Anda di halaman 1dari 4

Nama : Siti Kania Dewi

NIM : 1504836

PEMBAHASAN
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat. Seperti yang
dikatakan oleh Mukiyah, 2009 bahwa “ Sumber kontaminasi bisa berasal dari
lingkungan (udara, tanah, air), peralatan pengolahan, pekerja, sampah, serangga dan
lain-lain.” Salah satu bahan yang terkontaminasi tersebut adalah bahan pangan
seperti sayuran dan buah-buahan. Kontaminasi pada kedua bahan pangan ini dapat
terjadi selama masa panen, saat pengangkutan (distribusi), maupun saat pemasaran.
Hal tersebut akan mengakibatkan sayur dan buah menjadi mudah rusak dan busuk,
ditambah dengan kadar airnya yang banyak yang dapat memicu pertumbuhan
mikroorganisme dengan cepat.
Dalam praktikum kali ini, kita akan mengetahui dan menghitung jumlah
mikroorganisme dari bahan sayur dan buah, seperti sawi hijau, kangkung, cabai,
mentimun, tomat dan kemangi. Untuk mengambil bakteri dari sayuran dan buah
tersebut, digunakanlah teknik sweb, yaitu sebuah teknik meggunakan jarum ose
ataupun tusukkan dari kayu, yang salah satu ujungnya dilapisi oleh kapas. Kapas
tersebut digunakan untuk mengoles permukaan sayur dan buah untuk megambil
bakterinya. Sedangkan untuk perhitungan jumlah bakteri kali ini digunakan metode
TPC, salah satu cara menghitung langsung bakteri tanpa menggunakan mikroskop.
Dalam hal ini, sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada media NA
(Nutrient Agar), yang selanjutnya akan berkembang biak dan membentuk koloni
yang dapat telihat langsung oleh mata kita. Dalam praktikum ini, digunakan media
NA (Nutrient Agar) karena kita hanya akan menghitung jumlah bakteri saja, sebab
sayur itu memiliki pH yang mendekati netral dan memiliki kandungan air yang
banyak yang dapat memicu pertumbuhan bakteri. Cara menghitungnya, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
1
Koloni per ml = jumlah koloni per cawan x 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛

(Dwidjosaputro, 2005)
Dari hasil praktikum tersebut, maka didapatkanlah hasil sebagai berikut.
Kelompok Sampel Jumlah Koloni Koloni per ml
1 Cabe 172 172 x 105
2 Tomat 70 70 x 105
3 Kangkung 80 80 x 105
4 Sawi hijau 62 62 x 105
5 Kemangi TBUD TBUD
6 Mentimun 39 39 x 105

Dari hasil praktikum yang diperoleh, terlihat bahwa cabai memiliki bakteri
paling banyak. Awalnya dugaan saya bahwa cabai tidak akan terdapat banyak
bakteri karena memiliki sedikit kadar air, ditambah dengan perlakuan yang
dilakukan terhadap cabai dilakukan di dalam Laminar Air Flow. Namun, faktanya
bahwa cabailah yang memiliki bakteri terbanyak, ini bisa jadi disebabkan oleh
human error ataupun memang cabai yang digunakan merupakan cabai kualitas
rendah.

Pencucian buah, tidak dapat membunuh semua mikroorganisme pada buah.


(Sapers, 2001 : 305) melaporkan pencucian dan sanitasi buah konvensional tidak
dapat menghilangkan atau menginaktivasi mikroorganisme patogen lebih dari 90%
atau 99%. Hal inipun dapat dibuktikan dengan praktikum yang telah dilakukan.
Meskipun tomat itu telah dicuci, tetapi masih terdapat bakteri di dalamnya, bahkan
hingga 70 x 105 koloni per ml nya.

Di dalam bukunya, Sudjana, 1991 mengatakan bahwa “Kelebihan sayuran


lalapan ketika dikonsumsi, zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya tidak
mengalami perubahan, sedangkan pada sayuran yang dilakukan pengolahan seperti
dimasak terlebih dahulu, zat-zat gizinya akan berubah, sehingga kualitas ataupun
mutunya lebih rendah daripada bahan mentahnya.” Meskipun gizinya tetap,
nampaknya hal tersebut berlainan dengan jumlah bakteri pada kemangi seperti yang
telah dihitung oleh kelompok 5. Dalam hal ini, banyak faktor penyebabnya, seperti
terjadinya human error dan kurang aseptis saat melakukan praktikum, sehingga
bakteri kontaminan ikut tumbuh.

Berlainan dengan hasil bakteri pada kemangi, mentimum memiliki jumlah


koloni yang tebilang lebih sedikit dibandingkan kemangi, padahal mentimun
merupakan sayuan yang memiliki banyak kandungan airnya yang seharusnya
menjadi tempat tumbuh bakteri.

Selain menghitung jumlah mikroorganisme di dalam buah dan sayuran,


ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesegaran sayuran,
diantaranya :
1. Penyimpanan pada suhu rendah dengan suhu antara 0-250 c.
2. Pengkabutan disekitar sayuran untuk mempertahankan kelembaban relatif
(RH) yang dapat mwmpwelambat transpirasi, tetapi tidak
menghentikannya.
3. Menurut Utama, 2007, perendaman sayuran (crisping) sebelum pemajangan
mampu memberikan efek penyegaran sampai dua hari pemajangan 2-100 c.

KESIMPULAN
1. Dalam praktikum pemeriksaan mikroorganisme dari buah dan sayur ini,
digunakan teknik sweb (yaitu pengolesan pada lapisan permukaan sayur dan
buah dengan bantuan kapas dan tusukkan dari kayu) serta menggunakan
metode SPC (Standart Plate Count).
2. Media yang digunakan kali ini adalah NA (Nutrient Agar), karena NA
memang media yang digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. Pada
sayuran yang pHnya mendekati normal dan memiliki kandungan air yang
cukup banyak, itulah alasan mengapa bakteri seringkali tumbuh pada
sayuran.
3. Dan hasil dari praktikum tersebut, diperoleh bakteri sebanyak 172 x 10 5
pada cabe, 70 x 105 pada tomat, 80 x 105 pada kangkung, 62 x 105 pada sawi
hijau, TBUD pada kemangi dan 39 x 105mentimun.
4. Mempertahankan kesegaran pada sayuran dapat dilakukan dengan cara
penyimpanan pada suhu rendah, pengkabutan disekitar sayuran dan
perendaman sayuran.

DAFTAR PUSTAKA
Muskiyah. 2009. Kontaminasi Mikotoksin pada Buah Segar dan Produk
Pengolahannya Serta Penanggulangannya. Jurnal Litbang Pertanian, 29
(3).

Sudjana. 1991. Penentuan Logam Berat dalam Tanaman Sayuran (Bayam, Daun
Melinjo, Sausin dan Sawi) Secara Spektroskopi Serapan Atom. laporan
Penelitian Unversitas Padjajaran.

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Sapers, Gm M. 2001. Efficiacy of Washing and Sanitazing Methods, Food Technol.


Biotechnol, 39 (4), hlmn. 305-311.

Utama, M., K. A. Nocianitri dan I. A. R. Pudja. 2007. Pengaruh Suhu Air dan
Pengaruh Lama Waktu Perendaman Beberapa Jenis Sayuran Daun pada
Proses Crisping. Agritop, 26 (3), hlmn. 117-123.

Wahyuni, S., Sugeng T. dan Ahmad T. 2014. Perbandingan Teknik Pemajangan


Sayuran Daun Untuk Mempertahankan Kesegaran Selama Penjualan.
Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 3 (1), hlmn. 69-82.

Anda mungkin juga menyukai