Obesitas dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain faktor genetik, masalah pemilihan jenis makanan,
pola makan, porsi makan, lingkungan, dan kurangnya aktivitas fisik. Obesitas meningkatkan risiko
timbulnya berbagai gangguan kesehatan, seperti asma, Diabetes Mellitus tipe 1 dan 2, gangguan
kardiovaskular, hipertensi, gangguan tidur,gangguan tulang, gangguan hormon dan juga gangguan
seksual (Susiyadi& Rokhayah, 2016).
Dampak
Disfungsi ereksi
Obesitas jauh lebih menderita disfungsi ereksi atau impotensi. Obesitas bisa berisiko menimbulkan
kolesterol tinggi, hipertesi, diabetes yang mencegah aliran darah ke seluruh tubuh termasuk penis
sehingga menyebabkan masalah ereksi.
Obesitas secara langsung terkait dengan ketidakseimbangan hormon dan kadar testosteron yang lebih
rendah. Ini menghambat hasrat seksual, baik pada wanita maupun pria.
Masalah lainnya, lemak tubuh menyebabkan semakin banyaknya hormon seks pengikat globulin (SHBG)
dalam sistem. SHBG merupakan bahan kimia alami yang mengikat testosteron, yang berarti hormon seks
yang mengendalikan kehidupan seksual menjadi kurang.
Ada juga bukti yang menunjukkan anak laki-laki obesitas bakal memiliki payudara besar. Pada anak gadis
itu bisa memicu PCOD atau tak teraturnya siklus menstruasi dan masalah tiroid.
Infertilitas
Pada wanita, obesitas menyebabkan kelainan dalam sel telur yang membuat sulit untuk dibuahi. Peneliti
kesuburan di Brigham memeriksa lebih 300 sel telur yang gagal dibuahi selama IVF (bayi tabung).
Ditemukan juga sel telur wanita gemuk lebih mungkin memiliki kelainan kromosom.
Ini juga menyebabkan produksi insulin berlebih dan PCOD (suatu kondisi ketika periode yang tidak
teratur dan ovarium yang dihasilkan kecil, telur belum matang, bukan yang dewasa yang sehat). Wanita
hamil cenderung gagal hamil dan keguguran dibanding yang berbobot normal.
Pada pria, obesitas secara langsung dikaitkan dengan infertilitas karena bisa memengaruhi sperma.
Penelitian telah menemukan, pria yang diet mengonsumsi lemak memiliki sperma yang kualitasnya
rendah. Pria yang mengonsumsi lebih banyak lemak jenuh memiliki jumlah sperma 35 persen lebih
rendah dan 38 persen lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi sperma pada pria yang makan
sehat.
Orang yang berat, terutama di daerah perut cenderung memiliki sejumlah penyakit yang memengaruhi
kehidupan seksualnya. Ini bisa disebabkan oleh alasan fisiologis atau psikologis atau karena obat yang
diminum untuk penyakit ini.
Diabetes, penyakit jantung, kanker, hipertensi, depresi, demensia dan penyakit lainnya semua
memengaruhi fungsi seksual Anda.
Sindrom penis
Lipatan lemak di perut dan kulit pada pria obesitas membuat penis terlihat lebih kecil dan tak kelihatan.
Ini disebut 'sindrom penis kecil' dan bisa menghambat kehidupan seks.
Mikropenis merupakan kondisi ketika penis ereksi ukurannya kurang dari 3 inci. Sebagian besar, kelainan
ini bawaan dari masa kecil dan bisa memengaruhi 0,6 persen penduduk pria.
Orang gemuk cenderung minim melakukan hubungan seks dibanding yang lain. Ini yang menyebabkan
orang yang obesitas menunjukkan perilaku seks yang berisiko tinggi.
Penelitian di Amerika Serikat menemukan, wanita obesitas 4 kali lebih mungkin hamil yang tak
direncanakan karena kurang siap.
Kegemukan bisa membuat hubungan seks dengan beberapa posisi menjadi sulit. Posisi misionaris yang
paling populer sulit dilakukan jika pasangan pria keberatan.
Jika pasangan dua-duanya obesitas, maka daerah tengah perut bisa mencegah penetrasi yang tepat.
Begitu pula gaya sendok juga sulit dilakukan orang yang gemuk. Namun, orang gemuk tak perlu khawatir,
ada banyak posisi yang bisa dicoba dengan pasangan.
Jarang bercinta
Kita hidup dalam masyarakat yang menghakimi dari penampilan dan orang gemuk merasa sulit
menemukan pasangan. Masalahnya, penilaian yang terbentuk di masyarakat itu menyebutkan tak
masalah jika pria gemuk jika ia memiliki gaji tinggi dan berasal dari keluarga yang kaya.