Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321096561

Suatu Model Pengembangan Media Pembelajaran Slide Culture untuk


Pengamatan Struktur Mikroskopis Kapang pada Matakuliah Mycologi

Article · May 2012

CITATIONS READS

0 2,544

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pemanfaatan Sumber Air Panas Jailolo untuk Menghasilkan Enzim Alfa Amilase dari Bakteri Termofil dan Aplikasinya dalam Hidrolisis Pati Sagu Menjadi Malto
Dekstrim untuk Mendukung Indistri Pangan Lokal View project

Aplikasi DNA Barcode untuk Konservasi Genetik Durian Lokal (Durio zibethinus Murr.) Unggulan di Pulau Ternate Maluku Utara View project

All content following this page was uploaded by Sundari Sundari on 16 November 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (1) 2012 FKIP Universitas Khairun

SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR
MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH
MYCOLOGI

Sundari 1
Email: sundari_sagi@yahoo.co.id
1
Dosen Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Khairun

ABSTRAK

Mycology merupakan cabang ilmu mikrobiologi yang mempelajari objek


kajian jamur/kapang dan kamir. Jamur merupakan makhluk hidup mikroskopis
yang memiliki organisasi seluler lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri.
Biasanya dikenal dengan sebutan cendawan. Umumnya multiseluler (kapang)
beberapa yang uniseluler (khamir), heterotrof dan tidak berklorofil, berukuran 1 -5
m (khamir).
Selama ini pembelajaran Mycologi dalam matakuliah mikrobiologi
mengalami kendala dalam pengamatan struktur tubuh kapang secara mikroskopis.
Dalam pembuatan preparat, seringkali tidak utuh struktur hifa maupun alat
reproduksi kapang, sehingga kesulitan dalam melakukan identifikasi. Kendala
dalam pengamatan struktur mikroskopis tubuh kapang mengakibatkan
pemahaman mahasiswa terhadap konsep struktur tubuh, ciri, alat produksi dan
klasifikasi kapang rendah. Pemahaman yang kurang akan menyebabkan hasil
belajar rendah dan minat terhadap matakuliah juga rendah.
Penelitian ini bersifat pengembangan yaitu bentuk penelitian yang
memuat butir-butir model pengembangan, prosedur pengembangan dan uji coba
produk berupa media pembelajaran dalam bentuk Slide culture. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa produk desain media pembelajaran Slide culture pada
pada matakuliah Mycology dinyatakan valid dan layak digunakan berdasarkan
hasil validasi oleh validator dengan rata-rata nilai validasi sebesar 80,52%.

Kata Kunci: pengembangan, media, slide culture, mycologi

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan


suasana atau memberikan pelayanan agar peserta didik (mahasiswa) dapat belajar.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa mendidik adalah mempengaruhi peserta didik
dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa berpikir dan
mengembangkan potensi dirinya dan membantu peserta didik supaya cukup cakap
menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri (Ahmadi dan

39
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (1) 2012 FKIP Universitas Khairun

Unbiyati, 2001). Mycology merupakan cabang ilmu mikrobiologi yang


mempelajari obyek kajian jamur/kapang dan kamir. Jamur merupakan mahluk
hidup mikroskopis yang memiliki Organisasi seluler lebih tinggi dibandingkan
dengan bakteri. Biasanya dikenal dengan sebutan cendawan. Umumnya
multiseluler (kapang) beberapa yang uniseluler (khamir), heterotrof dan tidak
berklorofil, dan berukuran 1 -5 m (khamir).

Struktur kapang umumnya tersusun atas dinding sel yang khas yaitu
gklukan dan mannan (pada khamir) atau selulosa dan kitin (pada kapang), serta
organel-organel sel yang serupa dengan sel eukariota. Umumnya mempunyai
struktur berfilamen yang disebut hifa. Kumpulan hifa membentuk suatu jaringan
yang disebut miselium.

Klasifikasi kapang/cendawan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok


besar yaitu kapang, khamir dan jamur (sebutan cendawan makroskopik).
Berdasarkan mekanisme reproduksi aseksual: ada 5 filum yaitu: 1) Zygomycotina
(Rhizopus) kelompok Kapang; 2) Chytridiomycotina (Chytrid) kelompok kapang;
3) Ascomycotina (Sacccharomyces cerevisiae) kelompok khamir; 4)
Basidiomycotina (Agaricus bisporus) kelompok jamur; 5) Deuteromycotina
merupakan kelompok fungi yang memiliki reproduksi seksual yang belum jelas
(Penicillium) merupakan kelompok kapang. Reproduksi: alat reproduksi kapang
umumnya dalam bentuk Spora, Spora ada yang bersifat: 1) Seksual, misalnya
Zygospora, Oospora, Askospora dan Basidiospora; 2) Aseksual, misalnya konidia,
Sporangiospora, klamidospora, Blastospora.

Selama ini pembelajaran Mycologi dalam matakuliah mikrobiologi


mengalami kendala dalam pengamatan struktur tubuh kapang secara mikroskopis.
Dalam pembuatan preparat seringkali tidak utuh struktu hifa maupun alat
reproduksi kapang, sehingga kesulitan dalam melakukan identifikasi. Kendala
dalam pengamatan struktur mikroskopis tubuh, kapang mengakibatkan
pemahaman mahasiswa terhadap konsep struktur tubuh, ciri, alat reproduksi dan
klasifikasi kapang rendah. Pemahaman yang kurang akan menyebabkan hasil
belajar rendah serta minat terhadap matakuliah juga rendah.

40
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (1) 2012 FKIP Universitas Khairun

Menurut Sardiman (2006), bahwa proses belajar mengajar merupakan


kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni mahasiswa sebagai pihak
yang belajar dan dosen sebagai pihak yang mengajar, dengan mahasiswa sebagai
subjek pokoknya. Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan
pembelajaran yang dapat dilihat dari segi fungsi dan nilainya. Selanjutnya
menurut Sardiman (2006), bahwa motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar
dan faktor dari dalam. Salah satu faktor luar yang mempengaruhi motivasi belajar
mahasiswa adalah peranan media pembelajaran. Djamarah dan Zain (1995), dalam
proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting,
karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang
akan disampaikan kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan
media.

Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran mikologi


adalah media slide Culture, dimana media ini dapat mempermudah dosen
maupun mahasiswa dalam proses belajar mengajar karena media ini dapat
menampilkan srtuktur mikroskopis tubuh kapang secara utuh. Melalui penelitian
ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi mahasiswa biologi agar
mampu mengembangkan desain media pembelajaran pada matakuliah mikologi
dalam bentuk Slide Culture. Pengembangan desain media sebaiknya disesuaikan
dengan kompetensi dasar pada setiap materi ajar. Desain pengembangan media
sebaiknya juga disesuaikan dengan kemampuan dosen/guru dan ketersediaaan
fasilitas belajar. Pada dasarnya media pembelajaran slide culture tidaklah serumit
yang kita bayangkan karena prosedur kerjanya relatif sederhana. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk kreatif mendesain media
pembelajaran khususnya media yang berbasis pemecahan masalah dalam rangka
menigkatkan pemahaman siswa terhadap konsep materi.

METODE
Penelitian ini bersifat pengembangan yaitu bentuk penelitian yang
memuat butir-butir model pengembangan, prosedur pengembangan dan uji coba
produk (PPKI, 2000). Penelitian dilaksanakan di prodi pendidikan Biologi FKIP

41
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (1) 2012 FKIP Universitas Khairun

Unkhair dan laboratorium MIPA untuk pengembangan desain media. Penelitian


ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010. Untuk mendapatkan data yang akurat
dalam penelitian ini, digunakan instrumen berupa :
1) Produk desain media yang divalidasi oleh dosen dan mahasiswa
2) Angket respon validator ahli (dosen Biologi)
Pembuatan Slide Culture

Pembuatan slide culture dilakukan untuk mendapatkan sediaan kapang


yang utuh, guna pengamatan mikrokopis. Proses pembuatan slide culture ini
dilakukan secara aseptik. Adapun cara pembuatan slide culture ini sebagai
berikut:

a. Medium lempeng CA atau PDA dipotong-potong dengan bentuk persegi


dengan panjang sisi 1 x 1 cm, menggunakan scalpel steril
b. Potongan medium diletakkan di atas kaca benda steril, dalam cawan petri steril
c. Biakan kapang dari isolat-isolat terpilih diinokulasikan di atas potongan
medium dan kemudian ditutup dengan kaca penutup steril. Sediaan diletakkan
pada suatu pipa kaca penyangga dalam cawan petri steril, yang sebelumnya
telah diberi alas kertas tissue yang dibasahi dengan aquades steril. Semua
biakan diinkubasikan dalam suhu 250C selama 2-3 x 24 jam.
d. Setelah alat perkembangbiakan diketahui telah tumbuh, kaca penutup
dilepaskan dan kemudian diberi 1 tetes alkohol 95%. Pada kaca benda yang
masih bersih diberi 1 tetes lactofenol atau lactofenol cotton blue untuk kapang
yang berwarna pucat, kemudian kaca penutup ditutup pada kaca benda
tersebut.
e. Sediaan diamati di bawah mikroskop dan dilakukan deskripsi ciri-ciri
mikroskopis dan dilakukan identifikasi sampai tingkat spesies.
Pengamatan Isolat Kapang untuk Keperluan Identifikasi

a. Pengamatan makrokopis: Pengamatan makroskopis dilakukan secara langsung.


Pengamatan meliputi deskripsi warna koloni, sifat koloni, diameter koloni, ada
atau tidaknya warna khas pada dasar media.
b. Pengamatan mikroskopis: Pengamatan dilakukan dengan bantuan mikroskop.
Pengamatan meliputi deskripsi ciri-ciri yaitu: ada atau tidaknya sekat pada

42
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (1) 2012 FKIP Universitas Khairun

hifa, warna hifa, dinding hifa, diameter hifa, warna konidiofor, panjang
konidiofor, konidiofor bercabang atau tidak, dinding konidiofor halus atau
tidak, vesikula, metula warna fialida, ukuran fialida, bentuk fialida, warna
konidia, diameter konidia, dinding konidia (halus/kasar), makrokonidia dan
mikrokonidia, klamidospora (Lihat lampiran 1 & 2: Lembar Deskripsi kapang
dan Lampiran 3 & 4: Foto Mikroskopis kapang). Data pengamatan isolat
kapang tanah hasil isolasi pada tanah sekitar perakaran tanaman kentang
terdiri dari data pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Data ini
digunakan untuk mengidentifikasi isolat kapang. Kegiatan identifikasi
dilakukan sampai pada tingkat spesies dengan merujuk pada buku Fungi and
Food Spoilage oleh Pitt,dkk (1985), buku Introduction to Food-Borne Fungi
oleh Samson, dkk (1981) dan buku Ilustrated Genera of Imperfect Fungi oleh
Barnett (1972).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian tentang pengembangan media pembelajaran Slide


Culture Pada matakuliah Mycology dapat dipaparkan sebagai berikut :

Data Hasil Validasi Mengenai Media Pembelajaran Slide Culture

Hasil validasi mengenai media pembelajaran Slide Culture yang terdiri 10


orang mahasiswa (Validator) dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini :
Tabel 1. Data Hasil Analisis Validasi Terhadap Media Pembelajaran Slide
Culture

Prosentase
Jumlah Item Pilihan Jawaban
Aspek yang Dinilai Kriteria Rata-rata Ket
Pertanyaan
4 3 2 1 (%)
1. Tampilan A.1 Warna media
Media representative
2 7 8 3 2 75 Valid
B.2 tampilan struktur
tubuh utuh
2. Bentuk Media B1. Ukuran
representative
2 9 10 1 - 85 Valid
B.2 Gambar
representatif
3. Peran Media C1. Menyampaikan
konsep
3 14 12 4 83,33 Valid
C2. Mencapai tujuan
C3.Kedalaman materi

43
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (1) 2012 FKIP Universitas Khairun

4. Pengunaan D1. Efektif waktu


Media D2. Mudah digunakan
2 5 13 2 78,75 Valid
/ Sederhana

Jumlah 9 80,52 Valid

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa hasil validasi


pengembangan media pembelajaran Slide Culture oleh 10 responden sebagai
validator, secara umum valid berdasarkan uraian: kriteria 1 (tampilan media)
dengan prosentasi 75%, kriteria 2 (bentuk media) dengan jumlah prosentasi rata-
rata 85%, kriteria 3 (pesan media) dengan prosentasi rata-rata 83,33%, sedangkan
pada kriteria 4 (penggunaan media) dengan prosentasi rata-rata 78,75%.
Prosentasi rata-rata dari ke 4 kriteria adalah 80,52%.

Pembahasan

Pada bagian pembahasan tentang hasil validasi terhadap media


pembelajaran slide culture pada produk yang dihasilkan, tidak semuanya dapat
dimanfaatkan secara relevan untuk pendidikan terutama untuk proses dan hasil
pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa hasil validasi terhadap


media pembelajaran slide culture oleh 10 responden sebagai validator, secara
umum valid berdasarkan uraian: kriteria 1 (tata tulis dan bahasa media) dengan
prosentase 84,38%, kriteria 2 (kualitas desain media) dengan jumlah prosentase
rata-rata 78,13%, kriteria 3 (pesan media) dengan prosentase rata-rata 84,38%,
sedangkan pada kriteria 4 (penggunaan media) dengan prosentase rata-rata
81,25%, kriteria 5 (bentuk media) dengan prosentase rata-rata 78,13%, kriteria 6
(Pada media terdapat kejelasan petunjuk) dengan prosentase rata-rata 96,88%,
kriteria 7 (sumber dan daftar pustaka dalam media up to date dan representatif)
dengan presentase rata-rata 81,25%. Prosentase rata-rata dari ke 7 kriteria adalah
83,49. Dari hasil validasi media ini valid dan layak digunakan dalam proses
pembelajaran khususnya pada matakuliah mycology. Hal ini seperti dikatakan
oleh Benny dan Rosita (2002) bahwa penggunaan media dalam proses belajar
mengajar dapat meningkatkan hasil belajar dengan penggunaan waktu dan biaya

44
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (1) 2012 FKIP Universitas Khairun

yang relatif kecil. Sasaran pengunaan media adalah agar mahasiswa mampu
menciptakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada
untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna, dengan
demikian mahasiswa dengan mudah mengerti dan memahami materi pelajaran
yang disampaikan oleh dosen. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa dengan
adanya pengembangan media dapat membantu dosen maupun mahasiswa dalam
proses belajar mengajar di kelas. Respon dalam hal ini validasi terhadap media
pembelajaran slide culture sangat baik karena media ini merupakan media yang
menggunakan prosedur kerja aseptik sederhana dan singkat sehingga
memudahkan dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan yang dikatakan Haryadi dan Androni (1993) bahwa media merupakan alat
yang memungkinkan anak mudah untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan
mudah dan dapat mengingatnya dalam waktu yang lama dibandingkan dengan
penyampaikan materi pelajaran dengan ceramah tanpa alat bantu.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Produk desain media


pembelajaran Slide culture pada pada matakuliah Mycology dinyatakan valid dan
layak digunakan berdasarkan hasil validasi oleh validator

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi dan Uhbiyati, 2001. Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta. Semarang.

Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Teoritis. Bumi Aksara.


Jakarta.

Arikunto S, 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Djamarah dan Zain, 1995. Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta. Banjarmasin.

Pribadi Dan Rosita, 2002 (Artikel 2009). Pengertian Dan Peranan TI (http : //iie
– pinkers.blogspot.com. Diakses tanggal 19 Desember 2010

Sardiman, 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT.Raja


Grafindopersada. Jakarta.

Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran,Landasan Dan Aplikasinya, Rineka


cipta. Jakarta.

45
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (1) 2012 FKIP Universitas Khairun

Yatim, 1990. (Arikel 2009). Reproduksi Pada Manusia (http://edu-articles.com).


Diakses tanggal 22 September 2010.

LEMBAR DESKRIPSI JAMUR

No. Kode Koloni Kapang :

Spesies Kapang :

Jenis Medium :

Umur Biakan :

I. MORFOLOGI KOLONI

No. Ciri-ciri yang diamati Hasil Pengamatan


1. Warna koloni
2. Diameter koloni
3. Sifat koloni
4. Warna khas bagian dasar

II. PENGAMATAN MIKROSKOPIS

No. Ciri-ciri yang diamati Hasil Pengamatan


1. Warna hifa
2. Sekat pada hifa
3. Diameter hifa
4. Warna sporangiofor
5. Diameter sporangiofofor
6. Panjang sporangiofor
7. Konidiofor bercabang atau tidak
8. Dinding konidiofor halus/ kasar
9. Bentuk sporangium
10. Diameter sporangium

46
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (1) 2012 FKIP Universitas Khairun

11. Metula ada/ tidak


12. Ukuran metula
13. Warna metula
14. Kedudukan fialida terhadapa vesikula
15. Tipe percabangan konidiofor
16. Ukuran kolumela
17. Warna kolumela
18. Bentuk kolumela
19. Bentuk spora
20. Dinding spora halus/ kasar
21. Diameter spora
22. Warna spora
23. Tipe pertumbuhan

47

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai