembaban udara tinggi sehingga cacing tanah bisa bebas keluar untuk beraktivitas.
Dalam keadaan terlalu dingin atau sangat kering cacing tanah segera masuk kedalam
liang, beberapa cacing sering terdapat meligkar bersama-sama dengan diatasnya terdapat
lapisan tanah yang bercampur dengan lendir.
Lendir dalam hal ini berfungsi sebagai isolator yang mempertahankan suhu tubuh
cacing tanah agar tidak terlalu jauh terpengaruh oleh suhu lingkungan. Posisi melingkar
dalam liang memperkecil kontak kulit dengan udara sehingga memperkecil pengaruh dari
suhu udara luar.
D. Peranan Cacing Tanah
Aktivitas cacing tanah yang mempengaruhi struktur tanah meliputi :
(1) pencernaan tanah, perombakan bahan organik, pengadukannya dengan tanah, dan
produksi kotorannya yang diletakkan dipermukaan atau di dalam tanah,
(2) penggalian tanah dan transportasi tanah bawah ke atas atau sebaliknya,
(3) selama proses (1) dan (2) juga terjadi pembentukan agregat tanah tahan air, perbaikan
status aerase tanah dan daya tahan memegang air (Hanafiah, dkk, 2007).
Cacing penghancur serasah (epigeic) merupakan kelompok cacing yang hidup di lapisan
serasah yang letaknya di atas permukaan tanah, tubuhnya berwarna gelap, tugasnya
menghancurkan seresah sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Cacing penggali tanah
(anecic dan endogeic) merupakan cacing jenis penggali tanah yang hidup aktif dalam tanah,
walaupun makanannya berupa bahan organik di permukaan tanah dan ada pula dari akar-akar
yang mati di dalam tanah. Kelompok cacing ini berperanan penting dalam mencampur
serasah yang ada di atas tanah dengan tanah lapisan bawah, dan meninggalkan liang dalam
tanah Kelompok cacing ini membuang kotorannya dalam tanah, atau di atas permukaan
tanah. Kotoran cacing ini lebih kaya akan karbon (C) dan hara lainnya dari pada tanah
sekitarnya (Hairiah, dkk, 1986).
Cacing mampu menggali lubang di sekitar permukaan tanah sampai kedalaman dua meter
dan aktivitasnya meningkatkan kadar oksigen tanah sampai 30 persen, memperbesar pori-pori
tanah, memudahkan pergerakan akar tanaman, serta meningkatkan kemampuan tanah untuk
menyerap dan menyimpan air. Zat-zat organik dan fraksi liat yang dihasilkan cacing bisa
memperbaiki daya ikat antar partikel tanah sehingga menekan terjadinya proses
pengikisan/erosi hingga 40 persen.
E. Ekologi Tanah dan Keseimbangan Alam
Tanah merupakan tempat tinggal bagi tanaman, binatang, dan kehidupan mikroba yang
tidak terhitung banyaknya. Ilmu yang membahas hubungan organisme tanah dan
lingkungannya disebut ekologi tanah.
Seluruh kehidupan di alam bersama-sama dengan lingkungan secara keseluruhan
menyusun escophere. Escophere berturut-turut disusun oleh berbagai macam komunitas
organisme yang menopang dirinya sendiri dan lingkungan-lingkungan organik, serta sumber-
sumbernya disebut ekosistem. Setiap ekosistem mempunyai kombinasi yang unik antara
organisme-organisme hidup dan sumber-sumber abiotik yang berfungsi untuk memelihara
aliran yang terus menerus dari energi, dan nutrient. Semua ekosistem mempunyai dua tipe
organisme berdasarkan pada sumber karbon. Autotroph menggunakan karbon anorganik
terutama berasal dari CO2 dan merupakan produsen. Heterotroph menggunakan karbon
organik dan merupakan konsumen dan perombak.
Autotroph dan heterotroph dibagi lagi ke dalam kelompok berdasarkan pada sumber
energi. Fototipe memperoleh energi dari matahari, dan kemotipe memperoleh energi dari
oksidasi unsur anorganik dan campurannya. Tiga kelompok yang terpenting di dalam tanah
adalah foto autotroph, khemo autotroph, dan kemoheterotroph. Tanaman tingkat tinggi dan
beberapa bentuk algae merupakan fotoautotroph. Khemoautotroph termasuk bakteri
nitrifikasi dan bakteri oksidasi sulfur. Hewan, protozoa, jamur, dan beberapa bakteri
termasuk khemoheterotroph.
Kehidupan di dalam tanah adalah analog dengan kehidupan di atas tanah. Akar, umbi dan
organ-organ lain di bawah tanah adalah bagian-bagian dari produsen primer. Mereka adalah
pemakan dan perombak yang dihubungkan satu dengan lainnya dengan rantai
makanan. Perbedaan utama antara ekologi di atas dan di bawah tanah adalah bahwa di atas
tanah hewan memainkan peran dominan sebagai pemakan, dan di bawah tanah mikro
organisme memainkan peran utama sebagai perombak.
Gambaran utama tertentu mikro organisme adalah susunan biologinya yang relatif
sederhana. Banyak organisme bersel tunggal maupun bersel banyak memiliki sifat yang
kurang dapat dibedakan dalam tipe sel dan sifat jaringan, apakah organisme tersebut hewan
atau tumbuhan. Mereka merupakan kelompok protista. Protista dikelompokkan sebagai
protista rendah dan protista tinggi berdasarkan tingkat kompleksitasnya. Protista rendah
termasuk algae biru, hijau dan bakteri.
Sebagian besar bakteri tanah menghendaki oksigen dari udara tanah dan diklasifikasikan
sebagai aerob. Beberapa bakteri aerop dapat beradaptasi dengan lingkungan yang ada atau
tidak ada oksigen. Bakteri ini disebut aerob fakultatif. Bakteri lainnya yang tidak dapat
hidup pada tempat yang ada oksigennya disebut anaerob.
Pada keadaan normal, bakteri memperbanyak koloni dengan membelah diri menjadi 2
bagian. Pembelahan tersebut rata-rata terjadi setiap 20 menit dan dapat lebih cepat apabila
kondisi lingkungan mendukung.
Algae biru-hijau berserabut pada pokoknya, tetapi mempunyai struktur sederhana seperti
bakteri. Algae tersebut diklasifikasikan sebagai bakteri oleh beberapa ahli biologi. Algae
biru-hijau merupakan aquatic fotoautotroph yang tumbuh dengan subur dimana cahaya dan
kelembaban memungkinkan. Mereka memainkan peran penting di sawah yang tergenang,
mengikat nitrogen dari udara dan melepaskan O2 dari fotosintesis. Nitrogen akan bermanfaat
bagi padi dan oksigen akan berguna bagi akar padi.
Daftar Pustaka
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
Anas, I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Departemen Pendidikan danKebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian
Bogor. 161 hlm.
Ma’shum, M., Soedarsono, J., Susilowati, L. E. 2003. Biologi Tanah. CPIU Pasca IAEUP,
Bagpro Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia, Ditjen Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Mardiana S. 2006. Perubahan sifat-sifat tanah pada kegiatan konservasi hutan alam rawa
gambut menjadi perkebunan kelapa sawit (studi kasus di PT Triomas Forest Development
Indonesia (triomas FDI) Desa Penyengat 43 Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Propinsi
Riau). [skripsi] Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Hanafiah, K. A., A. Napoleon dan N. Ghofar., 2005. Biologi Tanah. Ekologi dan
Makrobiologi Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hairiah, K., Widianto., D. Suprayogo., R. H. Widodo., P. Purnomosidhi., S. Rahayu., M. V.
Noordwijk. 1986. Ketebalan Serasah Sebagai Indikator Daerah Aliran Sungai (DAS) Sehat.

Anda mungkin juga menyukai