Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Dalam kegiatan perekonomian ada banyak pihak dan hal yang terlibat. Dalam hal ini
uang dan lembaga perbankan memegang peranan yang sangat penting. Karena uang
merupakan alat pembayaran yang berlaku sekarang untuk semua transaksi jual-beli baik
secara langsung maupun secara tidak langsung. Keberadaan uang menyediakan alternatif
transaksi yang lebih mudah daripada barter yang tidak efisien dan kurang cocok digunakan
dalam sistem ekonomi modern, karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang
sama untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efisiensi yang
didapatkan dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan dan
pembagian tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan produktivitas dan kemakmuran.
Lembaga perbankan berperan dalam lalu lintas uang dan surat-surat berharga dalam
perekonomian. Pada umumnya Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya adalah menerima simpanan, giro, tabungan dan deposito. Sedangkan bank sentral
berperan dalam upaya menciptakan sistem perbankan yang sehat dan efisien. Perlu
diwujudkannya sistem perbankan yang sehat itu, karena dunia perbankan adalah salah satu
pilar utama dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Dan bank sentral juga mempunyai
peranan yang penting dalam mencegah timbulnya risiko-risiko kerugian yang diderita oleh
bank itu sendiri, masyarakat penyimpan dana dan merugikan serta membahayakan kehidupan
perekonomian, termasuk meningkatnya harga-harga dalam mekanisme pasar.

B. Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini :
1. Apakah pengertian dan fungsi uang?
2. Apa yan dimaksud bank sentral dan apa fungsinya?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.1 Pengertian dan Fungsi utama Uang


Dalam pengertian sederhana (sempit) , uang adalah alat pembayaran yang sah yang
diterbitkan oleh pemerintah (bank sentral) baik berbentuk kertas maupun logam yang
memiliki nilai/besaran tertentu yang tertera pada kertas atau logam yang dimaksud yang
penggunaannya diatur dan dilindungi dengan undang-undang.
Akan tetapi dalam ilmu ekonomi (secara umum) yang dimaksud dengan uang itu adalah
semua alat tukar yang dapat menerima secara umum untuk transaksi. Alat tukar tersebut
diterima secara luas oleh masyarakat sebagai penukar barang dan jasa. Berarti yang disebut
dengan uang adalah semua benda yang dapat menerima secara umum sebagai alat
pembayaran, meskipun tidak diterbitkan oleh pemerintah (bank sentral).
Menurut mashab klasik uang nominal tidak memberikan kegunaan langsung, artinya
uang itu sendiri tidak akan berguna manakala digunakan untuk uang itu sendiri. Dalam
pengertian lain adalah uang hanya berguna manakala ada barang yang dinilai dengan satuan
uang tersebut. Contoh, bayangkan gunanya memegang uang ditempat yang tidak ada
sesuatupun barang yang bisa dibeli dengan uang nominal tersebut, meskipun dengan uang
yang sama di kota besar seperti Jakarta uang yang anda miliki sangat berharga karena bisa
dipergunakan untuk membeli televisi, mobil atau rumah.
Dalam bahasa yang lebih indah, Al Ghazali mengatakan bahwa “ uang diibaratkan
sebagai cermin yang tidak mempunyai warna tapi dapat merefleksikan semua warna” artinya,
bahwa uang tidak mempunyai harga, akan tetapi dapat merefleksikan harga semua barang.
Secara umum fungsi uang adalah :
1. Fungsi Asli
a. Sebagai alat tukar (medium of change)
b. Sebagai satuan hitung (unit of account)
Uang dipakai untuk menunjukkan nilai berbagai macam barang dan jasa yang
diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman.
Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang/jasa. Sebagai alat satuan hitung, uang
berperan untuk memperlancar pertukaran.
c. Sebagai penyimpan nilai (store of value)
Dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang.
Ketika seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas barang dan
jasa yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli
barang dan jasa di masa mendatang.
2. Fungsi Turunan
a. Sebagai alat pembayaran
b. Untuk menentukan harga
c. Sebagai alat pembayaran hutang
d. Sebagai alat penimbun kekayaan
e. Sebagai alat pemindahan kekayaan (modal)
f. Sebagai alat untuk meningkatkan status sosial

2.1.2 Sejarah Uang


1. Tahap sebelum barter
Pada tahap ini masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang berusaha
memenuhi kebutuhannya dengan usaha sendiri. Apa yang diperolehnya itulah yang
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Tahap barter
Tahap selanjutnya menghadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa yang diproduksi
sendiri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang
tidak dapat dihasilkan sendiri mereka mencari dari orang yang mau menukarkan barang yang
dimilikinya dengan barang lain yang dibutuhkannya. Akibatnya barter, yaitu barang ditukar
dengan barang.
Namun akhirnya dirasakan ada kesulitan-kesulitan dengan sistem ini, di antaranya:
Kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang diinginkan dan juga
mau menukarkan barang yang dimilikinya.
Kesulitan untuk memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnyadengan
nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya.
Untuk mengatasinya mulai timbul pikiran-pikiran untuk menggunakan benda-benda
tertentu untuk digunakan sebagai alat tukar.
3. Tahap uang barang
Pada masa ini timbul benda-benda yang selalu dipakai dalam pertukaran. Benda-benda
yang ditetapkan sebagai alat pertukaran adalah benda-benda yang diterima oleh umum
(generaly accepted). Benda-benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh atau memiliki
nilai magis dan mistik), atau benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari.
Misalnya, garam oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar, maupun sebagai alat
pembayaran upah. Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat sampai sekarang. Orang
Inggris menyebut upah sebagai salary, yang berasal dari bahasa Latin Salarium yang berarti
garam. Orang Romawi membayar upah dengan salarium (garam).
Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan pertukaran tetap ada diantaranya:
Nilai yang dipertukarkan belum mempunyai pecahan.
Banyak jenis uang barang yang beredar dan hanya berlaku di masing-masing daerah.
Sulit untuk penyimpanan (storage) dan pengangkutan (transportation).
Mudah hancur atau tidak tahan lama.
4. Tahap uang logam
Tahap selanjutnya adalah tahap uang logam. Logam dipilih sebagai bahan uang karena:
digemari umum
tahan lama dan tidak mudah rusak
memiliki nilai tinggi
mudah dipindah-pindahkan
mudah dipecah-pecah dengan tidak mengurangi nilainya
Bahan yang memenuhi syarat-syarat tersebut adalah emas dan perak. Uang yang
terbuat dari emas dan perak disebut uang logam. Uang logam emas dan perak juga disebut
sebagai Uang Penuh (full bodied money), artinya nilai intrinsik (nilai bahan uang) sama
dengan nilai nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu, setiap
orang menempa uang, melebur, dan memakainya dan setiap orang mempunyai hak tidak
terbatas dalam menyimpan uang logam.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, maka perkembangan tukar-menukar yang
harus dilayani dengan uang logam juga berkembang. Sedangkan jumlah logam mulia
terbatas. Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar
(sulit dalam hal penyimpanan dan pengangkutan). Sehingga terciptalah uang kertas.
5. Tahap uang kertas
Mula-mula uang kertas yang beredar merupakan bukti-bukti kepemilikan emas dan perak
sebagai alat/perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang kertas yang beredar
pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang disimpan di
pande emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan
jaminannya.Selanjutnya masyarakat tidak lagi menggunakan emas – secara langsung –
sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya mereka menjadikan kertas bukti tersebut sebagai
alat tukar.
Dalam sejarah pemakaian kertas sebagai bahan pembuat uang, Cina dianggap sebagai bangsa
yang pertama menemukannya, yaitu sekitar abad pertama Masehi, pada masa Dinasti T’ang.
Benjamin Franklin (AS) ditetapkan sebagai Bapak Uang Kertas karena ia yang pertama kali
mencetak dollar dari bahan kertas, yang semula digunakan untuk membiayai perang
kemerdekaan Amerika Serikat. Sebagai penghormatan pemerintah terhadap Benjamin
Franklin, potretnya diabadikan di lembaran mata uang dollar pecahan terbesar yaitu USD
100.

2.1.3 Macam-macam Uang


a. Uang Kartal
Uang kartal adalah uang yang dikeluarkan dan diterbitkan oleh pemerintah (Bank Sentral)
berupa uang logam dan uang kertas baik yang memiliki nilai intrinsik (nilai uang sesuai
dengan bahan dan kadar bahan bakunya) maupun yang memiliki nilai nominal (nilai uang
yang didasarkan pada besaran yang ditulis “oleh pemerintah atau yang berwenang pada
yang). Uang kartal adalah yang yang diakui oleh undang-undang. Dalam perkembangannya
uang kertas lebih banyak beredar dan dicetak oleh pemerintah suatu Negara dengan alasan
lebih efesien (baik dalam pembuatannya maupun pemusnahannya) dan ringan.
b. Uang Giral
Inilah jenis uang yang pada hakekatnya paling banyak beredar di pasaran dalam tatanan
perekonomian modern. Jenis uang ini biasanya diterbitkan oleh bank-bank umum baik berupa
surat hutang (wesel,promes), cek, surat deposito ataupun rekening giro dan lain sebagainya.
Hanya saja, uang jenis ini bukanlah sebagai alat pembayaran yang sah, karena
penggunaannya tidak dilindungi oleh undang-undang dari pemerintah dan berlakunya pun
hanya bersifat bilateral atau sesuai dengan kesepakatan/perjanjian. Jadi, bila seorang penjual
menolak menerima pembayaran dalam menggunakan cek atau surat hutang, maka si penjual
tidak punya kewajiban hukum untuk dituntut ke pengadilan. Berbeda dengan uang kartal
penjual yang menolaknya dapat dituntut dan diajukan ke pengadilan.

2.1.4 Motif orang menyimpan/Memegang uang


a. Transaksi (Transaction Motive)
Inilah motif utama orang memegang uang atau menyimpan uang yaitu untuk transaksi, yang
berarti membeli segala keperluan hidup dan kehidupannya kepada produsen/penjual sesuai
kesepakatan.
b. Berjaga-jaga (Precauntionary Motive)
Konsumen atau produsen tentu saja tidak mengetahui apa yang akan terjadi secara pasti pada
keesokan harinya pada aktivitas hidupnya. Untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin ini,
maka perlu dicadangkan sebagian pendapatan untuk mengatasi hal-hal yang tidak dapat
diperkirakan atau mendesak untuk dilaksanakan. Menurut Lipsey, motif berjaga-jaga timbul
karena rumah tangga dan perusahaan tidak pasti mengenai seberapa jauh tingkat keselarasan
pembayaran dan penerimaan.
c. Spekulasi (Speculation Motive)
Motif ini muncul dikarenakan masyarakat mengetahui bahwa tingkat suku bunga bank
umumnya relatif lebih rendah dari suku bunga atau kemungkinan sukses untuk surat-surat
berharga yang beredar di pasar (bursa), sehingga banyak masyarakat dalam situasi suku
bunga bank yang rendah lebih myakinkan berinvestasi pada surat-surat berharga, misalnya
saham unggulan, SBI dan lain sebagainya. Menurut Lipsey, motif spekulasi mengandung arti
bahwa permintaan akan uang bervariasi secara positif dengan kekayaan.
2.2 BANK
2.2.1 Macam-macam Bank
1. Bank Sentral
Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun 1968
yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana,
mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan
pencetakan / penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral hanya ada satu
sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia yaitu Bank Indonesia – BI. Fungsi
utama BI adalah :
a. Bertindak sebagai bank kepada pemerintah. Artinya, bank sentral adalah tempat
pemerintah menyimpan dan meminjam uang. Biasanya bersumber dari pajak dan pendapatan
lainnya.
b. Sebagai bamk kepada bamk umum. Bank umum setelah memperoleh dana dari
masyarakat, maka sebagian besar akan disalurkan kepada masyarakat kembali, lainnya akan
disimpan di Bank sentral. Selain itu bank sentral juga tempat meminjam bagi Bank umum.
c. Mengawasi kegiatan bank umum. Suatu bank umum biasanya berdiri/beroperasi dalam
kenyataannya sering melanggar ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Bank sentral,
misalnya dalam hal pemberian atau penyaluran kredit, penetapan suku bunga dan jumlah
modal yang disyaratkan, sehingga pada akhirnya akan merugikan masyarakat dan sistem
perbankan.
d. Regulator pasar uang/Valas. Bank sentral juga berperan menjaga kestabilan nilai kurs
mata uang negaranya terhadap mata uang Negara lain. Tujuannya agar kestabilan
pembayaran dari perolehan expor untuk impor dapat berjalan dengan baik dan
menguntungkan (surplus). Bank sentral juga bertugas mengawasi jumlah uang yang beredar
baik di dalam negeri maupun di luar negeri, agar mata uangnya relative stabil.
e. Mencetak, mengedarkan dan menarik uang. Bank sentral adalah penguasa tunggal dan
diberi hak otonom oleh pemerintah untuk menerbitkan.mencetak uang Kartal sebagai alat
pembayaran yang sah. Dan pada saatnya pula bank sentral berhak mengedarkan uang
tersebut. Pencetakan uang dilakukan karena dua sebab, yang pertama untuk menambah uang
yang beredar sesuai volume perekonomian dan kedua untuk mengganti uang yang yang telah
rusak/usang.Bank sentral menarik uang dari peredaran mana kala dianggap peredaran suatu
jenis uang sudah “kadaluarsa” dalam arti mudah rusak atau sudah lama beredar atau mudah
dipalsukan.
2. Bank Umum/Komersial
Para ahli perbankan di negara-negara maju mendefinisikan bank umum sebagai institusi
keuangan yang berorientasi laba. Untuk memperoleh laba tersebut bank umum melaksanakan
fungsi intermediasi. Karena diizikan mengumpulkan dana dalam bentuk deposito, bank
umum disebut juga sebagai lembaga keuangan depositori. Pengertian bank umum menurut
Undang-Undang No. 10 tahun 1998 : “Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.“ Fungsi-fungsi bank umum yaitu:
1. Penciptaan uang
Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat mekanisme
pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank umum menciptakan uang giral menyebabkan
possisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran
Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran
mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank
umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang
amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas
pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman.
3. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat
Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia
dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau
bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun
dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana-dana
simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan,
utamanya melalui penyaluran kredit.
4. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional
Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi
internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan
transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis,
jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang
beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi
tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi
internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.
5. Penyimpanan Barang-Barang Berharga
Penyimpanan barang-barang berharga adalah satu satu jasa yang paling awal yang ditawarkan
oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang dimilikinya
seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank
untuk disewa (safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang semakin pesat
menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat
berharga.
6. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya
Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas.
Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim
uang melalui atm, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank.

2.3 Perkaitan Di Antara Uang dan Tingkat Harga : pandangan klasik


Dalam garis besarnya teori moneter ahli-ahli ekonomi klasik dapat dibedakan dalam dua
bentuk. bentuk yang pertama, dan yang lebih sering diterangkan, adalah Teori kuantitas uang.
bentuk yang kedua dikenal sebagai Teori sisa tunai. Sepintas lalu kelihatannya kedua-dua
teori tersebutberbeda pandangannya. yang sebenarnya adalah tidak demikian, karena pada
kenyataannya mereka mempunyai pandangan yang sangat bersamaan mengenai perkaitan
diantara uang beredardan tingkat harga-harga.perbedannya hanyalah di dalam cara
melihatciri-ciri pemegang uang oleh masyarakat. dalam teori kuantitas yang diperhatikan
adalah : berapa kalikah uang yang ada dalam masyarakatberpindah tangan dalam satu tahun?
sedangkan dalam teori sisa tunai yang diperhatikan adalah : berapa besarkah uang yang
dipegang atau disimpan masyarakat dalam bentuk tunai?
2.3.1 Persamaan Pertukaran
Di dalam menerangkan mengenai teori kuantitas, yang dilakukan oleh irving fisher digunakan
persamaan aljabar yang dinamakan persamaan pertukaran. persamaan pertukaran tersebut
pada umumnya dinyatakan sebagai berikut :
MV=PT
Keterangan :
M = Uang beredar (penawaran uang)
V = kelajuan peredaran uang
P = Tingkat harga-harga
T = Jumlah barang-barang dan jasa yang diperjualbelikan di dalam suatu tahun tertentu
Di dalam persamaan itu M diartikan dalam pengertian uang beredar yang sempit. ini
berarti M adalah sama dengan jumlah uang kertas, logam dan uang giral yang terdapat dalam
perekonomian. kelajuan peredaran uang yaitu V, ditentukan berdasarkan keseringan (berapa
seringnya) uang beredar yang terdapat daam masyarakat berpindah tangan dalam satu tahun.
Dalam menentukan nilai P yang perlu diketahui dengan menggunakan indeks harga. faktor
terakhir dalam persamaan pertukaran yaitu T, menunjukkan jumlah barang-barang jadi dan
barang-barang setengah jadi yang diperjualbelikan.

2.3.2 Teori kuantitas Uang


Teori kuantitas uang dikembangkan oleh Irving Fisher seorang ahli ekonomi
Amerika, pada hakekatnya berpendapat bahwa perubahan dalam uang beredar
akanmenimbulkan perubahan yang sama cepatnya ke atas harga-harga. perubahan ini juga
adalah ke arah yang bersamaan maksudnya, andaikata uang berear bertanbah sebanyak 5%,
maka tingkat harga-harga juga akan bertambah sebanyak 5%. atau sebaliknya, apabila uang
beredar berkurang sebanyak 5% maka tingkat harga-harga akan berkkurang menurut kelajuan
yang sama.
untuk menerangkan pandangan dari teori kuantitas ni irving fisher telah menggunakan
persamaan pertukaran. dalam persamaan pertukaran tersebut, maka sebenarnya setiap
perubahan dalam uang beredar belum tentu akan merubah tingkat harga-harga menurut
tingkat yang sama. misalnya, Apabila M naik tetapi V turun, maka walaupun T tetap, harga-
harga tidak akan naik menurut kelajuan yang sama dengan kenaikan M. atau apabila M naik
dan V adalah tetap tetapt T mengalami kenaikan yang sama tingkatnya dengan M, Maka P
tidak mengalami perubahan . kedua contoh tersebut menunjukkan bahwa persamaan
pertukaran tersebut tidak menunjukkan bahwa perubahan dalam uang beredar akan
menimbulkan perubahan yang sama tingkatnya ke atas harga-harga.
Ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa :
1. Kelajuan peredaran uang adalah tetap
2. penggunaan tenaga kerja penuh sudah tercapai.
kedua pemisalan ini mengakibatkan di dalam persamaan MV=PT, V dan T adalah tetap
besarnya. T adalah tetap karena pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh pendapatan
nasional tidak dapat ditambah lagi, dan dengan demikian jumlah barang-barang yang
diperjualbelikan tidak mengalami perubahan.
Ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat kelajuan perdaran uang adalah tetap karenamereka
berpendapat bahwa jumlah uang beredar dan pertambahannya tidak mempunyai pengaru
yang penting ke atas kelajuan peredaran uang. menurut mereka kelajuan itu tergantung
kepada beberapa faktor teknik seperti sistem pembayaran gaji dalam masyarakat, ciri-ciri
kebiasaan masyarakat dalam melakukan kegiatan perdagangan, efisiensi dari sistem
pengangkutan dan kepadatan penduduk. mengenai jumlah barang-barang yang dapat
diperjualbelikan dalam perekonomian pendapat teori kuantitas uang adalah mengikuti
pandangan pokok yang selalu digunakan dalam analisis-analisis yang dilakukan oleh Ahli-
ahli ekonomi klasik, yaitu perekonomian selalu mencapai tingkat penggunaan tenga kerja
penuh. oleh karena itu, produksi tidak dapat ditmbah lagi. pertambahan dalam uang hanya
mungkin berlaku apabila berlaku perbaikan dalam penggunaan sumber-sumber alam dan
perkembangan dalam teknologi.

2.3.3 Teori Sisa Tunai


Beberapa tahun sebelum irving Fisher mengembangkan persamaan pertukaran, Alfred
Marshall mengembangkan persamaan sisa tunai untuk menerangkan ciri-ciri perkaitan di
antara uang beredar dan tingkat harga-harga. Analisis Marshall terseburt dikenal dengan
Teori sisa tunai. teori ini mempunyai pandangan yang tIdak berbeda dengan teori kuantitas
uang. teori ini berpendapat bahwa perubahan dalam uang beredar akan menimbulkan
perubahan yang sama lajunya ke atas harga-harga. persamaannya adalah :
M = kPT

dimana M,P dan T adalah sama dengan M,P dan T dalam persamaan pertukaran MV = PT.
dala persamaan sisa tunai K adalah bagian dari pendapatan yang ingin tetap dipegang oleh
masyarakat dalam bentuk tunai. teori menganggap bahwa besarnya jumlah uang yang akan
dipegang oleh masyarakat adalah sebanding dengan pendapatan mereka. misalnya di dalam
suatu masyarakat secara rata-rata orang pada umumnya memegang uang tunai sebesar 10 %
dari pendapatannya, maka k adalah 1/10. ini berarti apabila seseorang berpendapatan Rp.
100.000 maka Rp.10.000 akan selalu disimpannya dalam bentuk uang tunai dan apabila
pendapatan adlah sebanyak Rp.300.000 yang disimpan adalah Rp. 30.000
kalau dibandingkan persamaan pertukaran dengan persamaan sisa tunai, maka dengan
mudah dapat dilihat bahwa k=1/V. dari hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa peredaran
uang tergantung kepada corak dari kebiasaan masyarakat dalam memegang uang. makin
besar bagian dari pendapatan masyarakat yang disimpan makin lambat kelajuan peredaran
uang dan begitu pula sebaliknya

2.4 Kritik Keynes Ke Atas Teori Kuantitas Uang


Ahli‐ahli ekonomi modern yang menyokong teori kuantitas uang dikenal sebagaimgolongan
Monetaris. Mereka berpendapat bahwa pemerintah perlu mengatur penawaran uang agar
inflasi dapat dihindari dan perekonomian dapat berkembang dengan teguh. Berdasarkan
kepada keyakinan ini golongan Monetaris berpandapat bahwa kebijakan moneter adalah alat
yang paling efektif untuk mengedalikan kegiatan ekonomi. Segolongan ahli‐ahli ekonomi
lainnya, yang dinamakan Keynesian , karena memberi sokongan kepada pandangan Keynes,
Mempunyai pandangan yang berbeda. Mereka melihat bahwa teori kuantitas mengadung
beberapa kelemahan dan tidak dapat memberikan penjelasan yang baik mengenai sifat‐sifat
perhubungan di antara penawaran uang dan tingkat harga dan kegiatan ekonomi negara.
Kritik‐kritik utama yang dikemukakan ke atas teori kuantitas diterangkan di bawah ini.
1.Pemisalan bahwa T adalah tetap kurang tepat Asumsi ini erat hubungannya dengan
keyakinan bahwa perekonomian selalu mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Oleh
karena ahli‐ahli ekonomi Klasik berpendapatan kesempatan kerja penuh selalu tercapai maka
seterusnya mereka berpendapatan bahwa jumlah barang‐ barang dalam perekonomian tak
dapat ditambah, maka T tetap. Golongan Keynesian berpendapat bahwa kesempatan kerja
penuh tidak selalu dicapai; yang banyak berlaku adalah kegiatan ekonomi yang tidak
menggunakan faktor‐faktor produksi secara sepenuhnya dan menyebabkan pengangguran.
Oleh karena itu jumlah barang‐ barang(T) masih boleh ditambah.

2. Laju peredaran uang tidak selalu tetap dalam jangka pendek dan jangka panjang Di
samping faktor‐faktor yang disebut oleh ahli‐ahli ekonomi Klasik, banyak lagi faktor‐faktor
lain yang mempengaruhi kelajuan peredaran uang. Pengangguran yang tinggi mengurangi
pengeluran masyarakat, dan ini mengurangi laju peredaran uang. Inflasi menyebabkan orang
lebih suka berbelanja sekarang dari di masa akan datang; maka peredaran uang bertambah
cepat. Dalam jangka panjang, kemajuan dan perkembangan institusi keuangan mengurangi
sisa tunai dan ini mempercepat laju peredaran uang. Dengan demikian terdapat faktor‐faktor
penting dalam jangka pendek dan jangka panjang yang akan mempengaruhi dan x boleh
mengubah laju peredaran uang.
3. Teori kuantitas hanya memperhatikan fungsi uang sebagai alat untuk melicinkan kegiatan
tukar‐menukar dan transaksi dengan menggunakan uang. Dalam persamaan MV=PT,
masyarakat dianggap meminta uang untuk tujuan membiayai transaksi saja Berdasarkan
persamaan MV=PT, harga‐harga akan tetap stabil apabila kenaikan T sebanyak 5 persen
diikuti oleh pertambahan M sebanyak 5 persen juga. Ini menunjukkan persamaan MV=PT
menganggap bahwa uang hanya digunakan untuk tujuan transaksi jual beli barang.Dalam
teori Keynes uang digunakan juga untuk tujuan berjaga‐jaga dan spekulasi.
2.4 Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan pemerintah (atau Bank Sentral) untuk
mempengaruhi situasi makro yang dilaksanakan melalui pasar uang. Secara lebih khusus,
kebijakan moneter sebagai kegiatan makro pemerintah (Bank Sentral) dengan cara
mempengaruhi proses penciptaan uang. Kebijaksanaan moneter merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi dan merupakan faktor yang dapat dikontrol oleh
pemerintah sehingga dengan demikian dapat dipakai utuk mencapai sasaran pembangunan
ekonomi.
Dalam perekonomian suatu Negara, jika pemerintah memandang bahwa
pembangunan ekonomi yang berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka pemerintah
akan mengambil serangkaian tindakan kebijaksanaan untuk menstabilkan kembali situasi
perekonomian tersebut. Diantaranya adalah kebijakan moneter. Dalam kebijakan moneter
lembaga yang paling berwenang mengambil langkah tersebut adalah Bank Sentral. Cara yang
ditempuh bisa melalui operasi pasar terbuka, politik diskonto, cadangan minimum atau
perkreditan yang dapat memperngaruhi jumlah uang yang beredar.
Pengaruh kebijakan moneter yang pertama kali terasa adalah pada sector moneter dan
perbankan. (tingkat bunga, inflasi, kredit dan sebagainya), yang kemudian di transfer ke
sektor rill (misalnya investasi dan konsumsi) yang berarti terbukti bahwa adanya
kebijaksanaan moneter akan mempengaruhi kegiatan ekonomi.

2.4.1 Mekanisme Kebijakan Moneter :


sampai saat ini ada beberapa perbedaan pendapat mengenai bagaimana uang
mempengaruhi perekonomian serta bagaimana mekanisme transmisi (jalur pengaruh)
perubahan jumlah uang beredar. sehingga ada beberapa jalur yang bisa dipakai untuk
menerangkan bagaimana perubahan jumlah uang beredar mempengaruhi kegiatan ekonomi.
1. Jalur Biaya Modal (The Cost of Capital Chanel)
Menurut Keynes, tingkat bunga merupakan penghubung utama antara sektor moneter dengan
sektor rill. Misalnya perubahan jumlah uang yang beredar akan mempengaruhi tingkat bunga.
Selanjutnya melalui perubahan tingkat bunga, pemerintah akan dapat mempengaruhi tingkat
investasi atau juga konsumsi. Yang selanjutnya akan mempengaruhi permintaan agregat atau
pengeluaran total. Perubahan dalam pengeluran total pada akhirnya akan mempengaruhi
keseimbangan pendapatan nasional (GDP) rill. Dengan demikian tingkat bunga uang
merupakan biaya modal dapat moneter terhadap keseimbangan pendapatan nasional sektor
rill. Dapat digambarkan sebagai berikut :
Kebijakan moneter Cadangan Bank Jumlah uang Tingkat Bunga
(membeli surat berharga)  Umum naik  beredar naik  turun
 Investasi naik  GDP naik

2. Jalur Kekayaan (Wealth Chanel)


Pengaruh perubahan jumlah uang yang beredar terhadap pendapatan nasional dapat juga
diterangkan melalui jalur kekayaan. Pengertian kekayaan disini meliputi
- Barang fisik (tanah, rumah, dan sebagainya)
- Surat Berharga
- Uang tunai
Hubungan antara pengeluaran total dengan dengan kekayan sebagai berikut : perubahan nilai
uang kas rill (real cash belance ) baik disebabkan oleh karena turunnya harga (dengan jumlah
uang tetap) ataupun naiknya jumlah uang (dengan harga tetap) akan mempengaruhi tingkat
konsumsi yang merupakan bagian dari pengeluaran total. Perubahan pengeluaran uang total
ini, pada gilirannya akan mempengaruhi keseimbangan pendapatan. Dengan demikian
kebijaksanaan moneter disini akan mempengaruhi jumlah kekayaan (uang) yang selanjutnya
akan mempengaruhi konsumsi melalui apa yang disebut real cash belance. Dapat
digambarkan sebagai berikut :
Kebijaksanaan JUB Kekayaan Konsumsi Pengeluaran GNP
moneter  naik  naik  naik  Total naik  naik
ekpansif
3. Jalur Harga Naik (Teori Portofolio)
Teori portofolio merupakan dasar yang rasional mengapa seseorang memegang sesuatu
(beberapa) kekayaan tertentu temasuk dalam bentuk uang. Beberapa anggapan teori ini antara
lain sebagai berikut :
Setiap orang akan selalu berusaha untuk menyamakan pendapatan marginal (marginal
return) dari masing-masing bentuk kekayaan portofolionya.
Bertambahnya salah satu bentuk kekayaan akan menurunkan harga bentuk kekayaan
tersebut relatif terhadap bentuk kekayaan yang lain.
Individu tersebut akan menukarkan bentuk kekayaan yang harganya turun tersebut dengan
bentuk kekayaan lain yang lebih tinggi.
Proses penukaran tersebut juga proses perubahan susunan bentuk akan berjalan terus
sampai pendapatan marginal dari masing-masing bentuk kekayaan sama besar.

Perubahan harga relatif terjadi sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses


penyesuaian susunan portofolio seseorang. Misalnya, penambahan jumlah uang sebagai
akibat dari kebijaksanaan moneter membeli surat berharga oleh Bank Sentral, akan
menyebabkan individu kelebihan uang kas dalam portofolionya, yang kemudian ia akan
menukarkan kelebihan uang kas nya dengan bentuk kekayaan lain. Harga kekayaan lain akan
naik (atau returnnya turun). Produksi (juga investasi) pada bentuk kekayaan lain akan naik.
Dengan naiknya investasi, makan akan menaikan pendapatan pula. Sehingga jelaslah dari
contoh tersebut bahwa kenaikan jumlah uang akan menaikan pendapatan nasional.

4. Jalur Langsung (Teori Monetarist)


Teori ini menjelaskan bahwa kebijakan moneter bisa mempengaruhi GNP (pendapatan)
secara langsung. Karena sebenarnya mekanisme transmisi itu begitu kompleks, maka sulit
untuk digambarkan. Sehingga tidak bisa dinyatakan secara spesifik dan tidak bisa
digambarkan secara terperinci. Pengaruh uang dalam pengeluaran total adalah melalui harga.
Kebijakan Moneter Jumlah uang Pengeluaran GNP
(membeli surat berharga)  naik  total naik  naik
2.4.2 Instrumen Kebijakan Moneter
Tujuan utama kebijaksanaan moneter yang utama adalah untuk stabilisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang. Kalau stabilitas ekonomi terganggu, maka
kebijaksanaan moneter dapat dipakai untuk memulihkannya. Untuk mencapai tujuan yang
diiinginkan tersebut, maka pemerintah perlu mempunyai beberapa alat/instrumen
kebijaksanaan moneter yang akan dipakai sebagai tindak stabilisasi. Pada dasarnya ada dua
macam instrumen yang dipakai pemerintah, yaitu pertama, instrumen yang umum atau
kuantitatif, yang bertujuan untuk mengatur jumlah kredit bank. Misalnya politik diskonto,
politik pasar terbuka dan politik perubahan cadangan minimum. Kedua, instrument khusus
atau kualitatif, yang bertujuan mempengaruhi volume jenis-jenis kredit untuk sektor-sektor
ekonomi tertentu. Yang tercakup dalam instrumen khusus ini antara lain : pengendalian kredit
selektif, pembatasan/penentuan tingkat bunga. Selain itu, masih ada lagi instrumen kebijakan
moneter seperti devaluasi, kebijaksanaan moneter perkreditan, pengaturan sistem perbankan
dan menentukan tingkat suku bunga. Berikut ini akan diuraikan secara terperinci mengenai
instrumen kebijakan moneter :
2.4.2.1 Instrumen Kebijakan Moneter Umum/Kuantitatif
1. Politik Diskonto (Discount Policy)
Politik diskonto ini merupakan suatu kebijaksanaan yang diambil bank sentral dengan
mengambil suatu tindakan merubah-rubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank umum
yang meminjam dana. Oleh karena bank-bank umum harus memenuhi ketentuan cadangan
wajib minimum setiap waktu, maka ia harus meminjam semua cadangan baru dari bank
sentral yang merupakan cadangan kelebihan. Dalam pinjaman tersebut, bank sentral
mengenakan tingkat suku bunga pinjaman yang dinamakan suku bunga diskonto. Diskonto
ini ditetapkan oleh bank sentral pada saat peminjaman dan bukan pada saat pembayaran
kembali oleh bank-bank umum. Dalam hal ini bank sentral mempunyai wewenang untuk
merubah-rubah suku bunga di diskonto tersebut, yang bagi bank-bank umum suku bunga
diskonto tersebut merupakan biaya untuk memperoleh tambahan cadangan. Jika bank sentral
menaikan diskonto, maka akan mengurangi keinginan dari bank-bank umum untuk
meminjam dana dari bank sentral sebab ongkos untuk meminjam dana dari bank sentral akan
naik. Disamping itu bank-bank umum juga harus menaikan suku bunga bank terhadap
pinjaman yang dilakukan oleh masyarakat. Dengan demikian, hal ini menghalangi
masyarakat untuk menambah penawaran uang giral dengan meminjam dari bank-bank umum,
sehingga akibat selanjutnya adalah jumlah uang yang beredar dimasyarakat dapat
ditekan/dikurangi.
Efektifitas politik diskonto ini mengalami beberapa hambatan ketika diterapkan di
Negara-negara berkembang karena beberapa hal :
a. Politik diskonto tidak merupakan kebijakan yang bisa digunakan oleh bank-bank
sentral di Negara berkembang
b. Kelebihan likuiditas yang biasanya dialami bank-bank umum di Negara-negara yang
sedang berkembang menghalangi tumbuhnya kebijakan tersebut
c. Dalam keadaan tertentu bank-bank mungkin tidak diwajibkan untuk meningkatkan
tingkat bunga nya dan ini tidak berpengaruh terhadap biaya maupun tersedianya kredit
d. Dan masih banyaknya sektor yang non-monetised di negara berkembang, mempunyai
pengaruh pada efektifitas kebijakan diskonto yang berarti akan menghambat efektifitas
politik diskonto tersebut
2. Politik Pasar Terbuka (Open Market)
Merupakan kebijaksanaan dari bank sentral dalam melakukan suatu tindakan menujual
dan membeli surat-surat berharga. Kebijaksanaan ini mempunyai beberapa pengaruh atau
tujuan, antara lain: Pertama, menaikan cadangan bank-bank umum yang terlibat transaksi.
Sebab dalam pembelian surat berharga misalnya, bank sentral akan menambah cadangan
bank umum yang menjual surat berharga tersebut, yang ada pada bank sentral. Akibat
bertambahnya cadangan ini, maka bank umum dapat menambah jumlah uang yang beredar
(melalui penciptaan kredit). Kedua, tindakan pembelian/penjualan surat berharga akan
mempengaruhi (dan demikian juga tingkat bunga ) surat berharga. Akibatnya tingkat bunga
umum juga akan terpengaruh. Ketiga, pengembangan dan penyelamatan hutang pemerintah,
misalnya penjualan obligasi pemerintah melalui Operasi pasar terbuka oleh Bank sentral
sangat diperlukan pada saat penebusan hutang pemerintah tersebut. Pembelian dan penjualan
surat-surat berharga (obligasi) oleh pemerintah atau bank sentral dalam operasi pasar terbuka
ini dilakukan dari atau ke bank-bank umum dan masyarakat.
Terdapat sedikit perbedaan efek antara pembelian obligasi oleh pemerintah yang
dilakukan terhadap bank umum dan terhadap masyarakat. Jika pembelian obligasi dilakukan
pemerintah dari bank umum, maka transaksi tersebut akan menambah cadangan aktual dan
cadangan kelebihan sebesar nilai pembelian. Namun jika pembelian obligasi itu dibeli
pemerintah dari masyarakat, maka tambahan cadangan aktual dan cadangan kelebihan di
bank umum akan lebih kecil. Demikian pula bila terjadi transaksi penjulan obligasi dari bank
sentral, akan terdapat perbeedaan efek antara penjualan kepada bank-bank umum atau kepada
masyarakat. Jika bank sentral menjual obligasi kepada bank umum, maka cadangan kelebihan
yang berkurang akan sama besarnya dengan niai penjualan. Akan tetapi jika dijual kepada
masyarakat, maka cadangan kelebihan hanya akan berkurang sedikit atau lebih sedikit dari
nilai penjualan.
Instrumen ini terutama berlaku di negara-negara dimana sektor keuangan atau pasar
uangnya sudah maju, sehingga terdapat cukup banyak surat-surat berharga, dengan operasi
pasar terbuka ini aka mudah dilaksanakan. Sedangkan jika diterapkan di negara sedang
berkembang, keberhasilan operasi pasar terbuka ini tergantung pada beberapa faktor, antara
lain :
a Pasar surat-surat berharga pemerintah harus cukup luas, aktif dan menyebar, jika tidak
maka malah akan mengakibatkan ketidakstabilan pasar uang
b Kurang menariknya surat-surat berharga yang dimiliki oleh bank sentral di negara-
negara berkembang, sehingga akan mempengaruhi keefektivan bekerjanya kebijakan
operasi pasar terbuka ini.
c Kebanyakan bank-bank umum di negara-negara sedang berkembang menjaga fluktuasi
rasio uang kas dengan deposito. Adakalannya rasio ini melebihi persyaratan minimum
yang ditentukan oleh bank sentral, sehingga dalam keadaan seperti ini kebijakan ini menjadi
tidak efektiv.
3. politik perubahan cadangan minimum (reserves requirement)
politik perubahan cadangan minimum ini adalah intuk mempengaruhi jumlah uang yang
beredar. Jika ketentuan cadangan minimum dinaikkan oleh bank sentral, maka jumlah uang
yang beredar akan cenderung turun, sebaliknya kalau diturunkan maka jumlah uang yang
beredar akan cenderung naik. Dalam hal ini bank indonesia sebagai bank sentral di indonesia
dapat mempengaruhi kemampuan bank-bank umum untuk memberikan pinjaman dengan
memanipulasi sesuai dengan tujuan ketentuan nisbah cadangan wajib minimum
yang harus dipegang oleh bank-bank umum, sehingga jumlah uang yang beredar akan
cenderung turun. Akibatnya adalah bank akan kehilangan cadangan kelebihan dan megalami
penurunan kemampuan menciptakan uang dengan memebrikan pinjaman atau mereka
mengalami kekurangan cadangan dan terpaksa mengurangi penawaran uang. Sebaliknya jika
ada penurunan ketentuan cadangan wajib minimum mengubah cadangan wajib menjadi
cadangan kelebihan sehigga menaikkan kemampuan bank unutk menciptakan uang giral baru
dengan memberikan pinjaman.
Disini perubahan ketentuan cadangan wajib minimum akan mempengaruhi kemampuan
penciptaan uang giral oleh sistem perbankan melalui dua cara yaitu, pertama, ia
mempengaruhi besarnya cadangan kelebihan yang dimiliki, dan kedua, ia mengubah angka
pengganda uang giral yang tercipta drngan memberikan pinjaman.
Kebijakan perubahan cadangan minimum ini merupakan alat kebijakan moneter yang paling
mungkin untuk berhasil banyak diterapkan di negara berkembang disebabkan oleh karena :
a masih sempitnya pasar uang sehingga membatasi efektivitas dan diterapkannya
kebijakan operasi pasar terbuka
b banyaknya bank-bank umum di negara berkembang yang mempunyai kelebihan dana,
sehingga kenaikan diskonto mungkin tidak cukup untuk mengurangi kelebihan dana
tersebut. Dalam keadaan seperti inilah diperlukan piranti yang langsung bisa
digunakan seperti perubahan cadangan minimum untuk mengalirkan kelebihan dana
tersebut.

2.4.2.2 Instrumen Kebijakan Moneter Khusus (kualitatif)


1. Moral Suasion
Untuk menghindari kemungkinan buruk akibat perluasan ataupun kontraksi pembelian
kredit baik itu terhadap bekerjanya sistem perbankan maupun kegiatan ekonomi secara
keseluruhan, maka dibutuhkan bujukan/himbauan moral dari otorita moneter yang ditujukan
pada para bankir dan pengusaha. Persuasi moral ini bertujuan agar para bankir dan pengusaha
menaati kebijakan yang telah ditetapkan oleh bank sentral. Kebijakan ini akan lebih efektif
jika didukung oleh tindakan yang lebih positif oleh bank sentral, antara lain dengan cara
melalui pidato-pidato gubernur bank sentral, publikasi-publikasi agar dicapai kondisi seperti
yang diinginkan oleh otorita moneter. Himbauan ini ditujukan kepada baik terhadap kredit
perbankan secara keseluruhan maupun kepada suatu jenis kredit tertentu atau kepada sektor
tertentu. Kebijakan moral suasion ini hanya akan bermanfaat pada saat tertentu saja sampai
kebijakan yang fundamental dilakukan.
2. Pengendalian Kredit Selektif atau Selektif Credit control
Untuk membatasi penggunaaan kredit terlalu besar atau terlalu cepat pada sektor-sektor
tertentu dan terutama unutk mengurangi penggunaan kredit untuk tujuan spekulasi pembeian
surat-surat obligasi, maka diterapkanlah kebijakan pengendalian kredit selektif seperti ini.
Caranya adalah dengan menaikkan ketentuan maksimum kredit yang bisa dipinjam untuk
membiayai pembelian spekulatif tersebut, yang dilakukan dengan menutunkan presentase
kredit maksimum yang dapat digunakan untuk membiayai pembelian tersebut. Dengan
demikian akan mengurangi permintaan kredit untuk tujuan pembelian spekulatif tersebut.
Sama halnya dibidang kredit konsumsi misalnya untuk kredit perumahan, dilakukan
pengendalian dengan cara menaikkan menurunkan ketentuan minimum pembayaran uang
muka cicilan. Dengan ini akan menaikkan besarnya pembayaran cicilan selanjutnya yang
akan semakin besar, sehingga diharapkana akan mempengaruhi terhadap keputusan
permintaan kredit untuk pembelian tersebut. Hal ini dilakukan apabila memang permintaan
kredit untuk pembelian perumahan tadi sudah terlalu besar sehingga bisa menimbulkan
tingkat inflasi yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai